Makalah Kimia Analis Cod
Makalah Kimia Analis Cod
Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
(Dra.Lin Marlina,Msi)
Dosen Mata Kuliah Kimia Analisis
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
dibuat dalam rangka memenuhi tugas dari dosen pembibing dengan mata kuliah
PraktikumKimia Analisis.
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat kami
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki oleh penyusun
makalah ini. Maka dari itu, kritik dan saran sangat diharapkan bagi penulis demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
Penyusun
ii
ABSTRAK
iii
DAFTAR ISI
iv
4.1 Data pengamatan .............................................................................................................. 14
4.1.1 Hasil Analisa COD Air Limbah Tahu ...................................................................... 14
4.1.2 Hasil Analisa COD Air Limbah Tahu ...................................................................... 14
4.1.3 Hasil Analisa COD Air Limbah Tahu ...................................................................... 14
4.1.4 Hasil Analisa COD Air Danau Pamulang ................................................................. 14
4.1.5 Analisa COD Air Danau Puspitek ............................................................................ 15
4.1.7 Analisa COD Air Sawah ........................................................................................... 15
4.1.9 Analisa COD Cucian Piring ...................................................................................... 15
BAB V PEMBAHASAN ........................................................................................................... 16
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 20
6.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 20
6.1 Saran ................................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 21
LAMPIRAN............................................................................................................................... 22
v
DAFTAR TABLE
Tabel 2.1Perbandingan antara angka COD dengan angka BOD dalam berbagai jenis air .. 7
Tabel 2.2Jenis zat organik / inorganik yang tidak atau dapat dioksidasikan melalui tes
COD dan BOD ............................................................................................................... 8
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Apabila semakin sedikit kandungan udara di dalam air maka angka COD
akan semakin besar.Besarnya angka COD tersebut menunjukkan bahwa
keberadaan zat organik di air beradadalam jumlah yang besar. Organik-organik
tersebut mengubah oksigen menjadikarbondioksida dan air sehingga perairan
tersebut menjadi kekurangan oksigen.Hal inilah yang menjadi indikator seberapa
besar pencemaran didalam limbah cair oleh pembuagan domestik dan
industri.Semakin sedikit kadar oksigen didalm air, semakin bear jumlah pencemar
(organik) didalm perairan tersebut.Karena itu air yang biasa di konsumsi harus
memiliki kadar COD yang rendah.
1.2 Tujuan :
2
1.5 Hipotesa :
1. Perbandingan nilai COD air sampel yang didapat akan lebih besar dibandingkan
nilai COD yang didapatkan dari blanko
2. Air limbah yang diuji dalam praktikum, menghasilkan nilai COD yang paling
besar adalah air limbah pabrik tahu.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 COD
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K 2Cr2O7
digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) (G. Alerts dan SS Santika,
1987).
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang
ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi
secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organik tersebut
akan dioksidasi oleh kalium bikromat yang digunakan sebagai sumber oksigen
(oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion krom.
Prinsip reaksinya sebagai berikut :
H+(g) + CxHyOz(g) + Cr2O72- (l) CO2(g) + H2O(g) + Cr3+(s)
katalis
Jika pada perairan terdapat bahan organik yang resisten terhadap degradasi
biologis, misalnya tannin, fenol, polisakarida dan sebagainya, maka lebih cocok
dilakukan pengukuran COD daripada BOD.Kenyataannya hampir semua zat
organik dapat dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium permanganat dalam
suasana asam, diperkirakan 95% - 100% bahan organik dapat dioksidasi.
Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi
kepentingan perikanan dan pertanian.Nilai COD pada perairan yang tidak
tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat
lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/L.
4
2.1.2 Analisis COD
Prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu kalium
bikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel (dengan volume diketahui)
yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak sulfat, kemudian dipanaskan
selama beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat ditera dengan
cara titrasi. Dengan demikian kalium bikromat yang terpakai untuk oksidasi bahan
organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat ditentukan.
5
Dimana perak sulfat (Ag2SO4) berperan sebagai katalisator yang berfungsi
untuk mempercepat reaksi (katalis) sedangkan HgSO4, ditambah untuk
menghilangkan ion klorida yang ada dalam air buangan.
Uji coba ini secara khusus bernilai apabila BOD tidak dapat ditentukan,
karena terdapatnya bahan-bahan beracun. Manfaat lain dari uji coba ini adalah
waktunya singkat. Uji coba ini tidak mengadakan perbedaan antara zat organik
yang stabil dan yang tidak stabil. Dia tidak dapat memberikan suatu petunjuk
tetang tingkat dimana bahan-bahan yang aktif secara biologis dapat
diseimbangkan namun untuk semua tujuan yang praktis, ia dengan cepat dapat
memberikan data analisa yang teliti tentang zat-zat yang dapat dioksidasi dengan
sempurna secara kimiawi.
Air buangan yang mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan
oleh spesies mikroorganisme sering dijumpai sebagai contoh air yang
mengandung besi dalam jumlah tinggi sering ditumbuhi oleh bakteri besi yaitu
ferrobacillus atau ferrobacillus ferooxidans, air yang mengandung H2S sering
ditumbuhi oleh bakteri belerang yaitu thiobacillus.mikroorganisme yang bersifat
saprofit organotrofik sering tumbuh pada air buangan yang mengandung sampah
tanaman dan bangkai hewan. Pada contoh lain, insektisida organik sintetik dapat
digunakan atas tiga kelompok yaitu :
Insektisida organoklorin, seperti DDT
Insektisida organofosfor, seperti perthion dan baygon
Insektisida karbonat, seperti karboril dan baygon
Sifat-sifat insektisida tersebut berbeda-beda meskipun termasuk dalam
satu kelompok. Dua sifat insektisidanya yang penting jika dilihat dari segi
pencemarannya terhadap lingkungan yaitu daya racunnya dan kemudahan untuk
terdegradasi.
COD dengan BOD sama-sama menganalisa kebutuhan oksigen.Namun
pengujian COD pada air sampel memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan pengujian BOD.
6
Keunggulannya antara lain:
- Sanggup menguji air limbah industri yang beracun dan tidak dapat diuji
dengan pengujian BOD karena bakteri akan mati.
- Analisa COD hanya memakan waktu kurang lebih 3 jam, sedangkan
analisa BOD memerlukan waktu 5 hari.
- Untuk menganalisa COD antara 50 sampai 800 mg/L, tidak dibutuhkan
pengenceran sampel sedan pada umumnya analisa BOD selalu
membutuhkan pengenceran.
- Ketelitian dan ketepatan tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari
tes BOD.
- Gangguan dari zat yang bersifat racun terhadap mikroorganisme pada tes
BOD, tidak menjadi soal menjadi tes COD.
Tabel 2.1Perbandingan antara angka COD dengan angka BOD dalam berbagai jenis air
7
Angka perbandingan yang lebih rendah dari seharusnya, misalkan untuk
air buangan penduduk (domestik) < 0,20 menunjukan adanya zat-zat bersifat
racun bagi mikroorganisme.
Tidak semua zat-zat organik dalam air buangan maupun air permukaan
dapat dioksidasikan melalui tes COD atau BOD.Tabel dibawah ini menunjukan
jenis zat organik / inorganik yang tidak atau dapat dioksidasikan melalui tes COD
dan BOD.
Tabel 2.2Jenis zat organik / inorganik yang tidak atau dapat dioksidasikan melalui tes
COD dan BOD
Dapat dioksidasikan
melalui tes
Jenis zat organik / inorganik
COD BOD
Keterangan :
a. Biodegradable : dapat diuraikan atau dicerna
b. Mulai setelah 4 hari dan dapat dicegah dengan pembubuhan Inhibitor
c. Dapat Dioksidasikan karena adanya katalisator Ag2SO4
8
2.2 Refluks
9
b. Kondensor : berfungsi untuk pendinginan uap panas atau cairan
panas. Biasanya digunakan pada proses refluks atau destilasi.
c. Pemanas Otomatis : berfungsi untuk memanaskan larutan dalam labu
dasar bulat
d. kaki tiga : untuk menyangga labu dasar bulat, kondensor saat
proses pemanasan
e. statif : untuk menyangga kondensor dan labu dasar bulat
f. klem : untuk menahan kondensor spiral dan labu dasar
bulat
g. selang masuk : sebagai penghubung air masuk dari sirkulator
menuju kondensor
h. selang keluar : sebagai penghubung keluarnya air dari kondensor
menuju ember
i. sirkulator : alat untuk mensirkulasikan air
j. ember : sebagai tempat menyimpan air
k. batu didih : alat untuk mencegah terjadinya bumping
10
2.2.4 Refluks distilasi di laboratorium
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.1 Alat :
- Alat Refluks
- Gelas Kimia
- Buret
- Gelas Ukur
- Labu Erlenmayer
- Labu Ukur
- Pipet Ukur
3.1.2 Bahan
- Batu Didih
- Ferroin
- K2Cr2O7
- (NH4)2Fe(SO4)2
- H2SO4 Pekat
- HgSO4
- Sampel : air limbah pabrik tahu, air Danau Pamulang, air Danau Puspitek, air
sawah dan air cucian piring
3.2.1 Variable :
Aquades dan air sampel, yaitu air limbah pabrik tahu, air Danau Pamulang,
air Danau Puspitek,air sawah, dan air cucian piring
3.2.2 Parameter
a. Nilai Chemical Oxygen Demand
12
3.3 Cara Kerja
Diisi 2 botol refluks dengan 20 ml air suling sebagai blangko dan 2 botol lagi dengan 20
ml air sample
Dibuat larutan (NH4)Fe(SO4)2 sebanyak 100mL dalam labu ukur. Dilarutkan dalam
sedikit air dan ditambahkan beberapa mL H2SO4 pekat, diencerkan sampai 100mL
Blanko
Sampel
13
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
Blanko 6,9 ml
280 ppm
Sampel 4,1 ml
Blanko 5,1 ml
250 ppm
Sampel 2,6 ml
Blanko 12,15 ml
565 ppm
Sampel 6,5 ml
Blanko 4,55 ml
35 ppm
Sampel 4,2 ml
14
4.1.5 Analisa COD Air Danau Puspitek
Refluks Volume FAS (mL) COD (ppm)
Blanko 5,8 ml
170 ppm
Sampel 4,1 ml
Blanko 2,55 ml
45 ppm
Sampel 2,1 ml
Blanko 8,45 ml
590 ppm
Sampel 7,1 ml
15
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam praktikum Chemical Oxygen Demand (COD) sampel yang dapat maupun
telah digunakan adalah limbah air tahu, air Danau Pamulang, air Danau Puspitek, air
keran, air sawah dan air cucian piring sedangkan aquades sebagai blanko, blanko atau air
suling bebas organik merupakan air suling yang tidak mengandung senyawa organik
atau mengandung senyawa organik dengan kadar lebih rendah dari batas
deteksi.Variabel yang digunakan adalah sampel yang telah dijelaskan sebelumnya.COD
merupakan parameter yang menjadi acuan dalam praktikum ini, karena COD digunakan
untuk mengetahui jumlah oksigen pada aquades dan air sampel sehingga dapat diketahui
apabila kedua air tersebut tercemar dan dapat mencemari lingkungan atau tidak.
16
HgSO4 ( Merkuri Sulfat) berwujud Kristal atau serbuk yang di tambahkan pada
masing-masing botol refluks.HgSO4 berfungsi untuk menghilangkan gangguan yang
disebabkan oleh ion klorida selama proses analisis berlangsung, dimana akan diikat oleh
ion Hg+ sehingga membentuk HgCl dengan kata lain HgSO4 sebagai katalis untuk
mempercepat reaksi.
K2Cr2O7 (Kalium Dikromat) berwujud larutan, larutan ini digunakan sebagai oksidator
(Oxidixing Agent) selama proses oksidasi berlangsung.
H2SO4 pekat merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat.Dalam keadaan pekat
sulfat H2SO4 sebagai oksidator dari asam muncul.Tujuan digunakannnya H2SO4 dalam
praktikum Chemical Oxygen Demand (COD) karena larutan tersebut dapat mempercepat
reaksi pada senyawa organik yang lambat reaksinya dan berfungsi pula sebagai penentu
suasana asam.
Batu didih adalah benda yang kecil, bentuknya tidak rata, dan berpori, yang dimasukkan
ke dalam cairan yang sedang dipanaskan.Batu didih terbuat dari bahan silika, kalsium
karbonat, porselen, maupun karbon. Fungsi penambahan batu didih pada praktikum
COD adalah untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogen pada seluruh
bagian larutan dan untuk menghindari titik lewat didih.Pori-pori dalam batu didih akan
membantu penangkapan udara pada larutan dan melepaskannya ke permukaan larutan
(ini akan menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung kecil pada batu didih). Tanpa
batu didih, maka larutan yang dipanaskan akan menjadi superheated pada bagian
tertentu, lalu tiba-tiba akan mengeluarkan uap panas yang bisa menimbulkan
letupan/ledakan (bumping).Batu didih tidak boleh dimasukkan pada saat larutan akan
mencapai titik didihnya. Jika batu didih dimasukkan pada larutan yang sudah hampir
mendidih, maka akan terbentuk uap panas dalam jumlah yang besar secara tiba-tiba.Hal
ini bisa menyebabkan ledakan ataupun kebakaran. Jadi, batu didih harus dimasukkan ke
dalam cairan sebelum cairan itu mulai dipanaskan.Jika batu didih akan dimasukkan di
tengah-tengah pemanasan karena kelalaian praktikan, maka suhu cairan harus diturunkan
terlebih dahulu.
17
Ferrous Ammonium Sulfate (FAS) berfungsi sebagai titran, yaitu menitrasi sisa
K2Cr2O7
Ferroin berfungsi sebagai penentu terjadinya titik akhir titrasi , yaitu ketika terjadinya
perubahan warna larutan. Pada analisa COD digunakan sebanyak 6 tetes.
Selain reagen, bahan penunjang terlaksananya praktikum COD adalah wadah dan alat,
seperti buret, gelas kimia, gelas ukur , labu Erlenmeyer, pipet ukur , spatula, dan alat
refluks.
Refluks adalah salah satu metode dalam ilmu kimia untuk mensintesis suatu
senyawa, baik organik maupun anorganik. Umumnya digunakan untuk mensistesis
senyawa-senyawa yang mudah menguap atau volatile.Pada kondisi ini jika dilakukan
pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai.
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatile yang digunakan akan menguap pada
suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya
dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah
reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas
N2 diberikan agar tidak ada uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa
organologam untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif.Reaksi senyawa-
senyawa organik umumnya lambat.Agar kecepatan reaksi dapat diperbesar maka
campuran reaksi perlu dipanaskan tetapi jumlah zat tetap maka reaksi dapat dilakukan
dengan cara refluks.Pada saat proses refluks berlangsung terjadi reaksi seperti dibawah
ini:
Hg2+ + 2Cl- HgCl2
Reaksi diatas terjadi karena penambahan merkuri sulfat (HgSO4) pada sampel,
sebelum penambahan reagen lainnya.Ion merkuri bergabung dengan ion klorida
membentuk merkuri klorida.Dengan adanya ion Hg2+, konsentrasi ion Cl- sangat kecil
dan tidak menggangu oksidasi zat organik dalam percobaan COD.
18
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organik teroksidasi maka zat
pengoksidasi K2Cr2O7 harus tersisa sesudah direfluks. K2Cr2O7 yang tersisa didalam
larutan tersebut digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah terpakai.Sisa
K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan FAS, dimana reaksi yang
berlangsung sebagai berikut
Dan dari seluruh perhitungan hasil titrasi antara sampel dan blanko
didapatkan nilai blanko lebih besar dari sampel sedangkan nilai COD yang diperoleh air
limbah tahu bervariasi dengan hasil sebesar 250 ppm, 280 ppm dan 565 ppm .Hal
tersebut menandakan bahwa ada yang sesuai dan tidak dengan Baku Mutu Air Limbah
Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengelolahan Kedelai Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup, Nomor : 15 Tahun 2008 sebesar 300 mg/l.Sedangkan nilai air
Danau Pamulang sebesar 35 ppm.Air Danau Puspitek memiliki niai COD sebesar 170
ppm sehingga berbanding lurus untuk hasil air Danau Pamulang dan berbanding terbalik
untuk hasil air Danau Puspitek dengan standar baku mutu 100 ppm.Air sawah 45 ppm,
standar baku mutu air sawah 250 ppm.Pada limbah air cucian piring 590 ppm dengan
standar baku mutu sebesar 250 ppm.Apabila melebihi angka standar baku mutu tersebut
maka limbah tergolong berbahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup didalamnya atau
tergolong tercemar dan bila tidak melebihi angka tersebut maka dikategorikan aman
bagi lingkungan perairan maupun makhluk hidup didalamnya.
19
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
BLANKO SAMPEL
6.2 Saran
Dari hasil analisa COD diharapkan dapat menganalisa angka COD untuk
berbagai sampel air.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
Data Perhitungan
(𝑽𝑩𝒍𝒂𝒏𝒌𝒐−𝑽𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍)×𝑩𝑬𝑶𝟐 ×𝑵𝑭𝑨𝑺×𝟏𝟎𝟎𝟎
COD =
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍
= 280 ppm
(12,15−6,5)×8×0,25×1000
COD =
20
= 565 ppm
e. Air Sawah
(2,55−2,1)×8×0,25×1000
COD =
20
= 45 ppm
22
f. Air Cucian Piring
(8,45−7,1)×32×0,25×1000
COD =
20
= 590 ppm
23
Data Perhitungan Pembuatan Larutan FAS
BM = 392,13 gr/mol
BE = BM / Ekivalen
= 392,13 gr/mol : 1
= 392,13 gr/mol
Dik : N = 0,25
𝑔𝑟 1000
N= ×
𝐵𝐸 𝑚𝐿
𝑔𝑟 1000
0,25= ×
392,13 100
Gr = 9,8 gram
BM = 294,2 gr/mol
BE = BM / Ekivalen
= 294,2 gr/mol : 6
= 49,03 gr/mol
Dik : N = 0,25
𝑔𝑟 1000
N= ×
𝐵𝐸 𝑚𝐿
𝑔𝑟 1000
0,25= ×
49,03 100
Gr = 1,225 gram
24
25