PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah suatu unit bagian dari rumah sakit
yang memberikan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit atau
cedera. Kegawatdaruratan didefinisikan sebagai suatu kondisi klinis yang
membutuhkan tindakan cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa pasien
dan menghindari terjadinya kecacatan. Keperawatan gawat darurat adalah
asuhan perawatan yang diberikan pada individu dari seluruh rentang usia yang
mengalami gangguan masalah kesehatan yang bersifat actual atau berpotensi
mengalami gangguan, baik fisik atau emosional. Asuhan keperawatan pada
pasien gawat darurat memegang peranan penting yaitu waktu adalah nyawa
(Time Saving is Life Saving ) yang artinya semakin cepat dan tepat seorang
perawat memberikan pelayanan atau penanganan maka semakin besar pula
peluang hidup pasien (Basoeki dkk, 2008).
Angka kunjungan kasus kegawatdaruratan di seluruh dunia bervariasi
pada pusat kesehatan di berbagai negara. Berdasarkan observasi yang dilakukan
oleh Weir tahun 2009 di Amerika tercatat 120 juta kasus kegawatdaruratan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh Quality Watch Research Program
di Inggris pada tahun 2010 sampai 2013, tercatat 41 juta kasus
kegawatdaruratan. Kemenkes (2013) menyatakan tercatat jumlah kunjungan
pasien ke IGD di seluruh Indonesia sebanyak 11.650.239 jiwa (13,17%) dari
total kunjungan. Di Bali khususnya RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2015
sampai dengan tahun 2016 tercatat jumlah kunjungan pasien ke IGD sebanyak
87.138 jiwa (Laporan Tahunan RSUP Sanglah Denpasar). Berdasarkan data
yang diperoleh pada laporan tahunan RSD Kabupaten Badung tercatat pada
1
2
dapat menyebabkan kondisi fisik perawat di IGD mudah lelah dan mudah
tegang.
Beban kerja dapat menimbulkan berbagai dampak salah satunya respon
time atau waktu tanggap dalam memberikan pertolongan. Respon time
merupakan salah satu indikator keberhasilan mutu (Depkes, 2004). Respon time
merupakan kecepatan dalam penanganan pasien dihitung sejak pasien datang
sampai dilakukan tindakan. Standar waktu respon time tidak lebih dari 5 menit
dan standar waktu pemeriksaan definitif ≤ 2 jam (Kepmenkes, 2009 dan
Suhartati dkk , 2011). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rudi, Herjunianto dan Arma (2015) yang berjudul “Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingginya angka kematian di IGD Rumah Sakit” yang
mendapatkan hasil response time sebagai faktor utama dalam mengoptimalkan
pelayanan gawat darurat. Dalam kondisi gawat darurat keadaan pasien dapat
saja menjadi buruk apabila tidak ditangani dalam waktu yang tepat. Respon time
yang lambat dapat menimbulkan berbagai dampak seperti keluasan rusaknya
organ-organ dalam tubuh sehingga bisa terjadinya komplikasi, kecacatan dan
kehilangan nyawa dalam hitungan menit. Nafas berhenti dalam waktu 2-3 menit
dapat menyebabkan kematian yang fatal (Sabriyanti, 2012).
Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang
datang ke IGD memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuan
sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan respon time
yang cepat dan dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai dengan
meningkatkan jumlah SDM perawat di IGD rumah sakit sesuai standar
(Kepmenkes RI, 2009). Wilde (2009) telah membutikan secara jelas bahwa
respon time sangat penting bahkan kepada pasien selain penderita penyakit
jantung. Waktu tanggap yang panjang dapat mengakibatkan resiko kematian
ataupun cedera yang parah, dimana kenaikan satu menit waktu tanggap, dapat
meningkatkan angka kematian rata-rata 17 % setelah satu hari kejadian.
Namun, apabila respon time yang diberikan cepat bisa berdampak positif yaitu
4
yang cukup panjang melebihi kapasitas jam kerja dan jumlah perawat yang
kurang memadai tidak sebanding dengan banyaknya pasien yang datang akan
mempengaruhi cepat atau lambatnya respon time yang diberikan. Cepat atau
lambatnya respon time perawat dalam memberikan pelayanan akan
berpengaruh terhadap keselamatan pasien.
Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Said dan Mappanganro
(2016) yaitu “Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Respon Time pada
Penanganan Pasien di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Ibnu Sina
Makasar” menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara beban
kerja dengan respon time perawat dalam penanganan pasien. Hal ini disebabkan
karena pengalaman kerja yang dimiliki oleh perawat dan manajemen dari
kepala ruangan yang bagus dimana selalu memotivasi perawat pelaksana.
Berdasarkan uraian di atas, berdasarkan tingginya angka kunjungan
pasien ke IGD yang menyebabkan beban kerja perawat meningkat akan
mempengaruhi waktu tanggap pelayanan keperawatan kepada pasien. Beban
kerja perawat yang tinggi dapat menyebabkan penurunan waktu tanggap atau
respon time dalam pelayanan yang akan mempengaruhi kondisi kinerja
perawat dalam melakukan tindakan sehingga perlu memerlukan waktu tanggap
yang cukup lama untuk menangani pasien, sehingga dari permasalahan ini
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Beban
Kerja Perawat dengan Respon Time pada Penananganan Pasien di IGD.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “Bagaimanakah Hubungan Beban Kerja Perawat Terhadap Respon
Time pada Penanganan Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSD Mangusada ?”
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
beban kerja perawat terhadap respon time pada penanganan pasien di
instalasi gawat darurat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi beban kerja perawat dalam pelayanan gawat darurat.
b. Mengidentifikasi respon time perawat pada penanganan pasien ke
Instalasi Gawat Darurat
c. Menganalisa hubungan beban kerja perawat dengan respon time pada
penanganan pasien di Instalasi Gawat Darurat
D. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian pada dasarnya memiliki kegunaan atau manfaat baik
secara teoritis maupun secara praktis. Hasil penelitian ini diharapkan
mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman standar beban
kerja perawat IGD dalam meningkatkan respon time atau waktu tanggap
pelayanan sehingga dapat meningkatkan keselamatan pasien.
2. Manfaat praktis
a. Bagi profesi kesehatan
Sebagai bahan masukan bagi profesi keperawatan dalam pemberian
beban kerja bagi perawat guna meningkatkan pencapaian standar
response time perawat IGD.
b. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi rumah sakit untuk
meningkatkan pencapaian standar pelayanan IGD.
7