Salinan MS UPLOAD 1 Buku Ajar MS 1'-2013 PDF
Salinan MS UPLOAD 1 Buku Ajar MS 1'-2013 PDF
B. Beban Sekunder
1. Beban Angin
Beban yang terjadi akibat adaanya tiupan angin.
𝑣2 Keterangan :
𝑃= P = Tekanan angin (kg/m2)
16
v = kecepatan angin (m/detik)
Rumus ini merupakan rumus empiris.
2. Beban Akibat Perbedaan Suhu
3. Beban Rem / Traksi
C. Beban Khusus
Beban yang tinujauannya hanya pada keadaan khusus atau tertentu.
1. Beban Gempa
Beban yang terjadi / diterima oleh struktur akibat adanya gempa bumi.
2. Beban Sentrifugal
Keterangan :
𝑚𝑣 2
𝐹= m = massa
𝑅 v = kecepatan
R = Jari-jari
3. Beban Akibat Aliran Air/ Zat Cair
Berdasarkan bentuk / formasinya, beban dibagi menjadi :
1. Beban Titik
Misalnya : orang berdiri, motor, mobil dll.
Satuannya : kg, ton, lbs (pounds), kip, Newton (kg m/detik2) atau dyne
( gr cm/detik2).
1
2. Beban Terbagi Merata
Misalnya : Berat sendiri struktur atau bagian strukutur.
Satuannya : kg/m`, ton/m`, lbs/ft, kip/ft.
3. Beban Segitiga
Misalnya : tekanan air atau zat cair.
4. Beban Trapesium
Berdasarkan mekanisme beban terhadap struktur, beban dibagi mejadi :
1. Beban Langsung
2. Beban Tak Langsung
Beban yang bekerja pada suatu batang dimana batang ini membebani
atau didukung oleh batang pendukung utama.
Misalnya : jembatan kereta api, jembatan jalan raya.
Beban didalam mekanika struktur digambarkan sebagai gaya, karena memiliki
besar dan arah. Jadi merupakan suatu vektor. Panjang vektor / gaya
menggambarkan besarnya gaya tersebut.
Titik tangkap = tempat pegangan suatu gaya terhadap suatu benda.
Garis kerja gaya = garis yang melalui titik tangkap, ditarik menurut arah gayanya.
Misalnya : Gaya sebesar 2 ton kalau kita gambarkan dengan skala 1 cm = 1 ton,
arah vertikal ke bawah.
2 cm = 2 ton
2
GAYA
MACAM – MACAM GAYA
1. GAYA YANG TERLETAK PADA SATU BIDANG (COPLANEL)
Gaya-gaya coplanel terdiri atas :
a. Gaya-gaya coplanel yang concurent (berpotongan di satu titik)
F1
F2
F3
F1
F2
F3
c. Gaya-gaya coplanel umum (pada satu bidang ada yang sejajar dan ada
pula yang berpotongan.
F2
F1
F3
F4
F1
F2
F3
F4
F1
F2
F3
F4
3
c. Gaya-gaya non coplanel umum
F1 F2
F3 F4
3. RESULTAN GAYA
Menentukan resultan :
a. Kaidah jajaran genjang (Paralelogram Law)
R R
F2 F2
Gaya dalam keadaan setimbang jika resultnnya = 0, yaitu : ujung gaya terakhir
bertemu dengan pangkal gaya yang pertama.
F2
F1
F3
F6
F4
F5
R dan R’ setimbang. Kalau R diuraikan menjadi F1 dan F2 maka F1’, F2’ dan R’
setimbang.
F2 ' F1'
F2
R
R' F1
Tiga buah gaya dalam kedaan setimbang apabila ketiga garis kerja gaya tersebut
berpotongan di satu titik. Diagram segitiga dari gaya-gaya tersebut membentuk
segitiga tertutup
4
JENIS – JENIS STRUKTUR
5
Untuk mengeliminir / meniadakan translasi dengan cara memberi konstruksi sendi
pada salah satu ujungnya. Untuk mengeliminir / meniadakan rotasi dengan cara
memberi konstruksi sendi pada salah satu ujung yang lainnya.
Sifat perletakan sendi :
1. Tidak dapat bergerak ke atas dan ke bawah.
2. Tidak dapat bergerak ke kiri dan ke kanan.
3. Dapat berputar (tidak mampu menahan momen)
Sifat rol :
1. Tidak dapat bergerak ke atas dan ke bawah.
2. Dapat menggelincir
Sifat jepit :
1. Tidak dapat bergak ke atas dan ke bawah
2. Tidak dapat bergerak ke kiri dan ke kanan
3. Tidak dapat berputar
Jika suatu struktur menerima beban, maka pada setiap perletakannya akan timbul
rekasi sedemikian sehingga struktur berada dalam keadaan setimbang.
Rumus untuk mengetahui apakah struktur itu memenuhi struktur statis tertentu
atau tidak adalah sebagai berikut :
2j = m + r
Keterangan :
j = Jumlah joint / titik kumpul / titik buhul / titik nodal
m = Jemlah batang / member
r = Jumlah reaksi
Apabila suatu struktur memenuhi persamaan diatas, maka struktur tersebut
termasuk struktur statis tertentu, artinya dapat diselesaikan dengan persamaan
kesetimbangan saja. Jika suatu struktur tidak memenuhi persamaan diatas, maka
struktur tersebut termasuk struktur statis tak tentu.
6
PERLETAKAN ATAU DUKUNGAN
Adalah suatu struktur yang akan meneruskan pembebanan pada fondasi atau
tumpuan yang lain. Karena pada perletakan terdapat pembabanan (aksi), maka
pada perletakan akan timbul perlawanan (reaksi) dari beban oleh struktur
pendukung seterusnya.
Jika suatu batang diberi gaya, maka ada beberapa perilaku batang :
1. Batang bertambah panjang akibat gaya aksial
2. Batang bertambah pendek akibat gaya aksial
3. Batang melentur akaibat gaya lintang
Peristiwa tekan dan tarik umumnya terjadi pada struktur rangka batang, sedangkan
peristiwa lentur terjadi pada balok yang dibebani.
Gaya aksial : gaya yang bekerja pada batang / benda, dan arah gaya tersebut
searah dengan sumbu benda / batang itu.
Tegangan : besar gaya yang bekerja pada tiap satuan luas tampang benda
yang dikenali suatu besaran gaya tertentu.
Menurut arah dari gaya terhadap benda yang dikenainya, gaya aksial dapat
dibedakan sebagai berikut :
1. Gaya aksial tarik yang akan menimbulkan tegangan tarik
2. Gaya aksial tekan yang akan menimbulkan tegangan tekan
Gaya aksial atau gaya secara umum akan mengakibatkan terjadiya tegangan
normal dan tegangan geser pada benda yang dikenainya.
1. Peristiwa tarik
2. Peristiwa tekan
3. Peristiwa lentur
7
Jika suatu gaya P bekerja pada suatu tampang / lauasan tertentu F, maka sesuai
dengan definisi :
𝑃
Tegangan normal 𝜎 = lim∆𝐹→0 𝐹 p p h b
Tegangan geser :
𝑃 𝑃 B
𝜏= 𝜏=
𝐹 𝑏×𝐿
L
Contoh :
GAYA GESER PADA SAMBUNGAN PAKU KELING
1. Satu bidang geser
𝑃 𝑃 4𝑃
𝜏= 𝜏=1 𝜏=
𝐹 𝜋𝐷 2 𝜋𝐷 2
4
p
p
𝑃 2𝑃
𝑃 𝜏= 𝜏=
𝜏= 1 𝜋𝐷 2
2𝐹 2 × 4 𝜋𝐷 2
P
2 p
P
2
Tegangan Tekan
𝑃 𝑃
t P Tegangan desak 𝜎 = 𝐹 𝜎 = 𝑡×𝑑
d
Tampak samping
Jika plat robek, maka tegangan geser :
𝑃 𝑃
Tegangan desak 𝜏 = 2𝑏𝑙 𝜏=𝐹
l P
b
8
HUBUNGAN TEGANGAN DAN REGANGAN
Benda dikatakan tertarik, jika ada pertambahan panjang. Benda dikatakan
terdesak , jika ada pengurangan panjang. Benda dikatakan menderita gaya normal,
jika benda tersebut mengalami perpanjangan atau pengurangan.
Regangan adalah nilai banding antara perubahan panjang ∆L dengan panjang awal
L pada benda mengalami perubahanpanjang akibat suatu gaya.
∆𝐿
P P 𝜀=
𝐿
L ?L
𝜎 =𝜀×𝐸 𝜎
𝐸=
𝜀
𝑃 𝑃 ∆𝐿 𝑃. 𝐿
𝜏= = .𝐸 ∆𝐿 =
𝐹 𝐹 𝐿 𝐸. 𝐹
9
STRUKTUR SENDI ROL
Struktur sendi rol mempunyai 3 buah bilangan yang belum diketahui, 2 buah
berasal dari sendi (Rav dan Rbv) dan 1 buah berasal dari rol (Rb). Struktur ini dapat
diselesaikan dengan 3 persamaan kesetimbangan ( ∑Fv = 0, ∑Fh = 0, ∑Mx = 0 )
sehingga struktur ini termasuk strukutur statis tertentu.
1. Mencari Reaksi Dukungan
a. Akibat beban titik
P
a b ∑Fv = 0
∑Fh = 0
C ∑Mx = 0
A B
L
Rav Rbv ∑MB = 0 ∑MA = 0
𝑅𝑎𝑣. 𝐿 − 𝑃. 𝑏 = 0 −𝑅𝑏𝑣. 𝐿 +
𝑃. 𝑏𝑎 = 0
𝑅𝑎𝑣. 𝐿 = 𝑃. 𝑏 𝑅𝑏𝑣. 𝐿 = 𝑃. 𝑏𝑎
𝑃. 𝑏 𝑃. 𝑎
𝑅𝑎𝑣 = 𝑅𝑏𝑣 =
𝐿 𝐿
Jika P lebih dari satu maka :
𝑃. 𝑏 𝑃. 𝑎
𝑅𝑎𝑣 = ∑ 𝑅𝑏𝑣 = ∑
𝐿 𝐿
1
(𝑞. 𝑏). ( 𝑏 + 𝑐)
∑MA = 0 𝑅𝑎𝑣 = 2
𝐿
1
−𝑅𝑏𝑣. 𝐿 + (𝑞. 𝑏). (2 𝑏 + 𝑎) = 0
1
𝑅𝑏𝑣. 𝐿 = (𝑞. 𝑏). ( 𝑏 + 𝑎)
2
1
(𝑞. 𝑏). ( 𝑏 + 𝑎)
2
𝑅𝑏𝑣 =
𝐿
10
c. Kombinasi beban titik dan terbagi merata
d
P
e
∑MB = 0
1
a b c 𝑅𝑎𝑣. 𝐿 − (𝑞. 𝑏). ( 𝑏 + 𝑐) − (𝑃. 𝑒) = 0
2
q
1
B
𝑅𝑎𝑣. 𝐿 = (𝑞. 𝑏). (2 𝑏 + 𝑐) + (𝑃. 𝑒)
A
Rav L Rbv 1
(𝑞. 𝑏). ( 𝑏 + 𝑐) + (𝑃. 𝑒)
2
𝑅𝑎𝑣 =
𝐿
∑MA = 0
1
−𝑅𝑏𝑣. 𝐿 + (𝑞. 𝑏). (2 𝑏 + 𝑎) + (𝑃. 𝑑) = 0
1
𝑅𝑏𝑣. 𝐿 = (𝑞. 𝑏). (2 𝑏 + 𝑎) + (𝑃. 𝑑)
1
(𝑞. 𝑏). ( 𝑏 + 𝑎) + (𝑃. 𝑑)
2
𝑅𝑏𝑣 =
𝐿
2. Gaya Lintang
SHEARING FORCE DIAGRAM merupakan gambar atau diagram yang
meunjukkan besarya nilai-nilai gaya lintang pada titik – titik seanjang
bentangan untuk suatu jenis struktur dan beban tertentu.
SFD dinyatakan positif apabila bagian kiri mengadakan bagian kanan gaya
vertikal ke atas atau bagian kanan mengadakan bagian kiri gaya vertikal ke
bawah.
a. Beban titik
P
Daerah AC
a b SFx = Rav Pers, Linier y = c
C B
A
Daerah CB
Rav L Rbv SFx = Rav – P Pers, Linier y = c
Rav
C B
A
Rav - P Rbv
11
b. Beban terbagi merata
x
q
SFx = Rav - q.x Pers, Linier
A B
(garis berupa garis lurus)
Rav Rbv
Rav
Rbv
Daerah DB
SFx = Rav - q.a - p
Rbv
Pers, Linier y = c
3. Momen
BENDING MOMEN DIAGRAM adalah gambar atau diagram yang
menunjukkan besarnya nilai – nilai momen pada titik – titik sepanjang
bentangan untuk suatu jenis struktur dan beban tertentu.
BMD dinyatakan positif apabila bagian kiri mengadakan bagian kanan putaran
yang searah jarum jam atau bagian kanan mengadakan bagian kiri putaran yang
berlawanan arah jarum jam.
12
a. Beban titik
P Daerah AC
a b Mx = Rav . x Pers, Linier
C B
A
x Daerah CB
Rav L Rbv Mx = Rav . x – P. (x - a) Pers,
Linier
Mc = Rav . a
Mc = Rbv . b
x=0 Mx = 0
3
x = ¼ L Mx = Rav . ¼ L – ½ .q . (¼ L )2 = 32 . 𝑞 𝐿2
1
x = ½ L Mx = Rav . ½ L – ½ .q . (½ L)2 = 8 . 𝑞 𝐿2
3
x = ¾ L Mx = Rav . ¾ L – ½ .q . ( ¾ L )2 = 32 . 𝑞 𝐿2
x=L Mx = 0
13
c. Kombinasi beban titik dan beban terbagi merata
P Daerah AC
a b Mx = Rav . x – q . x . ½ x
q
Mx = Rav . x – ½ .q . x2
C B
A Pers. Kuadrat grafik parabola
Rav Rbv
Daerah CB
Mx = Rav . x – q . x . ½ x – P(x-a)
Mx = Rav . x – ½ .q . x2 - P(x-a)
Pers. Kuadrat grafik parabola
14
OVERSTEK
Overstek adalah struktur yang salah satu ujung batngnya terjepit dan ujung yang
lainnya bebas, dengan demikian reaksi vertikal, rekasi horizontal dan momen
akibat beban luar ditahan oleh perletakan jepit.
1. Overstek dengan beban titik
a. Diagram gaya lintang (SFD)
SFx = P (persamaan linier y = c)
X = 0 SFb = P
X = L SFa = Rav = P
Sehingga gambar SFD berupa empat persegi panjang.
P P
x x
Rah A A Rah
B B
Rav Rav
x x
Rah A A Rah
B B
Rav Rav
15
2. Overstek dengan beban terbagi merata
a. Diagram gaya lintang SFD
SFx = q . x (Persamaan linier y = c.x)
x=0 SFb = q . 0 = 0
x=½L SF = ½ . q . L
x=L Sfa = Rav = q. L
x
Rah A B
Rav
Rah A B
Rav
Struktur overstek biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi biasanya menjadi astu
dengan balok sendi rol, sehingga menjadi struktur sendi rol dengan overstek. Ada
pula overstek yang menjadi satu kolom.
16
Solusi Numerik
1. SOAL 1 2 kN
∑Mb = 0
RAv . 10 + 2 . 2 = 0
A B RAv = -0.4 kN (Rav yang
10 m 2m
Rav Rbv
terjadi kebawah)
∑Ma = 0
2 kN -Rbv . 10 + 2 . 12 = 0
SFD Rbv = 2.4 kN (Rbv yang
terjadi keatas)
Cek
0.4 kN ∑Fv = 0
BMD
-0,4 – 2 + 2,4 = 0
4 kNm
BMD
Ma = 0
Mb = -2 . 2 = -4 kNm
Mc = 0
2. SOAL 2
4 kN 2 kN ∑Mb = 0
RAv . 8 + 2 . 2 – 4 . 4 = 0
RAv = 12/8 = 1,5 kN
A
C B D ∑Ma = 0
4m 4m 2m
Rav Rbv
-Rbv . 8 + 2 . 10 + 4 . 4 = 0
Rbv = 36/8 = 4,5 kN
SFD 2 kN Cek
1,5 kN
∑Fv = 0
4,5 + 1,5 - 6 = 0
BMD
2,5 kN Ma = 0
Mc = Rav . 4
= 1,5 . 4 = 6 kNm
BMD Mb = -2 . 2 = 0= -4 kNm
4 kNm Md = 0
Mencari titik x
Rav . (4 + x) – 4 . x = 0
1,5 (4 + x) – 4x = 0
6 kNm
6 + 1,5x – 4x = 0
x 2,5x = 6
x = 2,4 m
17
3. SOAL 3
2 kN
2 kN ∑Mb = 0
RAv . 8 + 1 . 2 + 1 . 2 . 1 – 2 . 10 – 1 . 8 . 4 = 0
1 kN/m'
RAv = 48/8 = 6 kN
A B
2m
Rav
8m
Rbv
2m
∑Ma = 0
-Rbv . 8 - 2 . 2 + 1 . 10 + 1 . 10 . 5 = 0
SFD
4 kN Rbv = 56/8 = 7 kN
3 kN
1 kN
Cek
2 kN ∑Fv = 0
4 kN
6 + 7 – 2 – 1 – 1 . 10 = 0 (ok)
BMD
Mc = Rav . 4 – 1 . 4 . 2 – 2 . 6
Mc = 6 . 4 – 8 – 12 = 4 kNm
BMD = 0
Terjadi dari titik A
Rav . x – ½ q (2 + x)2 = 0
6x – ½ . 1 . (4 + 4x + x2) = 0
x2 – 8x + 4 = 0
8 ± √64 − 4.1.4
𝑥=
2.1
X1 = 0.54 m (yang dipakai)
X2 = 7.45 m
18
COMPOUND BEAM / BALOK GERBER / BALOK MAJEMUK
Adalah struktur yang umumnya terdiri dari beberapa struktur sederhana (sendi –
rol)
1. Struktur yang didukung oleh sendi A, rol B dan rol C
Rah
A B S C
Dari contoh- contoh diatas, terlihat adanya beberapa jumlah “anu” ( bilangan tak
diketahui ), yang ditimbulkan dari dukungan sendi adalah dua anu, dari masing-
masing rol 1 anu, sehingga pada struktur 1 terdapat 4 anu dan pada struktur 2
terdapat 5 anu.
Sedangkan persamaan yang digunakan sebagai pemecahannya :
∑Fx = 0, ∑Fy = 0, dan ∑Mx = 0
Untuk menyelesaikan struktur ini perlu dipandang adanya suatu “sendi” yang
dipasang diantara dua perletakan, sehingga didapat tambahan ∑Ms = 0. Titik S
dalam prakteknya berupa sambungan balok, sehingga titik S dapat berperilaku
seperti sendi, yaitu mampu menahan gaya vertikal, mampu manahan gaya
horizontal, tetapi tidak mampu menahan momen. (momennya = 0)
Balok gerber dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan jumlah batang dan jumlah
sendi :
a. Balok gerber dengan satu sendi
“sendi” pada struktur no 1 harus diletakkan diantara dua buah rol (lihat
gambar 1), sehingga struktur tersebut analisisnya dapat kita pisah menjadi
sendi rol S-C dan sendi rol dengan overstek ABS. Balok SC membebani
balok ABS melalui titik S (Reaksi keatas dari dukungan S yang diperoleh
dari tinjauan sendi rol SC akan menjadi beban titik ke bawah yang
membebani sendi rol dengan overstek ABS). Jadi untuk menganalisis
struktur no 1 hitungan dimulai dari balok SC kemudian balok ABS.
A B S C
S
C
Rs
Rs Rcv
Rah
A B S
Rav Rbv
19
Solusi Numerik :
Balok SC (sendi-rol)
4 kN 2 kN
∑Mc = 0
A B S C
RSv . 6 – 2 . 3 = 0
4m 4m 2m 3m 3m
RSv = 1 kN
2 kN
S
4 kN
C ∑Ms = 0
Rs
Rs Rcv -RCv . 6 - 2 . 3 = 0
A B S RCv = 1 kN
Rav Rbv
SFD Cek
∑Fv = 0
1,75 kN
1 kN 1+ 1 – 2 = 0 (ok)
1 kN
Balok ABS
∑Mb = 0
2,25 kN
BMD RAv . 8 + 1 . 2 – 4 . 4 = 0
2 kNm
RAv = 14/8 = 1,75 kN
∑Ma = 0
3 kNm
-RBv . 8 - 4 . 4 + 1. 10 = 0
RBv = 26/8 = 3,25 kN
7 kNm
Cek
∑Fv = 0
1,75 + 3,25 – 4 – 1 = 0 (ok)
BMD
Ma = -2 . 2 = -4 kNm
Md = Rav . 4
= 1,75 . 4 7 kNm
Mb = -1 . 2 = -2 kNm
Ms = 0
Me = Rc . 3 = 1 . 3 = 3 kNm
20
overstek S1BCS2 melalui titik S1 dan S2 ( Reaksi ke atas dari dukungan
S1 dan S2 akan menjadi beban titik ke bawah yang membebani sendi rol
dengan overstek S1BCS2), sehingga hitungan dimulai dengan mencari
reaksi – reaksi balok AS1 dan S2D, kemudian mencari reaksi B dan C.
S1 S2
A B C D
S1 S2
A D
Rs1 Rs2
Rav Rs1 Rs2 Rdv
S1 B C S2
Rbv Rcv
Solusi Numerik
1.
2 kN 4 kN 3 kN
E S1 F S2 G
A B C D
3m 3m 2m 3m 3m 2m 2m 3m
2 kN 3 kN
S1 S2
A D
Rs1 4 kN Rs2
Rav Rs1 Rs2 Rdv
S1 B C S2
Rbv Rcv
SFD
1,733 kN 1,8 kN
1 kN
1 kN 1,2 kN
2,267 kN
BMD
3,6 kNm
2 kNm
21
BALOK AS1
∑Ms1 = 0 ∑Ma = 0
Rav . 6 – 2 . 3 = 0 -Rs1 . 6 + 2 . 3 = 0
Rav = 1 kN Rs1 = 1 kN
CEK = 1 + 1 – 2 =0 OK
BALOK S2D
∑Ms2 = 0 ∑Md = 0
-Rdv . 5 – 3 . 2 = 0 Rs2 . 5 + 3 . 3 = 0
Rdv = 1,2 kN Rs2 = 1,8 kN
CEK = 1,2 + 1,8 – 3 =0 OK
BALOK S1BCS2
∑Mc = 0 ∑Mb = 0
Rb . 6 +1,8 . 2 - 1 . 8 – 4 . 3 = 0 -Rc . 6 – 1 . 2 + 1,8 . 8 + 4 . 3 = 0
Rbv = 2,733 kN Rc = 4,067 kN
CEK = 2,733 + 4,067 – 1 – 4 – 1,8 =0 OK
BMD
Ma = 0
Me = Rav . 3 = 1 . 3 = 3 kNm
MS1 = 0
Mb = -Rs1 . 2 = -2 kNm
Mf = Rb . 3 – Rs1 . 5 = 2,733 . 3 – 1 . 5 = 3,2 kNm
Mc = -Rs2 . 2 = -1,8 . 2 = 3,6 kN
Mg = Rd . 3 = 1,2 . 3 = 3,6 kNm
Md = 0
2.
S1 S2
A I B II C III D
4m 1m 2m 1m 4m 3m 2m 1m 4m
B II C
Rbv Rcv
22
SFD
3,6 kN
2,6 kN
2 kN
x2
x1 x2
1,4 kN
2,4 kN
3 kN
BMD
4,8 kNm
4 kNm
0,2 kNm
1,18kNm
2 kNm
2,4 kNm
3,6 kNm
4,32 kNm
BALOK S2D
∑Ms2 = 0 ∑Md = 0
-Rdv . 5 + 1,25 .4 . 3 = 0 Rs2 . 5 – 1,25 . 4 . 2 = 0
Rdv = 3 kN Rs2 = 2 kN
CEK = 3 + 2 – 1,25 . 4 =0 OK
BALOK AS1
∑Ms1 = 0 ∑Ma = 0
Rav . 5 – 1,5 . 4 . 3 = 0 -Rs1 . 5 – 1,5 . 4 . 2 = 0
Rav = 3,6 kN Rs1 = 2,4 kN
CEK = 3,6 + 2,4 – 1,5 . 4 =0 OK
BALOK S1BCS2
∑Mc = 0 ∑Mb = 0
Rb . 8 +2 . 2– 2,4 .10 –1 . 4 . 5 = 0 -Rc . 8 – 2,4 . 2 + 2 . 10 +1 . 4 . 3 = 0
Rbv = 5 kN Rc = 3,4 kN
CEK = 5 + 3,4 – 2,4 – 2 – 1 . 4 =0 OK
23
BMD
Ma = 0
Me = Rav . 4 – 1,5 . 4. 2 = 2,4 kNm
MS1 = 0
Ms2 = 0
Mb = -Rs1 . 2 = -4,8 kNm
Mc = -Rs2 . 2 = -4 kNm
Mh = Rs2 . 1 = 2 kNm
Mf = Rbv . 1 - 2,4 . 3 = -2,2 kNm
Mg = Rbv . 5 – 1 . 4 . 2 – 2,4 . 7 = 0.2 kNm
Md = 0
Mi = 3,6 . 2 – 1,5 . 2 . 1 = 4,2 kNm
Mii = 5 . 3 – 2,4 . 5 – 1 . 2 . 1 = 1 kNm
Miii = 3.2 – 1,25 . 2 . 1 = 3,5 kNm
24
hitungan dimulai dengan mencari reaksi-reaksi S1 dan S2, kemudian
mencari reaksi-reaksi pada balok ABS1 dab S2CD.
A B S1 S2 C D
S1 S2
Rs1 Rs2
Rs1 Rs2
A B S1 S2 C D
Solusi Numerik
2 kN
3 kN
1 kN/m' 1 kN/m'
A B S1 S2 C D
8m 2m 2m 4m 2m 4m 4m
3 kN
S1 S2
Rs1 Rs2 2 kN
Rs1
1 kN/m' Rs2 1 kN/m'
A B C D
8m 2m 2m 4m 2m 4m 4m
SFD
5,25 kN
4 kN
3,25 kN
2 kN
1,25 kN
1 kN 0,75 kN
4,75 kN 4,75 kN
BMD
6 kNm
2 kNm
4 kNm
5,28 kNm
11 kNm
25
BALOK S1S2
∑Ms1 = 0 ∑MS2 = 0
-RS2 . 6 + 2 . 3 = 0 Rs1 . 6 – 3 . 4 = 0
RS2 = 1 kN Rs1 = 2 kN
CEK = 1 + 2 – 3 = 0 OK
BALOK ABS1
∑Mb = 0 ∑Ma = 0
Rav . 8 + 2 . 2 – 1 . 10 . 3 = 0 -Rb . 8 + 1 . 10 . 5+ 2 . 10 = 0
Rav = 3,25 kN Rb = 8,75 kN
CEK = 3,25 + 8,75 – 2 - 1 . 10 =0 OK
BALOK S2CD
∑Md = 0 ∑Mc = 0
Rc . 8 - 1 . 10 – 1 . 8 . 4 – 2 . 4 = 0 -Rd . 8 – 1 . 8 . 4 + 2 . 4 - 1 . 2 = 0
Rbv = 6,25 kN Rd = 4,75 kN
CEK = 6,25 + 4,75 - 1 – 1 . 8 – 2 =0 OK
BMD
Ma = 0
Mb = 3,25 . 8 – 1 . 8 . 4 = -6 kNm
MS1 = 0
Ms2 = 0
Me = 2 . 2 = 4 kNm
Mc = -1 . 2 = -2 kNm
Mf = 4,75 . 4 – 1 . 4 . 2 = 11 kNm
Md = 0
26
MUATAN TAK LANGSUNG
Adalah suatu muatan yang membebani suatu balok / batang tertentu, dan balok /
batang tersebut membebani (didukung) oleh balok pendukung utama, sehingga
beban tersebut dirasakan oleh balok pendukung utama sebagai beban tidak
langsung.
Dalam prakteknya, muatan tak langsung terjadi pada beberapa contoh berikut.
balok melintang
balok memanjang
balok induk
balok melintang
1 2 3 4 5
balok memanjang
A A
balok induk
1 2
2 3
3 4
4 5
27
Solusinumeric ;
2 kN/m 2 kN 1 kN ∑ MB = 0
A C D F E B
RAV x 8 - 2x4x6 - 2x3 - 1x0 = 0
4 x 2m = 8m
RAV = 54/8 = 6,75 N
2 kN 2 kN 2 kN 2 kN 1 kN 1 kN 1 kN
∑ MB = 0
6,75 kN -RB x 8 + 1x8 + 2x5 + 2x4x2 = 0
4,75 kN RB = 34/8 = 4,25 N
Cek :
(+)
(+) = 11-11 = 0 ( Ok )
2,25 kN BMD
3,25 kN
4,25 kN MA = 0
MC = 6,75x2-2x2x1 = 9,5kNm
MD = 6,75x4-2x4x2 = 11kNm
MF = (4,25-1)x3 = 9,75kNm
(+)
ME = (4,25-1)x2 = 6,5kNm
6,5 kNm
MB = 0
9,5 kNm
9,75 kNm
11 kNm
y = 6,5 + x/2(11-6,5)
= 6,5 + 2,25 = 8,75
Pada struktur sendi rol dengan overstek penempatan balok melintang dibagian
overstek sebagai berikut :
Dan pada struktur balok gerber, penempatan “sendi” S harus tepat pada salah satu
balok melintangnya seperti pada gambar berikut :
28
A B S C
A S1 B B S2 C
A B S1 S2 B C
PORTAL SENDI-ROL
Portal adalah suatu struktur yang merupakan gabungan balok (unsur pemikul
horisontal) dan kolom (unsure pemikul vertikal). Pada portal sendi rol, sendi harus
diletakkan dibawah kolom dan rolnya pada ujung balok. Rol dapat dipasang tegak
lurus pada sumbu memanjang balok, dan dapat pula dipasang miring.
(-)
6,3 kNm
29
2.
4 kN ∑ FH = 0
2 kN C B
D
RB
RAH+ 2 = 0
4m 6m
RAH= -2kN (kekiri)
5m ∑ MB = 0
RAV.10 + RAH.5 – 4.6 = 0
A RAH RAV = 14/10 = 1,4kN
RAV
∑ MA = 0
FBD -RB.10 + 4.4 + 2.5 = 0
RB
RAV RB = 26/10 = 2,6kN
2 kN
Cek :
RAH
∑ FV = 0
RAV (1,4 + 2,6) – 4 = 0 (Ok)
BMD
1,4 kN MA = 0
2 kN
(+)
SFD
MC = RAH.5 = 2.5 = 10kNm
= RB.10 – 4.4
(-)
= 26 – 16 = 10kNm
(-) 2,6 kN MD = RB.6
= 2,6 x 6 = 15,6 kNm
2 kNm BMD
(+) (+)
15,6 kNm
1,4 kN NFD
(-)
30
3.
∑ FH = 0
1 kN
1 kN/m RAH= 3kN
B
D E
RB ∑ MB = 0
10m
RAVx 10 + RAHx 6 – 3x3– 1x10 –
3m
3 kN C
3m
1x10x5 = 0
A RAH
RAV = 51/10 = 5,1kN
RAV ∑ MA = 0
FBD -RBx 10 + 1x10x5 + 3x3 = 0
RB
RAV RB = 59/10 = 5,9kN
3 kN
Cek :
RAH ∑ FV = 0
RAV
(5,1+ 5,9) – 1 – 1.10 = 0 (Ok)
5,1 kN
4,1 kN
BMD
(+)
MA = 0
SFD
MC = RAH.3 = 9 kNm
(-)
MD = 3.6 – 3.3 = 9 kNm
3 kN
5,9 kN
MX = 5,9x5,9 – 1x5,9x(5,9/2)
(+)
= 17,405 kNm
ME = 5,9x5 – 1x5x2,5 = 17 kNm
MB = 0
9 kNm BMD
(+) (+)
17,405 kNm
5,1 kN NFD
(-)
31
2. Portal sendi rol dengan rol miring
Solusinumerik :
1.
C
4 kN
B RBH
∑ FH = 0 RAH – RBH= 0
D
4m 6m
4
3
RB RAH= 3/5 RBH
5m
RBV
∑ MA = 0
-RBV.10 - RBH.6 + 4.4 = 0
RAH A
11RB = 16 RB= 1,455 kN
RAV
RBH= (3/5) 1,455 = 0,873 kN
RBH FBD RBH
RAV
RBV RBV = (4/5) 1,455 = 1,164kN
RAH
RAH
∑ MB = 0
RAV
RAV.10 - RAH.5 - 4.6 = 0
RAV = 28,36/10 = 2,836 kN
2,836 kN
Cek :
(+)
0,873 kN SFD
(-) (2,836 + 1,164) – 4 = 0 (Ok)
1,164 kN
BMD
(-)
MA = 0
MC= -RAH.5 = -4,365 kNm
MD = RBV.6 = 6,784 kNm
4,365 kNm
(-)
4,365 kNm BMD
(+)
(-)
6,984 kNm
2,836 kN NFD
(-)
(-)
2,836 kN
32
2.
D
4 kN
E
6 kN
F
8 kN
B RBH
∑ FH = 0
4m 4m 4m
RBV
3
4
RB 12 – RBH – RAH = 0
RAH = 12 - RBH
2 kN/m
C
6m 12 kN
RAH
∑ MA = 0
A
RAV -RBV x 12 - RBHx 6 + 12 x 3 + 6 x 4 + 8 x 8 = 0
RBH FBD
RBV
RBH
- 3/5 (12RB) – 4/5 (6RB) + 124 = 0
RAV
RAH 12RB = 124
RAH
RB = 10,333 kN
RAV
(-) NFD
11,8 kN
33