BANDUNG
DESIGN OF FINAL PROCESSING SITE OF HOUSEHOLD
HAZARDOUS WASTE IN BANDUNG CITY
Abstrak: Setiap kegiatan rumah tangga berpotensi menghasilkan sampah. Berdasarkan hasil pengambilan
data, rata-rata timbulan sampah rumah tangga yang dihasilkan di Kota Bandung yakni 0,4097 kg/orang/hari.
Sekitar 2% dari total timbulan sampah rumah tangga merupakan sampah bahan beracun dan berbahaya
(B3), atau sekitar 0,0079 kg/orang/hari. Walaupun jumlahnya sangat kecil, namun apabila sampah tersebut
dibuang ke tempat pemrosesan akhir (TPA) masih dalam keadaan tercampur, dapat terjadi akumulasi B3.
Akumulasi tersebut dapat berbahaya baik bagi lingkungan hidup maupun manusia dan makhluk hidup
lainnya di sekitar area TPA. Apabila terjadi kebocoran, B3 yang terkandung dalam sampah dapat
mencemari tanah dan air tanah. Untuk itu, perlu dirancang lahan urug khusus sampah B3 rumah tangga.
TPA sampah B3 rumah tangga direncanakan dibangun di lahan bekas TPA Leuwigajah, dan menerima
sampah B3 rumah tangga dari Kota Bandung. Lahan urug direncanakan beroperasi selama 20 tahun dari
tahun 2024 - 2043, dengan kapasitas lahan minimum 1,03 ha. Kelas lahan urug yang direncanakan yakni
kelas II, berdasarkan pertimbangan hasil uji TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) dari
sampel sampah B3 rumah tangga.
Abstract: Every household activity has the potential to produce waste. Based on the results of data
collection, the average generation of household waste generated in the city of Bandung is 0.4097
kg/person/day. About 2% of the total generation of household waste is toxic and hazardous waste, or about
0.0079 kg/person/day. Although the amount is very small, but if the waste is disposed of in the final
processing site is still in mixed condition, accumulation of toxic and hazardous material can occur. This
accumulation can be dangerous for both the environment and humans and other living things around the
final processing site area. In the event of a leak, toxic and hazardous materials that contained in waste can
contaminate soil and ground water. Therefore, it is necessary to design a special landfill for household
hazardous waste. Final processing site of household hazardous waste is planned to be built on former site
of Leuwigajah final processing site, and receive household hazardous waste from Bandung City. The
landfill is planned to operate for 20 years from 2024 to 2043, with minimum landfill capacity 1.03 ha.
Landfill class that planned is Class II, based on consideration of TCLP test result from household
hazardous waste sample.
PENDAHULUAN
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia berpotensi menghasilkan sampah. Sampah
merupakan sisa-sisa dari kegiatan manusia sehari-hari yang sudah tidak digunakan lagi dan
kemudian dibuang, yang berbentuk padat. Dari keseluruhan total timbulan sampah rumah tangga,
terdapat sampah yang mengandung B3. Sampah B3 rumah tangga terbagi menjadi 4 kategori
berdasarkan karakteristik, yakni beracun, mudah meledak, mudah menyala, dan korosif [4].
Berdasarkan sebuah penelitian di Cina pada tahun 2014, 2,23% dari total timbulan sampah rumah
tangga merupakan sampah B3[1]. Walaupun jumlah timbulannya relatif sedikit, namun apabila
ditimbun di lahan urug dan terjadi akumulasi B3, akumulasi tersebut berpotensi membahayakan
lingkungan sekitar. Apabila terjadi kebocoran pada lahan urug, B3 yang terkandung dalam
sampah dapat mencemari tanah dan air tanah. Pencemaran yang terjadi pada tanah dan air tanah
berbahaya bagi lingkungan hidup, manusia, dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, perlu
dibangun lahan urug khusus untuk menimbun sampah B3 rumah tangga.
METODOLOGI
Dalam perancangan TPA sampah B3 rumah tangga, terlebih dahulu dilakukan studi
literatur terkait perancangan TPA sampah B3 rumah tangga. Studi literatur dilakukan untuk
mempelajari teori-teori seperti pengertian dan karaktreistik sampah B3, teknologi pengolahan
sampah B3, kriteria desain teknis lahan urug untuk sampah B3, dan sebagainya.
Kemudian dilakukan pengambilan data primer dan data sekunder. Pengambilan data
primer dilakukan untuk mengetahui jumlah timbulan, densitas timbulan, karakteristik, dan
komposisi sampah B3 rumah tangga yang dihasilkan di Kota Bandung. Metode pengambilan data
dilakukan dengan mengacu pada SNI 19-3964-1994. Pengambilan data primer dilakukan di 8 TPS
pemukiman, 4 diantaranya merupakan TPS yang tergolong high income dan 4 lainnya tergolong
low income, serta 7 TPS nonpemukiman. 4 dari 7 TPS nonpemukiman yang diambil sampelnya,
tidak ditemukan sampah B3 rumah tangga. Hal ini disebabkan sampah B3 rumah tangga sudah
dipilah oleh pihak TPS dan diberikan ke pihak ketiga, serta sebagian besar sampah rumah tangga
yang ada di TPS merupakan sampah organik dan anorganik. Sebagian sampel diambil untuk diuji
di laboratorium. Sampel yang diuji sebanyak 2 sampel, masing-masing sampel sebanyak 100
gram. Sampel merupakan sampel campuran sampah B3 rumah tangga yang didapatkan saat
pengambilan data. Uji yang dilakukan terhadap sampel yakni uji TCLP. Uji TCLP bertujuan
untuk mengetahui kadar B3 yag terkandung dalam sampel. Apabila kadar tersebut melebihi baku
mutu lingkungan, maka sampah B3 rumah tangga yang akan diurug di lahan urug perlu melewati
proses pengolahan terlebih dahulu. Proses pengolahan bertujuan untuk menurunkan kadar B3
pada sampah agar aman ditimbun di lahan urug.
Pengambilan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari pihak ketiga
yang telah melakukan penelitian sebelumnya, dan sudah diakui secara umum. Data sekunder yang
dikumpulkan antara lain:
a. data yang berhubungan dengan kondisi Kota Bandung seperti kependudukan, lokasi secara
administratif dan geografis; serta
b. data yang berhubungan dengan kondisi eksisting TPA Leuwigajah, seperti topologi,
klimatologi, geologi, dan sebagainya.
Terdapat 3 skenario perencanaan yang menjadi pertimbangan dalam perancangan TPA
sampah B3 rumah tangga. Terhadap ketiga skenario tersebut dilakukan pembobotan berdasarkan
beberapa aspek. Dari hasil pembobotan, maka terpilih satu skenario perencanaan. Dari skenario
perencanaan tersebut dibuat kajian alternatif terkait jenis lahan urug, kelas lahan urug (sistem
pelapis dasar), pengolahan sampah B3, dan instalasi pengolahan lindi. Dari hasil analisis
alternatif-alternatif yang ada kemudian dibuat perhitungan dan gambar desain unit.
Jumlah timbulan sampah yang dihasilkan oleh suatu kegiatan berpengaruh terhadap
jumlah kapasitas sistem pengelolaan dan pengolahan sampah tersebut. Dalam hal ini, jumlah
timbulan sampah berpengaruh terhadap kapasitas TPA yang akan dirancang, dan juga kapasitas
teknologi pengolahan yang akan digunakan untuk mengolah sampah tersebut sebelum ditimbun
ke lahan urug. Data jumlah timbulan sampah B3 rumah tangga di Kota Bandung didapat melalui
pengambilan data.
Berdasarkan hasil pengambilan data, didapatkan rata-rata jumlah timbulan sampah B3
rumah tangga (pemukiman dan nonpemukiman) sebesar 2% dari total sampah rumah tangga yang
dihasilkan, dengan densitas rata-rata sampah B3 rumah tangga sebesar 172,16 kg/m3. Rata-rata
jumlah timbulan sampah rumah tangga yakni sebesar 0,4097 kg/orang/hari. Jenis sampah B3
rumah tangga yang ditemukan cukup beragam (lihat Tabel 1). Pada Gambar 1 terlihat komposisi
berat timbulan sampah B3 rumah tangga berdasarkan karakteristik. Timbulan sampah B3 rumah
tangga didominasi oleh sampah B3 dengan karakteristik beracun.
Korosif
8%
Mudah
meledak
24%
Beracun
55%
Mudah
menyala
13%
Sebagian sampel sampeh B3 rumah tangga diambil untuk diuji di laboratorium. Uji
laboratorium yang dilakukan yakni uji TCLP. Uji TCLP wajib dilakukan terhadap limbah yang
akan ditimbun di lahan urug. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
No. 63 Tahun 2016 tentang Persyaratan Penimbunan Limbah B3, apabila terdapat parameter yang
melebihi baku mutu lingkungan, maka limbah tersebut harus diolah terlebih dahulu menggunakan
teknologi yang sesuai agar aman ketika dittimbun di lahan urug. Hasil pengujian sampel dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil uji TCLP
Kode Sampel (mg/L)
No. Parameter
A B
1 Arsenik (As) 0,00421 0,00388
2 Barium (Ba) 2,11 2,12
3 Boron (B) 3,478 4,219
4 Kadmium (Cd) 0,00121 0,00388
5 Krom valensi 6 (Cr6+) 0,009 0,008
6 Tembaga (Cu) 0,064 0,085
7 Timbal (Pb) 0,047 0,052
8 Merkuri (Hg) 0,00089 0,00122
9 Selenium (Se) 0,00234 0,00298
10 Perak (Ag) 0,018 0,019
11 Seng (Zn) 324,67 406,5
12 Antimoni (Sb) 0,00544 0,00788
13 Nikel (Ni) 0,00489 0,00521
14 Molibdenum (Mo) 0,089 0,054
LOKASI PERANCANGAN
TPA Sampah B3 Rumah Tangga direncanakan dibangun di lahan bekas TPA Leuwigajah.
Lahan tersebut berlokasi di dua wilayah, yakni Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung. Luas lahan
TPA saat beroperasi sebesar 25,1 ha[3]. Namun pada tahun 2005 terjadi bencana longsor di
Kawasan TPA Leuwigajah, sejak saat itu pemerintah memperluas kepemilikan lahan TPA
Leuwigajah. Gambar 2 menunjukkan lokasi TPA Leuwigajah.
Kapasitas Timbulan
TPA Sampah B3 Rumah Tangga direncanakan beroperasi selama 20 tahun, dari tahun
2024 – 2043. Selama tahun 2019 – 2023 dilakukan tahapan perancangan dan pra konstruksi.
Dalam menentukan kapasitas lahan urug, dibuat 3 skenario perancangan dengan
mempertimbangkan proses reduksi di sumber & TPS, serta pengolahan di TPA (lihat Tabel 3).
Dari ketiga skenario yang dibuat, skenario optimis dipilih karena dinilai dari kebutuhan lahan
yang paling sedikit.
Berdasarkan hasil uji TCLP terdapat satu parameter yang melebihi baku mutu, sehingga
sebelum dibuang ke lahan urug sampah tersebut harus diolah terlebih dahulu. Sampah yang
mengandung parameter melebihi baku mutu yakni baterai, kabel elektronik, dan lampu. Ketiga
jenis sampah tersebut mengandung logam berat Seng dengan kadar yang cukup tinggi [2].
Pengolahan sampah B3 rumah tangga tersebut direncanakan untuk dilakukan oleh pihak ketiga.
Sampah B3 rumah tangga dari sumber diasumsikan sudah terpilah, dan sudah tersedia
TPS B3. Di TPS B3, sampah B3 rumah tangga juga sudah terpilah dalam wadah (wheel bin)
berdasarkan karakteristik. Sampah B3 rumah tangga yang masuk ke TPA, terlebih dahulu
memasuki area jembatan timbang. Kemudian menuju ke fasilitas pemilahan. Sampah B3 rumah
tangga dengan karakteristik beracun di turunkan di area tipping floor, sedangkan sampah dengan
karakteristik lainnya langsung menuju ke fasilitas lahan urug. Sampah beracun yang diambil dari
aliran sampah tercampur yakni batu baterai, kabel elektronik, dan lampu. Sampah dipilah secara
manual dengan bantuan conveyor belt. Sampah residu selanjutnya dibuang ke fasilitas lahan urug.
Layout area TPA Sampah B3 Rumah Tangga dapat dilihat pada Gambar 4, dan aliran sampah B3
rumah tangga dapat dilihat pada Gambar 3. Selain fasilitas pemilahan, terdapat pula fasilitas-
fasilitas pendukung lainnya yang diperlukan dalam operasional TPA (lihat Tabel 5).
1) Gu, B., Zhu, W., Wang, H., Zhang, R., Liu, M., Chen, Y., . . . Bi, J. (2014). Husehold
hazardous waste quantification, characterization and management in China's cities: A case
study of Suzhou.
2) Iswanto, Sudarmadji, Wahyuni, E. T., & Sutomo, A. H. (2015). Timbulan Sampah B3
Rumah Tangga dan Potensi Dampak Kesehatan Lingkungan di Kabupaten Sleman,
Yogyakarta.
3) Juanda, M. (2009). Laporan Tugas Akhir (TL-4099), Redesain TPA Leuwigajah. Bandung.
4) U.S. EPA. (2018). Household Hazardous Waste. Retrieved from https://epa.gov:
https://www.epa.gov/hw/household-hazardous-waste-hhw
5) SNI 19-3694-1994 Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi
Sampah Perkotaan
6) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.63/Menlhk/Setjen/KUM.1/7/2016 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemnimbunan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Fasilitas Penimbusan Akhir