Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan K4 Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Danurejan I Kota Yogyakarta
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan K4 Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Danurejan I Kota Yogyakarta
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
Linda Yulyani
1610104261
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh:
Linda Yulyani
1610104261
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
kunjungan K4 pada ibu hamil di Puskesmas Danurejan I Kota Yogyakarta. Penelitian ini merupakan
penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam peneliyian ini
diambil menggunakan teknik aksidental sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu
sebanyak 30 orang ibu hamil TM III. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara umur (p-value = 0,000 < α = 0,05) dan paritas ibu (p-value = 0,001 < α = 0,05) dengan
kunjungan K4, namun tidak ada hubungan antara pendidikan (p-value = 0,155 > α=0,05) dan
pekerjaan (p-value = 0,210 > α = 0,05) dengan kunjungan K4. Ibu hamil diharapkan secara rutin
memeriksakan kehamilannya hingga terpenuhi standar kunjungan minimal 4 kali (K4).
Kata Kunci: Faktor yang berhubungan, Kehamilan, Kunjungan K4
ABSTRACT
The study objective is to investigate the factors associated with four ANC visits (K4) on pregnant
women at Danurejan I Primary Health Centre Of Yogyakarta. The study was an analytic
observational in design and used cross sectional approach. The sample used was taken by
accidental sampling technique with the inclusion and exclusion criteria as many as 30 TM III
pregnant women. Statistical analysis shows no correlation between age (p-value = 0.000 <α =
0.05) and maternal parity (p-value = 0.001< α= 0.05) and K4 visit. There is no relationship
between education (p- value = 0.155> α = 0.05) and employment (p-value = 0.210> α = 0.05)
and K4 visit. Pregnant women are expected to routinely check their condition at least 4 times of the
standard visit (K4) during pregnancy
Keywords: Four ANC Visits, Related Factors, Pregnancy
1
2
dalam suatu negara atau daerah adalah suatu Indonesia kini bahkan termasuk sebagai satu
ukuran yang digunakan untuk menilai baik- dari 10 negara penyumbang AKI terbesar di
(maternity care). Indikator yang umum sekitar 59% dari seluruh kematian ibu di dunia
digunakan dalam kematian ibu adalah Angka (WHO, 2015). AKI di Indonesia berdasarkan
Kematian Ibu (Maternal Mortality Ratio) yaitu hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia
jumlah kematian ibu dalam 100.000 kelahiran (SDKI) tahun 2012 dan Sensus Penduduk (SP)
hidup (Wiknjosastro, 2009). Angka Kematian tahun 2010, tercatat mencapai 359 per 100 ribu
Ibu (AKI) juga merupakan salah satu indikator kelahiran hidup. AKI ternyata menyimpang
yang peka terhadap kualitas dan aksesibilitas dari tren yang diharapkan terjadi. Tren AKI
fasilitas pelayanan kesehatan pada suatu sejak Tahun 1992 sampai 2007 cendrung turun,
menyebutkan pada tahun 2015 di seluruh dunia Penyebab kematian ibu telah kita ketahui
diperkirakan kematian ibu sebesar 303.000 bersama dari dulu hingga sekarang cenderung
jiwa atau sekitar 216/100.000 kelahiran hidup tidak mengalami pergeseran. Penyebab
(KH). Mortalitas dan morbiditas pada wanita langsung kematian ibu adalah perdarahan
hamil dan bersalin merupakan masalah besar di (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%).
negara berkembang, karena kematian maternal Penyebab tidak langsung kematian Ibu antara
tersebut terjadi terutama di negara berkembang lain Kurang Energi Kronis/KEK pada
Setiap saat kehamilan dapat berkembang belum berhasil bahkan masih jauh untuk
menjadi masalah atau mengalami mencapai target AKI yang diharapkan yaitu
penyulit/komplikasi. Akan tetapi, komplikasi sebesar 102/100.000 KH. Pada akhir tahun
kehamilan dan persalinan dapat dicegah dengan 2015, melalui sidang umum Perserikatan
teratur. Antenatal care adalah suatu program kesepakatan pembangunan baru yang dikenal
terencana yang dilakukan oleh tenaga dengan nama SDG’s (Sustainable Development
penanganan medis pada ibu hamil untuk Indikator K4 adalah indikator yang
memperoleh kehamilan serta persalinan yang digunakan untuk menilai kualitas pelayanan
Berbagai upaya sebenarnya juga telah adalah indikator untuk melihat frekuensi yang
dilaksanankan untuk menurunkan AKI, merujuk pada periode trimester saat melakukan
termasuk diantaranya program safe motherhood pemeriksaan kehamilan (Depkes, 2011). Hal ini
yang telah dilaksanakan di Indonesia mulai dijelaskan juga dalam peraturan Menteri
tahun 1997. Kemudian untuk mencapai tujuan Kesehatan Republik Indonesia No.
Strategis (Renstra) pembangunan jangka kabupaten/kota, bahwa salah satu tolak ukur
panjang pada tahun 2015, dibentuk sebuah pelayanan kesehatan adalah cakupan kunjungan
2015). Akan tetapi hingga berakhirnya era cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4
MDG’s di tahun 2015, Indonesia ternyata pada tahun 2014 belum mencapai target
4
Kesehatan di tahun yang sama, yakni sebesar kehamilan, maka muncul fenomena dimana
86,7% dari target sebesar 95% (Kemenkes, semakin dewasa usia ibu baik pengalaman
2015). Cakupan K4 di Provinsi DIY pada tahun pribadi karena melahirkan sebelumnya maupun
penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar lain menyebabkan ibu merasa lebih siap dengan
Cakupan K4 di Provinsi DIY dari tahun merasa tidak perlu secara priodik melakukan
ke tahun cendrung stabil, akan tetapi masih pemeriksaan kehamilan, yang menyebabkan
belum bisa mencapi target sebesar 95%. Oleh tidak tercapainya kunjungan minimal 4 kali
kesehatan utamanya untuk ibu hamil di DIY Data yang diperoleh dari Profil
dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan, Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta
yaitu pelayanan antenatal yang lengkap dan tahun 2016, menunjukkan cakupan K1 Kota
sesuai standar. Diharapkan dengan kualitas Yogyakarta pada tahun 2015 adalah sebesar
ANC yang baik akan dapat mendeteksi secara 100% sedangkan cakupan K4 sebesar 91,78 %.
dini adanya kelainan yang terjadi pada masa Hal ini menunjukkan adanya disparitas antara
kehamilan, dan mencegah terjadinya cakupan K1 dan K4 yang masih tinggi yaitu
(2012), semakin matang usia seseorang maka 2015 setelah sebelumnya menempati urutan
emosinya cendrung stabil karena telah terendah pertama dengan cakupan K4 68%
peningkatan, disparitas antara cakupan K1 dan melakukan pengukuran atau pengamatan pada
K4 di puskesmas Danurejan I masih cukup saat yang bersamaan (sekali waktu) (Hidayat,
Dari studi pendahuluan yang dilakukan dengan kunjungan K4 dilakukan dalam waktu
diperoleh data cakupan K4 pada tahun 2014 semua ibu hamil yang berada di wilayah kerja
yaitu 67,78 % (61 ibu hamil dari sasaran Puskesmas Danurejan I Kota Yogyakarta.
sebesar 90), pada tahun 2015 cakupan K4 Sampel yang digunakan diambil berdasarkan
berjumlah 84,34% (70 ibu hamil dari sasaran teknik aksidental sampling dengan kriteria
sebesar 83), Sementara data cakupan K4 hingga inklusi dan eksklusi, yaitu sebanyak 30 orang
bulan oktober 2016 yaitu sebanyak 80,88% (55 ibu hamil TM III. Alat yang digunakan untuk
ibu hamil dengan sasaran sebesar 68). Hasil mengumpulkan data pada penelitian ini adalah
dari studi pendahuluan ini melatarbelakangi dengan menggunakan buku KIA dan check list,
peneliti melakukan penelitian tentang faktor- baik untuk variabel bebas maupun variabel
faktor yang berhubungan dengan kunjungan K4 terikat, dengan skala data yang digunakan
Penelitian ini merupakan penelitian dilakukan oleh peneliti secara langsung dengan
observasional analitik dengan pendekatan cross metode observasi, yaitu dengan mengadakan
sectional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk pengamatan secara langsung untuk mencari
menjelaskan hubungan antar variabel dengan hal-hal yang akan diteliti dengan melihat pada
pengujian hipotesa. Pendekatan cross sectional buku KIA ibu (Hidayat, 2014).
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan kategori paritas rendah yaitu sebanyak 19 orang
Karakteristik dan Kunjungan K4 pada
Ibu Hamil di Puskesmas Danurejan I (63,3%), Berdasarkan tingkat pendidikan dapat
Kota Yogyakarta Tahun 2017
No Karakteristik N % disimpulkan bahwa mayoritas responden masih
1 Umur
1 = tidak beresiko 23 76,7 berada dalam kategori tingkat pendidikan yang
(20-35 tahun)
2 = beresiko rendah, yaitu sebanyak 24 orang (80,0%),
(<20 atau 7 23,3
>35 tahun) dengan tingkat pendidikan terakhir SMA, SMP
2 Paritas
1 = rendah (≤2) 19 63,3 atau bahkan SD. Sementara itu, berdasarkan
2 = tinggi (≥3) 11 36,7
3 Pendidikan status pekerjaan responden menunjukkan
1 = tinggi (≥D3) 6 20,0
2 = rendah 24 80,0 distribusi frekuensi yang hampir merata,
(SD-SMA)
4 Pekerjaan dimana sebanyak 18 (60,0%) responden dengan
1 = Tidak Bekerja 18 60,0
2 = Bekerja 12 40,0 status tidak bekerja atau menjadi ibu rumah
5 Kunjungan K4
1 = Sesuai Standar 22 73,3 tangga, dan sebanyak 12 (40,0%) responden
2 = Tidak Sesuai Standar 8 26,7
lainnya dengan status bekerja.
Sumber : Data Primer 2017
Tabel 2 Hubungan Umur dengan
Data pada tabel 1. di atas menunjukkan Kunjungan K4 pada Ibu Hamil di
Puskesmas Danurejan I Kota
bahwa mayoritas Responden ibu hamil TM III, Yogyakarta Tahun 2017
Kunjungan K4
yaitu 22 dari 30 responden (73,3%) sudah Tidak
N Sesuai Total
Umur Sesuai PV
melakukan kunjungan K4 sesuai dengan o tandar
Standar
N % N % N %
standar. Hasil penelitian ini menunjukkan
1 Tidak 21 70,0 2 6,7 23 76,7
sebagian besar responden yaitu sebanyak 23 beresiko
0,000
2 Be resiko 1 3,3 6 20,0 7 23,3
orang (76,7%) berada pada kategori umur yang Total 22 73,3 8 26,7 30 100
Sumber : Data Primer 2017
tidak beresiko (20-35 tahun) saat kehamilan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Hal yang sama terlihat dari variabel paritas
sebagian besar ibu hamil di puskesmas
responden, yang juga menunjukkan bahwa
7
Danurejan I adalah berumur 20-35 tahun (tidak kematian maternal lebih tinggi pada ibu yang
beresiko), dengan persentase yang jauh lebih hamil dengan usia beresiko.
tinggi (76,7%) dibandingkan dengan ibu hamil Pada usia 20-35 ibu hamil akan
dalam kriteria umur beresiko (<20 atau >35 cenderung lebih teratur memeriksakan
tahun) (23,3%). Suatu hal yang cukup baik kehamilannya karena masih merasa bahwa
karena mayoritas ibu hamil berada dalam pemeriksaan kehamilan sangat penting,
kategori umur yang aman untuk hamil, namun sedangkan usia < 20 tahun cenderung belum
angka 23,3% juga bukanlah persentase yang terlalu mengerti tentang pentingnya melakukan
sedikit, karena umur tersebut sangat kunjungan antenatal secara teratur sedangkan
berpengaruh terhadap kehamilan. Umur usia > 35 tahun cenderung acuh pada
kehamilan dan persalinan, besar kemungkinan memiliki pengalaman yang baik padahal
kehamilan dan persalinan akan mengalami seharusnya kedua kelompok usia ini rutin
Menurut Padila (2014), umur sangat karena berisiko tinggi terhadap kehamilan dan
berisiko tinggi apabila ibu hamil berusia di Hasil uji statistik yang dituangkan dalam
bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Umur di tabel 4.2 menunjukkan bahwa ada hubungan
bawah 20 tahun dikhawatirkan mempunyai yang bermakna antara umur ibu dengan
risiko komplikasi yang erat kaitannya dengan kunjungan K4, dengan p-value = 0,000 (< α
kesehatan reproduksi wanita, diatas 35 tahun = 0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian yang
mempunyai risiko tinggi karena adanya dilakukan oleh Crhistiani dan Nirmasari
kemunduran fungsi alat reproduksi, dan kasus (2014), yang menyatakan bahwa ada hubungan
kunjungan K4. Ibu yang tergolong usia 20-35 2 Tinggi 4 13,3 7 23,3 11 36,7 0,000
Total 22 73,3 8 26,7 30 100
tahun memiliki kesiapan yang baik untuk
hamil, dimana selama proses kehamilan Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
diperlukan kematangan fisik, emosi maupun ibu hamil di puskesmas Danurejan I dengan
psikologi dari ibu hamil itu sendiri. Proses paritas rendah (≤ 2 anak) memilki persentase
kehamilan perlu didukung oleh kesabaran, yang lebih besar (63,3%) dari pada ibu hamil
pemahaman dan juga keterampilan ibu dalam dengan paritas tinggi (≥3 anak).
menjaga kehamilannya tetap berlangsung baik Paritas merupakan salah satu faktor
dan normal demi keselamatan dirinya dan juga predisposisi yang mempengaruhi perilaku ibu
janin yang dikandung. Berbeda dengan ibu untuk memanfaakan pelayanan kesehatan
yang hamil di usia <20 tahun, yang masih dalam hal ini kunjungan antenatal care (K4)
maupun psikologi. Begitupun ibu hamil dengan Pengalaman akan kehamilan sebelumnya
usia >35 tahun yang sebenarnya sudah berpengaruh terhadap motivasi ibu dalam
yang baik, namun karena pengalamannya yang Ibu hamil primigravida merasa lebih
dirasa cukup sering kali membuat ibu hamil membutuhkan informasi mengenai
belum berpengalaman pada saat kehamilan K4, dengan p-value = 0,001 (< α = 0,05). Hasil
terjadi. Mereka lebih banyak merasa khawatir penelitian yang sama juga dilakukan oleh Sari
dibandingkan dengan kehamilan multigravida dan Indriani (2014), yang mengatakan bahwa
sehingga ibu hamil primigravida akan lebih ada hubungan antara paritas atau jumlah anak
multigravida merasa memiliki pengetahuan dan al (2013) juga mengungkapkan bahwa paritas
pengalaman lebih banyak dari pada memiliki pengaruh yang kompleks terhadap
primigravida, padahal setiap kehamilan itu inisiatif untuk melakukan kunjungan ANC,
berbeda sehingga keadaan dan kondisi juga misalnya karena ketidaktahuan tentang tanda
akan berbeda-beda (Sari dkk, 2015). dan gejala kehamilan maka primigravida akan
Namun pada kenyataannya pengalaman memilki usaha yang lebih untuk mencari
terhadap kehamilan dan persalinan yang pernah tempat pemeriksaan dan melakukan ANC lebih
merupakan hal yang dapat menjamin kehamilan Berdasarkan hasil penelitian diatas
ibu saat ini berjalan dengan normal. Kehamilan peneliti berpendapat bahwa paritas tinggi
dan persalinan yang terjadi pada ibu dengan (beresiko) yang melekat pada ibu hamil
paritas tinggi berbanding lurus dengan resiko membuat ibu hamil lalai dalam memeriksakan
maupun janin (Prawirahardjo, 2010 dan Padila, pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar
Hasil uji statistik dalam tabel 3. diri ibu terhadap pengalman sebelumnya yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang dirasakan sudah cukup. Berbeda dengan ibu
bermakna antara paritas ibu dengan kunjungan hamil dengan paritas rendah, ibu cendrung
10
masih belum memiliki pengalaman dan masih Perubahan perilaku yang diberikan melalui
diliputi rasa ingin tahu yang besar terhadap penyuluhan lebih mudah diterima pada
kondisi kesehatan janinnya, oleh karena itu ibu kelompok orang yang berpendidikan tinggi
setiap bulan dan memenuhi standar minimal Dalam tabel 4. hasil penelitian juga
memiliki tingkat pendidikan yang rendah, yaitu kunjungan K4 sesuai standar dengan persentasi
SMA ke bawah (80%). Peresentase ini jauh yang cukup besar yaitu 53,3 %.
responden yang memilki pendidikan terakhir SMA yang telah dijalani reponden membentuk
hingga ke perguruan tinggi (20 %). perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Hal
menentukan pola pikir dan wawasan seseorang. pola pikir seseorang (Ridayanti dkk, 2012).
11
hasi p-value = 0,155 ( > α = 0,05), yang berarti melatarbelakangi dan memotivasi ibu hamil
bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dalam melakukan pemeriksaan kehamilan
ibu dengan kunjungan K4. Hasil penelitian ini secara teratur. Walaupun demikian, tidak
tidak sejalan dengan konsep yang berarti bahwa ibu hamil dengan status
megatakan bahwa Peran ibu yang kehamilan (K4) tidak sesuai standar. Seperti
berpendidikan rendah lebih bersifat pasrah, halnya teori Lawrence Green dalam
menyerah pada keadaan tanpa ada dorongan Notoatmodjo (2010), banyak faktor lain yang
untuk memperbaiki nasibnya. Mereka pasrah juga ikut mendorong ibu hamil untuk
mengabaikan berbagai tanda dan gejala yang melakukan pemeriksaan kehamilan secara
penting dan dapat menyebabkan keadaan teratur, diantaranya umur ibu, paritas, dan juga
berbahaya, karena hal demikian dianggap biasa. adanya dukungan dari keluarga.
Hasil penelitian ini didukung oleh Tabel 5. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan
Kunjungan K4 pada Ibu Hamil di
penelitian yang dilakukan oleh Sarminah Puskesmas Danurejan I Kota
Yogyakarta
(2012), yang mengatakan bahwa tidak ada Kunjungan K4
Tidak
hubungan yang bermakna antara pendidikan N Pendi Sesuai Total
Sesuai PV
o dikan tandar
Standar
dengan kelengkapan kunjungan antenatal. Hal N % N % N %
1 Tidak 15 50,0 3 10,0 18 60,0
yang sama juga diungkapkan oleh Sari dan
bekerja
Indriani (2014), bahwa tidak ada hubungan 2 bekerja 7 23,3 5 16,7 12 40,0 0,000
Total 22 73,3 8 26,7 30 100
yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu
tinggi yang dimiliki oleh ibu memang banyak yang tidak bekerja atau sebagai ibu
12
rumah tangga (60%). Namun tidak sedikit juga kunjungan K4 sesuai standar sebanyak 15
ibu yang tetap bekerja selama kehamilan (50,0%), lebih banyak dari pada ibu ibu hamil
(40%). Frekuensi antara kedua kategori ini yang bekerja, yaitu sebanyak 7 ibu hamil (23,3
menunjukkan distribusi yang tidak jauh %). Hal ini sejalan dengan teori Rocha (2012)
Pekerjaan ibu yang dimaksudkan adalah seorang ibu hamil dengan pekerjaannya maka
apabila ibu beraktifitas ke luar rumah maupun kesempatan untuk mendapatkan pelayanan
di dalam rumah kecuali pekerjaan rutin rumah antenatal semakin kecil, sehingga peluang
bekerja akan memiliki sedikit waktu untuk Hasil uji statistik yang disajikan dalam
memeriksakan kehamilannya dan lebih banyak tabel 5. menunjukkan bahwa tidak terdapat
menghabiskan waktu untuk bekerja. Sedangkan hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu
ibu yang tidak bekerja, akan memiliki banyak dengan kunjungan K4 pada kehamilan, dengan
waktu untuk memeriksakan kehamilan nilai p value = 0,210 ( > α = 0,05). Hasil
(Notoatmodjo, 2010). Pekerjaan mempengaruhi penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
responden dalam hal ketersediaan waktu luang yang dilakukan oleh Gabriela dkk (2014), yang
responden untuk mendatangi tempat pelayanan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
memiliki lebih banyak waktu luang daripada Dari hasil penelitian ini, peneliti
ibu yang bekerja (Marulyta, 2013). berpendapat bahwa sebagai salah satu faktor
jumlah ibu hamil yang tidak bekerja melakukan kesehatan, status pekerjaan ibu hamil memang
13
kehamilan. Akan tetapi tidak selamanya ibu Diharapkan ibu hamil dapat secara rutin
diungakapkan oleh Notoatmodjo (2010), seperti (K4), agar kondisi ibu dan janin dalam
umur, paritas, dukungan keluarga dan jarak kandungan dapat dipantau sehingga
tempat pelayanan juga turut menjadi faktor kehamilan dan persalinan dapat berjalan
standar. Yogyakarta
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat yang memilki faktor resiko, ibu hamil yang
disimpulkan bahwa terdapat hubungangan yang bekerja, maupun ibu hamil normal tanpa
bermakan antara umur (p-value = 0,000) dan faktor-faktor resiko. Melakukan upaya
parits (p-value = 0,001) ibu dengan kunjungan promotif seperti pendidikan kesehatan dan
K4. Namun, Tidak ada hubungan yang berbagai upaya lainnya agar cakupan K4
bermakna antara tingkat pendidikan (p-value = dapat terus meningkat dan mencapai target
selama masa kehamilan, guna mencapai dengan kunjungan K4 pada ibu hamil.
pemerataan informasi tenntang kunjungan Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat
ANC mungkin dapat terus ditingkatkan menjadi pemicu semangat bagi mahasiswa
baik bagi kalangan ibu dengan tingkat kebidanan khususnya untuk terus
begitupun dengan ibu yang bekerja maupun sehinngga dapat berpartisipasi aktif dalam
Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam berbagai informasi dan edukasi serta