Anda di halaman 1dari 10

III.

Paleo sensibilitas

III.a Rasa-rasa panas dan dingin :

Rasa-rasa panas dan dingin tidak ditentukan oleh suhu suatu benda yang
sebenarnya, melainkan oleh kecepatan hilangnnya panas atau mendapatkan panas oleh
kulit.

1. a. Sediakanlah 3 buah bak yang masing-masing berisi air es, bersuhu 40℃ dan air
bersuhu ± 30℃
1. b. Masukkan telunjuk kanan ke dalam air es dan telunjuk kiri ke dalam air 40℃. Catatlah
perasaan yang saudara alami.
1. c. Kemudian segera masukkan kedua telunjuk saudara ke dalam bak berisi air yang
bersuhu ± 30℃. Catatlah dan terangkanlah perasaan yang saudara alami.
2. a. tempatkanlah punggung tangan saudara ± 10 cm di depan mulut dan tiuplah kulit
punggung tangan itu perlahan-lahan. Catatlah rasa yang saudara alami.
b. basahilah punggung tangan itu dengan air terlebih dahulu, kemudian tiuplah seperti
percobaan tersebut di atas. Catatlah pula rasa yang saudara alami.
c. oleskan punggung tangan itu dengan alcohol atau eter dahulu, kemudian tiuplah lagi.
Rasa yang bagaimanakah yang saudara alami sekarang? Terangkan!

Pertanyaan :

1. Pada percobaandengan alcohol atau dengan eter pada kulit. Mula-mula ditimbulkan
perasaan dingin dahulu kemudian perasaan dingim dahulu kemudian disusul dengan
perasaan panas? Terangkan!
2. Apakah rasa-rasa panas atau dingin itu dirasakan terus-menerus?
III. b Reaksi-reaksi di kulit

Rasa-rasa panas, dingin, raba/tekan dan nyeri dihantarkan oleh serat-serat syaraf yang
terpisah, yang menghubungkan titik di kulit. Kepadatan titik-titik rasa diberbegai tempat di kulit
tidaklah sama.

1. Letakkanlah telapak tangan kiri di atas meja dan tandailah suatu daerah 3x3 cm dengan
menggunakan stampel yang tersedia.
2. Selidikilah secara teratur mengikuti garis-garis sejajar titik-titik panas dengan
menggunakan kerucut kekuningan yang telah direndam di dalam air panas bersuhu 50℃
(diletakkan pada telapak tangan, keringkan dahulu kerucut itu dengan handuk). Berilah
tanda pada titik-titik itu dengan tinta hitam.
3. Lakukan percobaan tersebut di atas untuk menentukan titik-titik dingin dengan
menggunakan kerucut kuningan yang telah direndam di dalam air es.
4. Buatlah gambar tangan di atas kertas putih dan tuliskan titik-titik rasa itu ke dalamnya.
5. Lakukan percobaan tersebut (nomer 2 s/d 3) untuk daerah-daerah lengan bawah, kuduk
dan pipi.

Pertanyaan :

Di daerah manakah dari tubuh masing-masing rasa itu terpadat?

IV. Neo-sensibilitas

IV. a lokalisasi rasa tekan :

1. Tutuplah mata manusia coba, kemudian tekanlah ujung pensil dengan kuat pada ujung
jarinya.
2. Suruhlah manusia coba menunjukan dengan pensil tempat yang telah diransang itu.
Tentukan jarak antara titik tunjuk dalam mm.
3. Ulangi percobaan tersebut 3 kali dan tentukan jarak-jarak rata-ratanya.
4. Lakukan percobaan tersebut untuk daerah-daerah telapak tangan, lengan bawah,
lengan atas, pipi dan kuduk.
IV. b diskriminasi rasa tekan

1. Tutuplah mata manusia coba, kemudian tekanlah kedua ujung sebuah jangka secara
serentak (simultan) pada ujung jarinya.
2. Ambillah mula-mula jarak ujung jangka yang kecil sehingga manusia coba belum dapat
membedakan dua titik. Kemudian perbesarlah jarak ujung jangka setiap kali dengan 2
mm, hingga tepat dapat dibedakan dua titik oleh orang percobaan.
3. Ulangi percobaan ini dengan jarak ujung jangka yang besar dulu. Kemudian dikecilakn
setiap kali dengan 2 mm sampai ambang diskriminasi. Ambillah jarak rata-rata dari
tindakan nomer 2 s/d 3.
4. Lakukan percobaan nomer 1 s/d 3, tetapi sekarang dengan meneka kedua ujung jangka
secara berturut-turut (suksesif).
5. Tentukan dengan cara-cara tersebut di atas ambang diskriminasi dua titik untuk daerah-
daerah kuduk, bibir, pipi, dan lidah.
6. a. ambillah sekarang jarak terbesar antara ujung-ujung jangka yang masih dirasakan
sebagai satu titik oleh kulit depan telinga.
b. gerakkanlah sekarang jangka tersebut mulai dari kulit depan telinga kearah pipi, bibir
atas dan bibir bawah. Catatlah yang saudara alami.

Pertanyaan :

Adakah perbedaan diskriminasi, bila ujung-ujung jangka ditekankan secara simultan dan
suksesif ?

IV. c Diskriminasi Kekuatan Rangsangan. Hukum Weber-Fechner

Kemampuan untuk membedakan kekuatan rangsangan rasa-rasa, pada umumnya tidak


tergantung pada kekuatan mutlah dari rangsangan tersebut, tetapi pada perbedaan relatifnya.

1. Tutuplah mata manusia coba dan letakkan tangannya di atas meja dengan telapak
tangannya menghadap ke atas.
2. Letakkan kotak timbangan dengan beban 5 gram di dalamnya pada ujung-ujung jarinya.
3. Tambahkanlah setiap kali ke dalam kotak timbangan suatu beban, sampai manusia coba
tepat dapat membedakan tambahan berat. Catatlah beban permulaan (ditambah kotak
timbangan) dan berat terakhir.
4. Lakukanlah percobaan no 2 dan nomor 3 dengan beban mula-mula di dalam kotak
berturut-turut 10 gram, 50 gram, dan 100 gram.

Pertanyaan :

Bagaimanakah bunyi hukum Weber-Fechner? Dapatkah hukum ini diperlihatkan dengan


percobaan tersebut di atas?

IV. d kemampuan Diskriminasi

Dalam melakukan praktikum ini seringkali timbul kesukaran karena yang dipakai adalah
orang-orang sehat dan normal pada kemampuan diskriminasinya. Oleh sebab itu dilakukan
perbandingan kemampuan diskriminasi antara tangan (yang normal) dengan lengan bawah
atau kuduk.

 Kemampuan diskriminasi kekasaran :


1. Suruhlah manusia coba dengan mata tertutup meraba-raba dengan ujung jarinya
kertas penggosok yang berbeda-beda derajat kekasarannya.
2. Bagaimanakah daya pembedanya? Ulangi percobaan tersebut dengan lengan
bawahnya.
 Kemampuan diskriminasi ukuran :
a. Tekanlah pada telapak tangan manusia coba (mata tertutup) cincin logam dari
bermacam-macam ukuran.
b. Ulangi percobaan itu dengan lengan bawahnya.
 Kemampuan diskriminasi bentuk :
a. Dengan mata tertutup suruhlah manusia coba memegang benda kecil yang tersedia
dan suruhlah menyebutkan benda-benda tersebut (lingkaran, empat persegi
panjang, segi tiga, bulat lonjong, dll)
b. Ulangi percobaan ini dengan lengan bawahnya.
Pertanyaan :

Gambarlah jalur-jalur dari semua rasa-rasa sensoris : raba, tekan, nyeri, panas dan dingin !
Estrus.

IV. Prosedur

1. Diambil larutan saline menggunakan spuit injeksi 1 ml sebanyak 0,1 ml.


2. Larutan saline disemprotkan ke dalam vagina dan dihisap dengan beberapa kali
pengulangan.
3. Teteskan larutan saline yang sudah mengandung sel-sel vagina pada objek glass dan
tutup dengan cover glass.
4. Amati di bawah mikroskop sel-sel vagina yang ada dalam hapusan tersebutdan
gambarkan sel-sel tersebut.
5. Tentukan fase dalam siklus estrus yang terjadi pada mencit saat itu dan gambarkan
bentuk sel pada fase tersebut.
Denyut nadi

III. PROSEDUR

III. a Memeriksa Denyut Nadi

1. Orang coba berbaring terlentang tenang 2-3 menit di meja periksa/tempat tidur dengan
kedua lengan diletakkan di samping tubuh.
2. Periksalah denyut nadi A. radialis dextra dengan ujung jari II-III-IV yang diletakkan rapat
sejajar satu dengan yang lain, longitudinal di atas A. radialis tersebut. Tentukan :
frekuensi (berapa kali permenit) dan iramanya (teratur atau tidak).

III.b Pengukuran Tekanan Darah Secara Palpasi

1. Orang coba berbaring terlentang, lengan yang hendak diukur tekanan darahnya (lengan
kanan) di samping tubuh.
2. Pasanglah manset pada lengan kanan atas (jangan terlalu ketat atau terlalu longgar),
sekitar 3 cm di atas fossa cubiti.
3. Raba dan rasakan denyut Arteti radialis dextra.
4. Putar sekrup pada pompa udara searah jarum jam sampai maksimal untuk mencegah
udara keluar dari manset, lalu pompakan udara ke dalam manset. Pada suatu saat
denyut A. radialis dextra menghilang (tak teraba). Teruslah memompa sampai tinggi air
raksa dalam manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik dimana denyut A.radialis
dextra tadi mulai menghilang.
5. Keluarkan udara dari manset secara pelan dan berkesinambungan (dengan memutar
sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam). Catat tinggi air raksa pada
manometer dimana denyut A.radialis teraba kembali. Ini menunjukan besarnya tekanan
sistolik secara palpasi.
III. C Pengukuran Tekanan Darah Secara Auskultasi

1. Orang coba tetap berbaringterlentang dengan manset tetap terpasang di lengan kanan
atas. Posisi lengan kanan tetap di samping tubuh.
2. Tentukan letak A. barachialis dextra secara palpasi pada fossa cubiti, letakkan diafragma
stetoskop di atas A. Brachialis dextra tersebut.
3. Putar sekrup pada pompa udara searah jarum jam sampai maksimal untuk mencegah
udara keluar dari manset, lalu pompakan udara ke dalam manset. Anda akan
mendengar suara bising A. brachialis dextra melalui stetoskop. Pada suatu saat suara
bising tersebut akan menghilang (tak terdengar) teruslah memompa sampai tinggi air
raksa dalam manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi daripada titik dimana suara bising
A. brachialis dextra tadi mulai menghilang.
4. Keluarkan udara dari manset secara pelan dan berkesinambungan, maka anda akan
mendengar suara-suara korotkoff I-V. tekanan udara dimana terdengar korotkoff I
menunjukan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi, sedangkan tekanan dimana
terdengar korotkoff IV atau V menunjukan besarnya diastolic secara auskultasi.

III. D Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah

1. a.pilih satu mahasiswa coba (MC I).


b.pilih satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC 1 pada arteri radialis
sinistra selam praktikum point III.A
c.pilih satu mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan darah MC 1 pada lengan kanan
secara auskultasi selama praktikum point III.A
d.pilih satu mahasiswa untuk mencatat data.
2. MC 1 berbaring terlentang selam 2-3 menit kemudian tentukan frekuensi dan irama
denyut arteria radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi
(masing-masing diukur 3 kali berturut-turut) selanjutnya hitung nilai rata-ratanya.
3. MC 1 disuruh duduk tenang 2-3 menit kemudian tentukan frekuensi dan irama denyut
arteria radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi
(masing-masing diukur 3 kali berturut-turut) selanjutnya hitung nilai rata-ratanya.
4. MC 1 disuruh berdiri tenang dengan sikap anatomis selama 2-3 menit kemudian
tentukan frekuensi dan irama denyut arteria radialis sinistra serta tekanan darah pada
lengan tangan secara auskultasi (masing-masing diukur 3 kali berturut-turut) selanjutnya
hitung nilai rata-ratanya.

III. E Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah

1. a. pilih salah satu mahasiswa coba (MC 2)


b. pilih salah satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC 2 pada arteri
radialis sinistra selama praktikum point III.b
c. pilih salah satu mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan darah MC 2 pada lengan
kanan secara auskultasi selama point III.b
d. pilih satu mahasiswa untuk mencatat data.
2. MC 2 disuruh tenang 2-3 menit, kemudian periksa frekuensi dan irama denyut arteria
radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi masing-masing
diukur 3 kali berturut-turut). Catat frekuensi dan irama denyut arteri radialis sinistra
serta tekanan sistolik dan diastolic, selanjutnya hitung nilai rata-ratanya.
3. Dengan mancet tetap terpasang pada lengan atas tangan (hubungan mancet dengan
skala manometer dilepas, MC 2 melakukan latihan fisik dengan cara “step test (naik
turun bangku)” 20 kali permenit selama 2 menit dengan dipandu oleh irama netronom
yang disetting pada frekuensi 80 ketukan permenit.
4. Setelah step test berakhir, MC 2 segera disuruh duduk, periksalah frekuensi denyut
arteri radialis sinister dan tekanan darahnya masing-masing 1 kali. Data ini diharapkan
tercatattepat 1 menit seteleh step test berakhir.
5. Teruskan memeriksa frekuensi denyut arteri radialis sinister dan tekanan darah dengan
interval 2 menit (menit ketiga, menit kelima, menit ketujuh, dst) sampai nilainya kembali
seperti keadaan sebelum latihan.

Untuk setiap saat atau interval, pengukuran frekuensi denyut arteri radialis sinistra dan tekanan
darah hanya diukur satu kali.

Anda mungkin juga menyukai