Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam
jangka waktu yang telah ditentukan.

Adapun pembahasan yang dibahas dalam makalah ini adalah “Muhkam


dan Mutasyabihat”. Penulisan ini bertujuan agar pembaca mengetahui pengertian
muhkam dan mutasyabih, sebab-sebab terjadinya tasyabuh, pandangan ulama mengenai
ayat-ayat mutasyabih, ayat-ayat mutasyabih & keterangan tasyabuhnya

Penulisan makalah ini telah diselesaikan dengan semaksimal mungkin.


Namun, sekiranya masih terdapat kesalahan dan kekurangan, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Samata, 16 Mei 2013

Pemakalah

1
DAFTAR ISI

Sampul .......................................................................................................................
1
Kata
Pengantar ....................................................................................................................
2
Daftar
isi ................................................................................................................................
3
Bab I
Pendahuluan ...............................................................................................................
4
A. Latar
Belakang.........................................................................................................
4
B. Rumusan
Masalah ..........................................................................................................
5
C. Tujuan
Penulisan ........................................................................................................
5
Bab II
Pembahasan ................................................................................................................
6
A. Pengertian Muhkam Dan Mutasyabih
.................................................................................................................................
6
B. Sebab-Sebab Adanya Ayat Muhkam dan
Mutasyabih...............................................................................................................
9
C. Macam-macam Ayat
Mutasyabihat ............................................................................................................
9
D. Pendapat Ulama Mengenai Ayat Muhkam dan
Mutasyabih...............................................................................................................
10

2
E. Sikap Ulama Terhadap Ayat Muhkam Dan
Mutasyaih.................................................................................................................
12
F. Faedah Ayat-Ayat Muhkam Dan
Mutasyabih...............................................................................................................
12
Bab III
Penutup.......................................................................................................................
15
A. Kesimpulan ....................................................................................................
15
B. Saran ...............................................................................................................
15
Daftar
pustaka........................................................................................................................
16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an diturunkan Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah agar Al-
Qur’an menjadi pemberi peringatan bagi alam semesta. Ia menggariskan bagi
makhluk-Nya akidah yang benar dan prinsip-prinsip yang lurus dalam ayat-
ayat yang tegas keterangannya dan jelas ciri-cirinya. Itu semua merupakan
karunia-Nya kepada umat manusia, di mana Ia menetapkan bagi mereka
pokok-pokok agama untuk menyelamatkan akidah mereka dan menerangkan
jalan lurus yang harus mereka tempuh.
Salah satu persoalan ‘Ulumul Qur’an yang masih sering kita dengar
tentang perselisihannya ialah masalah ayat-ayat muhkam dan ayat-ayat
mutasyabih. Telaah dan perdebatan di seputar masalah ini telah banyak mengisi
lembaran khazanah keilmuan Islam, terutama menyangkut penafsiran Al-
Qur’an.
Ulama-ulama salaf mereka tidak mau menafsirkan ayat-ayat
mutasyabihat. Mereka hanya mengimani dan mengamalkan apa yang Allah
maksud di dalam Al-Quran. Sedangkan dikalangan ulama muta’akhirin mereka
berani menafsirkan maupun menakwilkan ayat-ayat mutasyabihat. Entah apa
alasan kongkrit kedua golongan ulama salaf yang tidak menafsirkan ayat-ayat
mutasyabih dan ulama khalaf yang mencoba menafsirkan ayat-ayat mutasyabih
ini?
Untuk itu di dalam makalah ini, saya akan mengetengahkan dan
menguraikan tentang Muhkam dan Mutasyabih.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Muhkam dan Mutasyabih?
2. Apa penyebab Muhkam dan Tasyabuh Dalam Al-qur’an?
3. Apa saja macam-macam ayat mutasyabihat?
4. Bagaimana Pendapat Ulama Salaf dan Khalaf Dalam Menafsirkan Ayat-
Ayat Mutasyabih?
5. Bagaimana sikap ulama terhadap ayat muhkam dan mutasyabih?
6. Apa saja faedah dari ayat-ayat muhkam dan mutasyabih?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Muhkan dan Tasyabuh.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Tasyabuh Dalam Al-qur’an.
3. Untuk memaparkan macam-macam ayat mutasyabihat.
4. Untuk mengetahui Pendapat Ulama Salaf dan Khalaf Dalam Menafsirkan
Ayat-Ayat Mutasyabih.
5. Untuk mengetahui sikap ulama terhadap ayat muhkam dan mutasyabih.
6. Untuk menganalisis faedah dari ayat-ayat muhkam dan mutasyabih.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih


Menurut etimologi muhkam artinya suatu ungkapan yang maksud
makna lahirnya tidak mungkin diganti atau diubah. Adapun mutasyabih adalah
ungkapan yang maksud makna lahirnya samar.
Menurut istilah, para ulama berbeda-beda dalam memberikan
pengertian muhkam dan mutasyabih, yakni sebagai berikut:
1. Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
Ulama golongan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah mengatakan, lafal
muhkam adalah lafal yang diketahui makna maksudnya, baik karena memang
sudah jelas artinya maupun karena dengan ditakwilkan. Sedangkan lafal
mutasyabih adalah lafal yang pengetahuan artinya hanya dimonopoli Allah
SWT. Manusia tidak ada yang bias mengetahuinya. Contohnya, terjadinya hari
kiamat, keluarnya Dajjal, arti huruf-huruf Muqaththa’ah.
a. Hanafiyah
Ulama golongan Hanafiyah mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang
jelas petunjuknya, dan tidak mungkin telah dinasakh (dihapuskan hukumnya).
Sedang lafal mutasyabih adalah lafal yang samar maksud petunjuknya,
sehingga tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia atau pun tidak tercantum
dalam dalil-dalil nash (teks dalil-dalil). Sebab, lafal mutasyabih termasuk hal-
hal yang diketahui Allah saja artinya. Contohnya seperti hal-hal yang ghaib.
b. Ahlul Fiqh
Mayoritas ulama golongan ahlul fiqh yang berasal dari pendapat
sahabat Ibnu Abbas mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang tidak bisa
ditakwilkan kecuali satu arah atau segi saja. Sedangkan lafal mutasyabih adalah
artinya dapat ditakwilkan dalam beberapah arah atau segi, karena masih sama.
Misalnya, seperti masalah surga, neraka, dan sebagainya.
1. Imam Ibnu Hanbal
Imam Ibnu Hanbal dan pengikut-pengikutnya mengatakan, lafal muhkam
adalah lafal yang bisa berdiri sendiri atau telah jelas dengan sendirinya tanpa
membutuhkan keterangan yang lain. Sedang lafal yang tidak bisa berdiri sendiri
adalah lafal mutasyabih, yang membutuhkan penjelasan arti maksudnya, karena
adanya bermacam-macam takwilan terhadap lafal tersebut. Contohnya seperti

6
lafal yang bermakna ganda (lafal musytarak), lafal yang asing (gharib), lafal yang
berarti lain (lafal majaz), dan sebagainya.
2. Imamul Haramain,
Imamul Haramain mengatakan bahwa lafal muhkam ialah lafal yang tepat
susunan, dan tertibnya secara biasa, sehingga mudah dipahami arti dan maksudnya
sedangkan lafal mutasyabih adalah lafal yang makna maksudnya tidak terjangkau
oleh ilmu bahasa manusia, kecuali jika disertai dengan adanya tanda-tanda atau
isyaratyang menjelaskannya. Contohnya seperti lafal yang musytarak, mutlak,
khafi (samara), dan sebagainya.
3. Imam Ath-Thibi
Imam Ath-Thibi mengatakan, lafal muhlam ialah lafal yang jelas
maknanya, sehingga tidak mengakibatkan kemusykilan atau kesulitan arti. Sebab,
lafal muhkam itu diambil dari lafal ihkam (Ma’khuudzul Ihkami) yang berarti baik
atau bagus. Contohnya seperti yang dhahir, lafal yang tegas, dan sebagainya.
Sedangkan lafal yang mutasyabih ialah sebaliknya, yakni yang sulit dipahami,
sehingga mengakibatkan kemusykilan atau kesukaran. Contohnya seperti lafal
musytarak, mutlak, dan sebagainya.
4. Imam Fakhruddin Ar-Razi
Imam Fakhruddin Ar-Razi berpendapat lafal muhkam ialah lafal yang
petunjuknya kepada sesuatu makna itu kuat, seperti lafal yang nash, atau yang
jelas, dan sebagainya. Sedangkan lafal mutasyabih ialah lafal yang petunjuknya
tidak kuat, seperti lafal yang global, yang musykil, yang ditakwili, dan sebagainya.
5. Ikrimah dan Qatadah
Ikrimah dan Qatadah mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang isi
maknanya dapat diamalkan, karena sudah jelas dan tegas, seperti umumnya lafal
Al-Quran. Sedangkan lafal mutasyabih ialah lafal yang isi maknanya tidak perlu
diamalkan, melainkan cukup diimani eksistensinya saja. Muhkam adalah ayat
yang hanya mengandung satu wajah, sedang mutasyabih mengandung banyak
wajah.

Jadi, jika semua definisi muhkam tersebut dirangkum, maka pengertian


muhkam ialah lafal yang artinya dapat diketahui dengan jelas dan kuat secara
berdiri sendiri tanpa ditakwilkan karena susunan tertibnya tepat, dan tidak
musykil, karena pengertiannya masuk akal, sehingga dapat diamalkan karena
tidak dinasakh. Sedangkan pengertian mutasyabih ialah lafal-Al-Quran yang
artinya samar, sehingga tidak dapat dijangkau oleh akal manusia karena bisa

7
ditakwilkan macam-macam sehingga tidak dapat berdiri sendiri karena susunan
tertibnya kurang tepat sehingga menimbulkan kesulitan cukup diyakini adanya
saja dan tidak perlu amalkan, karena merupakan ilmu yang hanya dimonopoli
Allah SWT.

B. Sebab-Sebab Adanya Ayat-Ayat Muhkam dan Mutasyabih.


Secara tegas dapat dikatakan, bahwa sebab adanya ayat muhkamah dan
mutasyabihat ialah karena Allah SWT menjadikannya demikian itu. Allah SWT
memisahkan atau membedakan antara ayat-ayat yang muhkam dari yang
mutasyabih, dan menjadikan ayat muhkam sebagai bandingan ayat yang
mutasyabihat.
Allah SWT telah berfirman:

‫ات ُمح َكمتْ ُه َّنْ ا ُ ْم‬ َْ ‫علَي‬


َ َ ‫ك ال ِكت‬
ْ َ‫ابْ من ْهُ آي‬ َ ‫ل‬َْ َ‫ُه َوالَّذِيْ أَنز‬
ْ‫َر ُمتَش ِبهت‬ُْ ‫ب َواُخ‬
ِْ ‫ال ِكتَا‬
Artinya: “Dia-lah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) kepada kamu. Di
antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Quran, dan
yang lain ayat-ayat mutasyabihat.” (Q.S. Ali Imran: 7)
Menurut kebanyakan ulama, sebab adanya ayat-ayat muhkamat itu sudah
jelas, yakni sebagaimana sudah ditegaskan dalam ayat 7 surah Ali Imran di atas.
Sedang sebab adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam Al-Qur’an ialah karena ada
kesamaran maksud syarak dalam ayat-ayat-Nya sehingga sulit dipahami umat,
tanpa dikatakan dengan arti yang lain, disebabkan karena bisa ditakwilkan dengan
bermacam-macam dan petunjuk pun tidak tegas, karena sebagian besar merupakan
hal-hal yang pengetahuannya hanya dimonopoli oleh Allah SWT saja.[5]

C. Macam-Macam Ayat Mutasyabihat


Sesuai dengan sebab-sebab adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam Al-
Qur’an, maka macam-macam ayat mutasyabihat itu ada tiga macam, sebagi berikut:
1. Ayat-ayat mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia,
kecuali Allah SWT. contohnya, seperti Dzat Allah SWT, hakikat sifat-sifat-
Nya, waktu datangnya hari kiamat, dan sebagainya.

8
2. Ayat-ayat yang mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan
jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Contohnya, seperti merinci
yang mujmal, menentukan yang musytarak, mengkayyidkan yang mutlak,
menertibkan yang kurang tertib, dan sebagainya.
3. Ayat-ayat yang mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu
dan sain, bukan oleh semua orang, apalagi orang awam. Hal-hal ini termasuk
urusan-urusan yang hanya diketahui oleh Allah SWT dan orang-orang yang
rasikh (mendalam) ilmu pengetahuannya.
D. Pendapat Para Ulama Mengenai Ayat Muhkam dan Mutasyabih
Para ulama juga berlainan paham mengenai kemuhkaman Al-Qur’an dan
kemutasyabihatannya. Sikap para ulama terhadap ayat-ayat mutasyabih terbagi
dalam dua kelompok, yaitu:
1. Madzhab Salaf, yaitu para ulama yang mempercayai dan mengimani ayat-ayat
mutasyabih dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah sendiri (tafwidh
ilallah). Mereka menyucikan Allah dari pengertian-pengertian lahir yang
mustahil bagi Allah dan mengimaninya sebagaimana yang diterangkan Al-
Qur’an. Di antara ulama yang masuk ke dalam kelompok ini adalah Imam
Malik yang berasal dari ulama mutaqaddimin.
2. Madzhab Khalaf, yaitu para ulama yang berpendapat perlunya menakwilkan
ayat-ayat mutasyabih yang menyangkut sifat Allah sehingga melahirkan arti
yang sesuai dengan keluhuran Allah. Mereka umumnya berasal dari kalangan
ulama muta’akhirin.
Sebab dalam Al-Quran ada ayat-ayat yang menerangkan bahwa semua Al-
Quran itu muhkam, seperti surah Hud ayat 1, dan ada pula ayat-ayat yang
menjelaskan bahwa semuanya mutasyabih, seperti ayat 23 surah Az-Zumar.
Sebagaimana ada juga ayat-ayat yang menjelaskan ada sebagian Al-Quran yang
muhkam dan sebagian lain mutasyabih, seperti ayat 7 surah Ali Imran.
Ada tiga pendapat para ulama mengenai masalah tersebut, sebagi berikut:
1. Pendapat pertama berpendirian, bahwa semua Al-Qur’an itu muhkam,
berdasarkan ayat 1 surah Hud:”ْ‫( ”آيت ُ ْهُ أُح ِك َمتْ ِكتب‬suatu Kitab yang ayat-
ayatnya tersusun rapih).
2. Pendapat kedua mengatakan, bahwa Al-Qur’an itu seluruhnya
mutasyabihat, dalam arti yang saling bersesuaian yang sebagian dengan
bagian yang lain. Hal ini berdasarkan ayat 23 surah Az-Zumar:

9
ُ‫ش ِعرْ ِمن ْهُ ُجلُو ْد‬ َْ ِ‫ث ِكتَابًا ُمتَشَا ِب ًها َمثَان‬
َ ‫ي تَق‬ ِْ ‫سنَْ ال َحدِي‬ َْ ‫للُ ن ََّز‬
َ ‫ل اَح‬ ْ َ‫ا‬
ْ‫الَّذِينَْ يَخشَونَْ َربَّ ُهم‬
Artinya: “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-
Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang ulang. Gemetar
karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya.”
3. Pendapat ketiga mengatakan, bahwa Al-Qur’an itu terdiri dari dua bagian,
yakni muhkam dan mutasyabih. Pendapat ini berdasarkan ayat 7 surah Ali
Imran.
Jika dilihat sepintas, seolah-olah hanya pendapat ketiga yang benar dan sesuai
dengan kenyataan yang ada dalam Al-Qur’an. Tetapi jika diamati secara seksama,
sebenarnya semua pendapat itu benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam
Al-Qur’an itu. Sebab ketiga itu ada dalilnya dalam Al-Qur’an, dan semuanya juga
benar cara istidhal masing-masing. Yang berbeda hanya orientasi pendapat masing-
masing.
E. Sikap Para Ulama Terhadap Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih
Sikap para ulama terhadap ayat-ayat mutasyabih terbagi dalam dua kelompok,
yaitu:
1. Madzhab Salaf, yaitu para ulama yang mempercayai dan mengimani ayat-ayat
mutasyabih dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah sendiri (tafwidh
ilallah). Mereka menyucikan Allah dari pengertian-pengertian lahir yang
mustahil bagi Allah dan mengimaninya sebagaimana yang diterangkan Al-
Qur’an. Di antara ulama yang masuk ke dalam kelompok ini adalah Imam
Malik yang berasal dari ulama mutaqaddimin.
2. Madzhab Khalaf, yaitu para ulama yang berpendapat perlunya menakwilkan
ayat-ayat mutasyabih yang menyangkut sifat Allah sehingga melahirkan arti
yang sesuai dengan keluhuran Allah. Mereka umumnya berasal dari kalangan
ulama muta’akhirin.
F. Faedah Ayat-Ayat Muhkam dan Ayat-Ayat Mutasyabih
Dalam pembahasan ini perlu dijelaskan faedah atau hikmah ayat-ayat muhkam
lebih dahulu sebelum menerangkan faedah ayat-ayat mutasyabihat.
1. Hikmah Ayat-Ayat Muhkamat
Adanya ayat-ayat Muhkamat dalam Al-Quran, jelas akan memberikan
hikmah bagi manusia, hikmah tersebut diantaranya ialah:

10
 Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan bahasa
Arabnya lemah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti
maksudnya, sangat besar arti dan faedahnya bagi mereka.
 Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga
memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna maksudnya agar
mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya.
 Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan
isi kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui,
gampang dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan.
 Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi
ajarannya, karena lafal ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat
menjelaskan arti maksudnya, tidak harus menuggu penafsiran atau
penjelasan dari lafal ayat atau surah yang lain.
2. Hikmah Ayat-Ayat Mutasyabihat
Di antara hikmah keberadaan ayat-ayat mutasyabihat di dalam Al-Quran
dan ketidakmampuan akal untuk mengetahuinya adalah sebagai berikut:
 Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba untuk
meyakini keberadaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah memberi
cobaan pada badan untuk beribadah. Seandainya akal yang merupakan
anggota badan paling mulia itu tidak diuji, tentunya seseorang yang
berpengetahuan tinggi akan menyombongkan keilmuannya sehingga
enggan tunduk kepada naluri kehambaannya. Ayat-ayat mutasyabih
merupakan sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena
kesadaraannya akan ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-
ayat mutasyabih itu.
 Teguran bagi orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasybih.
Sebagaimana Allah menyebutkan wa ma yadzdzakkaru ila ulu al-albab
sebagai cercaan terhadap orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat
mutasyabih. Sebaliknya Allah memberikan pujian bagi orang-orang yang
mendalami ilmunya, yakni orang-orang yang tidak mengikuti hawa
nafsunya untuk mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih sehingga mereka
berkata rabbana la tuzighqulubana. Mereka menyadari keterbatasan
akalnya dan mengharapkan ilmu ladunni.
 Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha
dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal
tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan
ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu.

11
 Memperlihatkan kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu sastra dan
balaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu
bukanlah buatan manusia biasa, melainkan wahyu ciptaan Allah SWT.
 Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang
bermacam-macam.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah, sedang
mutasyabih mengandung banyak wajah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam dan
ayat-ayat mutasyabih, mengajak manusia berpikir dan merenungkan betapa
Mahabesarnya Allah SWT. Dengan ayat-ayat Al-Qur’an, manusia diajak untuk
berpikir dan merenungkan apa yang dimaksud Allah yang tersirat dan termaktub di
dalam Al-Qur’an. Maka adanya ayat-ayat muhkamat, dapat memudahkan bagi
manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi mereka dalam
menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-
ajarannya. Serta mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan
mengamalkan isi kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah
diketahui, gampang dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan. Begitu juga dengan
adanya ayat-ayat mutasyabihat, membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia.
Sebesar apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan
kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT, dan
kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu.

B. Saran
Sekianlah uraian tentang muhkam dan mutasyabih yang dapat saya
ketengahkan. Selaku insan, pasti mempunyai kekurangan dan ketidaktahuan dalam
penulisan maupun dalam menyampaikan isi makalah ini. Saran beserta kritik yang
produktif lagi konstruktif adalah harapan penulis dalam merevisi subtansi makalah
tentang muhkam dan mutasyabih ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihan, Ulumul Qur’an: Untuk IAIN, STAIN, DAN PTAIS, Bandung,
Pustaka Setia, 2000.

Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya, Dunia Ilmu, 2000.

Al-Khattan, Manna’ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Penerjemah: Mudzakir


AS, Bogor, Litera AntarNusa, 2004.

13
14

Anda mungkin juga menyukai