Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
’’Membuat Medium Murashige dan Skoog (Medium MS)’’

Disusun Oleh:

Nama : Nurjaya
Nim : D1B1 17 186
Kelas : AGT-B
Kelompok : 5 (V Sheet 2)

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI

UNIT IN VITRO

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

2019
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kultur jaringan tanaman merupakan bagian suatu teknik perbanyakan

vegetatif nonkonvensional. Perbedaan teknik ini dibandingkan dengan teknik

perbanyakan vegetatif konvensional biasanya terletak dalam situasi dan lokasi

yang berbeda. Penerapan teknik kultur jaringan tanaman mensyaratkan kondisi di

dalam ruangan (laboratorium) dan sifatnya aseptik (steril dari patogen). Bermuara

dalam kondisi yang aseptik, maka perlu dijelaskan bahwa segala aktifitas yang

berkaitan dengan jaringan harus dalam kondisi aseptik.

Selain peralatan kultur jaringan, medium merupakan salah satu faktor

utama dalam keberhasilan kultur. Medium kultur jaringan tanaman harus berisi

semua zat yang diperlukan untuk menjamin pertumbuhan eksplan yang ditanam.

Medium kultur jaringan memiliki karakteristik masing-masing. Artinya tidak

semua medium dapat digunakan pada semua kultur tanaman. Karena beberapa

medium yang ada memiliki perbedaan kandungan dan konsentrasi zat-zat yang

diperlukan atau digunakan pada kultur.

Medium merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur

jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan

metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Medium

tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan

perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, berbagai

komposisi medium kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan

pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan. Medium kultur


fisiknya dapat berbentuk padat atau cair. Medium berbentuk padat menggunakan

pemadat medium seperti agar. Medium kultur yang memenuhi syarat adalah yang

mengandung nutrient makro dan mikro dalam kadar dan perbandingan tertentu,

sumber energi (sukrosa), serta mengandung berbagai macam vitamin dan ZPT.

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan pada praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara pembuatan

medium murasige dan skoog (mediuam MS) dan komponen-komponennaya.


II. TINJAUN PUSTAKA

Medium merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur

jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan

metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis medium.

Medium tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap

pertunbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Medium

yang biasa adalah medium Murashige dan Skoog (MS) (Tuhuteru, 2012).

Medium adalah faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan

dan berpengaruh sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan

serta bibit yang dihasilkannya. Ada dua jenis hormon tanaman (Auksin dan

Sitokinin) yang banyak dipakai dalam propagasi secara in vitro. Auksin dapat

merangsang pembentukan akar sedangkan Sitokinin berperan sebagai perangsang

pembelahan sel dalam jaringan yang dibuat eksplan serta merangsang

pertumbuhan tunas daun (Rosita, 2015).

Medium merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur

jaringan. Komposisi medium yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman

yang akan diperbanyak. Medium yang digunakan biasanya terdiri dari garam

mineral, vitamin dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti

agar, gula (sebagai sumber energi) dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon)

yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya, tergantung

dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Medium yang sudah jadi

ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Medium yang digunakan
juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya menggunakan autoklaf

(Yuniastuti, 2012).

Medium tanam memberikan pengaruh yang besar terhadap keberhasilan

kultur jaringan karena di dalam medium tersebut terdapat penambahan zat

pengatur tumbuh. Pada umumnya komposisi utama medium tanam kultur

jaringan, terdiri dari hormon (ZPT) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di

dalam tanah yang dikelompokkan ke dalam unsur makro dan unsur mikro. Hasil

yang lebih baik akan dapat kita peroleh bila, kedalam medium tersebut,

ditambahkan vitamin, asam amino dan hormon, bahan pemadat medium (agar),

glukosa dalam bentuk gula maupun sukrosa, air destilate (akuades) dan bahan

organik tambahan (Gunawan, 2011).

Medium yang digunakan untuk kultur jaringan tanaman dapat berupa

medium padat atau cair. Medium padat digunakan untuk menghasilkan kalus

yang selanjutkan diinduksi membentuk tanaman yang lengkap, sedangkan

medium cair biasanya dugunakan untuk kultur sel. Medium yang digunakan

mengandung lima komponen utama, yaitu senyawa anorganik, sumber karbon,

vitamin, zat pengatur tumbuh dan suplemen organik (Rahardja, 2011).

Medium yang biasa digunakan dalam penelitian adalah Murashige dan

Skoog (MS). Dimana proses pembuatan medium ini dengan memipet larutan Stok

Murashige dan Skoog kedalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan myo-inositol

0,1 gr/L, sukrosa 30 gr/L, agar-agar 7 gr/L, 150 ml hara makro, 150 ml hara

mikro, 30 ml iron dan penambahan PEG dengan konsentrasi sesuai perlakuan,

kemudian dilarutkan kedalam aquades dan dimasukkan kedalam larutan medium.


Volume medium seluruhnya yaitu 5 liter. Kemasaman diukur dengan pH meter

yaitu 5,8 (menggunakan NaOH 1 N dan HCl 1 N) untuk menaikkan dan

menurunkan pH. Lalu dipanaskan diatas hot plate sampai agar melarut dan

homogen dengan komponen lainnya. Kemudian diisi ke dalam masing-masing

botol kultur, lalu ditutup dengan alumunium foil. Selanjutnya media di sterilkan di

dalam autoklaf pada suhu 121 0C, tekanan 17,5 psi selama 30 menit (Zulkarnain,

2017).

Pembuatan dan Sterilisasi Medium yaitu menyiapkan larutan gula setelah

semua larutan stok dimasukkan, ditambahkan 8 g agar-agar, pH diusahakan 6,0

sebelum disterilkan, untuk mendapatkan pH yang sesuai ditambahkan KOH 1 N

atau HCl 1 N, medium dipanaskan dan dituang ke dalam botol-botol kultur

setinggi 1,5–2 cm, botol ditutup rapat dengan aluminium foil. Medium disterilkan

dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Medium yang telah steril

disimpan selama 3 hari, bila tidak terkontaminasi maka medium dapat digunakan

(Fitri, 2013).

Keberhasilan dalam penggunaan metode in vitro terutama disebabkan

pengetahuan tentang kebutuhan hara sel dan jaringan yang dikultur. Faktor

penentu di dalam medium tumbuh adalah komposisi garam anorganik, ZPT dan

bentuk fisik medium. Banyak jenis medium yang digunakan untuk kultur kalus,

namun yang paling banyak digunakan adalah medium Murashige dan Skoog.

Kandungan garam-garam dalam medium MS tersebut antara lain hara nitrogen

dalam bentuk NO3, NH4, serta terdapat gula dan vitamin. Zat pengatur tumbuh

adalah hormon tumbuhan yang dapat memacu pertumbuhan sel-sel atau jaringan
tertentu dari sel-sel kalus yang belum terdiferensiasi. ZPT berperan penting

dalam pertumbuhan dan perkembangan kultur. Faktor penting dalam penggunaan

ZPT antara lain jenis konsentrasi dan urutan penggunaan ZPT serta lama waktu

induksi tanaman pada medium yang mengandung ZPT. Ada beberapa jenis ZPT

yaitu Auksin, giberelin, Sitokinin dan adenin, namun yang paling sering

digunakan adalah Auksin dan Sitokinin (Satria, 2015).

Terdapat empat kelas Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang penting dalam

kultur jaringan tanaman, yaitu Auksin, Sitokinin, giberelin dan asam absisat.

Skoog dan Miller adalah yang pertama melaporkan bahwa perbandingan Auksin

dan Sitokinin menentukan jenis dan berapa besar proses organogenesis dalam

kultur jaringan tanaman. Auksin dan Sitokinin yang ditambahkan kedalam

medium kultur mempunyai tujuan untuk mendapatkan morfogenesis, meskipun

perbandingannya untuk mendapatkan induksi akar dan tunas bervariasi baik

ditingkat genus, spesies bahkan kultivar (Wijayani, 2014).

Beberapa di antara jenis ZPT yang sering digunakan, yaitu 2,4-D yang

merupakan dari golongan hormon Auksin. Auksin 2,4-D merupakan Auksin

sintetik kuat yang berfungsi memacu pembentukan kalus,

pemanjangan/pertumbuhan sel, inisiasi akar dan induksi embryogenesis somatik.

Keberadaan hormone ini sangat membantu dalam pembentukan kalus pada

eksplan tanaman yang digunakan, sehingga dalam pembuatan medium, jenis ZPT

ini sangat diperlukan (Defi et al., 2017).

Penggunaan ZPT lain yang sering digunakan, yaitu ZPT yang tergolong

dalam kelompok Sitokinin. Benzyl amino purine (BAP) merupakan ZPT sintesis
yang mempunyai sifat stabil yakni tidak mudah terurai oleh pemanasan pada

proses sterilisasi dan harganya tergolong murah, bahkan BAP mempunyai sifat

yang sama dengan Sitokinin alamiah. BAP juga berfungsi dalam memacu

pembelahan sel, jaringan, organogenesis, menginduksi pembentukan tunas dan

proliferasi tunas aksilar (Endang et al., 2013).

Pemberian sukrosa dalam medium akan menjadi sumber energi dan

sumber karbon bagi sel-sel eksplan untuk dapat tumbuh. Peningkatan konsentrasi

sukrosa yang diberikan akan menyebabkan eksplan memperoleh sumber energi

dan sumber karbon yang lebih banyak, sehingga akan dapat mempercepat

pertumbuhan eksplan. Sumber energi yang semakin banyak mengakibatkan

pembelahan sel yang lebih cepat sehingga pertumbuhan kalus akan lebih cepat.

Sukrosa juga dapat menjaga tekanan osmotik medium. Pada medium yang

mengandung sukrosa lebih banyak akan mengakibatkan gradien konsentrasi yang

lebih tinggi antara medium dengan sel eksplan. Medium dengan gradien

konsentrasi yang lebih tinggi ini akan mengakibatkan gerakan difusi lebih cepat

ke dalam sel yang mempunyai konsentrasi yang lebih rendah (Sitorus, 2013).
III. MOTODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 23 September pada pukul

13.00 sampai 14.40 WITA. Kegiatan praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium

Agroteknologi Unit In Vitro Fakukultas Pertanian Universitas Halu Oleo.

3.1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu 10 buah botol kultur, botol

semprot, pipet mikro, timbangan analitik, hot plate, spatula dan magnetik stirrer.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu aquadest, bayclin, gula,

BAP, 2.4-D, agar, medium MS, karet, plastik, alkohol 70 % dan aluminium foil.

3.2. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :

1. Menyediakan alat dan bahan.

2. Mensterilkan botol kultur menggunakan baycklin dan hand sprayer, kemudian

menutupnya menggunakan plastik dan karet gelang.

3. Menyiapkan erlenmeyer 250 ml yang telah diisi dengan 200 ml aquadest.

4. Menimbang gula 7,5 gram dan agar 1,75 gram.

5. Memasukkan gula dan agar ke dalam erlenmeyer.

6. Memasukkan magnetik stirrer ke dalam erlenmeyer kemudian gojok pelan.

7. Mengambil larutan bayclin, 2,4-D dan BAP, kemudian memasukkan ke dalam

erlenmeyer.
8. Menambahkan aquadest sampai volume 250 ml, gojok dan panaskan dengan

hot plate sampai mendidih.

9. Memasukkan medium secukupnya yang sudah dibuat ke dalam botol kultur

yang sudah disterilkan dan dikeringkan.

10. Menunggu larutan sampai dingin kemudian ditutup dengan plastik lalu diikat

dengan karet gelang, kemudian dimasukkan di dalam ruang inkubasi dan

disimpan di rak kultur yang sebelumnya telah disemprot dengan alkohol.

11. Melakukan pengamatan selama 3 hari yaitu Selasa, Rabu dan Kamis
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil pengamatan pada praktikum pembuatan medium Murashige dan

Skoog (media MS) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Hasil Pembuatan Medium MS (Murashige dan Skoog)

No Perlakuan Ulangan Kontaminasi Gambar


Ya Tidak
1 
1 -

2 
2 -

MS+3 ml.l-1 2,4 D+ 2 ml.l-


1

3 
3 -

4 
4 -
5
5 - 

6 
6 -

7 
7 -

8 
8 -

9 
9 -
10 
10 -

4.2. Pembahasan

Medium adalah faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan

dan berpengaruh sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan

serta bibit yang dihasilkannya. Ada dua jenis hormon tanaman (Auksin dan

Sitokinin) yang banyak dipakai dalam propagasi secara in vitro. Auksin dapat

merangsang pembentukan akar sedangkan Sitokinin berperan sebagai perangsang

pembelahan sel dalam jaringan yang dibuat eksplan serta merangsang

pertumbuhan tunas daun.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum ini dapat

diketahui bahwa medium kultur merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan. Media Murashige & Skoog (medium MS) merupakan perbaikan

komposisi medium Skoog, terutama dalam pembuatan medium.

Umumnya komposisi utama medium. tanam kultur jaringan, terdiri dari

hormon (zat pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di

dalam tanah yang dikelompokkan ke dalam unsur makro dan unsur mikro. Hasil

yang lebih baik akan dapat kita peroleh bila, kedalam medium tersebut

ditambahkan vitamin, asam amino dan hormon, bahan pemadat (agar), glukosa
dalam bentuk gula, aquades steril. Medium dasar yang digunakan adalah medium

MS (Murashige & Skoog).

Medium MS adalah medium yang paling banyak dipakai, karena

merupakan medium yang paling efektif untuk berbagai jenis tanaman berkayu dan

tanaman herbaceous selain itu unsur-unsur dalam persenyawaannya lebih

lengkap. Sumber energi yang digunakan dalam komposisi medium MS ini adalah

gula pasir. Gula putih yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari cukup

memenuhi syarat untuk mendukung pertumbuhan kultur. Pada umumnya urutan

yang demikian berlaku untuk semua tanaman. Konsentrasi umum gula tergantung

dari jenis kultur. Namun pada umumnya, konsentrasi yang diguankan yaitu 30

gram/liter.

Selain gula sebagai sumber energi, pemakaian bahan pemadat media juga

perlu diperhatikan. Bahan pemadat medium yang paling sering digunakan adalah

agar-agar. Agar-agar adalah campuran poli sakarida yang diperoleh dari beberapa

spesies alga. Dalam analisa unsur, diperoleh data bahwa agar-agar mengandung

sedikit unsur Ca, Mg, K, dan Na. Dalam medium MS ini, bahan pemadat

medianya menggunakan agar. Keuntungan dari penggunaan agar ini adalah agar-

agar membeku pada suhu 45oC dan mencair pada suhu 100 oC, sehingga dalam

kisaran suhu kultur, agar-agar akan berada dalam keadaan beku yang stabil, tidak

dicerna oleh enzym tanaman, tidak bereaksi dengan persenyawaan-persenyawaan

penyusun medium. Konsentrasi agar-agar yang diberikan berkisar antara 0,6-

1,0%. Konsentrasi agar-agar yang terlalu tinggi akan menyebabkan agar menjadi

keras sehingga dapat mengurangi difusi persenyawaan dari dan kearah eksplan,
sehingga pengambilan hara dan zat tumbuh berkurang, sedangkan zat penghambat

dari eksplan tetap berkumpul di sekitar eksplan.

Medium kultur jaringan yang kaya akan nutrisi tersebut merupakan

sumber makanan yang baik untuk bakteri dan fungi, sterilitas medium juga harus

diperhatikan karena jika medium sudah terkontaminasi bakteri atau fungi, maka

medium tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi. Bakteri atau jamur merupakan

sumber kontaminan yang menjadi musuh dalam menumbuhkan tanaman secara

in vitro. Jika dalam suatu botol sudah ditumbuhi jamur atau bakteri, maka besar

kemungkinan eksplan atau plantlet di dalamnya tidak akan tumbuh dengan baik

dan bahkan bisa menyebabkan kematian. Walaupun pembawa kontaminan tidak

hanya dari medium, akan tetapi medium harus diterilisasi untuk mengurangi

kemungkinan kontaminasi yang berasal dari medium yang kurang steril.

Kontaminasi yang sering terjadi pada kultur jaringan tanaman terdiri atas

dua jenis yaitu kontamiasi oleh bakteri dan kontaminasi oleh jamur. Untuk

membedakan kedua jenis kontaminasi ini, dapat dilihat dari ciri-ciri fisik yang

muncul pada eksplan maupun medium kultur. Bila terkena kontaminasi bakteri

maka tanaman akan basah atau menyebabkan adanya lendir, hal ini dikarenakan

bakteri langsung menyerang terhadap jaringan dari tubuh tumbuhan itu sendiri.

Sedangkan bila terkontaminasi oleh jamur, tanaman akan lebih kering dan akan

muncul hifa jamur pada tanaman yang terserang dan biasanya dapat dicirikan

dengan adanya garis-garis (seperti benang) yang berwarna putih sampai abu -abu.

Penyebab terjadinya kontaminasi bisa diakibatkan karena kesalahan pada saat


penanaman, saat sterilisasi medium dan eksplan atau bahkan pada saat pembuatan

medium.

Keberhasilan dan kegagalan dalam membuat medium dipengaruhi oleh

banyak hal meliputi pengukuran komponen pembuatan medium yang

ditambahkan kurang tepat, perataan komponen medium dengan menggunakan

magnetic stirer kurang lama sehingga medium yang di dapat belum benar-benar

homogeny dan pemasakan medium yang kurang matang sehingga komponen yang

ditambahkan terutama agar-agar belum tercampur dengan baik.

Berdasarkan hasil praktikum ini, dapat diketahui bahwa pada pengamatan

yang dilakukan selama tiga hari berturut-turut dengan menggunakan 10 ulangan,

tidak ditemukannya kontaminasi baik dari kontaminasi bakteri ataupun jamur

pada medium yang telah dibuat. Hal ini menunjukkan bahwa, mulai dari proses

sterilisasi alat, pembuatan medium hingga sterilisasi media atau bahan dapat

dikategorikan bahwa selama berlangsungnya proses tersebut dalam keadaan steril

atau dalam keadaan aseptik. Sesuai dengan yang kondisi yang dikehendaki atau

syarat dalam melakukan sterilisasi medium pada kultur jaringan.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa medium yang

umumnya digunakan dalam kegiatan kultur jaringan, yaitu medium MS

(Murashige dan Skoog) karena merupakan medium yang paling efektif untuk

berbagai jenis tanaman berkayu dan tanaman herbaceous selain itu unsur-unsur

dalam persenyawaannya lebih lengkap. Sumber energi yang digunakan dalam

komposisi medium MS ini adalah gula pasir, bahkan dalam medium MS terdapat

unsur-unsur lengkap yang terkandung, seperti unsur makro, unsur mikro, vitamin

dan ZPT yang berfungsi dalam pertumbuhan tanaman sebagai medium yang

menyediakan unsur pemenuhan nutrisi pada eksplan. Jenis ZPT yang sering

digunakan, yaitu 2,4-D yang merupakan dari golongan hormon auksin. Auksin

2,4-D merupakan Auksin sintetik kuat yang berfungsi memacu pembentukan

kalus, pemanjangan/pertumbuhan sel, inisiasi akar dan induksi embryo genesis

somatik. Selain itu golongan dari Sitokinin yaitu Benzyl Amino Purine (BAP)

yang berfungsi dalam memacu pembelahan sel, jaringan, organogenesis,

menginduksi pembentukan tunas dan proliferasi tunas aksilar.

5.2. Saran

Saran saya pada praktikum ini ditujukan kepada teman-teman praktikan

agar lebih tertib dan mendengarkan arahan serta penjelasan dari asisten dengan

baik.
DAFTAR PUSTAKA

Defi, E.K., Lilik, S dan Tatik, W. 2017. Effects of 2,4-D and BAP Concentration
Levels on MS Media for Embryogenic Callus Induction of Java Turmeric
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Jurnal Produksi Tanaman. 5(1):140-149.

Endang, L., Tutik, N dan Siti, N. 2013. Pengaruh Konsentrasi ZPT 2,4-D dan
BAP terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Dendrobium
laxiflorum J.J Smith secara In Vitro. Jurnal Sains dan Seni Pomits.
2(1):2337-3520.

Fitri M.S, Zairin T dan Essy H. 2013. Pengaruh Pemberian Chorox (NaOCl) pada
Sterilisasi Permukaan untuk Perkembangan Bibit Aglaonema (Donna
Carmen) Secara In Vitro. Jurnal Natural.12 (1) : 6-17.

Gunawan, 2011. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. IPB. Bogor. Pusat Antar
Universitas.

Rahardja, 2011. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta. Kanisius.

Rosita, E., 2015. Pengaruh Jenis Eksplan dan Komposisi Medium terhadap
Pembentukan Tunas Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)
Secara In Vitro. Jurnal Agroekoteknologi . 4(1): 1-7.

Satria M.F, Zairin T, Essy H. 2015. In Vitro Effect of Combined Indole Butyric
Acid (IBA) and Benzil Amino Purine (BAP) on the Planlet Growth of
Jatropacurcas L. Jurnal Natural. 12 (1) : 1-17.

Sitorus, E. N., Endah D. H. dan Nintya S. 2013. Induksi Kalus Binahong (Basella
rubra L.) secara In Vitro pada Medium Murashige & Skoog dengan
Konsentrasi Sukrosa yang Berbeda. Jurnal Bioma. 3 (1) : 2-10.
Tuhuteru, S., M. L. Hehanussa dan S. H. T. Raharjo. 2012. Pertumbuhan dan
Perkembangan Anggrek Dendrobium anosmum pada Medium Kultur In
Vitro dengan Beberpa Konsentrasi Air Kelapa. Jurnal Ilmu Budaya
Tanaman. 1 (1) : 5-12.

Wijayani, 2014. Teknik Kultur Jaringan Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan


Tanaman Secara Vegetatif-Modern. Yogyakarta. Kanisius.

Yuniastuti, E. 2012. Petunjuk Praktikum Kultur Jaringan. Jakarta. Surakarta.

Zulkarnain. 2017. Kultur Jaringan Tanaman. Solusi Perbanyakan Tanaman


Budidaya. Jakarta. Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai