Anda di halaman 1dari 3

BAB 4

PEMBAHASAN

Kesehatan jiwa atau mental didefinisikan sebagai keadaan baik di mana


setiap individu menyadari potensi dirinya sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup
yang normal, dapat bekerja secara produktif dan bermanfaat, serta dapat
memberikan kontribusi untuk dirinya atau masyarakatnya (WHO, 2016). Salah satu
bentuk gangguan jiwa yang menjadi permasalahan bersama adalah skizofrenia.
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa dengan klasifikasi berat dengan perjalanan
penyakit yang progresif, cenderung menahun (kronik), eksaserbasif (sering
mengalami kekambuhan). Gejala skizofrenia yang umum dialami adalah halusinasi
(Kusumawati, Farida & Hartono, 2011).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Menurut Yosep (2009), halusinasi
didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak
terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Yusuf et
al, 2015). Pada kasus Tn. D, klien mengalami halusinasi pendengaran dimana
Pasien mengatakan mendengar suara-suara yang mengatakan “kamu harus mati”
saat dirinya berdiam diri dan tidak ada teman yang mengajak ngobrol.Munculnya
suara tersebut setelah klien putus cinta dengan pacarnya.
Beberapa Gejala klinis skizofrenia menurut WHO (2003) adalah gangguan
pikiran, delusi, halusinasi, afek abnormal, gangguan kepribadian motor, dan adopsi
posisi bizar. Salah satu gejalaskizofrenia adalah halusinasi. Halusinasi pendengaran
adalah gejala positif skizofrenia dan memiliki dampak signifikan pada kehidupan
individu (Ng, Chun and Tsun, 2012).
Orang dengan halusinasi pendengaran membutuhkan bantuan yang cukup
besar dari para profesional kesehatan mental. Selain dari obat-obatan, mereka
mungkin menerapkan metode yang berbeda untuk mengatasi pendengaran suara
mereka. Berdasarkan Hasil dari wawancara kualitatif menunjukkan bahwa orang
dengan skizofrenia dalam konteks sosial budaya menghadapi halusinasi
pendengaran dengan berbagai cara, diantaranya mengubah kontak sosial,

34
memanipulasi suara, dan mengubah persepsi dan makna terhadap suara-suara yang
timbul.
Pada Tn. D yang mempunyai masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran, resiko menciderai diri sendiri dan orag lain serta isolasi sosial: harga
diri rendah. Yang ditandai dengan: klien mengatakan mendengar suara-suara yang
mengatakan “ kamu harus mati”, klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit
klien melukai lehernya dengan pisau dan linggis, klien mengatakan juga melukai
ayahnya yang ingin menolongnya. Terdapat bekas luka dileher klien, klien
mengatakan sering menyendiri sejak ditinggal oleh pacarnya, klien mengatakan
merasa sedih. Ibu klien mengatakan bahwa klien sering mengurung diri dikamar
sejak ditinggal pacarnya. Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi
dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Menurut Yosep (2009),
halusinasi didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana
tidak terdapat stimulus. Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori
yang salah (Stuart, 2007).
Tn. D tidak menutup diri dari orang-orang disekitarnya. Klien kooperatif
saat ditanya dan mampu menjawab dengan jelas seluruh pertanyan yang diajukan.
Mekanisme koping pada Tn. D pun mekanisme adaptif karena klien sudah mampu
mengabaikan halusinasi yang didengar dengan cara beristighfar. Klien juga yakin
akan sembuh bila kegiatan tersebut dilakukan secara rutin saat mendengar suara-
suara. Klien juga mau mengikuti kegiatan harian di ruangan seperti mengikuti
senam dan terapi okupasi.
Halusinasi yang tidak segera mendapatkan terapi atau penanganan akan
menimbulkan masalah-masalah yang lebih banyak dan lebih buruk. Dampak yang
dapat ditimbulkan oleh halusinasi pada klien skizofrenia adalah: perilaku kekerasan
baik ditujukan pada diri sendiri maupun orang lain, risiko tinggi tindakan bunuh
diri, gangguan interaksi sosial dan kerusakan komunikasi verbal dan non verbal.
Hal ini sesuai dengan perilaku Tn. D yaitu klien mengatakan sebelum MRS
mencederai lehernya dengan menggunakan linggis dan pisau yang diperkuat
dengan adanya bekas luka pada leher klien.

35
Pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi halusinasi dengar antara
lain dengan terapi psikofarmaka, terapi somatik (elektro convulsi therapy), terapi
lingkungan, terapi bermain, terapi okupasi dan terapi aktifitas kelompok yang
bertujuan untuk mengorientasikan klien pada realita. Orientasi pada realita akan
mengurangi persepsi sensorik yang salah dan meningkatkan rasa makna diri dan
keluhuran pribadi klien (Townsend, 1998). Pada Tn. D terapi psikofarmaka yang
diberikan yaitu Risperidon 2 mg tablet tiap 12 jam (1/2 tablet tiap pagi dan malam)
per oral , dan Clozapine 12,5 mg tablet (1 tablet tiap 24 jam, malam hari per oral).
Obat-obatan tersebut merupakan obat antipsikotik dan obat penenang
dimana obat tersebut membantu untuk mengurangi gejala penyakit pada klien.
Risperidon merupakan derivat dari benzisoksazol yang diindikasikan untuk terapi
skizofrenia baik untuk gejala negatif maupun positif. Efek samping ekstrapiramidal
umumnya lebih ringan dibandingkan dengan antipsikosis tipikal (Zahnia et al.,
2013).
Halusinasi merupakan pengalaman manusia yang melintasi batas kategori
diagnostic dan menbuat perbedaan antara pengalaman psikopatologis dan nonklinis
(Flavie & Charles, 2017). Oleh karena itu, dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pasien dengan halusinasi diharapkan lebih optimal dan komprehensif sehingga
tidak menyebabkan permasalahan yang lebih serius.

36

Anda mungkin juga menyukai