A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia.
Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi
angka morbiditas masih cukup tinggi Penanganan diare yang
dilakukan secara baik selama ini membuat angka kematian
akibat diare dalam 20 tahun terakhir menurun tajam. Walaupun
angka kematian sudah menurun tetapi angka kesakitan masih
cukup tinggi. Lama diare serta frekuensi diare pada penderita
akut belum dapat diturunkan.
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,
Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat
kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit
Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000
penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan
tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk (Kemenkes RI, 2011).
Ada beberapa penyebab diare, yakni virus (sekitar 50 -
70%) Rotavirus, bakteri (25%) E.Coli, shigela vibriocholera,
salmonela, serta protozoa (5%) cryptosporidium. Anak bisa
tertular kuman-kuman penyebab diare ini melalui makanan yang
tercemar.
Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi dan anak
disebabkan oleh infeksi rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat
menyebabkan diare. Organisme-organisme ini mengganggu
proses penyerapan makanan di usus halus. Dampaknya
makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar.
Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan
menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini
proses transit di usus menjadi sangat singkat sehingga air tidak
sempat diserap oleh usus besar. Hal inilah yang menyebabkan
tinja berair pada diare.
Penyakit diare dapat ditularkan melalui pemakaian botol
susu yang tidak bersih, menggunakan sumber air yang
tercemar, buang air besar disembarang tempat, dan
pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa, dll) atau oleh
tangan yang kotor. Berdasarkan penjelasan di atas, faktor
kebersihan ternyata ikut andil dalam menyebabkan anak diare.
Mulai dari kebersihan alat makan anak sampai kebersihan
setelah buang air kecil/buang air besar. Semua yang dapat
mengenai tangan anak atau langsung masuk ke dalam mulut
anak harus diawasi.
Sementara itu, dalam pengobatan diare ada dua prinsip.
Pertama rehidrasi, mengganti cairan yang hilang. Ini dapat
dilakukan melalui mulut (minum) maupun melalui infus (pada
kasus dehidrasi berat). Kedua, pemberian makanan yang
adekuat. Pemberian makanan seperti yang diberikan sebelum
sakit harus dilanjutkan, termasuk pemberian ASI.
Oleh karena itu, kami ingin melakukan permainan
bersama anak untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairannya
serta memberikan pengetahuan kepada anak mengenai
kebersihan diri yaitu mencuci tangan untuk mencegah
terjadinya diare di masa mendatang.
2. TUJUAN
a. Tujuan Instruksional umum
Setelah dilakukan terapi bermain pada anak 3-5 tahun
selama 50 menit kebutuhan nutrisi dan cairan anak dapat
terpenuhi serta anak mengerti cara mencegah diare.
3. SASARAN KEGIATAN
a. Usia 3-5 tahun
b. Jumlah peserta 3 anak dan didampingi oleh orang tua
c. Keadaan umum mulai membaik
d. Dapat melakukan aktivitas bermain
e. Peserta kooperatif
B. RENCANA KEGIATAN
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Senin, 14 April 2014
Waktu : 11.00-11.50 WIB
Tempat : Ruang anak RS UMM
3. Pengorganisasian
a. Leader : Ahmad Sulhan
Tugas :
1) Membuka acara permainan
2) Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan
sampai selesai.
3) Mengarahkan permainan.
4) Memandu proses permainan
b. Co Leader : Riga Rianto
Tugas :
1) Membantu leader mengatur jalannya permainan
2) Membantu memberi motivasi pada peserta bersama
dengan leader
3) Bersama dengan leader memandu dan mengarahkan
proses bermain
c. Fasilitator : Iis Afriyanti, Qorina Ilma, Regina Desi Silfika,
An an Yulianti, Noorhijrah Fitriani
Tugas :
1) Membimbing anak bermain.
2) Memberi motivasi dan semangat kepada anak dalam
mewarnai
3) Memperhatikan respon anak saat bermain.
4) Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan perawat
dan keluarganya.
d. Observer : Titin Sakinah, Haryadi
Tugas :
1) Mengawasi jalannya permainan.
2) Mencatat proses kegiatan dari awal hingga akhir
permainan.
3) Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses
bermain.
4) Menyusun laporan dan menilai hasil permainan
C. RANCANGAN PERMAINAN
N
WAKTU KEGIATAN BERMAIN KEGIATAN ANAK
O
1 5 menit Pembukaan : 1. Menjawab salam
1. Leader membuka 2. Mendengarkan
kegiatan dengan 3. Memperhatikan
mengucapkan salam. 4. Memperhatikan
2. Leader
memperkenalkan nama
terapis yang lain.
3. Leader menjelaskan
tujuan dari permainan
4. Kontrak waktu
Fasilitat Fasilitato
Ana Ana
Lead
Co er
Leader
Ana
Fasilitato Observ
er
E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Sarana disiapkan pagi hari sebelum acara dimulai
b. Media dipersiapkan 1 hari sebelum pelaksanaan kegiatan
c. Struktur peran telah ditentukan 1 hari sebelum
pelaksanaan
d. Kontrak dengan keluarga pasien/anak yang akan diberi
terapi bermain dilakukan 1 hari sebelum dan pagi hari
sebelum kegiatan dilaksanakan.
2. Evaluasi Proses
a. Leader dibantu co leader memandu terapi bermain dari
awal hingga akhir kegiatan
b. Respon anak baik selama proses bermain berlangsung
c. Anak tampak aktif selama proses bermain berlangsung
d. Anak mau dan dapat mewarnai gambar dengan baik
didampingi oleh fasilitator
e. Keluarga ikut membantu anak selama pelaksanaan proses
bermain
f. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiwa
tercapai dengan baik
g. Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan
tugasnya masing-masing
3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan bermain dimulai tepat pada waktu yang telah
ditentukan
b. Anak dapat melakukan pemilihan warna sesuai dengan
yang disukainya
c. Anak mengikuti proses bermain dari awal hingga akhir
Lampiran:
KONSEP BERMAIN
1. Pengertian Bermain
(Soetjiningsih, 1995).
anak.
2. Tujuan Bermain
3. Fungsi Bermain
a. Perkembangan Sensorik-motorik
c. Perkembangan Sosial
d. Perkembangan Kreativitas
merealisasikan ide-idenya.
orang lain.
f. Perkembangan Moral
lingkungannya.
4. Kategori Bermain
Kategori bermain dibagi menjadi dua yaitu (Hurlock,
1999):
a. Bermain aktif
Dalam bermain aktif, anak memperoleh kesenangan dari apa
dari lilin.
b. Bermain pasif
5. Klaisifikasi Permainan
behaviour)
Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir,
anak lain.
2) Pararel play
3) Associative play
4) Cooperative play
dan remaja.
5) Onlooker play
Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain
usia toddler.
6) Therapeutic play
Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan,
tertawa.
2) Bermain untuk senang-senang (sense of pleasure play)
tempat lain.
variasi.
baiknya.
sakit.
c. Jenis kelamin anak
Semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki
kembang anak.
a. Ekstra energi
b. Waktu
c. Alat permainan
Untuk bermain, alat permainan harus disesuaikan dengan
f. Teman bermain
akrab.