Anda di halaman 1dari 7

1.

APBN

Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai instrumen
kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara. APBN
merupakan inti pengurusan umum dan anggaran negara.

Anggaran negara adalah rencana pengeluaran/belanja dan penerimaan/pembiayaan belanja


suatu negara selama periode tertentu. Anggaran negara dapat dibedakan dalam arti luas dan
sempit.
Dalam arti luas, anggaran negara merupakan jangka waktu perencanaan, pelaksanaan, dan
pertanggung jawaban anggaran (suatu daur anggaran).
Dalam arti sempit, anggaran negara berarti rencana pengeluaran dan penerimaan hanya dalam
kurun waktu satu tahun.

Fungsi anggaran negara :


1. Sebagai pedoman bagi pemerintah dalam mengelola negara selama periode mendatang.
2. Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kebijaksanaan yg telah dipilih pemerintah
karena sebelum anggaran negara dijalankan harus mendapat persetujuaan DPR terlebih
dahulu.
3. Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dalam
melaksanakan kebijaksanaan yang telah dipilihnya karena pada akhirnya anggaran harus
dipertanggung jawabkan pelaksanaannya oleh pemerintah kepada DPR.

Menurut uu nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, proses daur anggaran tsb
dikemukanan sebagai berikut :
1. Penyampaian pokok-pokok kebijakan diskal dan kerangka ekonomi makro oleh
pemerintah.
2. Pembahasan kerangka ekonomi makro dan kebijakan fiskal oleh DPR dan pemerintah.
3. Penerapan kebijakan umum dan prioritas anggaran sebagai pedoman bagi
departemen/lembaga.
4. Pemimpin lembaga menyusun rancangan serta perkiraan anggaran tahun berikutnya
berdasarkan target yang ingin dicapai.
5. Pemimpin lembaga melakukan pembahasan dengan komisi DPR mengenai rancangan
anggaran, sesuai dengan pedoman dari Menteri Keuangan, dan hasilnya juga disampaikan
kepada menteri keuangan.
6. Presiden menyampaikan RAPBN pada pertengahan Agustus.
7. Penerapan APBN dilakukan dua bulan sebelumawal tahun anggaran yang bersangkutan
agar dokumen pelaksanaan anggaran dapat diterbitkan tepat waktu.
8. Dalam membahas dan menetapkan anggaran, Undang-Undang Susunan dan Kedudukan
mengatur kewenangan panitia anggaran dan komisi sektoral pada lembaga legislatif.
2. APBD

Pengurusan keuangan di pemerintah daerah diatur dengan membagi menjadi pengurusan umum
dan pengurusan khusus. Pemeirntah daerah memiliki APBD dalam pengurusan umum dan
kekayaan milik daerah yang dipisahkan pada pengurusan khusus.

APBD dapat didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan pemda, dimana pada satu
pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-
kegiatan dan proyek-proyek daerah selama satu tahun anggaran tertentu.

Definisi APBD dalam orde lama adalah kegiatan badan legislatif (DPRD) memberikan kredit
kepada badan eksekutif (kepala daerah) untuk melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah
tangga daerah yang sesuai dengan rancangan yang menjadi dasar penetapan anggaran.

APBD adalah suatu Anggaran Daerah. Kedua definisi APBD diatas menunjukan bahwa suatu
Anggaran Daerah, termasuk APBD, memiliki unsur- unsur sebagai berikut

1) Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci.


2) Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya-biaya
sehubungan dengan aktivitas-aktivitas tersebut, dan adanya biaya-biaya yang merupakan
batas maksimal pengeluaran- pengeluaran yang akan dilaksanakan.

3) Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka.

4) Periode Anggaran, yaitu biasanya 1 (satu) tahun.

Rancangan APBD terbagi dalam tiga pos yaitu pos satu adalah Pendapatan dan pos dua adalah
Belanja Daerah dan pos tiga Pembiayaan. Pendapatan Daerah diperoleh dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Pendapatan yang berasal dari pemberian pemerintah/instansi yang lebih tinggi
yang sekarang dikenal dengan nama Dana Perimbangan, dan Dana Pinjaman Daerah.
Pengeluaran dana atau Belanja dalam APBD ini secara garis besar dikelompokan ke dalam
empat kelompok yaitu: Belanja Aparatur, Belanja Publik, Belanja Bagi Hasil dan Bantuan
Keuangan dan Belanja Tidak Tersangka.

Berdasarkan UU nomor 16 tahun 1975 APBN terdiri dari:


a. Anggaran rutin yang dibagi lebih lanjut menjadi pendapatan dan belanja rutin
b. Anggaran pembangunan yang juga dibagi lebih lanjut menjadi pendapatan dan belanja
pembangunan.

Pada tahun 1984-1988 APBD terbagi dari :


a. Pendapatan yang terbagi lagi menjadi pendapatan daerah, penerimaan pembangunan,
dan urusan kas dan perhitungan (UKP).
b. Belanja yang diperinci lagi menjadi belanja rutin (diklasifikasi menjadi 10 bagian) dan
belanja pembangunan (diklasifikasi menjadi 21 sektor).

Perubahan selanjutnya terjadi pada tahun 1998, yaitu terjadi pada klasifikasinya.
Karakteristik APBD pada era reformasi, sebagai berikut :
a. APBD disusun oleh DPRD bersama-sama Kepala Daerah (Pasal 30 Undang-undang
Nomor 5/1975).
b. Pendekatan yang dipakai dalam penyusunan anggaran adalah pendekatan line-item
atau pendekatan tradisional. Dalam pendekatan ini anggaran disusun berdasarkan jenis
penerimaan dan pengeluaran. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling tradisional
(tertua) di antara berbagai pendekatan penyusunan anggaran.
c. Siklus APBD terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemeriksaan,
dan penyusunan dan penetapan perhitungan APBD. Penyusunan dan penetapan perhitungan
APBD merupakan pertanggungjawaban APBD. Pertanggungjawaban itu dilakukan dengan
menyampaikan perhitungan APBD kepada Menteri Dalam Negeri untuk Pemerintah Daerah
Tingkat I dan kepada Gubernur untuk Pemerintah Daerah Tingkat II. Jadi,
pertanggungjawaban bersifat vertikal.
d. Dalam tahap pengawasan dan pemeriksaan dan tahap penyusunan dan penetapan
perhitungan APBD, pengendalian dan pemeriksaan/audit terhadap APBD bersifat keuangan.
Hal ini tampak pada pengawasan APBD berdasarkan objek yang meliputi pengawasan
pendapatan daerah dan pengawasan pengeluaran daerah. Pengawasan tersebut tidak
memperhitungkan pertanggungjawaban dari aspek lain, misalnya dari aspek kinerja.
e Pengawasan terhadap pengeluaran daerah dilakukan berdasarkan ketaatan terhadap tiga
unsur utama, yaitu unsur ketaatan pada peraturan perundangan yang berlaku, unsur
kehematan dan efisiensi, dan hasil program (untuk proyek-proyek daerah).
f. Sistem akuntansi keuangan daerah menggunakan stelsel kameral (tata buku anggaran).
Menurut stelsel (system pembukuan ) ini, penyusunan anggaran dan pembukuan saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Dasar pemilihan stelsel kameral dan bukannya
stelsel komersial (tata buku kembar/berpasangan) adalah tujuan pembukuan. Karena tujuan
pembukuan keuangan daerah di era pra reformasi adalah pembukuan pendapatan, maka
stelsel yang cocok digunakan adalah stelsel komersial. Pada stelsel kameral, diperolehnya
pendapatan adalah pada saat penerimaan, sedangkan pembiayaan terjadi pada saat dilakukan
pembayaran. Oleh karena itu stelsel kameral ini disebut juga tata buku kas.

Siklus APBD
Siklus adalah suatu proses yang terus menerus, berputar, dan berkesinambungan, dalam arti
luas anggaran daerah berbicara mengenai suatu siklus mulai perencanaan, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban.
Menurut Mardiasmo (2002:70) siklus anggaran mempunyai empat tahap,yaitu
1) Tahap Persiapan Anggaran
2) Tahap Ratifikasi
3) Tahap Pelaksanaan Anggaran
4) Tahap Pelaporan dan Evaluasi Anggaran

Siklus-siklus diatas dapat dijelaskan sebagai berikut


1) Tahap Persiapan Anggaran
Pada tahap persiapan dilakukaan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang
tersedia dengan memperhatikan Uncertainty (tingkat ketidakpastian). Dalam perencanaan
APBD menggunakan pendekatan Bottom Up, pemerintah daerah perlu membuat dokumen
perencanaan daerah. Pemerintah daerah bersama dengan DPRD menetapkan Arah dan
Kebijakan Umum APBD.
2) Tahap Ratifikasi
Tahap ini melibatkan proses politik yang cukup rumit dan berat, pemimpin eksekutif dituntut
tidak hanya punya manageria skill tapi juga political skill yang memadai untuk memberikan
jawaban dan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan dan bantahan dari pihak
legeslatif.
3) Tahap Pelaksanaan Anggaran
Sistem akuntansi dan sistem pengendalian manaj emen sangat diperlukan dalam pelaksanaan
anggaran.
4) Tahap Pelaporan dan Evaluasi Anggaran
Tahap ini terkait dengan aspek akuntabilitas, jika tahap pelaksanaan anggaran telah didukung
sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan pada
tahap ini tidak ditemui banyak masalah.
Dalam APBD yang baru pendapan, belanja, dan pembiayaan dikelompokkan kembali
menjadi :

a. Pendapatan
Dibagi menjadi tiga kategori : pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, dan
pendapatan lain-lain daerah yang sah.

b. Belanja
Dibagi menjadi dua bagian :

· Belanja tidak langsung yaitu belanja yang terkait langsung dengan program dan
kegiatan dan kegiatan pemerintah daerah.

· Belanja langsung yaitu belanja yang terkait langsung dengan program dan kegiatan
pemerintah daerah.

Setelah APBN diterapkan secara terperinci dengan undang-undang maka pelaksanaannya


diatur lebih lanjut dengan keputusan presiden sebagai pedoman bagi kementrian negara
dalam pelaksanaan anggaran.

Kelemahan dalam perencanan diindonesia yaitu :

1. Kontrol yang ketat terhadap angka input hingga ke level yang sangat mikro dalam
rencana pengeluaran pemerintah.

2. Proses perencanaan penganggaran yang selama ini dilaksanakan hanya berorientasi


pada satu tahun anggaran semata sehingga sulit untik menciptakan kondisi yang berorientasi
kepada hasil kebijakan yang menjadi target pemerintah dalam jangka waktu beberapa tahun
kedepan.

Penganggaran diindonesia mengamanatkan tiga pendekatan yang harus menjadi refrensi


pemerintah yaitu :

· 1. Pendekatan penganggaran terpadu (Unified Budget)


Pada dasarnya memuat semua kegiatan instansi pemerintahan dalam APBN yang disusun
secara terpadu, termasuk mengintegrasikan anggaran belanja rutin dan anggaran belanja
pembangunan. Hal ini merupakan tahapan yang diperlukan sebagai bagian upaya jangka
panjang untuk membawa penganggaran menjadi lebih transparan, dan memudahkan
penyusunan dan pelaksanaan anggaran berorientasi kinerja.

· 2. Penggaran berbasis kinerja (Performance Based Budgeting)


Pada dasarnya memperjelas tujuan dan indikator kerja sebagai bagian dari pengembangan
sistem penganggaran berdasarkan kinerja. Hal ini akan mendukung perbikan edisiensi dan
efektivitas dalam pemanfaatan sumber daya dan memperkuat proses pengambilan keputusan
tentang kebijakan dalam kerangka jangka menengah.

· 3. Pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah (Medium Term Exenditure


Framework-MTEF)
Pendekatan dengan perspektif jangka menengah, memberikan kerangka yang menyeluruh
meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran, mengembangkan
disiplin diskal, mengarahkan alokasi sumber daya agar lebih rasional dan strategis, dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan pemberian pelayanan yg
optimal dan lebih efisien.

KONDISI FAKTUAL PENERAPAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK (PEMERINTAH)


DI INDONESIA.
Organisasi pemerintah memiliki ruang lingkup dan domain yang paling luas dibandingkan
jenis organisasi publik lainnya. Selain itu sering kali untuk organisasi yang tidak bertujuan
utama mengejar laba dan nonpemerintahan disebut dengan organisasi nirlaba. Akibatnya,
perkembangan akuntansi sektor publik sangat dipengaruhi oleh perkembangan sistem politik
dan sistem pemeirntahan. Adanya gerakan reformasi pada tahun pada tahun 1998 di
Indonesia berhasil mengakhiri masa kekuasaan Orde Baru, sehingga mengubah sistem politik
di Indonesia menjadi lebih demokratis.

Oleh karena itu pada era pemerintahan era reformasi telah melakukan koreksi secara
menyeluruh terhadap sistem keuangan negara, adalah sebagai berikut :

· Koreksi pertama > menyatukan anggaran negara yang tadinya dibagi dalam dua kelompok
(anggaran rutin dan anggaran pembangunan).

· Koreksi kedua > meniadakan anggaran non budgeter.

· Koreksi ketiga > diterbitkannya paket ketiga undang-undang dibidang keuangan negara
tahun 2003-2004.

· Koreksi keempat > diberlakukannya PP nomor 24 tahun 2005 tentang standar akuntansi
pemerintahan (ASP).

Meskipun telah dilakukan koreksi secara menyeluruh, namun masih terdapat kendala yang
dihadapi dalam mereformasi pelaksanaan keuangan negara.
Kendala yang dihadapi saat ini bersumber dari beberapa faktor antara lain :
· Kurangnya rasa saling percaya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

· Perubahan yang terlalu drastis.

· Perubahan pradigma manajemen keuangan daerah.

· Implementasi APBD masih kurang efisien dan efektif.

· Proses perencanaan anggaran yang membutuhkan waktu yang cukup panjang.

TANTANGAN PADA MASA MENDATANG


· Menciptakan kebijakan anggaran yang berorientasi pada pencapaian parameter hasil yang
terukur melalui indikator kinerja tertentu.

· Membangun mekanisme yang menjamin akuntabilitas efesiensi alokasi dan implementasi


kebijakan anggaran sebagai instrumen pelengkap yang harus ada untuk memberi fleksibilitas
kepada pengguna anggaran untuk fokus kepada pencapaian hasil yang menjadi tanggung
jawab.

Negara dan pemerintah sebagai sasaran dari akuntansi sektor publik merupakan
konsekuensi dari pembentukan pemerintahan negara indonesia.

Anda mungkin juga menyukai