Anda di halaman 1dari 84

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aqidah Akhlak merupakan bagian dari pendidikan agama Islam yang

lebih mengedepankan aspek efektif, baik nilai ketuhanan maupun kemanusiaan

yang hendak ditanamkan dan ditumbuh kembangkan kedalam diri siswa,

sehingga tidak hanya berkonsentrasi pada persoalan teoritis yang bersifat

kognitif semata, tetapi sekaligus juga mampu mengubah pengetahuan Aqidah

Akhlak yang bersifat kognitif menjadi bermakna dan dapat diinternalisasikan

serta diaplikasikan kedalam perilaku sehari-hari.1 Pentingnya belajar Aqidah

akhlak juga diperkuat dengan ayat Al Quran surah An Nahl ayat 125

  

 

 

   

    

   

   

 

Artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

1
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Belajar,
2014), hlm. 313
2

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang


tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.

Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah juga diperkuat

dengan peraturan pemerintah yang tercantum dalam Undang-Undang No 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkankemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggun jawab.2
Rendahnya hasil belajar atau prestasi siswa dapat disebabkan oleh
banyak faktor. Diantaranya pertama, siswa mengalami kesulitan dalam
memahami materi yang disampaikan, kedua, kurangnya pemahaman
pendidik secara mendalam dalam mengembangkan dan mengaplikasikan
model pembelajaran, ketiga metode pembelajaran yang digunakan oleh
pendidik kurang memperhatikan karakteristik peserta didik dengan
muatan pelajaran yang diajarkan sehingga membuat pembelajaran yang
berlangsung kurang bermakna.3

Permasalahan yang sering dijumpai dalam pembelajaran, khususnya

pembelajaran Aqidah Akhlak adalah kurangnya perhatian pendidik agama

terhadap penggunaan metode mengajar, umumnya pendidik hanya

menggunakan metode ceramah saja sehingga menimbulkan kejenuhan terhadap

siswa yang pada akhirnya siswa tidak memperhatikan penjelasan pendidik.

2
Tim Fokus Media, Undang-Undang Sisdiknas No.23 Tahun 2003,( Jakarta, Fokus Media
2015), hlm. 23.
3
Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di SD, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm .56.
3

Agar pembelajaran Aqidah Akhlak berhasil dengan baik, metode yang

digunakan harus menarik perhatian siswa, menyenangkan dan tidak

membosankan.Dalam hal ini, untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti

menggunakan metode role playing.


4

Berdasarkan observasi awal peneliti melihat banyaknya nilai mata

pelajaran Aqidah Akhlak siswa di MI Marifatul Al Islamiah yang tidak tuntas hal

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1
Hasil Belajar Peserta Didik 4

No Nama peserta didik Jenis kelamin Nilai Mata Pelajaran


L/P Aqidah Akhlak
1 Alisia Dwi Purti P 75
2 Agna Hasym P 75
3 Abi Wisnu Akbar L 60
4 Asmaradin L 60
5 Fathurrahman L 50
6 Fitria Hasna P 60
7 M. Rafi Ikbal L 65
8 M. Rojulan Haidari L 65
9 Muh. Maulana L 75
10 Muthia Ramadhani P 60
11 Muh. Bayanullah L 69
12 Nurlaila Dwi A P 60
13 Perdi Irawan L 60
14 Putri Febrianti P 60
15 Wahyu Rizki P 60

Dan kurangnya keterampilan guru dalam mengajar, oleh karena itu siswa

tidak mengerti dan tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran Aqidah Akhlak. Yang

membuat siswa tidak tertarik mengikuti pelajaran Aqidah Akhlak adalah karena

metode yang dipakai oleh pendidik hanyalah metode ceramah dan kurangnya

keterampilan guru mengolah kelas sehingga kelas tersebut terasa mati , dan ini

merupakan alasan peneliti memilih metode role playing karena metode ini

merupakan salah satu langkah terciptanya pelajaran yang menarik perhatian siswa

4
Dokumentasi, Rapor Siswa Kelas IV MI Marifatul Al Islamiah
5

sehingga siswa akan terlihat lebih aktif di dalam kelas dan akan terasa

menyenangkan bagi siswa.5

Dengan menggunakan metode role playing ini tidak akan membuat siswa

merasa jenuh dengan pembelajaran, siswa akan merasa lebih tertarik, aktif dan

senang serta bersemangat saat pembelajaran Aqidah Akhlak berlangsung. Dalam

penerapan metode role playing siswa ditekankan untuk lebih aktif dalam proses

pembelajaran. Karena kelebihan dari metode role playing ini adalah siswa cepat

memahami apa yang menjadi tujuan pembelajaran tanpa guru harus menjelaskan

lebih banyak, karena dengan metode ini siswa diajak bermain langsung sesuai

dengan materi yang diajarkan, jadi guru disini hanya sebagai fasilitator saja

selebihnya siswa yang akan langsung mempraktikkan pelajaran yang akan

diajarkan. Sehingga tanpa dijelaskan berkali-kali siswa dapat memahami isi dari

materi pelajaran tersebut. Ketika siswa belajar dengan aktif, maka hasil belajar

siswa akan meningkat.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Penerapan MetodeRole Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas IV di MI Marifatul Al Islamiah Dasan

Agung tahun pelajaran 2018/2019 ”

B. Sasaran Tindakan

Sasaran tindakan atau yang menjadi subjek pelaku tindakan dalam

penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Marifatul Al Islamiah Dasan Agung yang

5
Observasi Awal di MI Marifatul Al Islamiah Pada Tanggal 28 Februari 2019
6

berjumlah 15 orang siswa yang terdiri dari 6 orang siswa perempuan dan 9 orang

siswa laki-laki.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimanakah meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak

kelas IV di MI Marifatul Al Islamiah Dasan Agung tahun pelajaran 2018/2019

melalui penerapan metode role playing?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar mata

pelajaran Aqidah Akhlak kelas IV di MI Marifatul Al Islamiah tahun pelajaran

2018/2019 melalui penerapan metode role playing.

E. Manfaat dan Hasil Penelitian

1. Manfaat secara Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khazanah

ilmu pengetahuan khususnya pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan

menggunakan metode role playing.

2. Manfaat secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi guru dan siswa. Untuk lebih

jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Bagi guru
7

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi guru untuk

mengetahui berbagai macam metode pembelajaran yang berpusat pada

siswa khususnya metode role playing

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan guru memiliki

keterampilan menggunakan metode role playinguntuk meningkatkan hasil

belajar siswa.

b. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat membuat siswa lebih memahami materi

dengan mudah, siswa mendapat pengalaman baru dengan diterapkannya

metode role playing dan siswa termotivasi untuk belajar.


8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Metode Pembelajaran Role Playing

a. Pengertian Metode Pembelajaran Role Playing

Pembelajaran berdasarkan pengalaman yang menyenangkan

diantaranya adalah role playing, yakni suatu cara penguasaan bahan-bahan

pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Metode

bermain peran atau role playing adalah salah satu proses belajar yang

tergolong dalam metode simulasi.6

Metode role playing juga dapat diartikan suatu cara penguasaan bahan-

bahan melalui pengembangan dan penghayatan anak didik. Pengembangan

imajinasi dan penghayatan dilakukan oleh anak didik dengan

memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Dengan kegiatan

memerankan ini akan membuat anak didik lebih meresapi perolehannya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode ini adalah

penentuan topik, penentuan anggota pemeran, pembuatan lembar kerja

(kalau perlu), latihan singkat dialog (kalau perlu) dan pelaksanaan

permainan peran.7

6
Mulyono, Strategi Pembelajaran, (Malang: UIN Maliki Press, 2012), hlm. 44
7
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PTRineka
Cipta, 2005), hlm. 237.
9

Role playing dalam pembelajaran merupakan usaha untuk

memecahkan masalah melalui peragaan serta langkah-langkah identifikasi

masalah, analisis pemeranan dan diskusi.Untuk kepentingan tersebut

sejumlah peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai

pengamat. Seorang pemeran harus mampu menghayati peran yang

dimainkannya.8

Pengertian metode role playing menurut Sudjana yaitu “suatu teknik

kegiatan pembelajaran yang menekankan


6 pada kemampuan penampilan

peserta didik untuk memerankan status dan fungsi pihak-pihak lain yang

terdapat pada kehidupan nyata”.9

Sejalan dengan pendapat tersebut Syaiful Sagala, mendefinisikan

metode role playing adalah metode mengajar yang dalam pelaksanannya

peserta didik mendapat tugas dari pendidik untuk mendramatisasikan suatu

situasi sosial yang mengandung suatu masalah agar peserta didik dapat

memecahkan masalah yang muncul dari situasi sosial.10

Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi:

kemampuan bekerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu

kejadian. Melalui role playing peserta didik mencoba mengeksplorasi

hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan

8
Mulyasa E, Pengembangan dan Implementasi, (Bandung: PT.RemajaRosdakarya, 2013),
hlm.. 113.
9
Sudjana .Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: PT Falah Production,
2005), hlm . 134.
10
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: PT Alfabeta, 2011), hlm. 213
10

mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat

mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai dan berbagai

strategi pemecahan masalah. 11

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

metode role playing adalah metode pembelajaran yang di dalamnya

menampakkan adanya perilaku pura-pura dari siswa yang terlibat dalam

suatu permainan dalam kelas yang menirukan tokoh atau peran yang sudah

disiapkan oleh guru sesuai dengan materi yang diajarkan

b. Langkah-Langkah Menggunakan Metode Role Playing

Prosedur teknis dari role playing adalah sebagai berikut:12

1) Pendidik menyusun/menyampaikan skenario yang akan ditampilkan.

2) Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario dalam

waktu beberapa menit sebelum KBM.

3) Pendidik membentuk beberapa kelompok

4) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai

5) Memanggil para peserta didik yang ditunjuk untuk melakonkan

sekenario yang sudah dipersiapkan

6) Masing-masing peserta didik berada dikelompoknya sambil mengamati

skenario yang diperagakan

11
Atwi Suparman, Model-Model Pembelajaran Interaktif, (Jakarta: STIA-LAN Press, 2011),
hlm.91.
12
Mel Silberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani, 2007), hlm. 217
11

7) Setelah selesai ditampilkan, masing-masing peserta didik diberikan

lembar kerja untuk membahas masing-masing kelompok. Masing-masing

kelompok menyampaikan kesimpulannya

8) Pendidik memberikan kesimpulan secara umum

9) Evaluasi

10) Penutup

Dalam menyiapkan suatu situasi role playing di dalam kelas, pendidik

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1) Persiapan dan intruksi

a) Situasi masalah yang dipilih harus menjadi drama yang menitik

beratkan pada jenis peranan, masalah dan situasi familiar, serta

pentingnya untuk peserta didik. Keseluruhan situasi harus dijelaskan,

yang meliputi deskripsi tentang keadaan peristiwa, individu-individu

yang dilibatkan dan posisi-posisi dasar yang diambil oleh pelaku

khusus. Para pemeran khusus tidak didasarkan kepada individu nyata

di dalam kelas, hindari tipe yang sama pada waktu merancang

pemeran supaya tidak terjadi gangguan hak pribadi secara psikologis

dan merasa aman.

b) Sebelum pelaksanaan bermain peran, peserta didik mengikuti latihan

pemanasan, latihan-latihan ini diikuti oleh semua peserta didik, baik

sebagai partisipasi aktif maupun sebagai para pengamat aktif.

Latihan-latihan ini dirancang untuk menyiapkan peserta didik,


12

membantu mereka mengembangkan imajinasinya dan untuk

membentuk kekompakan kelompok dan interaksi..

c) Pendidik memberikan instruksi khusus kepada peserta bermain peran

setelah memberikan penjelasan pendahuluan kepada keseluruhan

kelas. Penjelasan tersebut meliputi latar belakang dan karakter-

karakter dasar melalui tulisan atau penjelasan lisan. Para peserta

(pemeran) dipilih secara sukarela. Peserta didik diberi kebebasan

untuk menggariskan suatu peran. Apabila peserta didik telah pernah

mengamati suatu situasi dalam kehidupan nyata maka situasi tersebut

dapat dijadikan sebagai situasi bermain peran. Peserta bersangkutan

diberi kesempatan untuk menunjukkan tindakan/perbuatan ulang

pengalaman. Dalam brifing, kepada pemeran diberikan deskripsi

secara rinci tentang kepribadian, perasaan, dan keyakinan dari para

karakter. Hal ini diperlukan guna membangun masa lampau dari

karakter. Dengan demikian dapat dirancang ruangan dan peralatan

yang perlu digunakan dalam bermain peran tersebut.

d) Pendidik memberitahukan peran-peran yang akan dimainkan kepada

audience.

2) Tindakan Dramatik dan Diskusi

a) Para aktor terus melakukan perannya sepanjang situasi bermain

peran, sedangkan audience berpartisipasi dalam penugasan awal

pemeran.
13

b) Bermain peran khusus berhenti apabila terdapat tingkah laku tertentu

yang menuntut dihentikannya permainan.

c) Keseluruhan kelas selanjutnya berpartisipasi dalam diskusi yang

terpusat pada situasi bermain peran. Masing-masing kelompok

audience diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil observasi dan

reaksi-reaksinya. Para pemeran juga dilibatkan dalam diskusi

tersebut. Diskusi dibimbing oleh pendidik dengan maksud

berkembang pemahaman tentang pelaksanaan bermain peran serta

bermakna langsung bagi hidup peserta didik, yang pada gilirannya

menumbuhkan pemahaman baru yang berguna untuk mengamati dan

merespon situasi lainnya dalam kehidupan sehari-hari.

3) Evaluasi Role Playing

a) Peserta didik memberikan keterangan, baik secara tertulis maupun

dalam kegiatan diskusi tentang keberhasilan dan hasil-hasil yang

dicapai dalam bermain peran. Peserta didik diperkenankan

memberikan komentar evaluasi tentang bermain peran yang telah

dilaksanakan, misalnya tentang makna bermain peran bagi mereka,

cara-cara yang telah dilakukan selama bermain peran, dan cara-cara

meningkatkan efektivitas bermain peran selanjutnya.

b) Pendidik menilai efektivitas dan keberhasilan bermain peran. Dalam

melakukan evaluasi ini, pendidik dapat menggunakan komentar

evaluatif dari peserta didik, catatan-catatan yang dibuat oleh pendidik


14

selama berlangsungnya bermain peran. Berdasarkan evaluasi

tersebut, selanjutnya pendidik dapat menentukan tingkat

perkembangan pribadi, sosial dan akademik para peserta didiknya.

c) Pendidik membuat bermain peran yang telah dilaksanakan dan telah

dinilai tersebut dalam sebuah junal sekolah (kalau ada), atau pada

buku catatan pendidik. Hal ini penting untuk pelaksanaan bermain

peran atau untuk berkaitan bermain peran selanjutnya.13

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Role Playing

Dalam sebuah metode pembelajaran memiliki kelebihan dan

kekurangan setiap metode tersebut. Begitu pula dengan metode role playing

memiliki kelebihan dan kelemahan yaitu:

1) Kelebihan Metode role playing

a) Melatih peserta didik untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih

keberanian.

b) Metode ini akan lebih menarik perhatian peserta didik.

c) Peserta didik dapat menghayati suatu peristiwa, sehingga mudah

mengambil keputusan berdasarkan penghayatannya sendiri.

d) Penyaluran perasaan-perasaan atau keinginan-keinginan yang

terpendam karena memperoleh kesempatan untuk belajar

mengekspresikan (mencurahkan) penghayatan mereka mengenai

suatu problem di depan orang banyak (peserta didik yang lain).

13
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2006), hlm. 217.
15

e) Untuk mengajar peserta didik agar bisa menempatkan dirinya diantara

orang lain.14

2) Kekurangan Metode Role Playing

a) Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak

akan melakukan secara sungguh-sungguh

b) Bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika suasana

kelas tidak mendukung .

c) Bermain peran tidak selamanya menuju pada arah yang diharapkan

seseorang yang memainkannya. Bahkan juuga mungkin akan

berlawanan dengan apa yang diharapkannya

d) Siswa sering mengalami kesulitan untuk memainkan peran secara

baik khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi

dengan baik. Siswa perlu mengebal dengan baik apa yang akan

diperankannya.

e) Bermain memakan waktu banyak.15

d. Tujuan Penggunaan Metode Role Playing

Penggunaan metode role playing terutama diarahkan kepada

pencapaian tujuan-tujuan :

1) Membantu peserta didik lebih cepat memahami pelajaran.

14
Atwi Suparman, Model-Model Pembelajaran Interaktif, (Jakarta: STIA-LAN Press, 2011),
hlm.94
15
Abdul Aziz Wahab, Metode dan Model-Model Mengajar, ( Bandung : Alfabeta, 2017), hlm.
111
16

2) Untuk membantu siswa merasakan apa yang dirasakan oran lain

3) Untuk membanti mengendalikan perasaan peserta didik terhadap sesuatu

4) Untuk mengetahui apa yang dibutuhkan peserta didik.

5) Untuk mengeksplorasi peran

6) Untuk mengembangkan kelompok

7) Untuk belajar menyelesaikan masalah.16

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya yaitu “hasil” dan “belajar”. Menurut Slameto, belajar adalah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.17

Sedangkan Daryanto mengatakan bahwa belajar merupakan suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamnnya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.18

Menurut pendapat dari para ahli di atas dapat dipahami bahwa belajar

adalah suaru aktivitas yang dilakukan oleh individu dengan sadar dalam

16
Ibid,.. hlm 110
17
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor...., hlm. 2
18
Daryanto, Belajar dan Mengajar, (Bandung: Yrama Widiya, 2013), hlm. 2
17

interaksinya dengan lingkungan guna memperoleh perubahan dan

perkembangan sesuai dengan bagian yang diharapkan. Pengertian hasil

(product) menunjukan pada suatu perolehan akibat berubahnya input. Secara

fungsional hasil belajar produksi adalah perolehan yang didapatkan karena

adanya kegiatan yang mengubahnya (raw materialis) menjadi barang

(finished goods).19

Hasil adalah perubahan perilaku yang dicapai dalam proses belajar

mengajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan.20 Menurut Nana Sudjana,

hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dari pengertian tersebut berarti

hasil belajar merupakan suatu gambaran dari penguasaan kemampuan para

peserta didik sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran

tertentu.Setiap usaha yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran baik oleh

guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar bertujuan untuk mencapai

hasil belajar yang setinggi-tingginya.21

Hasil belajar mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran.

Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada

guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan

pembelajaran melalui kegiatan proses pembelajaran. Selanjutnya dari

19
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 44
20
Ibid, hlm. 54
21
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Sinar Baru Offset, 2011),
hlm. 3
18

informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan

siswa lebih lanjut.

Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana secara garis besar

mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu:

1) Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari tujuh aspek, yakni pengetahuan, ingatan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2) Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,

yakni penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi dan internalisasi nilai

atau karakterisasi (characterization) adalah menjadikan nilai-nilai yang

diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga

menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari.

3) Ranah psikomotorik

Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar meliputi

keterampilan dan kemampuan bertindak.Ada tujuh aspek ranah

psikomotoris yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,

kemampuan personal, keharmonisan atau ketepatan, gerakan

keterampilan kompleks, dan gerakan akspresif dan interpretatif.22

22
Ibid, hlm. 22-23
19

Secara eksplisit ketiga ranah tersebut tidak dapat dipisahkan satu

sama lain. Setiap mata pelajaran selalu mengandung ketiga ranah

tersebut, namun penekananya selalu berbeda.Mata ajar praktik lebih

menekankan pada ranah psikomotor, sedangkan ranah ajar pemahaman

konsep lebih menekankan pada ranah kognitif.Namun kedua ranah

tersebut mengandung ranah afektif.Hasil belajar aspek kognitif dapat

diperoleh dari tes berupa pilihan ganda atau soal uraian.Hasil belajar

aspek psikomotoris dan afektif dapat diperoleh dari portofolio dan

performance dalam kegiatan pembelajaran.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Namun

diantara ketiga ranah tersebut, ranah kognitif paling banyak dinilai oleh

para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa

dalam menguasai bahan pelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

siswa dapat dilihat dari tiga ranah, yaitu ranah kognitif yang merupakan

kemampuan berpikir, ranah afektif berisi minat dan sikap dan ranah

psikomotoris merupakan keterampilan motorik.

Penilaian hasil belajar oleh pendidikan dilakukan secara

bersinambungan untuk membantu proses kemajuan dan dan perbaikan


20

hasil belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semestar, dan

ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.23

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berhasil tidaknya seseorang di dalam memperoleh hasil belajar sangat

tergantung pada banyak faktor, ada yang bersifat positif dan ada yang

bersifat negatif. Slameto, menggolongkan faktor tersebut menjadi dua yaitu:

1. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar. Faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu

faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor kelelahan.24

a) Faktor jasmani

(1) Faktor kesehatan

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan

seseorang terganggu, selain itu ia juga akan cepat lelah, kurang

bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah. Agar

seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan

kesehatan badannya tetap terjamin dengan mengindahkan ketentuan-

ketentuan tentang bekerja, belajar istirahat, tidur, makan, olahraga,

rekreasi dan ibadah. 25

23
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 44
24
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor...., hlm. 54
25
Ibid, 54
21

2. Faktor psikologis merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan atau

psikis atau rohani seseorang meliputi:26

1) Inteligensi.

Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa tidak dapat

diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar

siswa.Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi

seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih

sukses.

2) Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu

hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat ini selalu

diikuti dengan perasaan senang yang akhirnya memperoleh

kepuasan.

3) Bakat merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu

khusus dalam suatu bidang atau kemampuan tertentu. Orang yang

memiliki bakat akan mudah dalam belajar dibanding dengan orang

yang tidak berbakat.

4) Kematangan

Suatu fase dalam pertumbuhan seseorang, adalah saat alat-alat

tubuh sudah siap untuk menerima kecakapan baru.

5) Kesiapan merupakan kesediaan untuk memberikan respon.

26
Ibid, 55
22

2. Faktor Eksternal

Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari

luar diri siswa. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi proses

belajar dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:27

a) Faktor keluarga

Faktor keluarga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi

proses belajar anak karena anak lebih banyak berinteraksi didalam

keluarga dari pada di sekolah. Keluarga merupakan orang-orang

terdekat bagi anak. Banyak sekali kesempatan dan waktu bagi seorang

anak untuk berjumpa dan berinteraksi dengan keluarga. Berjumpa dan

berinteraksi tersebut sangat besar pengaruhnya bagi perilaku dan minat

belajar mereka. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang

pertama dan utama.

b) Lingkungan sekolah

Faktor sekolah sangatlah mempengaruhi belajar siswa, karena

dengan keadaan sekolah yang layak maka proses belajar mengajar

akan tercipta dengan baik. Di dalam proses belajar mengajar metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan

guru, disiplin sekolah, alat pembelajaran, dan lain-lain, karena tanpa

27
M. Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Lombok : Holistica, 2015), hlm 37
23

kelengkapan yang ada disekolah maka proses belajar mengajar tidak

akan berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran yang sudah dibuat.

c) Lingkungan masyarakat

Faktor masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga

berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena

keberadaan siswa didalam masyarakat.28 Jadi dalam hal ini psikologi

yang dimiliki siswa sangatlah berpengaruh terhadap hasil belajarnya.

Siswa yang memiliki inteligensi besar pengaruhnya terhadap

kemajuan belajar. Pada penelitian ini yang akan menjadi fokus

penelitian adalah faktor belajar eksternal siswa.

3. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

a. Pengertian Aqidah Akhlak

Pengertian Aqidah Akhlak terdiri dari dua kata yaitu Aqidah dan

Akhlak yang mempunyai pengertian secara terpisah.Aqidah berasal dari kata

aqada yang berasal dari bahas Arab.Aqada Ya’qudu uqdatan wa aqidatan

artinya ikatan atau perjanjian, maksudnya sesuatu yang menjadi tempat bagi

hati dan hati nurani terikat kepadanya.29 Aqidah mengandung makna

ketundukan hati, kepatuhan, kerelaan dan kejujuran dalam menjalankan

perintah Allah.

28
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor..., hlm.69
29
Nur Khalisah Latuconsina, Aqidah Akhlak Kontemporer, (Cet I; Makassar:
AlauddinUniversity Press, 2014), hlm. 1.
24

Ibnu taimiyah dalam bukunya “aqidah al-wasithiyah” menerangkan

makna aqidah dengan suatu perkara yang harus di benarkan dalam hati,

dengannya jiwa menjadi tenang sehingga jiwa itu menjadi yakin serta

mantap tidak di pengaruhi oleh keraguan dan juga tidak juga di pengaruhi

prasangka.30

Menurut imam Al-Ghazali apabila Aqidah telah tumbuh pada jiwa

seorang muslim, maka tertanamlah dalam jiwanya rasa bahwa Allah sajalah

yang paling berkuasa, segala wujud yang ada ini hanyalah makhluknya

belaka.31 Sedangkan menurut Abdullah Azzam “Aqidah adalah imam

dengan semua rukun-rukunnya yang enam, maksudnya adalah pengertian

iman yaitu: keyakinan atau kepercayaan akan adaanya Allah Swt, malikat-

malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, hari kebangkitan atau hari kiamat dan qadha

dan qadar”32

Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa makna Aqidah

Akhlak adalah Ikatan dari suatu sistem keyakinan yang di yakini

kebenarannya, yang tertanam dalam hati, diucapkan dengan lisan dan

diamalkan dengan perbuatan yang terpuji sesuai dengan ajaran Al-quran dan

Hadist. Adapun pengertian dari mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah sub

mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang membahas ajaran agama

30
Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 259.
31
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Cet. 3; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,2002), hlm.
97.
32
Abdullah Azzam, Akidah Landasan Pokok Membina Umat, (Cet. 4; Jakarta: Gema nsani
Press). hlm.17.
25

Islam dalam segi Aqidah dan Akhlak. Mata pelajaran Aqidah Akhlak juga

merupakan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang memberikan

bimbingan kepada peserta didik agar bisa memahami, menghayati, meyakini

kebenaran ajaran agama Islam, serta bersedia mengamalkannya dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Berdasarkan keputusan Menteri Agama No 165 tahun 2014 tujuan

mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah sebagai berikut:

1. Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan pengetahuan, peng-hayatan, pengamalan, pembiasaan,

serta pengalaman peserta didik tentang Aqidah Islam sehingga menjadi

manusia muslim yangterus berkembang keimanan dan ketakwaannya

kepada Allah SWT

2. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari

akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan

individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai

aqidah Islam.33

Maka pelajaran Aqidah Akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan

meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya

yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,

33
https://spmsleman.files.wordpress.com/2016/04/kma-nomor-165-tahun-2014-kurma-k13-
lampiran.pdf, hlm. 39
26

serta pengalaman peserta didik tentang Aqidah dan Akhlak Islam, sehingga

menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas

keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah Swt, serta berakhlak mulia

dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta

untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Pembelajaran Aqidah Akhlak merupakan alternatif utama dalam ajaran

Islam.

c. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Kompetensi inti adalah pengikat berbagai kompetensi dasar

yang harus dihasilkan dengan mempelajari tiap mata pelajaran serta

berfungsi sebagai integrator horisontal antar mata pelajaran. Kompetensi

dasar adalah kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang

diturunkan dari kompetensi inti. Untuk lebih jelasnnya bisa dilihat pada tabel

dibawah ini : 34

Kompetensi inti Kompetensi dasar


1. Menerima, menjalankan, 1.1 meyakini Allah SWT melalui kalimat
dan menghargai ajaran tayyibah
agama yang dianunya 1.2 meyakini Allah SWT sebagai al Bahin, al
Walr, al Mujrb, dan al Jabbar
1.3 meyakini adanya makhluk gaib selain
malaikat (jin dan setan)
1.4 menerima sikap rukun dan tolong
menolong
1.5 menerima ketentuan akhlakul karimah
terhadap saudara dalam kehidupan sehari-
hari

34
https://spmsleman.files.wordpress.com/2016/04/kma-nomor-165-tahun-2014-kurma-k13-
lampiran.pdf, hlm. 80
27

1.6 menolak ketentuan akhlakul mahmudah


terhadap saudara dalam kehidupan sehari-
hari
2. Menunjukkan perilaku 2.1 terbiasa membacakalimat tayiibah
jujur, disiplin, 2.2 mencontoh sifat Allah SWT sebagai al
tanggungjawab, santun, Bahin, al Walr, al Mujrb, dan al Jabbar
peduli, danpercaya diri 2.3 memiliki sikap positif terhadap adanya
dalam berinteraksi dengan makhluk gaib selain malaikat (jin dan
keluarga, teman, guru, dan setan)
tetangganya. 2.4 memiliki sikap rukun dan tolong
menolong
2.5 memiliki akhlakul karimah terhadap
saudara dalam kehidupan sehari-hari
2.6 menolak akhlakul mahmudah terhadap
saudara dalam kehidupan sehari-hari
3. Memahami pengetahuan 3.1 mengetahui kalimat tayyibah
faktual dengan cara 3.2 mengetahui sifat-sifat Allah yang
mengamati dan menanya terkandung dalam Asma Ul Husna (al
berdasarkan rasa ingin Bahin, al Walr, al Mujrb, dan al Jabbar
tahu tentang dirinya, 3.3 menjelaskan adanya makhluk gaib selain
makhluk ciptaan Tuhan malaikat (jin dan setan)
dan kegiatannya, dan 3.4 memahami sikap rukun dan tolong
benda-benda yang menolong
dijumpainya di rumah, 3.5 mengidentifikasi akhlakul karimah
disekolah dan tempat terhadap saudara dalam kehidupan sehari-
bermain hari
3.6 mengidentifikasi akhlakul mahmudah
terhadap saudara dalam kehidupan sehari-
hari
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 melafalkan kalimat tayyibah
faktual dalam bahasa yang 4.2 melafalkan Asma Ul Husna al Bahin, al
jelas, sistematis dan logis, Walr, al Mujrb, dan al Jabbar
dalam karya yang estetis, 4.3 menceritakan makhluk gaib selain
dalam gerakan yang malaikat (jin dan setan)
mencerminkan anak sehat, 4.4 memahami sikap rukun dan tolong
dan dalam tindakan yang menolong dalam kehidupan sehari-hari
mencerminkan perilaku 4.5 memahami akhlakul karimah terhadap
anak beriman dan saudara dalam kehidupan sehari-hari
berakhlak mulia. 4.6 memahami akhlakul mahmudah terhadap
saudara dalam kehidupan sehari-hari
28

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan atau sesuai dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Hasil Penelitian Eni Enawati

Penelitian yang dilakukan oleh Eni Enawati yang berjudul meningkatkan

hasil belajar dengan menggunakan metode role playing siswa kelas X IPA.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metode role playing

dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA.35

Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang akan

dilakukan, persamaannya terletak pada variabel bebasnya yaitu hasil metode

role playing dan pada pendekatan penelitian yang digunakan yaitu penelitian

tindakan kelas (PTK). Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel

terikatnya. Jika pada penelitian yang dilakukan Eni Enawati variabel teriktnya

adalah hasil belajar mata pelajaran Ipa sedangkan pada penelitian yang akan

dilakukan variabel terikatnya adalah hasil belajar mata pelajaran Aqidah

Akhlak.

2. Hasil Penelitian Sifna Rahma

Penelitian yang dilakukan oleh Sifna Rahma berjudul meningkatkan hasil

belajar mata pelajaran IPS dengan menggunakan metode role playing pada

35
Eny Enawati, Meningkatkan Hasil Belajar dengan Menggunakan Metode Role Playing
Siswa Kelas X IPA, Jurnal Pendidikan ( Program Studi Pendidkan Kimia Universitas Mataram 2017,
hlm. 1
29

siswa kelas VIII Mts NwMataram.36Hasil dari penelitian menunjukkan

penggunaan metode role playing dapat menigkatkan hasil belajar pada mata

pelajaran IPS.

Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang akan

dilakukan. Persamaannya terletak pada variabel bebasnya, yaitu metode role

playing dan pada pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian

tindakan kelas. Perbedaannya terletak pada variabel terikatnya, dimana pada

penelitian yang dilaukan Sifna Rahma variabel terikatnya adalah hasil belajar

mata pelajaran IPS, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan variabel

terikatnya adalah hasil belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak.

3. Hasil penelitian Rafida Umar

Penelitian yang dilakukan oleh Rafida Umar berjudul pengaruh metode

role playing terhadap peningkatan hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia

siswa kelas V MI Badrussalam Sekarbela.37 Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode role playing

terhadap hasil belajar mata peljaran bahasa Indonesia siswa kelas V MI

Badrussalam Sekarbela.

Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang akan

dilakukan. Persamaannya tetrletak pada variabel bebasnya yaitu metode role


36
Sifna Rahma, Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS dengan Menggunakan Metode
Role Playing Pada Siswa Kelas VIII Mts Nw Mataram, Jurnal Pendidikan ( FKIP Universitas
Mataram 2016), Hlm.1
37
Rafida Umar, Pengaruh Metode Role Playing Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V MI Badrussalam Sekarbela, (Skripsi, FITK IAIN Mataram
2015), hlm. 2.
30

playing dan pada pendekatan penelitian yaitu penelitian tindakan kelas (PTK).

Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel terikatnya, dimana pada

penelitian Rafida Umar variabel terikatnya adalah hasil belajar mata pelajaran

bahasa Indonesia sedangkan pada pnelitian yang akan dilakukan variabel

terikatnya adalah hasil belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak.

C. Kerangka Berfikir

Dalam belajar dibutuhkan sebuah metode yang dapat membuat suasana

pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan, tidak membosankan dan dapat

membangun keaktifan siswa didalamnya. Metode pembelajaran merupakan suatu

hal yang harus diperhatikan oleh pendidik dalam mengajar. Dengan menggunakan

metode diharapkan terjadi interaksi baik dari pendidik dengan peserta didik peserta

didik dengan peserta didik.

Penggunaan metode yang relevan dengan pelajaran akan sangat membantu

peserta didik untuk dapat memahami materi pelajaran. Sehingga hasil belajar yang

diinginkan dapat tercapai dengan optimal. Pemilihan metode ini harus benar-benar

disesuaikan dengan kondisi peserta didik agar peserta didik dapat

melaksanakannya.

Dengan demikian, pendidik harus mampu mencari cara untuk menciptakan

suasana kelas yang tidak membosankan. Salah satu caranya yaitu dengan

menggunakan strategi pembelajaran aktif, diantaranya adalah metode roleplaying.

Metode role playing diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena

metode ini menarik dan dapat diterapkan dibeberapa mata pelajaran.


31

Metode ini digunakan untuk melibatkan peserta didik dalam proses

pembelajaran secara aktif. Metode role playing memberi kesempatan kepada

peserta didik untuk mempraktikkan keterampilan spesifiknya di depan kelas

melalui demonstrasi. Metode role playing digunakan untuk memberikan

pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan

kemampuan peserta didik untuk memecahkannya.

Dengan metode pembelajaran yang tepat akan memudahkan guru dalam

menyampaikan materi. Sehingga siswa tertarik dan meningkatkan hasil

belajar.Dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan guru mempunyai peranan

yang sangat penting.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah dengan

menerapkan metode role playing dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran

Aqidah Akhlak siswa kelas IV MI Marifatul Al Islamiah.


32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Setting penelitian menjelaskan lokasi dan gambaran tentang kelompok

peserta didik atau subjek yang dikenai tindakan. Penelitian tindakan kelas ini

dilakukan di kelas IV MI Marifatul Al Islamiah Dasan Agung Kecamatan

Ampenan Kabupaten Lombok Barat Tahun Pelajaran 2018/2019.

B. Sasaran Tindakan

Sasaran penelitian adalah sasaran atau objek yang dijadikan pokok

pembicaraan dalam penelitian tindakan kelas. Adapun sasaran atau objek dari

penelitian ini adalah:

1. Aktivitas guru dalam menerapkan metode role playing untuk meningkatkan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlakkelas IV di Mi

Marifatul Al Islamiah Dasan Agung.

2. Peserta didik kelas IV Mi Marifatul Al Islamiah Dasan Agung yang berjumlah

15 orang, yang terdiri dari 9 orang peserta didik laki-laki dan 6 orang peserta

didik perempuan

C. Desain PTK

Penelitian ini menggunakan desain berupa pemberian tindakan pada proses

penerapan metode role playing pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. Menurut

Suharsimi, “proses pelaksanaan PTK mencangkup beberapa siklus yang terdiri

dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi”

29
33

Model siklus penelitian tindakan kelas (PTK)38

Perencanaan

Refleksi Siklus ke-I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus ke-II Pelaksanaan

Pengamatan

Siklus berikutnya

Gambar 3.1
Siklus penelitian tindakan kelas ( PTK )

38
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta : Rineka
Cipta,2014 ),hlm.137
34

Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan PTK dimulai dengan

siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan.Apabila sudah diketahui letak

keberhasilan dan hambatan serta perbaikan dalam hambatan tersebut berdasarkan

tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, maka dapat menentukan

rancangan untuk siklus kedua.Demikian untuk seterusnya, satu siklus diikuti

dengan siklus berikutnya, sehingga PTK dapat dilakukan dengan beberapa siklus.

D. Rencana Tindakan

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( PTK). Yaitu suatu

penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dan peneliti sebagai observer.

Penelitian ini direncanakan dalam beberapa siklus. Apabila belum menunjukkan

tanda-tanda peruabahan kearah perabaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset

dilanjutkan pada siklus kedua, dan seterusnya sampaitujuan yang diharapkan

penliti tercapai. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan kegiatan yaitu,

perencanaan tindakan, pelaksanaa tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi.

1. Tahap perencanaan tindakan

Dalam tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut :

a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

b. Mempersiapkan instrumen penelitian, yaitu lembar observasi untuk

mengamati aktivitas belajar siswa dan lembar observasi kegiatan guru

selama proses belajar mengajar berlangsung.

c. Menyiapkan instrumen penilaian berupa tes pilihan ganda untuk mengukur

hasil belajar siswa.


35

2. Tahap pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan

didalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas.39 Kegiatan yang

dialakukan pada tahap ini yaitu melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikelas

sesuai dengan RPP yang telah disusun.

3. Tahap pengamatan /Observasi

Pengamatan yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat.40Pada

penelitian tindakan kelas ini menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan

siswa. Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar dan

menagajar digunakan beberapa indikator beserta deskriptor yang akan

diobservasi. Observasi diamati oleh peneliti yang langsung memberikan

penilaian terhadap pengajar dan siswa.

Obesrvasi dilakukan ketika proses belajar mengajarsedang berlangsung.

Pedoman ini digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas belajar siswa

kelas IV MI Marifatul Al Islamiah dan aktivitas guru dalam proses belajar

mengajar dengan menerapkan metode role playing pada mata pelajaran Aqidah

Akhlak.

39
Ibid,hlm.139.
40
Ibid,hlm.139.
36

4. Tahap Refleksi

Refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukan kembali apa yang sudah

terjadi.41 Refleksi dilakukan pada akhir siklus, pada tahap ini peneliti bersama

guru mengkaji pelaksanaan dan hasil yang diperoleh dalam pemberian tindakan

pada tiap siklus. Sebagai acuan dalam refleksi ini adalah hasil observasi dan

nilai yang diperoleh siswa dari tes hasil belajar. Hasil refleksi ini digunakan

sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan perencanaan dan

pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya. Selain itu hasil refleksi juga

digunakan untuk menentukan apakah dilakukan tindakan lanjutan atau tidak.

Jika pada siklus I kegiatan pembelajaran belum berhasil maka akan di lanjutkan

pada siklus II, begitu pula pada pembelajaran siklus II jika belum berhasil

mencapai ketuntasan klasikal sampai tujuan dari penelitian tindakan kelas

(PTK) ini tercapai 85%. Penelitian ini dikatakan berhasil jika 85% peserta didik

telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75, aktivitas pendidik

minimal berada pada kategori baik dengan persentasii 78-89% selama proses

pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran role playing, dan

dikatakan berhasil jika aktivitas belajar siswa berada pada kategori aktif dengan

persentasi 50-74%.

E. Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya

Suharsimi menerangkan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas

yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih

41
Ibid,hlm.140.
37

mudah dan hasil lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah.42

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Tes

Tes adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk melakukan

evaluasi. Tes diartikan sebagai alat yang digunakan untuk mengungkapkan

aspk-aspek psikologi manusia.43 Tes yang baik merupakan alat yang digunakan

untuk mengetahui atau mnegukur tingat daya serap siswa setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran dengan cara yang sudah ditentukan.

Penggunaan tes dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil

belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode role playing

pada siswa kelas IV sebanyak 15 siswa. Penskoran adalah suatu proses

pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka-angka. Skor adalah hasil

pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi

setiap soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa.44Adapun tujuan

penggunaan tes adalah untuk mengetahui atau mengukur peningkatan hasil

belajar siswa pada pelajaran Aqidah Akhlak pada setiap siklus yang akan

dilakukan.

42
Ibid., hlm. 203.
43
Warni Djuwita, Evaluasi Pembelajaran, (Mataram: Elhikam Press Lombok, 2012), hlm. 66
44
Ibid, hlm. 70
38

Kisi- kisi tes hasil belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak.

KD Indikator
3.5 Mengidentifikasi akhlakul 3.5.1 Menjelaskan pengertian akhlakul karimah
karimah Terhadap saudara 3.5.2 Menyebutkanmacam-macam contoh
dalam kehidupan sehari- akhlakul karimah
hari 3.5.3 Mempraktikkan akhlakul karimah dalam
kehidupan sehari-hari

2. Lembar Observasi

Observasi adalah cara mennghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang

dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis,

logis, objektif, dan rasional terhadap fenomena-fenomena yang sedang

dijasikan sasaran pengamatan.45Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah observasi partisipatif yaitu peneliti ikut serta dalam kegiatan yang

sedang berlangsung sekaligus melakukan pengamatan. Hal-hal yang akan

diamati dalam penelitian ini disusun dalam pedoman observasi. Dalam hal ini

peneliti bertindak sebagai observer dan guru sebagai pengajar.

3. Lembar observasi aktivitas mengajar guru

Adapun indikator lembar observasi aktivitas mengajar guru yaitu:

1. Perencanaan/persiapan pelaksanaan pembelajaran

2. Memberikan apersepsi dan motivasi pada peserta didik

3. Menyampaikan materi pada peserta didik

4. Kegiatan pembelajaran menggunakan metode role playing

5. Interaksi pendidik dengan pesea didik

45
Warni Djuwita, Evaluasi…., hlm. 97.
39

6. Penutup pembelajaran

Penskoran untuk aktivitas mengajar guru ditentukan berdasarkan pedoman

pada tabel berikut

Tabel 3.1
Skor Aktivitas Guru
Kriteria Skor
Apabila ada 4 deskriptor yang Nampak 4
Apabila ada 3 deskriptor yang Nampak 3
Apabila ada 2 deskriptor yang Nampak 2
Apabila ada 1 deskriptor yang Nampak 1
Apabila tidak ada deskriptor yang Nampak 0

4. Lembar observasi aktivitas siswa

Adapun indikator lembar observasi aktivitas peserta didik yaitu:

1. Kesiapan peserta didik menerima materi pelajaran

2. Antusias peserta didik dalam mengikuti pelajaran

3. Aktivitas peserta didik dalam menerapkan metode role playing

4. Keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok

5. Interaksi peserta didik dengan pendidik

6. Kekompakan peserta didik dalam kelompok

Penskoran untuk aktivitas siswa ditentukan berdasarkan pedoman pada tabel

berikut :
40

Tabel 3.2
Skor Aktivitas Siswa
Persentase Skor Kriteria
90%-100% 4 Sangat aktif
(12-15 peserta didik)
78%-89% 3 Aktif
(8-11 peserta didik)
65%-77% 2 Cukup aktif
(4-7 peserta didik )
≤55% 1 Kurang aktif
(4 peserta didik)

F. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang-

ulang sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat pada gambar spiral

tindakan kelas sebelumnya, yang didalamnya terdapat 4 tahapan utama yaitu:

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Pada tahap perencanaan observer bersama pendidik membuat RPP, lembar

observasi siswa dan guru dan tes evaluasi. Dilanjutkan pada tahap pelaksanaan

dimana pada tahap ini pendidik memulai pembelajaran menggunakan RPP yang

telah dibuat dan didalamnya menggunakan metode role playing, jadi pada awal

tahap pelaksanaan pembelajaran pendidik menyapa peserta didik, lalu memberikan

apersepsi dan mulai menjelaskan scenario yang akan dimainkan siswa lalu

pendidik membetuk siswa lalu pendidik memberikan siswa waktu untuk membaca

scenario setelahnya pendidik membagi kelompok menjadi dua bagian lalu

pendidik menjelaskan tentang kompetensi yang ingin dicapai lalu pendidik

menuyuruh peserta didik melakonkan peran sesuai scenario yang telah dibagikan.
41

Pendidik memintakelompok lain memperhatikan kelompok yang sedang bermain

peran didepan kelas dan akan menyimpulkannya di akhir pelajaran. Selanjutnya

tahap observasi disini adalah peneliti mengamati proses pembelajaran yang sedang

berlangsung dikelas. Tahap terakhir adalah adalah refleksi, pada tahap ini pendidik

bersama peneliti membahas apa yang menjadi kekurangan pada pembelajaran dan

apa solusi yang akan dilakukan pada siklus berikutnya.

G. Cara Pengamatan ( Monitoring ) / Evaluasi

Setelah melaksanakan tindakan, peneliti melakukan pengamatan secara

langsung, yaitu dengan datang langsung ke sekolah tersebut dan mengamati proses

belajar mengajar yang sedang berlangsung, dengan menggunakan instrumen yang

telah disediakan berupa lembar observasi maupun dokumentasi, sehingga

diperoleh data empiris dalam pelaksanaan pembelajaran. Data yang dikumpulkan

berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif digunakan untuk menentukan

peningkatan proses belajar khususnya berbagai tindakan yang dilakukan guru,

sedangkan data kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar

siswa sebagai pengaruh dari setiap tindakan yang dilakukan guru selama

penerapan metode role playing.

H. Analisis Data dan Refleksi

Analisis data merupakan suatu proses mengolah dan menginterpretasikan

data dengan tujuan untuk mendudukan berbagai informasi sesuai dengan

fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan
42

penelitian.46 Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang sangat penting

dalam kegiatan penelitian bila diinginkan kesimpulan yang akan diteliti dapat

dipertanggung jawabkan.

1. Data hasil belajar peserta didik

Untuk mengetahui ketuntasan belajar peserta didik digunakan kriteria

sebagai berikut

a. Ketuntasan belajar individu

Adapun dikatakan tuntas secara individual apabila memperoleh nilai ≥

75 pada muatan pembelajaran Aqidah Akhlak. Untuk menentukan

ketuntasan belajar peserta didik secara individual dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut.


𝑇
KB = 𝑇𝑡 x 100

Keterangan:

KB = ketuntasan belajar

T = jumlah skor yang diperoleh siswa

Tt = jumlah skor total.47

b. Untuk mengetahui nilai rata-rata kelas

∑𝑋
X = ∑𝑁 x 100

Keterangan:

46
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 106
47
Zainal Aqib, dkk, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, , ( Bandung: Yrama Widya,
2016), hlm 40
43

X = nilai rata-rata kelas

∑X = jumlah nilai yang diperoleh siswa

∑N = jumlah siswa yang ikut tes.48

c. Ketuntasan Klasikal

Indikator ketuntasan klasikal adalah jika target pencapaian ideal ≥

85% dari jumlah siswa. Rumus menghitung ketuntasan klasikal siswa

sebagai berikut:49
𝑝
KK= 𝑛 x100

Keterangan:

KK = ketuntasan klasikal

p = banyak peserta didik yang mencapai nilai KKM

n = banyak peserta didik

Sesuai petunjuk teknik penilaian, kelas dikatakan tuntas secara klasikal

apabila target pencapaian ideal 85% dari jumlah peserta didik dengan nilai

minimal 75.

2. Data aktivitas peserta didik

a. Data aktivitas peserta didik

Data tentang aktivitas belajar peserta didik dalam proses pembelajaran

dianalisis berdasarkan pedoman observasi aktivitasbelajar peserta didik.

Hasil yang diperoleh ditentukan dengan rumus sebagai berikut:50

48
Ibid, hlm 41
49
Ibid, hlm.42
44

∑𝑆
PS= x 100%
𝑁

Keterangan :

PS = Pengamatan aktivitaspeserta didik

ΣS = Jumlah aspek yang teramati

N = Jumlah keseluruhan aspek yang teramati

Kriteria untuk menentukan aktivitas belajar peserta didik ditentukan

berdasarkan pedoman pada tabel berikut:51

Tabel 3.3
Skor persentase aktivitas pesert didik
Persentase Kriteria
90% - 100% Sangat aktif
78% - 89% Aktif
65% - 77% Kurang aktif
>55% Tidak aktif

b. Lembar observasi untuk aktivitas pendidik

Lembar observasi aktivitas pendidik dalam penelitian ini, disesuaikan

dengan skenario yang telah dirancang oleh peneliti, sesuai dengan tindakan

pembelajaran yang akan dilakukan pendidik selama proses pembelajaran

berlangsung. Analisis hasil observasi pendidik menggunakan rumus sebagai

berikut:52

50
Baiq Muliati, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Melalui Metode Realistic
Matematic Education (Rme) Pada Mata Pelajaran Matematika Di Kelas III MI Al-Badriyah Lombok
Timur Tahun Pelajaran 2015/2016, (Skripsi, FITK IAIN Mataram, Mataram 2015), hlm. 33.
51
Purwanto, Prinsip…, hlm, 103.
52
Baiq Muliati, “Upaya…, hlm. 34.
45

∑𝐴
P = ∑𝑁 x 100%

Keterangan:

P = presentase aktivitas guru

∑A= jumlah aspek yang teramati

∑N= jumlah keseluruhan aspek yang teramati

Kriteria untuk menentukan aktivitas pendidikditentukan berdasarkan

pedoman pada tabel berikut:53

Tabel 3.4
Skor persentase aktivitas guru
Persentase Kriteria
90% - 100% Terlaksana sangat baik
78% - 89% Terlaksana baik
65% - 78% Terlaksana cukup baik
<55% Kurang baik

3. Refleksi

Tahap refleksi dilakukan pada setiap akhir siklus. Pada tahap ini peneliti

mengkaji kekurangan dan hambatan yang muncul pada saat berlangsungnya

proses belajar mengajar. sehingga diperoleh alternative pemecahan masalah

yang muncul pada setiap proses belajar mengajar dan dapat melakukan

perbaikan untuk pelaksanaan siklus selanjutnya. Jika pada siklus I hasil yang

diperoleh tidak tercapai maka penelitia ini akan dilanjutkan kesiklus II dan

seterusnya sampai tujuan yang diharapkan peneliti tercapai

53
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV Yrama Widya, 2008), hlm.269.
46

I. Indikator Keberhasilan

Adapun Indikator Ketercapaian siklus adalah sebagai berikut :

1. Penelitian Tindakan Kelas ini dikatakan berhasil jika 85% peserta didik telah

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75.

2. Penelitian Tindakan Kelas ini dikatakan berhasil jika aktivitas belajar peserta

didik minimal berkategori aktif.

3. Aktivitas pendidik minimal berada pada kategori baik selama proses

pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran role playing


47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Setting Penelitian

1. Letak Geografis

Secara geografis MI Al-Ma’rifatul Islamiyah dasan agung, berletakan di

jalan gunung pengsong gang jeruk No. 15 Dasan Agung Kota Mataram. MI Al-

Ma’rifatul Islamiyah ini dibagun pada tanah waqaf seluas 490 𝑀2 , serta luar

bagunan 330 𝑀2 . Lokasi tersebut bereada di dasan agung kota mataram yang

merupakan tempat yang padat penduduk sehingga mudah dijangkau oleh

masyarakat sekitar. Untuk lebih jelasnya, maka dapat dijelaskan bahwa MI Al-

Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agug yang berada di jalan gunung pengsong

dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :54

a. Sebelah barat : Perumahan penduduk

b. Sebelah selatan : Perumahan penduduk

c. Sebelah timur : Perumahan penduduk

d. Sebelah utara : Perumahan penduduk

54
Dokumentasi, Profil Madrasah, Dasan Agung Mataram 27 Mei 2019
48

2. Visi dan Misi Mi Marifatul Al Islamiah

a. Visi

Visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan oleh setiap sekolah.

Visi MI Marifatul Al Islamiah adalah ‘mewujudkan perilaku yang

beriman, terdidik, berbudaya dan berkarya“.55

b. Misi

Dalam mewujudkan dan merealisasikan visi tersebut dilakukan

langkah-langkah yang disebut misi. Misi MI Marifatul Al Islamiah antara

lain :56

1) Menumbuhkan penghayatan dan pengalaman ajaran agama

2) Menumbuhkembangkan sikap toleransi beragama

3) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara optimal, efektif, dan

efisien

4) Menciptakan suasana sekolah yang sejuk, aman dan harmonis

5) Mendorong dan membantu bersikap arif santun dan menghormati

6) Mendorong siswa bersikap percaya diri, mandiri dan gemar bekerja keras

7) Mendorong siswa gemar menabung, hemat dan mau berusaha

3. Keadaan Guru

Adapun mengenai data guru atau pendidik MI Marifatul Al Islamiah

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

55
Dokumentasi, Profil Madrasah, Dasan Agung Mataram 27 Mei 2019
56
Dokumentasi, Profil Madrasah, Dasan Agung Mataram 27 Mei 2019
49

Tabel 4.1
Keadaan Guru/pendidik MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung57
Masa
NO Nama Guru Tempat Tanggal Lahir Pendidikan
Kerja/Tahun
1. Drs.H.Hambali Ds.Agung,31/12/1967 S1 22
2. Nurhidayah, S.Pd.I Ds.Agung,02/04/1977 S1 20
3. Suwartini, S.Pd.I Ds.Agung,31/05/1976 S1 16
4. Moh.Hatta, S.Ag Ds.Agung,31/12/1975 S1 14
5. Bq. NurulAini, S.Ag Ketangga, 17/05/1975 S1 13
6. Hatikah, S.Pd.I Ds. Agung, 23/10/1982 S1 11
7. Agus Salim, S,Pd Ds. Agung, 10/08/1981 S1 13
8. Sya’banShaleh, .Sos Ds. Agung, 20/06/1984 S1 10
9. Lili Suriyani, S.Pd.I TanakAwu, 15/12/1974 S1 9
10. Zahrah, S.Pd.I Ds. Agung, 14/06/1971 S1 6
11. Pathul Aini, S.Pd.I Orong Rantek,14/05/1988 S1 4
Dari data diatas menunjukan bahwa tenaga pendidik yang ada di Mi

Marifatul Al Islamiah menjadi guru kelas kecuali guru bahasa daerah dan

penjaskes yang tidak menjadi guru kelas melainkan mengajar di semua kelas.

4. Keadaan Siswa

Adapun mengenai peserta didik di Mi Marifatul Al Islamiah

selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2
Jumlah peserta didik Mi Marifatul Al Islamiah tahun pelajaran 2018/201958
No Kelas Tahun Pelajaran 2018/2019
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. I 15 10 25
2. II 8 12 20
3. III 5 10 15
4. IV 9 6 15
5. V 6 14 20
6. VI 7 8 15
Jumlah 50 60 110

57
Dokumentasi, Profil Madrasah, Dasan Agung Mataram 27 Mei 2019
58
Dokumentasi, Profil Madrasah, Dasan Agung Mataram 27 Mei 2019
50

Keadaan siswa yang ada di Mi Marifatul Al Islamiah 110 orang dengan

rincian kelas I berjumlah 25 orang, kelas II berjumlah 20 orang, kelas III

berjumlah 26 orang, kelas IV berjumlah 15 orang, kelas V berjumlah 20 orang

dan kelas VI berjumlah 15 orang.

5. Sarana dan Prasarana

Untuk menunjang iklim kerja pendidik yang kondusif khususnya kegiatan

belajar mengajar (KBM) di suatu lembaga pendidikan sangat diperlukan

kelengkapan sarana dan prasarananya. Adapun sarana dan prasarana yang ada

di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung dapat dilihat pada tabel di bawah

ini
51

Tabel 4.3
Keadaan sarana dan prasarana MI Al-Ma’rifatul Islamiyah59
Keadaan
No Sarana dan prasarana
Baik Rusak ringan Rusak berat
1. Ruang belajar 6 - -
2. Ruang kepala 1 - -
sekolah
3. Ruang guru 1 - -
4. Ruang perpustakaan 1 - -
5. Ruang UKS 1 - -
6. Mushollah 1 - -
7. Bangku dan meja 120 - -
8. Papan tulis 6 - -
9. Papan data 6 - -
10. Meja dan kursi guru 10 - -
11. Lemari kelas 6 - -
12. Rak buku 2 - -
13. Kursi tamu 1 - -
14. Wc guru 1 - -
15. Wc siswa 2 - -
16. Tempat wudhu 1 - -
17. Pengeras suara 1 - -
Jumlah 167 - -

Dari data di atas dapat diketahui keadaan sarana dan prasarana yang

dimiliki Mi Marifatul Al Islamiah cukup memadai untuk menunjang kelancaran

kgiatan belajar mengajar pendidik walaupun masih ada kekurangan berupa

keadaan sarana dan prasarana yang rusak.

59
Dokumentasi, Profil Madrasah, Dasan Agung Mataram 27 Mei 2019
52

B. Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 ( dua) siklus yang

pelaksanaannya dilakukan pada tanggal 17 mei s.d 17 juni 2019. Setiap siklus

terdiri atas 2 kali pertemuan, 1 kali pertemuan untuk kegiatan pembelajaran dan 1

kali pertemuan untuk pendalaman materi dan evaluasi.

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan permasalahannya yang ada di kelas

IV yaitu rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.

Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan hasil

belajar Aqidah Akhlak di kelas IV Mi Marifatul Al Islamiah tahun pelajaran

2018/2019 dengan jumlah didik sebanyak 15 orang yang terdiri dari 9 orang siswa

laki- laki dan 6 orang siswa perempuan . Penelitian ini dilakukan dalam bentuk

kolaborasi antara pendidik kelas IV dengan peneliti, dimana pendidik sebagai

pelaku tindakan sedangkan peneliti sebagai observer.

Data yang diperoleh dari penelitian ini ada dua jenis yaitu data kualitatif dan

data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi yang memberikan

gambaran penerapan metode pembelajaran role playing tentang aktivitas belajar

peserta didik dan aktivitas mengajar pendidik selama proses pembelajaran

berlangsung. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes evaluasi terhadap

peserta didik berupa soal pilihan ganda untuk melihat hasil belajar peserta didik

yang dilaksanakan pada akhir siklus, adapun uraian setiap siklus adalah sebagai

berikut:
53

1. Deskripsi Data Siklus I

Kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam 2 ( dua) kali

pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 17 mei 2019

dilaksanakan selama 2 x 35 menit dengan mmbahas materi tentang akhlakul

karimah. Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 21 mei 2019

dilaksanakan selama 2 x 35 menit dengan menjelaskan materi yang telah kita

pelajari sebelumnya dan melakukan evaluasi siklus I. Soal evaluasi diberikan

dalam bentuk tes tertulis sebanyak 10 soal pilihan ganda. Adapun langkah-

langkah pelaksanaan penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Ada beberapa hal yang dilakukan oleh peneliti sebagai bentuk

perencanaan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas. Adapun hasil

dari kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah:

1. Mempersiapkan susunan daftar nama subjek penelitian

2. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I

berdasarkan metode pembelajaran role playing.

3. Mempersiapkan scenario materi akhlakul karimah sebagai bahan bacaan

peserta didik untuk mempraktikkan dramanya di depan kelas

4. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas mengajar pendidik siklus I

untuk mengobservasi pelaksanaan tindakan yang dilakukan pendidik

selama pembelajaran berlangsung.


54

5. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas belajar peserta didik siklus I

untuk mengobservasi keberhasilan pelaksanaan tindakan.

6. Mempersiapkan kisi-kisi soal evaluasi siklus I

7. Mempersiapkan soal evaluasi siklus I beserta kunci jawabannya.

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan

belajar mengajar sesuai rencana yang disusun berdasarkan metode

pembelajaran role playing pada tahap perencanaan.Pada tahap ini pendidik

yang menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang

disusun dalam bentuk RPP.Peelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan

2 kali pertemuan.

1) Pertemuan I

Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.4
Deskripsi Umum Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama Siklus I
Pertemuan Waktu/Tanggal Kegiatan
I 08.00-09.10 Menyampaikan materi pelajaran “akhlakul
Jumad 17 Mei 2019 karimah” dengan menerapkan metode
pembelajaran role playing

Berdasarkan tabel di atas, pertemuan pertama dilaksanakan pada

hari Jumad tanggal 17 Mei 2019, jam pelajaran pertama mulai dari pukul

08.00-09.10. Adapun langkah-langkah pembelajrannya adalah sebagai

berikut:
55

a) Kegiatan Awal

Pada tahap awal pendidik membuka pelajaran dengan memberi

salam serta mengecek kesiapan belajar peserta didik dan berdoa

sebelum pelajaran dimulai, setelahnya pendidik mulai mengabsen

kehadiran peserta didik lalu pendidik melakukan apersepsi dengan

menanyakan materi pelajaran yang telah dipelajari minggu kemarin

dan mengaitkannya dengan materi yang akan dipelajari, lalu

pendidik menjelaskan materi serta metode belajar yang akan

dipelajari.

Selanjutnya pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran.

Pada tahap awal pembelajaran peserta didik sudah mulai kurang

memperhatikan pendidik dalam memberikan motivasi dan

menyampaikan tujuan pembelajaran dikarenakan pendidik kurang

menguasai kelas dan suaranya kurang lantang sehingga banyak

peserta didik yang masih berbicara dengan temannya

b) Kegiatan Inti

Pada tahap ini pendidik membagikan scenario yang telah dibuat

lalu pendidik menyuruhpeserta didik membaca scenario tersebut

selama 3 menit, lalu pendidik membagi peserta didik mnjadi dua

kelompok sesuai dengan peran yang sudah dibagikan. Setelah itu

pendidik menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai, lalu pendidik

mempersilahkan waktu kepada kelompok pertama untuk


56

memerankan dramanya berdasarkan scenario yang telah di bagi dan

pendidik meminta kelompok kedua untuk memperhatikan drama

yang dimainkan dan membuat kesimpulan tentang drama yang telah

dimainkan. Selanjutnya setelah kelompok pertama selesai

memerankan dramanya pendidik meminta kelompok kedua untuk

maju dan melakonkan dramanya dan pendidik meminta kelompok

pertama untuk memperhatikan drama yang dimainkan dan

membuatkan kesimpulan dari peran yang sudah dimainkan.

c) Kegiatan Akhir

Diakhir pelajaran, pendidik meminta peserta didik

memberikan kesimpulan tentang apa yang dipelajari dan kemudian

pendidik memberikan penguatan terhadap kesimpulan yang telah

diberikan oleh peserta didik. Disini terjadi masalah banyak siswa

yang masih takut dan malu untuk berbicara. Selanjutnya pendidik

mengajak siswa berdoa

2) Pertemuan II

Kegiatan pembelajaran pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 4.5
Deskripsi Umum Kegiatan Pembelajaran Pertemuan kedua Siklus I
Pertemuan Waktu/Tanggal Kegiatan
II 08.00-09.10 Pendalaman materi dan
Rabu 22 mei 2019 evaluasi siklus I
57

Berdasarkan tabel di atas, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari

Rabu tanggal 22 Mei 2019 , jam pelajaran pertama dimulai pukul 08.00-

09.10. Namun, sama halnya pada kegiatan pembelajaran pada pertemuan

I, kesiapan peserta didik dalam mengikuti pelajaran masih kurang.

Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan kedua adalah mengulangi

materi yang telah disampaikan pada pertemuan I yang kemudian

dilanjutkan dengan memberikan soal-soal evaluasi. Adapun rincian

kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

Sebelum memulai pembelajaran pendidik membimbing peserta

didik untuk berdoa serta memeriksa kesiapan belajar dan mengabsen

peserta didik.Kemudian pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran.

Pendidik mengingatkan peserta didik tentang kegiatan yang telah

dilakukan pada pertemuan I. pendidik juga memotivasi peserta didik

untuk lebih serius mengikuti pembelajaran karena diakhir

pembelajaran akan diberikan soal-soal evaluasi.

b) Kegiatan Inti

Pendidik membahas kembali materi yang telah dipelajari pada

pertemuan pertama secara ringkas, kemudian pendidik melakukan sesi

tanya jawab terkait materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pendidik


58

kemudian melanjutkan dengan membahas hasil diskusi dan peran

drama yang telah dilakukan pada pertemuan pertama.

Selanjutnya pendidik memberikan soal evaluasi berupa soal

pilihan ganda. Terlihat peserta didik kurang mempersiapkan diri dalam

mengerjakan soal-soal yang diberikan karena banyak peserta didik

yang masih bekerjasama mengerjakan soal serta menoleh kearah

temannya.

c) Kegiatan Akhir

Pendidik melakukan tanya jawab terkait materi yang belum

dipahami pada pelajaran yang sudah dibahas dan memberikan pesan

moral kepada peserta didik terkait dengan materi akhlakul karimah.

Setelah memberikan pesan moral pendidik mengajak peserta didik

bersama-sama menutup pelajaran dengan berdoa bersama.

C. Observasi dan Evaluasi

Dalam observasi diperoleh dua buah data hasil observasi aktifitas mengajar

pendidik dan data hasil obsrvasi aktivitas peserta didik.

1. Hasil observasi aktivitas belajar peserta didik

Kegiatan pada tahap ini yaitu melakukan observasi terhadap kegiatan

pendidik dan aktivitas peserta didik yang dilakukan oleh observer. Observer

menggunakan lembar observasi aktivitas belajar peserta didik yang telah

dipersiapkan sebelumnya. Adapun hasil observasi terhadap aktivitas belajar

peserta didik disajikan dalam tabel dibawah ini.


59

Tabel 4.6
Data hasil observasi belajar peserta didik siklus I
No Indikator Pertemuan
I II
1 Kesiapan peserta didik menerima materi pelajaran 14 14
2 Antusias pesrta didik dalam mengikuti 12 15
pembelajaran
3 Aktivitas peserta didik dalam menerapkan metode 11 11
role playing
4 Keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok 2 2
5 Interaksi peserta didik dengan guru 11 11
6 Kekompakan peserta didik bekerja dalam 7 7
kelompok diskusi
Jumlah Skor 57 60
Skor maksumum 84 84
Persentase 67,86% 71,42%
Rata-rata persentase 69,64%
Kategori aktivitas belajar peserta didik Kurang aktif

Berdasarkan hasil analisis pada tabel di atas terlihat bahwa nilai rata

aktivitas peserta didik pada siklus I yaitu 69,64% yang termasuk dalam kategori

kurang aktif. Data hasil observasi belajar peserta didik siklus I pertemuan I dan

II dapat dilihat pada lampiran 04 dan 05.

Keaktifan peserta didik yang berkategorikurangaktif disebabkan beberapa

kekurangan yang harus diperbaiki dalam pembelajaran dengan menggunakan

metode pembelajaran role playing diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Kesiapan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sudah

cukup baik, dilihat dari kesiapan peserta didik ketika pendidik masuk kelas,

peserta didik sudah dalam keadaan siap mengikuti pembelajaran dan sudah

menyiapkan perlengkapan belajarnya. Walaupun masih ada peserta didik


60

yang rebut dan membuat kegaduhan dengan bermain-main dengan

temannya.

b. Antusias peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dengan metode

pembelajaran role playing masih kurang, walaupun peserta didik

memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh pendidik dengan baik

dan seksama masih ada peserta didik terlihat tidak aktif dalam merespon

pertanyaan dari pendidik karena takut bila jawaban yang disampaikannya

salah.

c. Aktivitas peserta didik dalam menerapkan metode pembelajaran role

playing sudah cukup baik, terlihat dari adanya antusis pembagian anggota

yang memerankan drama dan dari tiap-tiap anggota mencurahkan

pendapatnya.

d. Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran sudah cukup baik

e. Interaksi peserta didik dalam berdiskusi dengan kelompoknya masih

kurang. Peserta didik masih kurang aktif dalam menjawab pertanyaan dari

pendidik maupun dari kelompok lain

f. Kekompakan peserta didik bekerja dalam kelompok masih kurang, terlihat

dari penyampaian hasil diskusi yang dilakukan kelompok masih kurang

lancar, dan masih ada yang kurang aktif dalam kelompok tersebut. Hal ini

berarti indikator ketercapaian untuk aktivitas peserta didik pada siklus I

belum tercapai dan harus dilanjutkan pada siklus berikutnya


61

2. Hasil observasi aktivitas mengajar pendidik

Aktivitas mengajar pendidik dilakukan oleh ibu Lili Suryani, S.Pd.I

selaku pendidik kelas IV MI Marifatul Al Islamiah. Dari data observasi

aktivitas mengajar pendidik pada siklus I selama 2 kali pertemuan diperoleh

hasil observasi sebagai berikut

Tabel 4.7
Data hasil observasi mengajar pendidik siklus I
No Indikator Pertemuan
I II
1 Perencanaan dan kesiapan pelaksanaan pembelajaran 2 3
2 Pemberian apersepsi dan motivasi kepada peserta didik 2 2
3 Penyampaian materi pada peserta didik 2 2
4 Membimbing kegiatan diskusi kelompok dan 2 3
memerankan drama menggunakan metode role playing
5 Interaksi pendidik dengan peserta didik 1 1
6 Menutup pembelajaran 2 2
Jumlah Skor 11 13
Skor maksimum 20 20
Persentase 55% 65%
Rata-rata persentase 60%
Kategori aktivitas mengajar pendidik Terlaksana
cukup baik
Berdasarkan tabel di atas, terdapat 6 indikator dalam lembar observasi

pendidik.Dengan jumlah rata-rata persentasi yang diperoleh 60% dan berada

pada kategori terlaksana cukup baik.Data hasil observasi mengajar pendidik

dapat dilihat pada lampiran 06 dan 07.

Setelah melakukan tahapan-tahapan pembelajaran sesuai dengan metode

pembelajaran role playing, masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki


62

dalamproses pembelajaran. Adapun kekurangan-kekurangan yang menjadi

perbaikan antara lain:

a. Perencanaan dan kesiapan dalam melaksanakan pembelajaran yang

dilakukan pendidik sudah cukup bagus.

b. Pendidik dalam mengatur kegiatan pembelajaran terutama pengorganisasian

peserta didik menjadi kelompok sudah optimal, namun perlu

memperhatikan peserta didik yang masih banyak bermain-main dan tidak

mau duduk atau berkelompok dengan temannya yang lain.

c. Dalam menjalankan aturan memerankan drama pendidik terlalu cepat dalam

menjelaskan aturannya sehingga peserta didik kurang tertib dalam

mengikuti kegiatan diskusi

d. Pendidik kurang optimal dalam menginstruksikan kelompok untuk

menyampaikan pendapatnya

e. Pada kegiatan penutup pendidik kurang optimal memberikan kesimpulan

dan motivasi serta pesan moral yang diambil dari yang telah dipelajari.Hal

ini berarti indikator ketercapaian untuk aktivitas mengajar pendidik pada

siklus I belum tercapai dan harus dilanjutkan pada siklus berikutnya.

3. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan pada akhir siklus.Hal ini bertujuan untuk

mengetahui apakah peserta didik sudah memahami dengan baik materi yang

telah dipelajari.Tes evaluasi yang diberikan dalam bentuk soal pilihan gana
63

sbanyak 10 butir soal yan dilaksanakan pada pertemuan kedua. Adapun hasil

evaluasi siklus I disajukan dalam tabel berikut:

Tabel 4.8
Data hasil evaluasi belajar peserta didik siklus I
Jumlah Jumlah yang Nilai Nilai Yang Yang Ketuntasan
peserta mengikuti tertinggi terendah tuntas tidak klasikal
didik tes tuntas
15 15 90 60 11 4 73,33%

Berdasarkan tabel data hasil evaluasi belajar dilihat bahwa nilai tertinggi

90, dan nilai terendah 60. Ketuntasan belajar peserta didik dapat dilihat pada

hasil evaluasi siklus I pada tabel di atas, dari 15 orang peserta didik 11

dinyatakan tuntas secara individu dan 4 orang peserta didik dinyatakan tidak

tuntas. Hal ini dikarenakan peserta didik belum memahami materi akhlakul

karimah dan penerapan metode pembelajaran role playing, ini berarti bahwa

ketuntasan peserta didik pada materi akhlakul karimah dikategorikan belum

tuntas karena belum mencapai kriteria ketuntasan secara individu dan klasikal.

Nilai ketuntasan klasikal peserta didik pada siklus I mencapai 73,33%. Peserta

didik dikatakan tuntas secara individu apabila mencapai nilai ≥ 85 suatu kelas

dikatakan tuntas jika dikelas tersebut 85% peserta didik telah mencapai

ketuntasan belajar.Dengan demikian perlu dilakukan perbaikan pada siklus

berikutnya. Hasil evaluasi belajar peserta didik siklus I secara rinci dapat dilihat

pada lampiran 08.


64

4. Refleksi

Setelah memperoleh data hasil penelitian siklus I berupa data hasil

observasi kegiatan mengajar pendidik dan data hasil observasi kegiatan belajar

peserta didik.Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan

metode pembelajaran role playing pada siklus I belum berhasil karena belum

mencapai indikator ketercapaian yang telah ditentukan.Oleh karena itu

diperlukan adanya perbaikan pada siklus II. Perbaikan ini dilakukan

berdasarkan hasil refleksi pendidik bersama observer dengan memperhatikan

hasil yang telah dicapai pada siklus I.

Kegiatan pembelajaran yang telah terlaksana dengan baik pada proses

pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:

a. Peserta didik terlihat cukup antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan metode pembelajaran role playing. Hal ini terlihat dari

kesiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sudah cukup baik.

b. Aktivitas peserta didik dalam menajwab pertanyaan dan berdiskusi kurang

maksimal, terlihat dari masih adanya peserta didik yang masih malu untuk

menjawab dan masih ada rebutan peran.

c. Aktivitas peserta didik dalam memerankan drama sudah cukup optimal. Hal

ini terlihat dari penguasaan peran peseta didik dalam memainkan drama

sudah cukup baik.

Peneliti menyadari pelaksanaan siklus I ini tidak terlepas dari

kekurangan-kekurangan yang akan diperbaikipada siklus II. Kekurangan-


65

kekurangan yang terjadi pada pelaksanaan proses pembelajaran siklus I antara

lain:

a. Pendidik kurang optimal dalam penguasaan kelas sehingga banyak peserta

didik yang masih bermain-main disaat pembelajaran sedang berlangsung

b. Peserta didik kurang memperhatikan penjelasan dari pendidik akibat

kurangnya motivasi dari pendidik dan peserta didik masih terpengaruh

dengan situasi di luar kelas.

c. Pendidik belum maksimal dalam membimbing peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran, terutama saat mengintruksikan kepada peserta didik untuk

bekera samadengan kelompoknya. Hal ini terlihat adanya anggota

kelompok yang belum optimal memerankan drama dan menawab

pertanyaan yang diberikan.

d. Dalam menjelaskan aturan bermain menggunakan metode role playing

pendidik masih kurang optimal, pendidik masih terlalu cepat dalam

menjelaskan aturan dalam bermain sehingga peserta didik kurang tertib

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.

e. Pendidik masih kurang memiliki ketegasan dalam memberikan peringatan

kepada peserta didik yang membuat kegaduhan saat pembelajaran

berlangsung, sehingga peserta didik kurang mampu menjaga ketertiban

kelas.
66

f. Pendidik belum dapat memanfaatkan waktu seefisien mungkin sehingga

ketika jam pelajaran sudah selesai kegiatan pembelajaran belum juga

selesai.

Adapun hal-hal yang dilakukan dalam rangka memperbaiki kekurangan-

kekurangan pada siklus I adalah sebagai berikut:

a. Pendidik harus memahami kondisi kelas agar lebih mudah dalam

pengelolaan kelas saat proses pembelajaran berlangsung.

b. Pendidik harus lebih memberikan motivasi kepada peserta didik

c. Pendidik harus lebih mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam

kegiatan pembelajaran. Pendidik harus lebih tegas dalam mengintruksikan

peserta didik untuk bekerjasama yang baik dengan anggota kelompoknya,

sehingga peserta didik lebih memperhatikan penjelasan dnegan baik.

d. Pendidik harus lebih jelas dan pelan saat menjelaskan aturan bermain

dengan menggunakan metode pembelajaran role playing agar peserta didik

memahami dnegan baik tahap-tahap yang akan dilalui selama pembelajaran

e. Pendidik harus bias mengatur waktu pembelajaran agar kegiatan sesuai

dengan perencanaan pembelajaran.

Dari pemaparan kelebihan, kekurangan serta alternative perbaikan yang

telah diuraikan diatas, diharapkan pada siklus selanjutnya kekurangan-

kekurangan pada siklus I dapat menurun sehingga dapat memberikan hasil yang

maksimal serta indikator ketercapaian kinerja yang ditentukan dapat tercapai.


67

5. Deskripsi data siklus II

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II hampir sama dengan

pembelajaran pada siklus I, namun pada siklus II dilakukan perbaikan

berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. kegiatan pembelajaran pada siklus II

dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada

hari Jumad tanggal 31 Mei 2018 dilaksanakan selama 2 x 35 menit dengan

membahas materi tentang akhlakul mahmudah. Pertemuan kedua dilaksanakan

pada hari Rabu tanggal 12 Juni 2019 dilaksanakan selama 2 x 35 menit dengan

menjelaskan kembali materi yang telah dipelajari dan melakukan evaluasi

siklus II. Soal evaluasi diberikan dalam bentuk tertulis sebanyak 10 butir soal

pilihan ganda. Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian pada siklus II

adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Dalam perencanaan pada siklus II ini dilakukan beberapa perbaikan

berdasarkan kekuranggan pada siklus I. Adapun komponen-komponen yang

diperbaiki pada tahap ini yaitu: RPP pada siklus II lebih dipersiapkan dengan

baik oleh peneliti untuk melengkapi dan memperbaiki beberapa langkah-

langkah pembelajaran yang tidak terlaksana pada siklus I, membuat aturan

memerankan drama dan diskusi yang lebih jelas dan tegas, sehingga kegiatan

lebih terarah dalam kegiatan diskusi, menyiapkan hadiah untuk masing-

masing kelompok.
68

Adapun hasil dari kegiatan perencanaan yang telah dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Mempersiapkan susunan daftar nama subjek penelitian

2. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus II

berdasarkan metode pembelajaran role playing.

3. Mempersiapkan skenario materi akhlakul mahmudah sebagai bahan

bacaan peserta didik untuk mempraktikkan dramanya di depan kelas

4. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas mengajar pendidik siklus II

untuk mengobservasi pelaksanaan tindakan yang dilakukan pendidik

selama pembelajaran berlangsung.

5. Menpersiapkan lembar observasi aktivitas belajar peserta didik siklus II

untuk mengobservasi keberhsilan pelaksanaan tindakan.

6. Mempersiapkan kisi-kisi soal evaluasi siklus II

7. Mempersiapkan soal evaluasi siklus II beserta kunci jawabannya

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan

belajar mengajar sesuai rencana yang disusun berdasarkan metode

pembelajaran role playing pada tahap perencanaan. Pendidik yang

menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang

disusun dalam bentuk RPP.Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan

2 kali pertemuan.
69

1) Pertemuan I

Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 4.9
Deskripsi Umum Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama Siklus II

Pertemuan Waktu/Tanggal Kegiatan


I 08.00-09.10 Menyampaikan materi pelajaran
Jumad 31 mei 2019 “ akhlakul mahmudah ” dan mene
rapkan metode pembelajaran role
playing

Berdasarkan tabel di atas, pertemuan pertama dilaksanakan pada

hari Jumad tanggal 31 Mei 2019, jam pelajaran pertama mulai dari pukul

08.00-09.10. Adapun langkah-langkah pembelajrannya adalah sebagai

berikut:

a) Kegiatan Awal

Pada tahap awal pendidik membuka pelajaran dengan memberi

salam serta mengecek kesiapan belajar peserta didik dan berdoa

sebelum pelajaran dimulai, setelahnya pendidik mulai mengabsen

kehadiran peserta didik lalu pendidik melakukan apersepsi dengan

menanyakan materi pelajaran yang telah dipelajari minggu kemarin

dan mengaitkannya dengan materi yang akan dipelajari, lalu pendidik

menjelaskan materi serta metode belajar yang akan dipelajari.

Selanjutnya pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran.


70

b) Kegiatan Inti

Pada awal kegiatan pendidik membagikan scenario yang telah

dibuat, lalu pendidik menyuruh peserta didik membaca scenario yang

telah dibagikan selama 3 menit. Setelah itu pendidik membagi peserta

didik menjadi dua kelompok sesuai dengan scenario yang telah

dibuat. Lalu pendidik menyuruh kelompok pertama maju dan

memerankan drama berdasarkan scenario yang telah dibuat dan

pendidik meminta kelompok kedua memperhatikan drama yang

dimainkn kelompok pertama dan membuatkan kesimpulan. Setelah itu

pendidik meminta kelompok kedua maju dan memainkan dramanya

dankelompok pertama diminta memperhatikan dan membuatkan

kesimpulan yang dimainkan oleh kelompok pertama. Dan

mempresentasikannya didepan kelas.

c) Kegiatan Akhir

Diakhir pelajaran, pendidik meminta peserta didik memberikan

kesimpulan tentang apa yang dipelajari dan kemudian pendidik

memberikan penguatan terhadap kesimpulan yang telah diberikan

oleh peserta didik. Disini peserta didik sudah mulai rebutan untuk

menyimpulkan materi yang diajarkan.

2) Pertemuan II

Kegiatan pembelajaran pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel

berikut:
71

Tabel 4.10
Deskripsi Umum Kegiatan Pembelajaran Pertemuan kedua Siklus II
Pertemuan Waktu/Tanggal Kegiatan
II 08.00-09.10 Pendalaman materi dan
Rabu 12 Juni 2019 evaluasi siklus I

Berdasarkan tabel di atas, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari

Rabu tanggal 12 Juni 2019 , jam pelajaran pertama dimulai pukul 08.00-

09.10. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan kedua adalah

mengulangi materi yang telah disampaikan pada pertemuan I yang

kemudian dilanjutkan dengan memberikan soal-soal evaluasi. Adapun

rincian kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

Sebelum memulai pembelajaran pendidik membimbing peserta

didik untuk berdoa serta memeriksa kesiapan belajar dan mengabsen

peserta didik. Kemudian pendidik menyampaikan tujuan

pembelajaran. Pendidik mengingatkan peserta didik tentang kegiatan

yang telah dilakukan pada pertemuan I. pendidik juga memotivasi

peserta didik untuk lebih serius mengikuti pembelajaran karena

diakhir pembelajaran akan diberikan soal-soal evaluasi.

b) Kegiatan Inti

Pendidik membahas kembali materi yang telah dipelajari pada

pertemuan pertama secara ringkas, kemudian pendidik melakukan

sesi tanya jawab terkait materi yang telah dipelajari sebelumnya.


72

Pendidik kemudian melanjutkan dengan membahas hasil diskusi dan

peran drama yang telah dilakukan pada pertemuan pertama.

Selanjutnya pendidik memberikan soal evaluasi berupa soal

pilihan ganda.Disini yang menjadi masalah adalaah ada salah satu

peserta didik yang suka mengganggu temannya dan tidak serius

mengerjakan soal yang diberikan.

c) Kegiatan Akhir

Pendidik melakukan tanya jawab terkait materi yang belum

dipahami pada pelajaran yang sudah dibahas dan memberikan pesan

moral kepada peserta didik terkait dengan materi akhlakul

mahmudah. Setelah memberikan pesan moral pendidik mengajak

peserta didik bersama-sama menutup pelajaran dengan berdoa

bersama.

6. Observasi dan evaluasi

Dalam tahap observasi diperoleh dua buah data yakni data hasil observasi

aktivitas mengajar pendidik dan data hasil observasi aktivitas belajar peserta

didik.

a. Hasil observasi aktivitas belajar peserta didik

Kegiatan pada tahap ini yaitu melakukan observasi terhadap aktivitas

pesertaa didik Adapun hasil observasi terhadap aktivitas belajar peserta didik

disajikan dalam tabel dibawah ini.


73

Tabel 4.11
Data hasil observasi belajar peserta didik siklus II
Pertemuan
No Indikator
I II
1 Kesiapan peserta didik menerima materi pelajaran 16 16
2 Antusias pesrta didik dalam mengikuti 16 16
pembelajaran
3 Aktivitas peserta didik dalam menerapkan metode 12 12
role playing
4 Keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok 4 4
5 Interaksi peserta didik dengan guru 14 16
6 Kekompakan peserta didik bekerja dalam 11 11
kelompok diskusi
Jumlah Skor 73 75
Skor maksumum 84 84
Persentase 86,90% 89,29%
Rata-rata persentase 88,95%
Kategori aktivitas belajar peserta didik Aktif

Berdasarkan hasil analisis pada tabel di atas terlihat bahwa nilai rata

aktivitas peserta didik pada siklus II yaitu 88,95% yang termasuk dalam

kategori aktif. Data hasil observasi belajar peserta didik siklus II pertemuan I

dan II dapat dilihat pada lampiran 11 dan 12.

Aktivitas peserta didik pada siklus II ini berkategori aktif karena

persiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sudah sangat bagus,

antusiasme peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sudah

sangat baik, begitu pula dengan aktivitas peserta didik bekerja sama dengan

teman kelompoknya juga sudah berjalan optimal, peserta didik berpartisipasi

cukup aktif dalam kegiatan memainkan drama yang telah ditentukan


74

sebelumnya. Peserta didik juga terlibat aktif dalam kegiatan tanya jawab

yang dilakukan pendidik sebagai bentuk refleksi hasil kegiatan

pembelajaran, itu dikarenakan pendidik memberikan motivasi kepada

peserta didik untuk berani mengungkapkan pendapat. Hal ini berarti

indikator ketercapaian untuk aktivitas peserta didik padasiklus II sudah

tercapai walaupun masih ada kekurangan dalam proses pembelajaran.

b. Hasil observasi aktivitas mengajar pendidik

Observasi terhadap aktivitas mengajar pendidik dilakukan oleh ibu Lili

Suryani, S.Pd.I selaku pendidik kelas IV Mi Marifatul Al Islamiah. Dari data

observasi aktivitas mengajar pendidik pada siklus II selama 2 kali pertemuan

diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

Tabel 4.12
Data hasil observasi mengajar pendidik siklus II
No Indikator Pertemuan
I II
1 Perencanaan dan kesiapan pelaksanaan 3 3
pembelajaran
2 Pemberian apersepsi dan motivasi kepada peserta 2 3
didik
3 Penyampaian materi pada peserta didik 4 4
4 Membimbing kegiatan diskusi kelompok dan 5 5
memerankan drama menggunakan metode role
playing
5 Interaksi pendidik dengan peserta didik 1 2
6 Menutup pembelajaran 2 2
Jumlah Skor 17 19
Skor maksimum 20 20
Persentase 85% 95%
Rata-rata persentase 90%
Kategori aktivitas mengajar pendidik Terlaksana sangat
baik
75

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 6 indikator dalam lembar observasi

pendidik.Dengan jumlah rata-rata persentasi yang diperoleh 90% dan berada

pada kategori terlaksana sangat baik.Data hasil observasi mengajar pendidik

dapat dilihat pada lampiran 13 dan 14.Karena pada siklus II indikator

ketercapaian sudah tercapai maka tidak perlu dilakukan siklus selanjutnya.

c. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan pada akhir siklus.Hal ini bertujuan untuk

mengetahui apakah peserta didik sudah memahami dengan baik materi yang

telah dipelajari.Tes evaluasi yang diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda

sebanyak 10 butir soal yan dilaksanakan pada pertemuan kedua. Adapun

hasil evaluasi siklus II disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.13
Data hasil evaluasi belajar peserta didik siklus II
Jumlah Jumlah Nilai Nilai Yang Yang Ketuntasan
peserta yang tertinggi terendah tuntas tidak klasikal
didik mengikuti tuntas
tes
15 15 100 60 14 1 93,33%

Berdasarkan tabel data hasil evaluasi belajar di atas dapat diketahui

bahwa jumlah peserta didik kelas IV Mi Marifatul Al Islamiah adalah 15

orang.Jumlah peserta didik yang mengikuti pembelajaran dan mengikuti tes

adalah 15.Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan diperoleh nilai tertinggi

yaitu 100, dan nilai terendah yang diperoleh peserta didik yaitu 60. Dari 15

peserta didik yang mengikuti pembelajaran dan mengikuti tes, ada 14 peserta
76

didik yang tuntas secara individu dan mendapatkan nilai di atas KKM ( 75)

dan 1 orangpeserta didik yang dinyatakan tidak tuntas dengan persentase

ketuntasan 93,33%. Ini berarti bahwa ketuntasan belajar peserta didik

dikategorikan tuntas telah mencapai kriteria ketuntasan secara

klasikal.Peserta didik dikatakan tuntas apabila telah mencapai lebih dari 85%

jumlah peserta didik yang tuntas belajar. Meskipun masih ada satu peserta

didik yang belum tuntas secara individu, penelitian ini dapat dihentikan

karena telah mencapai 85%. Dengan demikian tidak perlu dilakukan

perbaikan pada siklus berikutnya.

d. Refleksi

Pada tahap ini berdasarkan hasil observasi yang diperoleh selama

pelaksaann pembelajaran siklus II, terlihat bahwa kegiatan belajar mengajar

sudah mulai sangat membaik.Baik itu dilihat dari aktivitas belajar peserta

didik menncapai kategori aktif maupun aktivitas mengajar pendidik yang

telah mencapai kategori terlaksana baik. Selain itu, hasil evaluasi siklus II

telah mencapai ketuntasan klasikal sebesar 93,33%, maka indikator

keberhasilan penelitian telah tercapai. Sehingga penelitian tindakan kelas ini

dikatakan berhasil.

D. Pembahasan

Hasil penelitian yang diperoleh pada proses pembelajaran dengan

penerapan metode role playing, baik dari aktivitas belajar peserta didik

maupun pendidik, dan hasil evaluasi belajar peserta didik menunjukan adanya
77

peningkatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dari tiap siklus I ke siklus

II.

Adapun ringkasan dari hasil penelitian siklus I dan siklus II yang memuat

pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik dapat dilihat dalam

tabel berikut ini :

Tabel 4.15

Perkembangan Proses Pelaksanaan Pembelajaran dan Hasil Belajar

Peserta Didik Dalam Pelajaran Akidah Akhlak dengan Menggunkan

Metode Role playing Siklus I dan Siklus II

Siklus Aktifitas peserta didik Aktivitas pendidik Hasil belajar peserta didik
pertemuan Rata- kategori pertemuan Rata- Kategori Tuntas Tidak Ketuntasa
I II rata I II rata tuntas klasikal
I 62 75 68% Cukup 68 80 74% Terlaksana 11 4 73,33%
aktif cukup baik
II 75 83 79% Aktif 81 90 85% Terlaksana 14 1 93,33%
baik
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa:

1. Aktivitas peserta didik

Hasil observasi terhadap aktivitas belajar pesera didik pada

pelaksanaan pembelajaran siklus I di pertemuan I dan II termasuk

dalam kategori cukup aktif dengan memperoleh skor rata-rata

persentasi sebesar 74%. Sedangkan pada siklus II di pertemuan I dan

II termasuk dalam kategori aktif dengan memperoleh skor rata-rata

persentasi sebesar 79%. Hal ini menunjukan adanya peningkatan

kategori terhadap aktivitas belajar peserta didik dari siklus I ke siklus


78

II sebesar 11%. Peningkatan tersebut terjadi karena peserta didik lebih

siap mengikuti pembelajaran dan lebih memahami proses

pembelajaran dengan menggunakan metode role playing dibandingkan

pada siklus sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Rohani yang

menyatakan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai

macam aktivitas, baik aktivitas fisik( giat-aktif dengan anggota badan,

membuat sesuatu, bermain dan bekerja) maupun psikis (jiwanya

bekerja sebanyak-banyaknya dalam pembelajaran).60

2. Aktivitas Pendidik

Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran pada siklus I di

pertemuan I dan II menunjukan bahwa aktivitas mengajar pendidik

termasuk dalam kategori terlaksana cukup baik. Hal ini dikarenakan

skor yang diperoleh oleh aktivitas pendidik pada siklus I di pertemuan

I dan II sebesar 74%. Sedangkan pada siklus II di pertemuan I dan II

skor yang diperoleh aktivitas mengajar pendidik sebesar 85% dengan

kategori terlaksana baik. Peningkatan kategori terhadap aktivitas

pendidik dari siklus I ke siklus II sebesar 11%. Meningkatnya jumlah

tersebut dikarenakan perbaikan dan perencanaan yang lebih baik dari

pada siklus sebelumnya. Hal ini tidak terlepas dari peran dan tanggung

jawab pendidik dalam merencanakan pembelajaran serta menambah

60
Rohani ,Ahmad, Pengelolaan Pembelajaran (Sebuah Pengantar Menuju Pendidik
profesional),(Jakarta: Rineka Cipta, 2010),Hlm 45
79

kesempatan bagi peserta didik untuk belajar dan berkembang,

sebagaimana yamg dikemukakan oleh Hamalik adalah merencanakan

dan menuntut murid-murid melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna

mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan.61

Pendidik harus membimbing murid agar mereka memperoleh

keterampilan-keterampilan, pemahaman, perkembangan berbagai

kemampuan, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan perkembangan sikap

yang serasi .

3. Hasil belajar peserta didik

Hasil analisis terhadap hasil tes evaluasi belajar peserta didik

menunukan peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I hasil

belajar peserta didik memperoleh nilai rata-rata sebesar 78. Sedangkan

ketuntasan klasikalnya yakni 73,33%. Sedangkan pada siklus II hasil

belajar peserta didik mengalami peningkatan dengan prolehan nilai

rata-rata 86 dan ketuntasan klasikalnya 93,33%. Ketuntasan klasikal

yang diperolehpada siklus II ini telah melampaui standar ketuntasan

klasikal yang telah ditetapkan yaitu 85%.

Analisis data diatas menunjukan bahwa skor dari siklus I ke siklus II

baik pada aktivitas peserta didik, aktivitas mengajar pendidik, dan

hasil tes evaluasi Aqidah Akhlak mengalami peningkatan. Peningkatan

61
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar,( Bandung: Bumi Aksara,2011),Hlm, 35
80

yang terjadi tersebut karena beberapa alas an, diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Bahan reflrksi yang menjadi dasar pendidik melakukan perbaikan

pembelajaran terhadap kekurangan-kekurangan pada siklus I.

Perbaikan – perbaikan dilakukan dengan lebih maksimal lagi

ketika melaksanakan proses pembelajaran.

2. Peran dan tanggung jawab pendidik dalam menciptakan suasana

belajar yang aktif dan efektif lebih baik dari siklus sebelumnya

karena telah melakukan refleksi pada pembelajaran.

3. Memberikan seangat pada peserta didik agar lebih bersemangat

dalam mengikuti dan menerima pelaaran seperti mmberikan

reward kepada peserta didik.

4. Pendidik berhasil membuat interaksi antara pendidik dan peserta

didik lebih baik dengan menggunakan metode pembelajaran role

playing.

Peningkatan hasil belajar peserta didik juga tidak terlepas dari

penerapan metode metode pembelajaran role playing yang

digunakan secara optimal dalam proses belajar mengajar. Hasil

penelitian menunjukan pembelajaran dengan menggunakan metode

role playing yang merupakan slah satu metode pembelajaran

kooperatif yang lebih mengedepankan kepada aktivitas dan

kerjasama peserta didik dalam menentukan,menjawab dan


81

melaporkan informasi dalam sebuah suasana permainan yang

mengarah pada pacuan kelompok melalui aktivitas kerha

kelompok. Dalam metode ini, hal yang dirancang untuk dicapai

peserta didik yaitu melakukan aktivitas berpikir, menyenangkan,

salaing ketergantungan, artikulasi dan kecerdasan emosional.

Peningkatan hasil belajar ini sejalan dengan penelitian terdahulu

yang dilakukan oleh Eni Enawati, penelitian tersebut menunjukan

bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran

role playing dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran

IPA.62 Hal ini sejalan dengan pendapat Sifna Rahma yang juga

melakukan penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran

role playing terbukti dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik pada mata pelajaran IPS.63 Pengorganisasian peserta didik

dalam kelompok yang dituntut untuk saling bekerjasama satu sama

lain menjadi hal penting dalam penerapan metode pembelajaran

role playing dan dalam penelitian ini metode role playing sangat

cocok digunakan dalam pembelajaran pada mata pelajaran Aqidah

Akhlak khususnya. Selain menuntut siswa untuk berperan

62
Eny Enawati, Meningkatkan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Metode Role Playing
Siswa Kelas X IPA, jurnal pendidikan ( Program Studi Pendidkan Kimia Universitas Mataram 2017,
hlm. 1
63
Sifna Rahma, Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Dengan Menggunakan
Metode Role Playing Pada Siswa Kelas VIII Mts Nw Mataram, Jurnal Pendidikan ( FKIP Universitas
Mataram 2016), Hlm.1
82

langsung dalam pembelajaran, metode role playing ini juga

melatih siswa untuk lebih menghargai satu sama lain. Dengan

demikian melalui metode pembelajaran ini akan dapat lebih

menarik perhatian siswa untuk aktif sehingga mampu

meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya pada mata

pelajaran Aqidah Akhlak.


83

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan peneliti menyimpulkan bahwa penerapan

metode pembelajaran role playing dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik

pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MI Marifatul Al Islamiah. Peningkatan

dapat diketahui dari hasil nilai evaluasi belajar peserta didik pada siklus I dengan

ketuntasan klasikal 73,33% dan meningkat pada siklus II sebesar 20% dengan

ketuntasan klasikal sebesar 93,33%. Untuk rata-rata persentase aktivitas mengajar

pendidik pada siklus I yaitu 60% dengan kategori terlaksana cukup baik dan

meningkat pada siklus II dengan rata-rata persentase aktivitas mengajar pendidik

90% dengan kategori terlaksana sangat baik. Selanjutnya untuk rata-rata

persentase aktivitas peserta didik pada siklus I yaitu 69,64% dengan kategori

cukup aktif, dan meningkat pada siklus II dengan rata-rata persentase sebesar

88,10% di kategori aktif.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat disampaikan sehubung dengan hasil

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi pendidik diharapkan dapat menerapkan metode role playing sebagai

salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Aqidah

Akhlak
84

2. Bagi peserta didik diharapkan dengan menggunakan metode role playing ini

dapat meningkatkan keaktifan dan kefokusan peserta didik dalam belajar

3. Bagi kepala Sekolah diharapkan metode role playing ini menjadi salah satu

metode yang diterapkan di sekolah untuk meningkatkan hasil belajar.

4. Untuk peneliti berikutnya dapat menggunakan metode role playing sebagai

salah satu metode yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran lain

Anda mungkin juga menyukai