BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
’’Membuat Medium Murashige dan Skoog (Medium MS)’’
Disusun Oleh:
Nama : Nurjaya
Nim : D1B1 17 186
Kelas : AGT-B
Kelompok : 5 (V Sheet 2)
LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
UNIT IN VITRO
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
2019
I. PENDAHULUAN
dalam ruangan (laboratorium) dan sifatnya aseptik (steril dari patogen). Bermuara
dalam kondisi yang aseptik, maka perlu dijelaskan bahwa segala aktifitas yang
utama dalam keberhasilan kultur. Medium kultur jaringan tanaman harus berisi
semua zat yang diperlukan untuk menjamin pertumbuhan eksplan yang ditanam.
semua medium dapat digunakan pada semua kultur tanaman. Karena beberapa
medium yang ada memiliki perbedaan kandungan dan konsentrasi zat-zat yang
metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Medium
tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, berbagai
pemadat medium seperti agar. Medium kultur yang memenuhi syarat adalah yang
mengandung nutrient makro dan mikro dalam kadar dan perbandingan tertentu,
sumber energi (sukrosa), serta mengandung berbagai macam vitamin dan ZPT.
metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis medium.
yang biasa adalah medium Murashige dan Skoog (MS) (Tuhuteru, 2012).
serta bibit yang dihasilkannya. Ada dua jenis hormon tanaman (Auksin dan
Sitokinin) yang banyak dipakai dalam propagasi secara in vitro. Auksin dapat
yang akan diperbanyak. Medium yang digunakan biasanya terdiri dari garam
mineral, vitamin dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti
agar, gula (sebagai sumber energi) dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon)
dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Medium yang sudah jadi
ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Medium yang digunakan
juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya menggunakan autoklaf
(Yuniastuti, 2012).
jaringan, terdiri dari hormon (ZPT) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di
dalam tanah yang dikelompokkan ke dalam unsur makro dan unsur mikro. Hasil
yang lebih baik akan dapat kita peroleh bila, kedalam medium tersebut,
ditambahkan vitamin, asam amino dan hormon, bahan pemadat medium (agar),
glukosa dalam bentuk gula maupun sukrosa, air destilate (akuades) dan bahan
medium padat atau cair. Medium padat digunakan untuk menghasilkan kalus
medium cair biasanya dugunakan untuk kultur sel. Medium yang digunakan
Skoog (MS). Dimana proses pembuatan medium ini dengan memipet larutan Stok
0,1 gr/L, sukrosa 30 gr/L, agar-agar 7 gr/L, 150 ml hara makro, 150 ml hara
menurunkan pH. Lalu dipanaskan diatas hot plate sampai agar melarut dan
botol kultur, lalu ditutup dengan alumunium foil. Selanjutnya media di sterilkan di
dalam autoklaf pada suhu 121 0C, tekanan 17,5 psi selama 30 menit (Zulkarnain,
2017).
setinggi 1,5–2 cm, botol ditutup rapat dengan aluminium foil. Medium disterilkan
dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Medium yang telah steril
disimpan selama 3 hari, bila tidak terkontaminasi maka medium dapat digunakan
(Fitri, 2013).
pengetahuan tentang kebutuhan hara sel dan jaringan yang dikultur. Faktor
penentu di dalam medium tumbuh adalah komposisi garam anorganik, ZPT dan
bentuk fisik medium. Banyak jenis medium yang digunakan untuk kultur kalus,
namun yang paling banyak digunakan adalah medium Murashige dan Skoog.
dalam bentuk NO3, NH4, serta terdapat gula dan vitamin. Zat pengatur tumbuh
adalah hormon tumbuhan yang dapat memacu pertumbuhan sel-sel atau jaringan
tertentu dari sel-sel kalus yang belum terdiferensiasi. ZPT berperan penting
ZPT antara lain jenis konsentrasi dan urutan penggunaan ZPT serta lama waktu
induksi tanaman pada medium yang mengandung ZPT. Ada beberapa jenis ZPT
yaitu Auksin, giberelin, Sitokinin dan adenin, namun yang paling sering
Terdapat empat kelas Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang penting dalam
kultur jaringan tanaman, yaitu Auksin, Sitokinin, giberelin dan asam absisat.
Skoog dan Miller adalah yang pertama melaporkan bahwa perbandingan Auksin
dan Sitokinin menentukan jenis dan berapa besar proses organogenesis dalam
Beberapa di antara jenis ZPT yang sering digunakan, yaitu 2,4-D yang
eksplan tanaman yang digunakan, sehingga dalam pembuatan medium, jenis ZPT
Penggunaan ZPT lain yang sering digunakan, yaitu ZPT yang tergolong
dalam kelompok Sitokinin. Benzyl amino purine (BAP) merupakan ZPT sintesis
yang mempunyai sifat stabil yakni tidak mudah terurai oleh pemanasan pada
proses sterilisasi dan harganya tergolong murah, bahkan BAP mempunyai sifat
yang sama dengan Sitokinin alamiah. BAP juga berfungsi dalam memacu
sumber karbon bagi sel-sel eksplan untuk dapat tumbuh. Peningkatan konsentrasi
dan sumber karbon yang lebih banyak, sehingga akan dapat mempercepat
pembelahan sel yang lebih cepat sehingga pertumbuhan kalus akan lebih cepat.
Sukrosa juga dapat menjaga tekanan osmotik medium. Pada medium yang
lebih tinggi antara medium dengan sel eksplan. Medium dengan gradien
konsentrasi yang lebih tinggi ini akan mengakibatkan gerakan difusi lebih cepat
ke dalam sel yang mempunyai konsentrasi yang lebih rendah (Sitorus, 2013).
III. MOTODOLOGI PRAKTIKUM
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu 10 buah botol kultur, botol
semprot, pipet mikro, timbangan analitik, hot plate, spatula dan magnetik stirrer.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu aquadest, bayclin, gula,
BAP, 2.4-D, agar, medium MS, karet, plastik, alkohol 70 % dan aluminium foil.
erlenmeyer.
8. Menambahkan aquadest sampai volume 250 ml, gojok dan panaskan dengan
10. Menunggu larutan sampai dingin kemudian ditutup dengan plastik lalu diikat
11. Melakukan pengamatan selama 3 hari yaitu Selasa, Rabu dan Kamis
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
2
2 -
3
3 -
4
4 -
5
5 -
6
6 -
7
7 -
8
8 -
9
9 -
10
10 -
4.2. Pembahasan
serta bibit yang dihasilkannya. Ada dua jenis hormon tanaman (Auksin dan
Sitokinin) yang banyak dipakai dalam propagasi secara in vitro. Auksin dapat
hormon (zat pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di
dalam tanah yang dikelompokkan ke dalam unsur makro dan unsur mikro. Hasil
yang lebih baik akan dapat kita peroleh bila, kedalam medium tersebut
ditambahkan vitamin, asam amino dan hormon, bahan pemadat (agar), glukosa
dalam bentuk gula, aquades steril. Medium dasar yang digunakan adalah medium
merupakan medium yang paling efektif untuk berbagai jenis tanaman berkayu dan
lengkap. Sumber energi yang digunakan dalam komposisi medium MS ini adalah
gula pasir. Gula putih yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari cukup
yang demikian berlaku untuk semua tanaman. Konsentrasi umum gula tergantung
dari jenis kultur. Namun pada umumnya, konsentrasi yang diguankan yaitu 30
gram/liter.
Selain gula sebagai sumber energi, pemakaian bahan pemadat media juga
perlu diperhatikan. Bahan pemadat medium yang paling sering digunakan adalah
agar-agar. Agar-agar adalah campuran poli sakarida yang diperoleh dari beberapa
spesies alga. Dalam analisa unsur, diperoleh data bahwa agar-agar mengandung
sedikit unsur Ca, Mg, K, dan Na. Dalam medium MS ini, bahan pemadat
medianya menggunakan agar. Keuntungan dari penggunaan agar ini adalah agar-
agar membeku pada suhu 45oC dan mencair pada suhu 100 oC, sehingga dalam
kisaran suhu kultur, agar-agar akan berada dalam keadaan beku yang stabil, tidak
1,0%. Konsentrasi agar-agar yang terlalu tinggi akan menyebabkan agar menjadi
keras sehingga dapat mengurangi difusi persenyawaan dari dan kearah eksplan,
sehingga pengambilan hara dan zat tumbuh berkurang, sedangkan zat penghambat
sumber makanan yang baik untuk bakteri dan fungi, sterilitas medium juga harus
diperhatikan karena jika medium sudah terkontaminasi bakteri atau fungi, maka
medium tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi. Bakteri atau jamur merupakan
in vitro. Jika dalam suatu botol sudah ditumbuhi jamur atau bakteri, maka besar
kemungkinan eksplan atau plantlet di dalamnya tidak akan tumbuh dengan baik
hanya dari medium, akan tetapi medium harus diterilisasi untuk mengurangi
Kontaminasi yang sering terjadi pada kultur jaringan tanaman terdiri atas
dua jenis yaitu kontamiasi oleh bakteri dan kontaminasi oleh jamur. Untuk
membedakan kedua jenis kontaminasi ini, dapat dilihat dari ciri-ciri fisik yang
muncul pada eksplan maupun medium kultur. Bila terkena kontaminasi bakteri
maka tanaman akan basah atau menyebabkan adanya lendir, hal ini dikarenakan
bakteri langsung menyerang terhadap jaringan dari tubuh tumbuhan itu sendiri.
Sedangkan bila terkontaminasi oleh jamur, tanaman akan lebih kering dan akan
muncul hifa jamur pada tanaman yang terserang dan biasanya dapat dicirikan
dengan adanya garis-garis (seperti benang) yang berwarna putih sampai abu -abu.
medium.
magnetic stirer kurang lama sehingga medium yang di dapat belum benar-benar
homogeny dan pemasakan medium yang kurang matang sehingga komponen yang
pada medium yang telah dibuat. Hal ini menunjukkan bahwa, mulai dari proses
sterilisasi alat, pembuatan medium hingga sterilisasi media atau bahan dapat
atau dalam keadaan aseptik. Sesuai dengan yang kondisi yang dikehendaki atau
5.1. Kesimpulan
(Murashige dan Skoog) karena merupakan medium yang paling efektif untuk
berbagai jenis tanaman berkayu dan tanaman herbaceous selain itu unsur-unsur
komposisi medium MS ini adalah gula pasir, bahkan dalam medium MS terdapat
unsur-unsur lengkap yang terkandung, seperti unsur makro, unsur mikro, vitamin
dan ZPT yang berfungsi dalam pertumbuhan tanaman sebagai medium yang
menyediakan unsur pemenuhan nutrisi pada eksplan. Jenis ZPT yang sering
digunakan, yaitu 2,4-D yang merupakan dari golongan hormon auksin. Auksin
somatik. Selain itu golongan dari Sitokinin yaitu Benzyl Amino Purine (BAP)
5.2. Saran
agar lebih tertib dan mendengarkan arahan serta penjelasan dari asisten dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Defi, E.K., Lilik, S dan Tatik, W. 2017. Effects of 2,4-D and BAP Concentration
Levels on MS Media for Embryogenic Callus Induction of Java Turmeric
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Jurnal Produksi Tanaman. 5(1):140-149.
Endang, L., Tutik, N dan Siti, N. 2013. Pengaruh Konsentrasi ZPT 2,4-D dan
BAP terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Dendrobium
laxiflorum J.J Smith secara In Vitro. Jurnal Sains dan Seni Pomits.
2(1):2337-3520.
Fitri M.S, Zairin T dan Essy H. 2013. Pengaruh Pemberian Chorox (NaOCl) pada
Sterilisasi Permukaan untuk Perkembangan Bibit Aglaonema (Donna
Carmen) Secara In Vitro. Jurnal Natural.12 (1) : 6-17.
Gunawan, 2011. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. IPB. Bogor. Pusat Antar
Universitas.
Rosita, E., 2015. Pengaruh Jenis Eksplan dan Komposisi Medium terhadap
Pembentukan Tunas Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)
Secara In Vitro. Jurnal Agroekoteknologi . 4(1): 1-7.
Satria M.F, Zairin T, Essy H. 2015. In Vitro Effect of Combined Indole Butyric
Acid (IBA) and Benzil Amino Purine (BAP) on the Planlet Growth of
Jatropacurcas L. Jurnal Natural. 12 (1) : 1-17.
Sitorus, E. N., Endah D. H. dan Nintya S. 2013. Induksi Kalus Binahong (Basella
rubra L.) secara In Vitro pada Medium Murashige & Skoog dengan
Konsentrasi Sukrosa yang Berbeda. Jurnal Bioma. 3 (1) : 2-10.
Tuhuteru, S., M. L. Hehanussa dan S. H. T. Raharjo. 2012. Pertumbuhan dan
Perkembangan Anggrek Dendrobium anosmum pada Medium Kultur In
Vitro dengan Beberpa Konsentrasi Air Kelapa. Jurnal Ilmu Budaya
Tanaman. 1 (1) : 5-12.