Anda di halaman 1dari 5

IMAN KEPADA SURGA

Q.S Azzumar [24] : 73-74

Pernyataan tesis :
Allah telah menggolongkan manusia menjadi beberapa golongan, yaitu golongan
yang pertama adalah golongan orang-orang yang bertakwa hanya kepada-Nya dan
golongan yang kedua adalah orang-orang yang mengkufurkan-Nya (ayat 73),
manusia wajib berterimakasih atas pemberian tersebut dengan beribadah dan
bertakwa kepada Allah guna mencapai tujuan akhir dari perjalanan manusia, yaitu
surga yang dimana kelak kita akan kekal di dalamnya (ayat 74).

Penjelasan tesis :
Untuk menjelaskan tesis di atas, perlu di uraikan secara beruntun dua hal, yaitu
bentuk-bentuk golongan manusia yang bertkwa kepada Allah, dan bentuk-bentuk
balasan yang akan di berikan Allah.

1- Bentuk-bentuk golongan manusia


Pada pembagian awal surat (ayat 73) di sebutkan bahwa manusia yang
bertakwa akan di giring secara berrombongan ke dalam surga, hal itu menunjjukakan
bahwa manusia terbagi menjadi dua rombongan, rombongan yang pertama yaitu
berisi orang-orang bertakwa dan rombongan yang kedua berisi orang-orang yang
tidak bertakwa (kufur). Berikut penjelasan kedua golongan tersebut.
Golongan pertama adalah golongan orang-orang yang takwa, kata takwa
sendiri berasal dari Bahasa arab kata waqa – yaqi – wiqayah yang artinya menjaga
diri, menghindari dan menjauhi, sedangkan secara istilah takwa berarti takut kepada
Allah berdasarkan kesadaran dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan tidak

1
melanggar dengan menjauhi segala larangan-Nya serta takut terjerumus dalam
perbuatan dosa.
Taqwa terulang dalam Al-Qur’an sebanyak 259 kali dengan segala
derivasinya mengandung makna yang cukup beragam, di antaranya: memelihara,
menghindari, menjauhi, menutupi, dan menyembunyikan.
Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang menguraikan dan mengkabarkan tentang
ketaqwaan, diantaranya sebagai berikut :
Dalam Surah Al Hujurat Ayat 13 mengatakan “Hai manusia, Sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal”.
Kemudian di dalam Surah Ali Imran Ayat 120 juga di katakan ”jika kamu
memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat
bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya
tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.
Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.”
Dan di dalam Surah Ali Imran Ayat 134. “(yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan”
Sedangkan didalam hadist, takwa juga di jelaskan oleh Nabi Muhammad
SAW., beliau bersabda:
“Takwa itu terletak di sini”, sambil beliau SAW menunjuk ke dada/hati beliau tiga
kali. Rasulullah SAW dalam doa beliau, “Ya Allah, anugerahkanlah kepada jiwaku
ketakwaannya, dan sucikanlah jiwaku (dengan ketakwaan itu), Engkau-lah Sebaik-
baik Yang Mensucikannya, (dan) Engkau-lah Yang Menjaga serta Melindunginya.”
Dalam berkehidupan sehari-hari kerapkali kita mendengar kta takwa, entah itu
ketika khutbah hari jum’at, pengajian bersama dan lain-lain, namun pada
kenyataanna sedikit sekali orang-orang yang mampu mengamalkan secuil kata
tersebut, hal itu di pengaruhi oleh nafsu materialistic atau nafsu pada kehidupan
dunia yang semakin hari semakin memuncak, maka karena hal demikian banyak
sekali manusia yang tergelincir kepada jalan yang salah yang kelak akan
mencelakakannya. Lantas bagaiman nasib orang-orang yang terlanjur tergelincir
pada jalan-jalan yang salah? Allah telah berfirman dalam surah az-zumar ayat 53:
"Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang” dari ayat tersebut sudah jelas bawasanya rahmat dan ampunan Allah itu
tak terbatas, maka dari hal itu marilah senantiasa kita bertakwa kepada Allah serta

2
terus menupayakan diri kita sendiri agar tidak di perbudak oleh nafsu duniawi yang
hanya bersifat sementra.
Gologan yang kedua adalah golongan orang-orang yang mengkufurkan Allah,
Kufur secara bahasa berarti menutupi. Sedangkan menurut syara’ kufur adalah tidak
beriman kepada Allah dan Rasulnya, baik dengan mendustakannya atau tidak
mendustakannya. Sedangkan menurut pembagiannya kufur terbagi menjadi, dua
yaitu kufur besardan kufur kecil. Kufur besar adalah kufur yang dapat mengeluaran
seseorang dari agama islam, kufur besar ada lima macam yang pertama kufur karena
mendustakan, Allah telah berfiran “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada
orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau mendustakan
kebenaran tatkala yang hak itu datang kepadanya ? Bukankah dalam Neraka
Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir ?” [Al-Ankabut/29:68]. kufur
yang ke dua adalah kufur Karena Enggan dan Sombong, Padahal
Membenarkan,Allah firman dalam surat al-baqarah ayat 24 “Dan (ingatlah) ketika
Kami berfirman kepada para Malaikat, ‘Tunduklah kamu kepada Adam’. Lalu
mereka tunduk kecuali iblis, ia enggan dan congkak dan adalah ia termasuk orang-
orang kafir” kufur yang ke tiga adalah kufur karena ragu, Allah berfirman “Dan ia
memasuki kebunnya, sedang ia aniaya terhadap dirinya sendiri ; ia berkata, “Aku
kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira Hari
Kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Rabbku,
niscaya akan kudapati tempat kembali yang baik” Temannya (yang mukmin) berkata
kepadanya, ‘Apakah engkau kafir kepada (Rabb) yang menciptakan kamu dari
tanah, kemudian dari setetes air mani, kemudian Dia menjadikan kamu seorang
laki-laki ? Tapi aku (percaya bahwa) Dialah Allah Rabbku dan aku tidak
menyekutukanNya dengan sesuatu pun” [Al-Kahfi/18 : 35-38]. Kufur yang ke empat
adalah kufur karena berpaling, seperti yang di sebutkan dalam Alquran“Dan orang-
orang itu berpaling dari peringatan yang disampaikan kepada mereka” [Al-
Ahqaf/46 : 3]. Dan yang terakhir adalah kufur niqaf seperti yang di sebutkan dalam
Alquran “Yang demikian itu adalah karena mereka beriman (secara) lahirnya lalu
kafir (secara batinnya), kemudian hati mereka dikunci mati, karena itu mereka tidak
dapat mengerti” [Al-Munafiqun : 3].
Sedangkan kufur kecil adalah kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar
dari agama Islam, dan ia adalah kufur amali. Kufur amali ialah dosa-dosa yang
disebutkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dosa-dosa kufur, tetapi tidak
mencapai derajat kufur besar. Seperti kufur nikmat, sebagaimana yang disebutkan
dalam firmanNya “Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkari
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir” [An-Nahl : 83]. Demikian adalah
pembagian kufur yang seringkali tidak di sadari oleh manusia dan bahkan di abaikan begitu
saja hingga membawanya pada jalan yang salah.

2- Bentuk-bentuk balasan yang akan di berikan Allah


Dalam ayat yang kedua (ayat 74), bawasanya Allah telah memenuhi janjinya
pada orang-orang yang bertakwa. Dapat kita pahami bawasanya janji-janji Allah
adalah nyata dan benar adanya sesuai dengn firman-Nya “Wahai manusia,
3
sesungguhnya janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia
memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu memperdayakan
kamu tentang Allah” (Q.S Fathir: 5).
Janji Allah itu bersifat pasti, karena Allah pasti akan menepati janji-Nya. Tidak
seperti janji manusia yang kadang tertunda atau bahkan batal, karena memang
manusia tidak sepenuhnya mampu mengendalikan keadaan dan kehidupannya.
Misalnya saja ketika seseorang berjanji akan hadir di suatu acara, namun tiba-tiba ia
gagal hadir karena ada keperluan mendesak yang harus segera diselesaikan atau
karena adanya halangan lain. Tapi tidak dengan janji Allah, karena tidak ada sesuatu
pun yang bisa menghalangi terwujudnya janji Allah. Janji Allah pasti dipenuhi,
meskipun tampak di mata manusia seolah tertunda atau belum terwujud, namun itu
hanyalah karena manusia belum melihatnya dari sudut pandang yang tepat. Ada
banyak sekali janji-janji Allah yang disebutkan dalam alquran. Di antaranya janji
bahwa Allah akan senantiasa memberikan jalan keluar dan rezeki dari arah yang tak
disangka-sangka bagi hamba-Nya yang bertakwa, janji dicukupkan segala keperluan
bagi orang yang bertawakal kepada-Nya, janji ditambahkannya nikmat bagi mereka
yang senantiasa bersyukur kepada Allah, dan janji-janji Allah lainnya. Keyakinan kita
akan kepastian janji-janji Allah tersebut perlu terus menerus dipupuk dengan sikap
tawakkal, sabar, kemantapan hati, serta keberanian. Meyakini akan kepastian janji
Allah akan berdampak positif pada cara pandang kita terhadap masa depan. Perasaan-
perasaan yang bisa melemahkan iman seperti takut dan sedih akan luntur dengan
sendirinya, berganti menjadi kemantapan hati dalam melangkah.
Selanjutnya pada ayat ini juga di sebutkan balasan-balasan yang di berikan oleh Allah
kelak ketika di akhirat, balasan yang pertama di berikan kepada golongan orang-orang yang
bertakwa kepada-Nya yaitu berupa surga di mana mereka kekal di dalamnya, hal ini dapat di
lihat dalam firman-Nya“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang
yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak
henti-henti sedang naungannya (demikian pula).Itulah tempat kesudahan bagi orang-
orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah
neraka.” (Q.S. Ar-Ra’du13:35). Dari ayat tersebut jelas bahwa Allah akan memberikan
balasan surge bagi mereka yang bertakwa lagi beriman kepada-Nya. Selanjutnya yang kedua
adalah balasan bagi orang-orang yang tidak bertakwa kepada Alllah, berupa di masukkannya
mereka semua kedalam neraka dimana mereka akan menerima adzab sesuai dengan apa yang
mereka lakukan, Allah ta’ala telah berfirman “dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7).
Dari pernyataan di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa setiap perbuatan pastilah
akan mendapatkan balasanya masing-masing, sehingga dapat menjadi benteng kita dalam
melakukan segala perbuatan, serta menumbuhkan rasa kesyukuran yang mendalam kepada
Allah ta’ala yang senantiasa memberikan rahmatnya di dunia maupun di akhirat dan
memberikan ampunann tak terbtas bagi seluruh hamba-Nya.

Rujukan
M. Quraish Sihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Keserasian Al-Qur’an, Volume 10
(Jakarta: Lentera Hati, 2009).
4
5

Anda mungkin juga menyukai