Anda di halaman 1dari 17

Islam Sebagai Way of Life

A. Pengertian Islam;
Istilah Islam berasal dari bahasa arab ‫ أَ ْسلَ َن – يُ ْسلِ ُن – إِس ََْل ًها‬yang berarti islam, damai,
selamat, berserah diri. Selain itu sebagian ahli bahasa juga berpendapat bahwa Islam berasal
dari kata ‫ استسلن – يستسلن – إستسَلم‬yang berarti tunduk, penyerahan diri secara total. 1. Dalam
Al-Quran kata Islam tersebar dibeberapa ayat dan suroh yang masing-masing memiliki
makna yang berdekatan, diantarnya:

1) Islam berasal dari kata "as-silmu " yang artinya damai

‫لل ْنل ِيا َ ْن َ ْن ا ََ ا َ ََت ََّس ْن ا َلَ او لَّس ِاإَِّس ُا ُ َ او َّسل ِ ُياوْن َلِ ُيا‬
‫َ إِ ْن ا َ َ ُ واِ َّس‬
“dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi
Maha mengetahui.” (QS. Al-Anfal:61).

2) Islam berasal dari kata "aslama " yang artinya menyerahkan diri (pasrah).

‫احِ ًف ا َ َّسوَّتَ َذاو لَّس ُاإِبْنَتَرو ِ َيا‬ ِ ِ ِ ِ ‫اديً ِاِمَّسناأَسلَيا ه اِلَّس ِا ُْن‬
ِ ‫مناأَحلن‬
َ ‫اُمل ٌنا َوَتَّسبَ َياملَّسةَاإبْنَتَرو َي‬ َ ُ َ ُ َ ‫ْن ْن َ َ ْن‬ ُ َ ‫َ َ ْن ْن‬
‫َ لِ ًا‬
‫ي‬
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama
Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya” (QS.
An-Nisa:125).
3) Islam berasal dari kata "istalma mustaslima " yang artinya penyerahan total
kepadaAllah.

‫ام ْنلَ ْنللِ ُ َا‬


ُ َ ‫بَ ْن ا ُ ُياوْنََت ْن‬
”Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri” (QS. Ash-Shaffat:26 )
4) Islam berasal dari kata "saliimun salim " yang artinya bersih dan suci.

1
Ahmad Warson Munawir, Al-munawwir Kamus Arab-Indonesia. (Pustaka Progressif: Surabaya cet.14 ), 1997:665
‫اسلِ ٍيا‬ ِ
َ ٍ ‫ام ْنناأََ او لَّس َاب َ ْنل‬
ِ
َ ‫إَّس‬
“Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih” (QS. Asy-
Syu 'ara:89 )
5) Islam berasal dari kata "salamun dan "as-silmu " yang artinya damai dan
selamat.

‫اح ِفِّس‬ ِ َ َ‫َسََت ْنغ ِفرا‬


َ ‫ك َاريِّباإ َّس ُا َ َ ِاِّب‬ ُ ‫اسأ ْن‬
َ ‫ك‬
َ ‫اس َي ٌا َلَْن‬
َ ‫قَ َل‬
“Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan
memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik
kepadaku” (QS. Maryam:47).
Selain ayat-ayat di atas, terdapat berbagai ayat Al-Quran yang menggunakan
istilah Islam dalam konsep totalitas sebuah agama yang sempurna (QS.2: Al-
Baqoroh: 208) dan mengandung kebenaran mutlak (QS.3: Ali Imron: 19) tanpa ada
peluang keselamatan akhirat bagi siapa saja yang memilih pedoman beragama selain
Islam (QS.3: Ali Imron: 85). Diskursus Islam berkembang seiring dengan
pertumbuhannya di wilayah –wilayah non-Arab yang menyebabkan Islam menjelma
menjadi system Ideologi yang tidak hanya mengatur masalah ketuhanan (theologiy
mono theis), namun lebih dari itu menjadi landasan sebuah Negara yang lazim
dikenal dengan Kekhalifahaan Islam yang pada gilirannya meninggalkan warisan
budaya dan kultur social dengan corak yang khas, oleh karena itu sebelum membahas
tentang terminology Islam, penulis menganggap penting untuk menjelaskan aspek-
aspek Islam dalam konteks makro yang meliputi :
a) Aspek Hakekat, yaitu Islam merupakan agama yang datang dari Allah SWT
yang masih murni, baik konsep theologis maupun lainnya.
b) Aspek Materi, yaitu Islam merupakan wahyu Ilahi yang berupa undang-
undang, atau aturan, petunjuk, larangan, dan lain-lainnya.
c) Aspek Fungsi, yaitu Islam merupakan petunjuk hidup, paham serta idealita
muslim. Dengan kata lain, Islam merupakan “sistem Ilahi” dalam segala aspek
kehidupan.
d) Aspek Obyek, yaitu Islam diperuntukkan untuk seluruh manusia yang berakal.
e) Aspek Sumber, yaitu sumber utama ajaran Islam adalah al-Quran kemudian
as-Sunnah yang benar yang dibawa dan tercermin dalam diri Nabi
Muhammad SAW.
f) Aspek Tujuan, yaitu Islam ingin mewujudkan kehidupan damai-sejahtera
dalam konteks Illahiyah; di dunia dan di akhirat.

Adapun Terminologi Islam sebagai sebuah agama menimbulkan diskusi yang


melahirkan beberapa pendapat para ahli, diantaranya:
1. Menurut Muhammad Bin Abdul Wahab dalam syarah At-tohawiyah (Tt: 323)

.‫َاوْن ِ ْنسِ ْنليَ ُِا ِابِ َّسَت ْن ِحْن ِا َوْن ِ ْنِ َ ُداَ ُابِ لَّس َ ِةا َوْنبََتَرواَ ُ ِام َناو ل ْنير ِ ا َأَ ْن لِِا‬:‫وْن ِ ْنسيَُا‬
“Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dan
patuh kepada-Nya dengan ketaatan, dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan para
pelakunya.”
2. Islam adalah ajaran-ajaran ketuhanan yang diturunkan Allah Swt Kepada Umat
manusia melalui Nabi Muhammad saw (Prof. Harun Nasution)
3. Islam adalah agama perdamaian dengan dua ajaran pokok yaitu keesaan Allah
dan persatuan umat manusia (Maulana Muhammad Ali)
4. Rasulullah saw mendefinisikan Islam dengan menjabarkan rukun-rukun islam2

2
Teks hadits yang dimaksud adalah sebagai berikut :
‫وتايَتَ ْن ٍ اإِ ْنذاطَلَ َيا‬ ِ
َ َ‫اصلَّس او ُا َلَْن ا َ َسلَّس َياذ‬
ِ ِ
َ ‫سا ْن َ َار ُس ْن لاو‬
ِ ُ‫اَننا ل‬ ِ
ٌ ‫ابَتَْنَتَ َ َْن ُ ُ ْن‬:‫َ ْننا ُ َ َر َارض َياو ُا َْن ُاأَيْنض ًاقَ َلا‬
ِ ِ ِ ُ ‫باش ِي‬ ِ ِ ََ‫اش ِيْن ُ ابَت‬
‫ساإِ ََلاو ِ ي‬
‫َّسِبا‬ َ َ‫اح َّسَّتا َ ل‬،
َ ٌ ‫َح‬ َ ‫ا َ َايَتَ ْن ِرُ ُامَّس اأ‬،‫ا َايَتَُرىا َلَْن اأَثَتَ ُراو َّسل َف ِر‬،‫اس َوداو َّسل ْن ِر‬َ ‫ضاو ثيَتَ َ ْن‬ َ ٌ ُ ‫َلَْنَتَ َار‬
‫ا ََت َ َلا‬، َِ‫اُمَ َّس اأَ ْن ِ ْنِبِِنا َ ِناوْن ِ ْنسي‬ ُ َ‫اي‬:‫ض َيا َ َّسفْن ِا َلَ ا َ ِ َذيْنِا َ قَ َال‬ ِ ِ
َ َ َ ‫َسَ َ ُارْن بَََتْن اإِ ََل ُارْن بَََتْن ا‬‫صل او ا ل ا سليا َأ ْن‬
‫صيََا َ َتُ ْنؤِِتَاو َّسز ََا‬‫وار ُس ْن ُلاو ِا َ ُِ ْن َياو َّس‬ ُ ‫اوْن ِ ِسيَ ُاأَ ْن ا َ ْنل َه َ اأَ ْن ا َاإَِ َاإِ َّساو ُا َأَ َّس‬:‫َر ُس ْن ُلاو ِاصل او ا ل ا سليا‬
َ ً ‫اُمَ َّس‬
ِ ِ ِ َ‫َص ارمض َ ااا ََت َّسجاوْنبَت تاإِ ِ اوسَل‬
… ُ‫ص ي قُا‬ َ ُ‫ا ََت َ ْنبَتَ اَ ُايَ ْنلأَُ ُا َ ي‬،‫ت‬ َ ‫ص َ قْن‬ َ ‫ا‬:‫اسبِْنيًاقَ َلا‬ َ ‫تاإَْن‬ َ ‫ْن ْن‬ َ ‫َ ُ ْن َ ََ َ َ ُ َ ْن‬
“Dari Umar radhiallahu‟anhu juga dia berkata: “Ketika kami duduk-duduk di sisi
Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang
sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorang
pun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua
lututnya kepada kepada lutut beliau (Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam) seraya berkata: “Wahai Muhammad,
beritahukanlah kepadaku tentang Islam?” Maka Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam bersabda: “Islam adalah
engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Allah, dan bahwa Nabi
Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji ke
Baitullah jika engkau mampu menempuh jalannya.” Kemudian dia berkata: “Kamu benar“. Kami semua heran, dia
yang bertanya dia pula yang membenarkan…”
5. Dalam teks Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM)
(Falahuddin, dkk: 122) Islam di definisikan sebagai Agama Allah yang
diwahyukan kepada para Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa,
dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad saw., sebagai hidayah
dan rahmat Allah kepada ummat manusia sepanjang masa dan menjamin
kesejahteraan hidup materiil dan spirituil, duniawi dan ukhrawi.
Dari beberapa definisi di atas, islam tidak hanya dipandang sebagai seperangkat
aturan normative yang memuat ibadah ritual atau hubungan vertical antara manusia
dengan Allah semata, lebih dari itu islam dimaknai sebagai wahyu (seperangkat ajaran
agama) yang disampaikan Allah kepada seluruh Nabi dan Rasul hingga disempurnakan
melalui Nabi Muhammad SAW untuk mengantarkan manusia menuju perdamaian,
persatuan, kesejahteraan, kebahagian serta kesuksesan hidup dunia dan akhirat.

B. Sumber Ajaran Islam;


Islam memiliki tiga komponen dasar yang meliputi doktrin (Aqidah), Ritual
(Ibadah), Nilai Universal (Akhlak). Secara garis besar ketiga hal tersebut bersumber
pada dalil-dalil Naqli kecuali beberapa hal yang “tidak dijumpai” secara terperinci dalam
wahyu sehingga membutuhkan peran akal manusia (dalil Aqli)3 untuk
menginterpretasikan maksud dari wahyu ilahi atau bahkan menetapkan persoalan
keagamaan yang “terluput” dari wahyu, mekanisme ini disebut ijtihad. Sumber Ajaran
Islam terbagi menjadi Dua; pertama adalah Sumber Makro yang telah disepakati
keabsahannya sebagai sumber ajaran islam yaitu Al-Quran dan Al-hadits (Dalil Naqli),
yang ke-dua adalah sumber mikro yang masih diperdebatkan : (Ijtihad, Ijma‟, & Qiyas,)
dalil Aqli.4 Untuk lebih memahami sumber ajaran islam perhatikan penjelasan berikut :
1. Sumber Makro
a. Al-Quran

3
Peran Akal dalam Islam dibatasi oleh wahyu, secara praktis Akal hanya boleh berinovasi dalam ruang yang
belum tersentuh oleh wahyu terutama pada aspek mu’amalat, mu’asyarah, atau ibadah ghairu mahdah yang
pelaksanaanya menuntut dialogisasi antara agama dengan perkembangan zaman. Sebaliknya dalam aspek yang
sudah pasti (Qhoth’iyul wurud dan Qhot’iyud dalalah) peran akal sangat minim, hanya dalam batasan membantu
memberikan penjelasan, bukan menciptakan ketentuan, seperti dalam ibadah-ibadah mahdah; solat, puasa, dan
ibadah sejenis yang hanya mengatur hubungan antar hamba dengan Allah.
4
Abdul Wahab khalaf, Ilmu Ushul Al-Fiqh, (Kairo : Daar Al-Qolam) 1978, H. 22
Para ahli berbeda pendapat mengenai asal kata Al-Quran akan tetapi mereka
sepakat bahwa lafaz Al-Quran merupakan Isim (Kata Kerja) bukan Fi‟il maupun huruf,
sebagian besar cendikiwan muslim termasuk Imam Syafi‟i ra berpendapat bahwa Al-
Quran merupakan isim jamid yang menjadi nama untuk kitab Al-Quran sebagaimana
nama kitab-kitab terdahulu seperti taurat, injil, atau zabur.5 secara bahasa Al-Quran ‫القراى‬
merupakan masdar dari fi‟il ‫ قرأ‬yang berarti bacaan.6 Makna tersebut misalnya terdapat
dalam Al-quran surat Al-Qiyamah (75) ayat 18, Allah SWT berfirman:

    

Artinya: Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah


bacaannya itu.7
Secara istilah Syekh ali As-Shobui mendefinisikan Al-Quran sebagai berikut :

‫اوا َِم ْن ِ ا ِ ْنِِبيْن ِ ا َلَْن ِا‬


‫ت ْن‬ِ َ‫ابِ ِوسل‬،‫اواَْنبِ ِاا اوْن رسلِ ا‬ ‫ْن‬ ‫ا‬ِ ‫اوْن َتَّسزُلا لَ ا‬،‫ا َ ي او ِاوْن از‬
ِ
َ َ ‫ْن‬ َ ‫َ َ ُ ْن‬ َ َ َ ُ ُ َ ‫ُ ْن‬ َُ َ ُ
‫اوْن َ ْنب ُ ْن اُابِ ُل ْن َرِاوْن َف ََِت ِةا‬،‫اوْن َ ْنَت ُ ْن ُلاوَِْنَتَ ابِ َّسَت َو ِِراوْن ُ ََت َبَّس ابَِ َي َ ِِا‬،‫ص ِحف‬
َ َ ‫ب ِاِفاوْن‬
ِ
ُ ‫و َّسليَ اوْن َ ْنكَُت ْن‬
‫وْن ُ ْن ََ ُيابِ ُل ْن َرِاو َّس ِا‬
‫س‬
“Al-Quran adalah kalamullah yang merupakan mu‟jizat yang diturunkan kepada
penghulu para nabi dan rasul dengan perantara malaikat Jibril as yang sampai kepada
kita dengan cara mutawatir, membacanya merupakan ibadah serta tertulis dalam mushaf
dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas”

Dalam definisi tersebut, Syekh Ali As-Shobuni mengungkapkan unsur-unsur Al-


Quran yang telah disepakati oleh sebagian cendikiawan muslim dan umat islam seperti;
wahyu terahir, mu‟jizat, dan membacanya merupakan ibadah, dan diriwayatkan secara
mutawattir dari Nabi Saw. Para orientalis barat dan sebagian cediakawan muslim
sekuler9 kemudian berusaha menggugat keoutentikan Al-Quran sebagai wahyu yang
benar-benar sampai kepada umat islam sampai saat ini tanpa mengalami perubahan,

5
Abdurrahman Sulaiman Ar-Rumiy, Dirasat Fi „Ulumi Al-Quran, (Maktabah Syamilah,t.t), 18.
6
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir , 1101.
7
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, , 577
8
Ali Ash-Shabuni, At-tibyan fii „ulum Al-Quran, (Kairo: Dar As-Shabuni,1424 H/2003 M), 7.
9
Dari kalangan orientalis misalnyaAndrew Rippin, Dr. Gerd R.Joseph Puin, Tobi Laster, dll dari kalangan
umat Islam Seperti Nasr Hamid Abu Zaid, Hassan Hanafi, Muhammad Arkoun, dll. Lihat Muhammad Mustafa Al-
A‟zami, The History of the Qur‟anic Text – From Revelation to Compilation- terj. Sohirin Solihin dan Anis Malik
Toha “Sejarah Teks Al-Quran dari Wahyu Sampai Kompilasi: Kajian Perbandingan dengan Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru (Jakarta: Gema Insani, 2005),10-13.
penambahan maupun pengurangan mengingat sejarah penulisan dan kodifikasi Al-Quran
yang dilakukan sepeninggalan Rasulullah SAW.
Untuk meng-counter pemikiran-pemikiran tersebut Al-A‟zami dalam karya
monumentalnya mengungkapkan bahwa Al-Quran adalah Kalamullah, risalah terakhir
untuk umat manusia, diwahyukan pada Rasul terakhir, Muhammad, yang meruang dan
sewaktu. Ia terpelihara dari segi keaslian bahasa tanpa perubahan, tambahan maupun
pengurangan.10 Pembelaan terhadap Al-Quran juga datang dari pihak barat seperti
William A.Graham yang berkomentar bahwa Al-Quran merupakan:
“ A canonical writing is something people ready and study, a scripture something live by
and for” (sebuah teks resmi aturan-agama yang dibaca dipelajari masyarakat, sekaligus
sebagai naskah yang menjadi landasan kehidupan dan tujuan masyarakat).11

Dari beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan Al-Quran adalah


Kalamullah yang diturunkan kepada nabi dan rasul terakhir yang sampai kepada umat
islam secara mutawatir, membacanya adalah ibadah, ditulis dalam mushaf dari surat al-
fatihah sampai an-nas, terpelihara keasliannya sehingga patut dijadikan sebagai landasan
kehidupan, ilmu pengetahuan, dan tujuan masyarakat.

b. As-Sunnah
Secara etimologi kata Sunnah bisa berarti perilaku (sirah), jalan (thariqah),
kebiasaan atau ketentuan. Dalam pengertian ini, sunnah bisa mencakup yang baik
(sunnah hasanah) maupun sunnah yang buruk (sunnah qabihah),

ٌ‫تاأ ْن اقَبِْن َ اة‬ ِ


َ ٌ‫و ُّسلَّسةٌا َياطَ ِريْنَت َ ة‬
‫اح َلَةَا َ ْن‬
“As-sunnah adalah jalan hidup yang baik maupun yang buruk”
Dalam Al-Quran, kata as-sunnah dapat dijumpai dalam beberapa ayat diantaranya :
 Sunnah yang berarti jalan/sejarah hidup, (QS: Al-Anfal: 38)

‫اواََّس ِ َ ا‬
‫اسَّسةُ ْن‬
ُ ‫ت‬‫ض ْن‬
َ ‫ام‬ ِ َ َ‫قُ اِلَّس ِذينا َ َفر واإِ ْن ايَتْنََت ُه وايَت ْنغ َفرا َُيام اقَ ْن اسل‬
َ ‫فا َ إ ْن ايََت ُ ُد وا ََت َ ْن‬ َ َ ‫َ ُ ْن ْن‬ ُ َ ‫ْن‬
[38/‫[وا ف ل‬
“Katakanlah kepada orang-orang kafir itu, jika mereka berhenti dari
kekafirannya Allah memberikan pengampunan bagi dosa-dosa mereka yang telah
10
Muhammad Mustafa Al-A‟zami, The History of the Qur‟anic Text – From Revelation to Compilation- terj,
15.
11
Dadan Rusmana, Al-Quran dan Hegemoni Wacana Islamologi Barat. (Bandung:Pustaka Setia, 2006), 30.
lalu dan apabila mereka kembali memerangi nabi, sungguh berlaku kepada mereka
Sunnah/sejarah orang-orang terdahulu.”

 Hikmah yang berarti Sunnah (QS.An-Nisaa‟: 113)

َ ‫ض ُاو لَّس ِا َلَْن‬


‫كا‬ ‫ۚ ا َ َ َ ا َ ْن‬ ‫ام ا ََلْناَ ُكناََت ْن لَ ُيا‬
َ‫ك‬ َ َ ‫وْلِ ْنك َ ةَا َ َلَّس‬
‫با َ ْن‬ ِ َ َ‫أَ زَلاو لَّس ا ل‬
َ َ‫كاوْنك‬ ‫َ َ ُ َ ْن‬
ِ
ً ‫َظ‬
“… Dan Allah telah menurunkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah dan
mengajarkanmu apa-apa yang tidak kamu ketahui. Dan karunia Allah kepadamu
amat besar.”
 Sunnah yang berarti ketetapan/ takdir Allah (QS. Gafir: 85)

]85/‫كاوْن َك ُِر َ ا[غ ر‬ِ ِِ


َ َ ُ ‫ت ِاِفا ِبَ دها َ َ ِلَرا‬ ِ
‫… ُسَّسةَاو لَّس اوَّسِِتاقَ ْن ا َ لَ ْن‬
“… Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di
waktu itu binasalah orang-orang kafir.”

Selain beberapa ayat diatas sunnah yang bermakna kebiasaan atau jalan hidup yang
baik maupun buruk juga terdapat dalam hadits Nabi SAW :
‫بَـ ْع َدهُ ِم ْن غَْي ِر أَ ْن‬ ‫َج ُر َم ْن َع ِم َل بِ َها‬
ْ ‫َج ُرَىا َوأ‬ْ ‫ فَـلَوُ أ‬،ً‫سنَة‬ ِ ِْ ‫َم ْن َس َّن فِـي‬
َ ‫اْل ْس ََلم ُسنَّةً َح‬
ِْ ‫ َوَم ْن َس َّن فِـي‬، ‫ُج ْ ِ ِى ْ َ ي ٌء‬
‫ َكا َن َعلَْي ِو ِوْزُ َىا َو ِوْزُ َم ْن‬، ً‫اْل ْس ََلِم ُسنَّةً َسيِـّئَة‬ ِ
ْ ُ ‫َـ ْنـ ُ َ م ْن أ‬
ِ ِ ِ ِِ ِ ِ
‫َعم َل بِ َها م ْن بَـ ْعده م ْن غَْي ِر أَ ْن َـ ْنـ ُ َ م ْن أ َْوَزا ِى ْ َ ْي ٌء‬
“Barangsiapa yang memberi teladan (contoh) perbuatan yang baik, ia akan
mendapatkan pahala perbuatan tersebut serta pahala orang yang mengikutinya
(sampai hari kiamat) tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa
yang memberikan contoh kejelekan, maka ia akan mendapatkan dosa perbuatan
tersebut serta dosa orang-orang yang mengikutinya (sampai hari kiamat) tanpa
mengurangi dosa mereka sedikit pun.”12

Tinjauan bahasa, disertai dengan penguatan dalam Al-Quran dan hadits nabi
sebagaimana telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa kata sunnah bukan hanya
menjadi bagian dari bahasa dan budaya arab, lebih dari itu istilah sunnah telah
digunakan untuk menyebutkan wahyu ilahi yang berisi ajaran-ajaran atau “tradisi”
islam yang bersumber dari nabi Muhammad SAW lalu dipelihara secara turun-
temurun oleh para sahabatnya, tabi‟in, tabi‟ at-tabiin dan umat islam sehingga

12
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukari, Shahih Bukhari, (Beirut-Libanon: Daar el-Kutub, 1981),
h.53.
“melembaga” dan terjaga hingga saat ini, dengan demikian Secara terminology sunnah
dapat didefinisikan13 sebagai :

‫ك ِاِبَ ا َ َ ا ىاو ِباصل او ا ل ا ا‬ ِ ِ


ُ ‫و ُّسلَّسةُا َياو لَّسِريْنَت َ ةُاوْن َ ْنللُ ْن َ ةُا ا ََتَ ْنل ِ ُا َاذ و‬
ُ ‫كاو َّس َ َّسل‬
‫دوتا وا لا واق ولا او رير‬ ‫سليا لف ؤهاو روش امناو‬
“Sunnah adalah jalan hidup yang ditempuh oleh Nabi SAW dan diikuti para Khulafa‟
Ar-Rasyidin yang meliputi Aqidah, Perbuatan, Perkataan, serta ketetapan beliau.”14

Berdasarkan definisi di atas, dari segi bentuk penerapan dan pelaksanaannya Sunnah
terbagi menjadi 4 macam, yaitu :
1. Sunnah I’tiqodiyah yaitu sunnah Nabi Saw yang berkaitan dengan konsep teologi
dan keimanan dalam islam yang mencakup Iman kepada Allah, para malaikat,
kitab-kitab Allah, para rosul, hari kiamat serta beriman pada taqdir Allah yang
baik maupun yang buruk. Contohnya hadits jibril tentang penjabaran Iman, Islam,
Ihsan dan cirri-ciri hari kiamat, sebagaimana dalam riwayat berikut :

‫اصلَّس او ُا َلَْن ِا َ َسلَّسيا‬ ِ ِ


َ ‫سا ْن َ َار ُس ْن لاو‬
ِ ُ‫اَننا ل‬
ٌ ‫ابََتْنَتَ َ َْن ُ ُ ْن‬:‫ض اقَ َلا‬ ً ‫َ ْننا ُ َ َر َار ِض َياو ُا َْن ُاأَيْن‬
‫ا َايَتَُرىا َلَْن ِاأَثَتَ ُرا‬،‫اس َ ِاود و َّسل ْن ِار‬ ِ ‫ب‬ ِ َ‫اش ِيْن ُ ابََت‬ ٍ
َ ُ ‫اش يْن‬ َ ِ َ‫ضاو ثيَت‬ َ ٌ ُ ‫وتايََت ْن اإِ ْنذاطَلَ َيا َلَْنَتَ َار‬ َ ‫َذ‬
‫َسَ َ ُارْن بَََتْن ِاإِ ََلا‬ ِ
‫ا أ ْن‬،‫اصلَّس او ُا َلَْن ا َ َسلَّسي‬ َ ‫َّسِب‬‫ساإِ ََلاو ِ ي‬َ َ‫ا َح َّسَّتا َ ل‬،‫َح ٌا‬
ِ
َ ‫و َّسل َف ِرا َ َايََت ْن ِرُ ُامَّس اأ‬
‫ا ََت َ َل َار ُس ْن ُلاو ِا‬،‫ِنا َ ِناو ِ ْنسيَِا‬ ِِ ُ َ‫اي‬:‫ا َ اقَ َلا‬،‫ض َيا َ َّسفْن ِا َلَ ا َ ِ َذيْنِا‬
‫اُمَ َّس ُ اأَ ْن ْنِب ْن‬
ِ
َ َ َ ‫ا‬،‫ُرْن بَََتْن ا‬
‫ا َ ُِ ْن ُيا‬،ِ‫وار ُس ْن ُلاو ا‬ ُ ‫اوَ ِ ْنسيَ ُاأَ ْن اَ ْنل َه َ اأَ ْن ا َإِاَ َاإِ َّساو ُا َ اأَ َّس‬:‫صلَّس او ُا َلَْن ِا َ َسلَّسيا‬
َ ً ‫اُمَ َّس‬ َ
‫ا‬:‫اقَ َلا‬.ً‫ي‬ ‫اسبِْن ا‬ ِ ِ َ‫ا ََت َّسجاوْنبَت تاإِ ِ اوسَل‬،‫ا َص ارمض َا‬،‫ا َُت ْنؤِِتاو َّسزَ َا‬،‫صيََا‬
َ ‫تاإَْن‬ َ ‫ْن ْن‬ َ ‫َ ُ ْن َ َ َ َ َ ُ َ ْن‬ َ َ ‫و َّس‬
‫ا‬،ِ‫اأَ ْن ابِ ا‬:‫اقَ َلا‬،‫ِنا َ ِناو ِ ْنَ ِا‬ ِِ ِ ‫ص َ قْن ا‬
‫ا َأَ ْن ْنِب ْن‬:‫اقَ َلا‬.ُ‫ص ي قُا‬ َ ُ‫ا ََت َ ْنبَتَ اَ ُايَ ْنلََتلُ ُا َ ي‬.‫ت‬ ُ َ
ِ ِ
‫اقَ َلا‬.‫ت‬ ‫ص َ قْن َا‬ َ ‫ا‬:‫اقَ َلا‬.‫اشيرهِا‬ َ َ ‫ا َ ا َُت ْنؤِم َنابِ ْن َ ْن ِرا َ ْنِهِا‬،‫ا َوْنََت ْن اوا ِ ِار‬،‫ا َ ُر ُسل ِا‬،‫ا َ ُ ُبِِا‬،‫َ َميَِ َكِِا‬
‫ا‬:‫اقَ َلا‬.‫َّسكاََتَروهُا َِ ْن ا ََلْناَ ُك ْنناََتَروهُا َِ َّس ُايََتَرو َا‬ َ َ‫اأَ ْن اََت ْن بُ َ او َا َ أ‬:‫اقَ َلا‬،‫ِنا َ ِناو ِ ْنح َل ِا‬ ِِ
‫ا َأَ ْن ْنِب ْن‬:
ِِ ِ ِ ِ ِ ِِ
‫ِنا َ ْننا‬ ‫ا َأَ ْن ْنِب ْن‬:‫اقَ َلا‬.‫ا َم اوْن َ ْنل ُؤْن ُلا َْنَت َه ابأَ ْن لَ َيام َناو َّسل ِا‬:‫ِنا َ ِناو َّسل َةاقَ َلا‬ ‫َأَ ْن ْنِب ْن‬

13
Terdapat perbedaan pendapat diantara para ahli mengenai definisi sunnah secara terminology yang
disebabkan oleh dasar keilmuan mereka sehingga memiliki prespektif yang berbeda dalam memandang Sunnah.
Penulis mendefinisikan sunnah dalam prespektif ahli hadits.
14
Hamzah Al-Milyabariy, Ulum Al-Hadits fi Dhoi Tathbiyqat Al-Muhadditsin A-Niqad, (Maktabah Asya-
Syamilah;Tt), H: 8
ِ ‫ا َأَ ْن اََتَر ْن‬، ‫اأَ ْن اَلِ َ اوا ََمةُ َاربَتَّسََت َه‬:‫اقَ َلا‬، َ‫أ ََم َر ِوِت‬
‫ىاوْلَُف َاوْن َُرو َاوْن َ َةَا ِر َ اَاو َّسل اايََتَلَ َ ُْن َ ِ ْن‬
‫اِفا‬
ِ ِ ‫ا ََتلَبِثْنت‬،‫ا اوَْنلَلَ ا‬،‫وْنبَتْنَت ِا‬
‫او ُا َ َار ُس ْن ُ ُا‬:‫تا‬ ُ ‫ام ِناو َّسل ؟اقَُت ْنل‬ َ ‫اأََ ْن ِر ْني‬،‫ايَ ا ُ َ ُار‬:‫ا َُّساقَ َلا‬، ‫املِّس‬ َ ُ َ َُ
‫ام ْنللِ ٌاي‬ ِ ِ ِ
ُ ُ‫ا َرَوه‬.‫ا َ َّس ُا ْنِِبيْن ُاأََ ُ ْنيايَتُ َلي ُ ُك ْنياديْنَتَ ُك ْناي‬:‫اقَ َلا‬.‫أَ ْن لَ ُاي‬
Umar bin Khaththab Radhiyallahuanhu berkata : Suatu ketika, kami (para sahabat)
duduk di dekat Rasululah Shallallahu „alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada
kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat
hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun
di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya
disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua
paha Nabi, kemudian ia berkata : “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku
tentang Islam.”Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah,
engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya
Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat;
menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke
Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau
benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang
Iman”.Nabimenjawab, ”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah;
malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada
takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.” Dia
bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”. Nabi shallallahu „alaihi
wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan
engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia
melihatmu.” Lelaki itu berkata lagi:“Beritahukan kepadaku kapan terjadi
Kiamat?” Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang
bertanya.” Dia pun bertanya lagi :“Beritahukan tentang tanda-
tandanya!”Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya;
jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin
papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan
bangunan megah yang menjulang tinggi.” Kemudian lelaki tersebut segera pergi.
Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku : “Wahai, Umar! Tahukah
engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab,”Allah dan RasulNya lebih
mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang
agama kalian.” [HR Muslim, no. 8]

2. Sunnah Qouliyah yaitu sunnah Nabi Saw berupa perkataan baik seruan, larangan,
anjuran maupun perintah yang diungkapkan oleh Nabi. Contoh ungkapan nabi :

‫اإَِّسَّنَ اوْناَ ْن َ ُالابِ يَتَّس ِا‬


(‫تا(ر وهاو ب رىا مللي‬
“Segala amalan itu mengikuti niat…”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
3. Sunnah Fi’liyah yaitu sunnah Nabi Saw berupa perbuatan-perbuatan/ gerak
tubuh, amaliyah jasmaniyah yang dicontohkan langsung oleh nabi atau dikisahkan
oleh para sahabatnya. , contohnya :

)‫صلي ْنايا(ر وهاو ب رىا ملليا نام ك‬ ‫صلُّس ْنوا َ َ ا َرأَيْنَتُ ُ ْنِ ْنا‬
َ ُ‫ِناو‬ َ
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”. (HR. Al-Bukhary dan
Muslim dari Malik ibn Huwairits)
4. Sunnah Taqririyah yaitu sunnah Nabi Saw berupa ketetapan nabi dalam bentuk
bersikap diam, tidak menegur, memotivasi atau melegalkan perbuatan sahabatnya.
Contoh : kisah tentang ketetapan nabi atas kehalalan daging dhab (sejenis biawak
gurun), dalam riwayat dikisahkan bahwa daging tersebut dihidangkan kepada
beliau oleh sahabat Khalid bin Walid, dalam salah satu jamuan makan. Beliau
bersama para undangan dipersilakan makan, namun beliau enggan untuk
memakannya. Lalu sebagian sahabat (Khalid) bertanya: “Apakah kita diharamkan
makan dhab, wahai Rasulullah?” Nabi saw menjawab :

‫ا ُ لُ ْنوا َِ َّساُا َح َي ٌلا‬،‫ضاقََت ْن ِمي‬ ‫ا َ َ ِكَّساُاَْن َا‬،َ


‫سا ِ ا‬
‫ِفاوَْنر ِا‬
“Tidak, hanya saja binatang ini tidak ada di negeriku (oleh karena itu aku tidak
suka memakannya). Makanlah, sesungguhnya dia (dhab) halal”. (HR. Al-Bukhary
dan Muslim)

Sumber makro (Al-Quran dan As-Sunnah) sebagaimana penjelasan di atas,


menjadi sumber pokok sekaligus pondasi dasar dalam mengamalkan ajaran-ajaran agama
Islam baik dalam bidang Aqidah, Ibadah, maupun Akhlak.

2. Sumber Mikro
Sumber mikro dalam Islam adalah Ijtihad, Ijma‟, Dan Qiyas. Pada prinsipnya para
ahli sepakat bahwa 3 hal tersebut dapat dipergunakan dalam proses istinbath al-
hukum (penetapana hukum islam) hanya saja mereka berbeda pendapat tentang
kedudukannya, diantaranya ada yang memosisikan hal tersebut sebagai alat penetapan
hukum bukan sumber ajaran, dan sebagian lainnya berpendapat bahwa hal tersebut
adalah sumber ajaran bukan alat penentuan hokum, untuk lebih memahami keempat
hal tersebut perhatikan penjelasan berikut :
a. Ijtihad adalah upaya seorang mujtahid dengan mengeluarkan seluruh kemampuan
(ilmu & akal) yang ia miliki dalam usaha istinbath al-hukum (penetapana hukum
islam) melalui dalil-dalil yang terperinci.15 Selain motivasi dari Al-Quran untuk
memanfaatkan dan memberdayakan akal manusia dalam mentadabburi dan
memahami sumber-sumber syariat,16 Dalil penggunaan ijtihad (Akal) sebagai
sumber ajaran maupun alat hukum juga berdasarkan pada riwayat sahabat Mu‟adz
ra, sebagai berikut:
ِ ‫ثام ذٌواإَلاوْن نا ََت َ َلا َ فاََت ْن‬ ِ
‫ض ْنيا ََت َ َلا‬ َ ‫ْن‬ َ َ َ َ ُ َ َ ‫أَ َّس َار ُس ْن ُلاو اصل او ا ل ا سليابََت‬
‫باو ِاقَ َلا َبِ ُل َِّسة َار ُس ْن ِلاو اصل او ا‬ِ َِ ‫اِفا‬
ِ ‫باو ِاقَ َلا َِ ْن ا ََلْنايَ ُك ْنن‬ ِ َِ ‫اِفا‬ِ َ‫ضي ِاِب‬ِ
‫أَقْن ْن‬
‫اس َِّسة َار ُس ْن ِلاو اصل او ا ل ا سلياقَ َلاأَ ْن َ ِه ُ ا‬ ِ
ُ ‫ل ا سلياقَ َلا َ ْن ا ََلْنايَ ُك ْنن ِاِف‬
.......‫َرأْنيِ ْناي‬
Bahwasannya Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam mengutus Mu‟adz ke
Yaman. Maka beliau bersabda : “Bagaimana engkau menghukum (sesuatu) ?”.
Mu‟adz menjawab : “Saya akan menghukum dengan apa-apa yang terdapat dalam
Kitabullah”. Beliau bersabda : “Apabila tidak terdapat dalam Kitabullah ?”.
Mu‟adz menjawab : “Maka (saya akan menghukum) dengan Sunnah Rasulullah
shallallaahu „alaihi wasallam”. Beliau bersabda kembali : “Apabila tidak terdapat
dalam Sunnah Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam ?”. Mu‟adz menjawab :
“Saya akan berijtihad dengan pikiran saya….”.(HR. At-Tirmidzi)

b. Ijma‟ adalah kesepakatan sekumpulan ulama dalam kurun waktu tertentu tentang
masalah tertentu yang berkaitan dengan Islam. Dari segi mekanisme
pelaksanaannya, Ijma‟ terbagi menjadi dua : pertama Ijma‟ Shorih (Qouliy)
adalah Ijma‟ ulama‟ dengan melalui proses perdebatan atau adu argument antar
mereka baik secara lisan maupun tulisan hingga pada akhirnya mencapai sebuah
kesepakatan, yang kedua adalah Ijma‟ Sukuti Ijma‟ ulama‟ tanpa melalui proses
perdebatan ditandai dengan diamnya17 sebagian besar ulama tentang sebuah
permasalahan yang telah difatwakan oleh ulama‟ yang lainnya.

15
Abdul Wahab khalaf, Ilmu Ushul Al-Fiqh, (Kairo : Daar Al-Qolam) 1978, H.
16
Seperti dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 44, 118, 219, 266, Ali „Imran ayat 65, 118, An-Nisa‟: 82,
Al-An‟am; 32 dan lain sebagainya.
17
Diam dalam bahasa arab “Sukut” (‫) ُس ُكوْ ت‬, pembagian ini dapat dicermati dalam Abdul Wahab khalaf, Ilmu
Ushul Al-Fiqh, (Kairo : Daar Al-Qolam) 1978, H. 45-50
Diantara dalil yang menjadi dasar umum penggunaan Ijma‟ sebagai Sumber
maupun alat Hukum Islam adalah firman Allah dalam Al-Quran surat An-Nisa
ayat 59 :

‫اش ْني ٍاا‬


َ ‫اوا ْنَم ِر ِامْن ُك ْنيا َِ ْن اََتَ َز ْن ُ ْني ِاِف‬
‫َط ُ واو َّسر ُس َلا َأُ ِِل ْن‬ ِ ‫َط واو لَّس ا أ‬
َ َ ُ ‫يناآَ َمُ واأ‬
ِ ِ ‫َّس‬
َ ‫يَ أَيَتُّس َه او ذ‬
‫َح َل ُناَأْن ِ ًييا‬‫كا َ ْنَتٌرا َأ ْن‬
ِ
َ ‫اواَ ِ ِرا َذ‬ ‫ََت ُرُّسد هُاإِ ََلاو لَّس ِا َو َّسر ُس ِلاإِ ْن ا ُ ْنُ ْنيا َُت ْنؤِمُ َ ابِ لَّس ِا َوْنََت ْنِ ْن‬
]59/‫[و ل ا‬
“Hai orang yang beriman! Taatilah Allah, taatilah Rasul dan Ulil Amri kamu.
Maka jika kamu berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah
dan Rasul apabila kalian benar-benar beriman pada Allah dan hari Akhir…”

c. Qiyas adalah analogi/mempersamakan hukum hal-hal yang baru timbul di masa


kini dan belum disebutkan secara terperinci dengan hal-hal yang sudah ada
ketetapan dan ketentuannya dalam Al-Quran maupun Sunnah berdasarkan
persamaan illat/ cirri-ciri.18 Contoh : memberikan hukum Haram pada Narkoba
berdasarkan persamaan cirinya (dalam hal menyebabkan memabukkan dan
menghilangkan akal orang yang mengkonsumsinya) dengan khamar (minuman
keras tadisional bangsa Arab) yang telah di haramkan Allah dalam Al-Quran surat
Al-Maaidah ayat 90 :

‫س ِام ْننا َ َ ِ او َّسلْنلَ ِ ا‬ ِ ِ ‫يناآَ َمُ واإَِّسَّنَ ْن‬ ِ ‫َّس‬


ٌ ‫با َ ْنوا ْنَزَ ُار ْن‬
ُ ‫ص‬
َ ‫اوْلَ ْن ُرا َوْن َ ْنل ُرا َ ْنواَْن‬ َ ‫يَ اأَيَتُّس َه او ذ‬
[90/ ‫)ا[ومل‬90(‫َ ْن َِبُ هُاَ َلَّس ُك ْنيا َُت ْنفلِ ُ َ ا‬
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan”

C. Tujuan, Fungsi Islam


Tujuan dan fungsi utama diturunkannya agama islam adalah untuk menjadi
rahmat, petunjuk untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat
sebagaimana Allah berfirman :

18
Ibid, 52-53. Dalam pembahasan Ushul Al-Fqih, Qiyas memiliki rukun yang meliputi Ashal, furu‟, illat dan
Al-hukum, Penulis akan memperpanjang penjelasan mengenai empat hal tersebut ditempat yang berbeda, untuk
memfokuskan pembahasan dan memudahkan pemahaman pembaca. InsyaAllah.
[107/‫َ َم اأ ْنَر َس ْنلَ َ اإَِّس َار ْنْحَةًاِْنل َ َ ِ َ اا[وا ب ا‬

“Tidaklah kami mengutus mu (Muhammad saw) kecuali untuk menjadi rahmat bagi
seluruh alam (QS. Al-Anbiya‟ : 107)”

ٍ َ‫َشهرارمض َ اوَّس ِذياأُْن ِزَلا ِ ِاوْن ُرآَ ُ ا ً ىاِلَّس ِسا بَتيَت‬


]185/ ‫ت ِام َناو ْنَُ ىا َوْن ُف ْنرقَ ِا…اا[و ب ر‬ ََ ُ ‫ْن‬ َ َ َ ُ ‫ْن‬
“Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia
penjelasan tentang petunjuk (yang benar) dan pembeda (antara yang hak dan yang
Bathil)”
Selain tujuan umum sebagaimana yang dijabarkan dalam ayat-ayat di atas, Islam
beserta seluruh ajaran yang dibawanya memiliki tujuan dan fungsi pemeliharaan terhadap
5 (lima) hal/pokok (kemashlahatan), yaitu:

1. Memelihara kemaslahatan agama (Hifzh al-din)


Sebelum kedatangan Islam, secara alamiah manusia menciptakan dan
membudayakan berbagai jenis keyakinan terhadap tuhan atau kekuatan
supranatural yang pada titik tertentu menciptakan ajaran animisme, dinamisme,
politeisme (penyembahan pada banyak tuhan/dewa), henoteisme, sampai dengan
turunnya para Nabi dan Rosul yang membawa ajaran monotheisme (Satu tuhan)
berdasarkan wahyu dari Allah swt untuk menyelamatkan manusia dari kesalahan
dalam beraqidah, dan penyembahan (peribadatan) pada tuhan. Islam datang
menyelamatkan dan menjaga manusia dari kesalahan dalam beragama sekaligus
menjaga kerukunan hidup antar umat beragama, Allah SWT berfirman :

‫تا َ يَتُ ْنؤِم ْننابِ لَّس ِا ََت َ ِا‬


ِ ُ‫َ اإِ ْن روه ِاِفاو يي ِناقَ ْن اََتبَت َّس او ُّسر ْنش ُ ِامناوْنغَيا َ ناي ْنك ُفرابِ لَّس غ‬
‫َ ي َ ْن َ ْن‬ ََ ََ
]256/ ‫اَس ٌيا َلِ ٌياا[و ب ر‬ َِ ‫كابِ ْن ر ِاوْن ثْنَت َ اَ او ْن ِفص ا َ ا و لَّس‬
ُ ََ ََ ُ َ ‫وسَ ْن َل َ ُْن‬ ‫ْن‬
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang
ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah
berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 256)
ِ ‫اديُ ُكيا ِِل‬
]6/ ‫ادي ِنا[و ك ر‬ ِ ‫َ ُكي‬
َ َ ‫ْن‬ ‫ْن‬
“Bagimu agama mu dan bagiku agama ku”
2. Memelihara jiwa (Hifzh al-nafsi)
Allah SWT berfirman :

‫اوْلُُّسرابِ ْنْلُيرا َوْن َْنب ُ ابِ ْن َْنب ِا َ ْنواُْنَتثَ ا‬


‫ص ِاِفاوْن َ ْنَتلَ ْن‬
ُ ‫ص‬
ِ ِ
َ ‫يناآَ َمُ وا ُ َ ا َلَْن ُك ُياوْن‬
ِ ‫َّس‬
َ ‫يَ اأَيَتُّس َه او ذ‬
ِ َ ‫فا أَدوااإَِ ِابِِحل ٍ ا َذِك‬ ِ ِ
‫فا‬
ٌ ‫اَّتْنف‬ َ َ ‫اش ْنياٌا َ َتيبَ عٌاب ْن َ ْن ُر َ َ ٌ ْن ْن‬
ِ َ ِ ِ َ‫بِ ْناُْنَتثَ ا َ َ ْننا ُف َياَ ُ ِام ْنناأ‬
]178/ ‫وباأَِ ٌياا[و ب ر‬ ٌ ‫كا ََتلَ ُا َ َذ‬
ِ
َ ‫ِم ْنن َاربي ُك ْنيا َ َر ْنْحَةٌا َ َ ِناو ْن َ َ ىابََت ْن َ ا َذ‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan
dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka,
hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang
mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan)
mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar
(diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian
itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa
yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih ( QS
Al-Baqarah [2]: 178)”

Ayat diatas merupakan bentuk hukuman yang bersifat protektif antisipatif


sekaligus memberikan efek jera bagi orang yang menzhalimi (membunuh) kepada
orang lain. Ayat ini cukup menjadi dalil yang tegas dan jelas bahwa Islam adalah
agama yang menghargai hidup dan kehidupan manusia sehingga Islam menutup
rapat-rapat kemungkinan tumbuh suburnya prilaku pembunuhan brutal tanpa
alasan yang dapat dibenarkan syariat.

3. Memelihara akal (Hifzh al-„aqli)

‫اوْلَ ْن ِرا َوْن َ ْن ِل ِراقُ ْن ا ِ ِه َ اإِ ْنٌا َ بِ ٌا َ َمَ ِ ُياِلَّس ِسا َ إِْنْثُُه َ اأَ ْن بََت ُر ِام ْننا ََت ْنف ِ ِه َ ا‬
‫كا َ ِن ْن‬
َ َ َُ‫يَ ْنلأ‬
‫تاَ َلَّس ُك ْنياََتََت َف َّسك ُر َا‬ ِ ‫اواَي‬ ِ ِ
َ ‫كايَتُبََت ي ُ او لَّس ُاَ ُك ُي ْن‬
َ ‫ام ذَوايَتُْنف ُ َ اقُ ِ اوْن َ ْنف َ ا َ َذ‬
َ‫ك‬ َ َ َُ‫َ يَ ْنلأ‬
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada
keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu
apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan."
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
berfikir,”(QS Al-Baqarah [2]: 219)
Khamr (‫ )خور‬diharamkan karena menyebabkan mabuk/hilangya keawasan akal
bagi siapapun yang menkonsumsinya, dalil di atas menunjukkan betapa Islam
sangat menghargai akal sebagai karunia terbesar dari sang pencipta sekaligus
faktor yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
4. Memelihara keturunan dan kehormatan (Hifzh al-nashli)
Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah memiliki naluri berkembang
biak dan ketertarikan dengan lewan jenis. Jika tumbuhan dan hewan yang tidak
memiliki akal serta kehendak bebas, dapat bertindak bebas sesuai dengan insting
dan hawa nafsunya untuk berkembang biak tanpa ada keterkaitan dengan urusan
nasab, warisan, serta kewajiban dan tanggung jawab rumah tangga, tentu tidak
demikian dengan manusia yang memiliki akal, tanggung jawab moral serta nasab
yang mempengaruhi hak waris. Islam datang dengan tuntunan berkembang biak
dan menuniakan hasrat seksual dari Allah yang diatur dalam syariat pernikahan
serta larangan berzina, Allah SWT berfirman :

‫ََااََت ْن َربُ واو يزَ اإَِّساُا َ َاا َ ِح َل اةًا َ َس اَا َسبِ ًا‬
]32/‫يا[و سروا‬
Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-Isra‟:32)
‫َّتا يَتُ ْنؤِم َّسانا ََا ََم اةٌا ُم ْنؤِمَاةٌا َ ْنَتٌارا ِم ْنانا ُم ْنل ِرَ ٍاةا َ َ ْناا أَ ْن َ بَْن ُك ْنايا ََاا‬
‫تا َح َّسا‬ ‫ََاا ََتْن ِك ُ وا وْن ُ ْنل ِرَ ِا‬
‫كا يَ ْن ُ َاا‬ ‫َّتا يَتُ ْنؤِمُ وا َ َ َْنب ٌاا ُم ْنؤِم ٌانا َ ْنَتٌارا ِم ْنانا ُم ْنل ِرٍاا َ َ ْناا أَ ْن َ بَ ُك ْنايا أُ َِ َا‬
‫َُتْن ِك ُ وا وْن ُ ْنل ِرِ َاا َح َّسا‬
‫واَ ِاَّسةا َوْن َ ْنغ ِفَرِاا بِِ ْنذ ِِاا َ يَتُبََت ي ُاا آَيَ ِِاا ِلَّس ِا‬
‫سا َ َلَّس ُه ْنايا يََتَ َذ َّس ُر َاا‬ ‫َلا ْن‬ ‫َلا و َّس ِارا َو لَّساُا يَ ْن ُ ا إِ َا‬
‫إِ َا‬
]221/ ‫[و ب ر‬
Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang
musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia
menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga
dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-
perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (QS Al-
Baqarah [2]: 221)

5. Memelihara harta benda (Hifzh al-mal)


Allah SWT berfirman :
‫ا‬38(‫َو َّسل ِر ُاا َو َّسل ِرقَاةُا َ قْنلَ ُ واأَيْن ِيََت ُه َ ا َ َز اواًاِِبَ ا َ َلبَ ا َ َك ًاا ِم َاناو لَّسِاا َو لَّساُا َ ِز ٌايزا َح ِك ٌايا‬
]38/ ‫[ومل‬
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai
siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al-
Maidah [5]: 38)
Sebelum datangnya Islam, kepemilikan harta benda manusia ditentukan
oleh kekuasaan atau kekuatan fisik sesorang yang menjadi dasar tegaknya hukum
rimba dimana yang kuat merendahkan atau melenyapkan kemanusiaan mereka
yang lemah diiringi dengan penindasan, dan perampasan harta dan kehormatan.
Ayat di atas menunjukan perlindungan Islam terhadap kepemilikan harta manusia
dengan memberikan ancaman hukuman yang sangat berat berupa hokum potong
tangn bagi para pelaku pencurian, koruptor, begal dan pelaku kejahatan sejenis.
Tidak hanya memberikan ancaman dan hukuman bagi pencuri, Islam pun
memberikan larangan keras bagi tindakan manipulatif yang dapat merugikan
harta orang lain tanpa membedakan bentuk fisik, ras, golongan, bahkan agama
sekalipun. Allah berfirman :

‫اوْلُ َّسك ِ اَِأْن ُ لُ وا َ ِري ً ِام ْنناأ ْنَم َ ِولاو َّس ِسا‬ ِ ُ ‫َ اَأْن ُ لُ واأَم وَ ُكيابَت َتَ ُكيابِ ْنب ِط ِ ا ُ ْن‬
‫واِبَ اإِ ََل ْن‬ َ َ ‫ْن َ ْن َْن ْن‬ َ
]188/ ‫بِ ْنِ ْنِ ا َأَْنَتُ ْنياََت ْن لَ ُ َ اا[و ب ر‬
“ Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan)
harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta
benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.”
(QS. Al-Baqaroh:188)

D. Karakteristik Ajaran Islam


Karakteristik ajaran Islam yang dimaksud dalam bagian ini adalah sifat yang
melekat pada agama Islam dalam segala dimensinya; baik dimensi Aqidah (doktrin),
Ibadah (ritual), maupun akhlak (nilai universal), yang meliputi delapan hal berikut :
1. Rabbaniyah (bersumber langsung dari allah)
2. Syamil mutakamil (integral menyeluruh dan sempurna)
3. Al-basathah (elastis, fleksibel, mudah)
4. Al-‟adalah (keadilan)
5. Wasatahan ( seimbang-moderat)
6. Perpaduan antara keteguhan prinsip dan fleksibilitas
7. Graduasi (beransur-ansur/bertahap)
8. Argumentatif filosofis

Anda mungkin juga menyukai