Anda di halaman 1dari 29

Bahaya Korupsi & Pentingnya Pendidikan Anti-Korupsi Di Perguruan Tinggi

Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen pengampu : Riska Sarofah, S.IP., M.IP.,


Disusun oleh :
Nama : Ridwan Prihamdani 19.20.201.001
Riki Kurniawan 19.20.201.003
Sandy Galang Pratama 19.20.201.004
Bari Ghiffari 19.20.201.010
Septian Anggara Saputra 19.20.201.013
Michael Martoyo 19.20.201.028
Alif Wahyudin 19.20.201.039
Sefri Setiawan 19.20.201.051
Ilham Tri Prakoso 19.20.201.052

Kelompok 4
FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,


atassegala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pendidikan Anti-Korupsi Sejak Dini”.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat
bantuandan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak.Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimilikisehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca

Tangerang, Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................... 1
D. Metode Pembahasan ............................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
A. Pengertian Korupsi Secara Umum, Menurut Para Ahli dan Undang
Undang............................................................................................................ 3
a. Pengertian Korupsi Secara Umum ..................................................... 3
b. Pengertian Korupsi Menurut Para Ahli ............................................. 4
c. Pengertian Korupsi Menurut Undang Undang .................................. 6
B. Faktor Penyebab Serta Dampak Negatif Korupsi ................................. 7
a. Faktor Penyebab Korupsi ................................................................... 7
b. Dampak Negatif Perilaku Korupsi ...................................................... 9
C. Alasan Korupsi Dinegara Selalu Ada ................................................... 15
D. Nilai dan Prinsip Anti-Korupsi............................................................. 18
a. Nilai-Nilai Anti-Korupsi .................................................................... 18
b. Prinsip-Prinsip Anti Korupsi ............................................................ 19
E. Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi Serta Peran Mahasiswa
Dalam Gerakan Anti-Korupsi ..................................................................... 23
a. Pendidikan Anti-Korupso di Perguruan Tinggi ............................... 23
b. Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti-Korupsi ............................. 23
BAB III ............................................................................................................. 25
PENUTUP ........................................................................................................ 25
A. Kesimpulan ............................................................................................ 25
B. Saran ...................................................................................................... 25

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia salah satu negara di ASEAN dengan jumlah penduduk yang banyak, luas
wilayah yang besar dengan berbagai kekayaan sumber daya alam yang melimpah baik di
darat maupun laut. Akan tetapi, pada kenyataannya Negara Indonesia termasuk salah satu
negara termiskin di dunia. Sumber daya alam banyak dikuasai oleh pihak asing serta
golongan-golongan konglomerat. Negara yang seharusnya mengelola sumber daya alam
tersebut untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat pada kenyataannya kalah dengan
kepentingan segelintir orang dan kelompok. Para penyelenggara negara seakan-akan sudah
tidak beroientasi lagi untuk memajukan bangsa ini, mereka lebih mengutamakan
kepentingan kelompok mereka
Tingginya angka korupsi di negeri ini menjadi masalah mendasar yang sudah sangat
mengkhawatirkan. Korupsi sudah mendarah daging di negeri ini, semua aspek kehidupan
di berbagai bidang apabila dicermati secara detail tidak akan terlepas oleh tindakan korupsi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian korupsi?
2. Apa saja faktor penyebab serta dampak negatif korupsi?
3. Apa saja penyebab korupsi di negara selalu ada?
4. Bagaimana nilai dan prinsip anti korupsi itu?
5. Bagaimana pendidikan anti korupsi di perguruan tinggi serta peran mahasiswa
dalam gerakan anti-korupsi?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah yang sudah tertulis di atas, maka dapat kita tuliskan dari penulisan
makalah ini sebagai berikut:
1. Agar penulis dan pembaca mengetahui pengertian korupsi.
2. Agar penulis dan pembaca mengetahui faktor penyebab serta dampak negatif
korupsi.
3. Agar penulis dan pembaca mengetahui alasan korupsi di negara selalu ada.
4. Agar penulis dan pembaca mengetahui nilai dan prinsip anti korupsi.
5. Agar penulis dan pembaca mengetahui pendidikan anti korupsi di perguruan tinggi
serta peran mahasiswa dalam gerakan anti-korupsi.

1
D. Metode Pembahasan
Dalam metode pembahasan kami adalah mengumpulkan data dari internet yang tersedia di
blog-blog internet yang telah tersedia. Melakukan diskusi kelompok terhadap sumber-
sumber artikel yang ada di internet. Dan mempersentasikannya didepan kelas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi Secara Umum, Menurut Para Ahli dan Undang Undang
a. Pengertian Korupsi Secara Umum
Korupsi atau rasuah adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun
pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak
wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan
kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Kata korupsi berasal dari bahasa latin “corruptio” atau corruptus yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Menurut para ahli bahasa,
corruptio berasal dari kata kerja corrumpere, suatu kata dari Bahasa Latin yang lebih
tua. Kata tersebut kemudian menurunkan istilah corruption, corrups (Inggris),
corruption (Perancis), corruptie/korruptie (Belanda) dan korupsi (Indonesia).
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan
jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan di seluruh
dunia ini rentan korupsi dalam praktiknya. Beratnya korupsi tentu berbeda-beda,
dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk
memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan.
Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh
para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan
administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun
orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga
meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi lainnya.
Dari sudut pandang ekonomi, para ahli ekonomi menggunakan definisi yang
lebih konkret. Korupsi didefinisikan sebagai pertukaran yang menguntungkan
(antara prestasi dan kontraprestasi, imbalan materi atau nonmateri), yang terjadi
secara diam-diam dan sukarela, yang melanggar norma-norma yang berlaku, dan
setidaknya merupakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki salah
satu pihak yang terlibat dalam bidang umum dan swasta.

3
Dari pengertian korupsi yang dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa Korupsi adalah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan
uang sogok dan lain sebagainya untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
korporasi, yang mengakibatkan kerugian keuangan pada negara. Atau tindakan
penyelewengan atau penggelapan uang baik itu uang Negara atau uang lainnya yang
dilakukan untuk keuntungan pribai atau orang lain.
Bisa juga diartikan sebagai tindakan seseorang yang menyalahgunakan
kepercayaan dalam suatu masalah atau organisasi untuk mendapatkan keuntungan.
Atau suatu kegiatan yang merugikan kepentingan publik dan masyarakat luas untuk
kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
b. Pengertian Korupsi Menurut Para Ahli
Selain penjelasan mengenai pengertian korupsi secara umum, para ahli dan
pakar memiliki pandangan dan pendapat yang berbeda beda dalam mendefinisikan
apa itu korupsi. Berikut ini pengertian korupsi menurut para ahli secara lengkap,
1. Alatas (1987)
Pengertian korupsi menurut Alatas adalah pencurian yang melalui
penipuan dalam situasi yang mengkhianati kepercayaan. Korupsi
merupakan wujud perbuatan immoral dari dorongan untuk mendapatkan
sesuatu menggunakan metode penipuan dan pencurian. Poin penting yang
harus anda tahu bahwa nepotisme dan korupsi otogenik itu merupakan
bentuk korupsi.
2. Bank Dunia
Pengertian Korupsi menurut Bank Dunia adalah pemanfaatan kekuasaan
untuk mendapat keuntungan pribadi. Bila anda perhatikan dengan seksama
definisi korupsi ini maka kolusi, dan nepotisme merupakan bagian dari
korupsi atau bentuk korupsi itu sendiri (Kusuma, 2003).
3. Kusuma (2003)
Korupsi adalah pemanfaatan kekuasaan untuk mendapat keuntungan
pribadi. Bila anda perhatikan dengan seksama definisi korupsi ini maka
kolusi, dan nepotisme merupakan bagian dari korupsi atau bentuk korupsi
itu sendiri.
4. Asyumardi Mazhar
Pengertian korupsi adalah berbagai tindakan gelap dan tidak sah (illicit
or illegal activities) untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok.
4
5. Guy Benveniste
Guy Benveniste membagi pengertian korupsi menjadi tiga bagian yaitu
korupsi ilegal (corruption illegal), mercenery corruption dan ideological
corruption (korupsi ideologis).
• Pengertian illegal corruption (illegal corruption) adalah suatu
jenis tindakan yang membongkar atau mengacaukan, bahasa
ataupun maksud maksud hukum, peraturan dan regulasi tertentu.
Efektivitas untuk jenis korupsi ini bisa diukur. Namun ia jauh
lebih mudah untuk dikendalikan.
• Pengertian mercenary corruption adalah sejenis korupsi dengan
maksud untuk memperoleh keuntungan individual / pribadi.
Umumnya korupsi jenis ini banyak digunakan oleh kompetitor
politik dalam suksesi ataupun kampanye politik.
• Pengertian korupsi ideologis (ideological corruption) adalah
korupsi yang dilakukan lebih karena kepentingan kelompok,
karena komitmen ideologis seseorang yang mulai tertanam
diatas nama kelompok tertentu. Ummnya korupsi ideologis
sangat sulit dilacak dan diketahui secara material.
6. The Lexicon Webster Dictionary
Korupsi adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat
disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan
yang menghina atau memfitnah.
7. Nurdjana (1990)
Pengertian Korupsi Menurut Nurdjana, korupsi berasal dari bahasa
Yunani yaitu “corruptio” yang berarti perbuatan yang tidak baik, buruk,
curang, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar
norma-norma agama materiil, mental dan hukum.
8. Muhammad Ali (1998)
Ia membagi arti korupsi menjadi tiga pengertian, yakni 1) korup, 2)
korupsi, dan 3) koruptor):
• “Korup” diartikan sebagai sifat yang busuk, suka menerima uang
suap/sogok, memakai kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan
sebagainya.

5
• “Korupsi” artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang,
penerimaan uang sogok, dan sebagainya.
• “Koruptor” artinya orang yang melakukan korupsi.
9. Agus Mulya Karsona (2011 :23)
Mendefinisikan korupsi sebagai sesuatu perbuatan yang busuk, jahat,
dan merusak yang menyangkut perbuatan yang bersifat amoral, sifat dan
keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah,
penyelewengan kekuasaana dalam jabatan karena pemberian, menyangkut
factor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke
dalam kedinasaan di bawah kekuasan jabatan.
10. Haryatmoko
Korupsi adalah upaya campur tangan menggunakan kemampuan yang
didapat dari posisinya untuk menyalahgunakan informasi, keputusan,
pengaruh, uang atau kekayaan demi kepentingan keuntungan dirinya.
c. Pengertian Korupsi Menurut Undang Undang
1. UU No 31 Tahun 1999
Pengertian korupsi menurut UU No 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengartikan bahwa Korupsi adalah
Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
2. UU No 20 Tahun 2001
Pengertian Korupsi Menurut UU No. 20 Tahun 2001 adalah tindakan
melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau
korupsi yang berakibat merugikan negara atau perekonomian negara
3. UU No 24 Tahun 1960
Pengertian Korupsi Menurut UU No.24 Tahun 1960 adalah perbuatan
seseorang, yang dengan atau karena melakukan suatu kejahatan atau
dilakukan dengan menyalah gunakan jabatan atau kedudukan.

6
B. Faktor Penyebab Serta Dampak Negatif Korupsi
a. Faktor Penyebab Korupsi
Tindakan korupsi merupakan tindak kejahatan yang terjadi akibat
penyelewengan wewenang atau tanggung jawab. Perilaku korupsi menyangkut
berbagai hal yang bersifat kompleks. Faktor –faktor penyebabnya bisa dari internal
pelaku – pelaku korupsi dan juga bisa berasal dari situasi lingkungan yang kondusif
untuk melakukan korupsi (faktor eksternal). Dengan demikian secara garis besar
penyebab korupsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: faktor internal dan
faktor eksternal.
Faktor Internal, merupakan faktor pendorong korupsi yang berasal dari dalam
diri setiap individu. Faktor internal dapat diperinci menjadi:
• Sifat tamak/rakus manusia
Sifat tamak merupakan sifat yang berasal dari dalam diri setiap individu.
Hal itu terjadi ketika seseorang mempunyai hasrat besar untuk memperkaya
diri dan tidak pernah merasa puas terhadap apa yang telah dimiliki
• Gaya hidup konsumtif
Pada era-modern ini, terutama kehidupan dikota- kota besar merupakan
hal yang sering mendorong terjadinya gaya hidup konsumtif. Oleh karena
itu, apabila Perilaku konsumtif tidak di imbangi dengan pendapatan yang
memadai,maka hal tersebut akan membuka peluang seseorang untuk
melakukan berbagai tindakan demi memenuhi hajatnya. Salah satu
kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.
• Moral yang kurang kuat
Seseorang yang mempunyai moral lemah cenderung mudah tergoda
untuk melakukan tindakan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan,
teman setingkat, bawahan, atau pihak lain yang memberi kesempatan untuk
melakukan korupsi.

7
Faktor Eksternal, merupakan faktor pemicu terjadinya tindakan korupsi yang
berasal dari luar diri pelaku. Faktor eksternal dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
• Faktor Politik
Politik merupakan salah satu sarana untuk melakukan korupsi. Hal ini
dapat dilihat ketika terjadi intrabilitas politik atau ketika politisi mempunyai
hasrat untuk mempertahankan kekuasaannya.
• Faktor Hukum
Hukum bisa menjadi faktor terjadinya korupsi dilihat dari dua sisi,
disatu sisi dari aspek perundang – undangan, dan disisi lain dari lemahnya
penegak hukum. Hal lain yang menjadikan hukum sebagai sarana korupsi
adalah tidak baiknya substansi hukum, mudah ditemukan aturan – aturan
yang diskrimatif dan tidak adil, rumusan yang tidak jelas dan tegas sehingga
menumbulkan multi tafsir, serta terjadinya kontradiksi dan overlapping
dengan aturan lain.
• Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi.
Hal itu dapat dilihat ketika tingkat pendapat atau gaji yang tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhannya, maka seseorang akan mudah untuk
melakukan tindakan korupsi demi terpenuhinya semua kebutuhan.
• Faktor Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, tidak
hanya organisasi yang ada dalam suatu lembaga, tetapi juga sistem
pengorganisasian yang ada didalam lingkungan masyarakat. Faktor - faktor
penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi meliputi:
• Kurang adanya teladan dari pemimpin
• Tidak adanya kultur organisasi yang benar
• Sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai
• Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasi
• Lemahnya pengawasan.

8
b. Dampak Negatif Perilaku Korupsi
Korupsi memiliki pengaruh yang negatif bagi suau negara. Akibat dari tindak
korupsi tersebut memiliki dampak yang sangat berpengaruh bagi negara. Berikut
dampak dari korupsi.
1. Dampak Terhadap Ekonomi
Ekonomi berfungsi sebagai faktor terpenting bagi masyarakat. apabila
korupsi sudah masuk pada perekonomian negara mana mungkin bisa
makmur masyaraktnya jikalau semua proses ekonomi dijalankan oleh
oknum yang korup. Hasil dari dampak korupsi terhadp ekonomi yakni,
• Lambatnya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
Korupsi mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat
distorsi dan ketidakefisienan yang tinggi. Dalam sektor privat,
korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari
pembayaran illegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan
pejabat korup dan resiko pembatalan perjanjian atau karena
penyeledikan
• Turunnya Produktifitas
Lesunya pertumbuhan ekonomi dan tidak adanya investasi,
membuat produktifitas menurun. Hal ini menghambat
perkembangan sektor industri untuk lebik baik terjadi seiring dengan
terhambatnya sektor industri dan produksi untuk bisa berkembang
lebih baik.
• Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa untuk Publik
Jalan rusak, jembatan ambruk, kereta api terguling, beras tidak
layak makan, ledakan tabung gas, bahan bakar merusak kendaraan
masyarakat, angkutan umum tidak layak, bangunan sekolah ambruk
adalah kenyataan rendahnya kualitas barang dan jasa sebagai akibat
korupsi.
• Menurunnya Pendapatan Negara dari Sektor Pajak
APBN sekitar 70% dibiayai olej pajak. Pajak Penghasilan (PPh)
dan Pajak Pertambahan Nilai (PPn) merupakan jenis pajak yang
paling banyak. Penurunan pendapatan dari sector pajak perparah
dengan kenyataan banyak banyak sekali oknum pegawai dan pejabat

9
pajak yang bermain untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan
memperkaya diri sendiri
• Meningkatnya Hutang Negara
Korupsi yang terjadi di Indonesia akan meningkatkan hutang
luar negeri yang semakin bersar. Dari data yang diambil dari
Direktorat Jendral Pengelolaan Hutang Kementerian Keuangan RI,
disebutkan bahwa total hutang pemerintah per 31 Mei 2011
mencapai US$201.07 atau setara dengan Rp.1.716,26 trilliun.
2. Dampak Sosial dan Kemiskinan Rakyat
Praktek korupsi menciptakan ekonomi biaya tinggi yang membebankan
pelaku ekonomi. Kondisi ekonomi biaya tinggi ini berimbas pada mahalnya
harga jasa dan pelayanan publik karena harga yang ditetapkan harus dapat
menutupi kerugian pelaku ekonomi akibat besarnya modal yang dilakukan
karena penyelewengan yang mengarah ke tindak korupsi.
Dari dampak sosial dan kemiskinan rakyat akan menyebabkan:
• Mahalnya harga jasa dan pelayanan public
Praktek korupsi menciptakan ekonomi biaya tinggi yang
membebankan pelaku ekonomi. Kondisi ekonomi biaya tinggi ini
berimbas pada mahalnya harga jasa dan pelayanan public, karena
harga yang ditetapkan harus dapat menutupi kerugian pelaku
ekonomi akibat besarnya modal yang dilakukan karena
penyelewengan yang mngarah ke tindak korupsi.
• Lambatnya pengentasan kemiskinan rakyat
Lemahnya koordinasi dan pendataan, pendanaan dan lembaga.
Karena korupsi, permasalahan kemiskinan itu sendiri akhirnya akan
membuat masyarakat sulit mendapatkan akses ke lapangan kerja
yang disebabkan latar belakang Pendidikan, sedangkan untuk
membuat pekerjaan sendiri banyak terkendala oleh kemampuan,
masalah teknis dan pendanaan.
• Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin
Rakyat miskin lebih mendahulukan mendapatkan bahan pokok
untuk hidup daripada untuk sekolah yang semakin menyudutkan
karena mengalami kebodohan. Jasa Pendidikan, kesehatan, rumah

10
layak huni, informasi, hokum, dan sebagainya sulit diakses oleh
Rakyat Miskin. Akses untuk mendapatkan pekerjaan yang layak
menjadi sangat terbatas, yang pada akhirnya rakyat miskin tidak
mempunyai pekerjaan dan selalu dalam kondisi yang miskin seumur
hidup. Meciptakan lingkaran setan kemiskinan.
• Meningkatnya angka kriminalitas
Menurut Transparency International, korupsi dan kualitas serta
kuantitas kejahatan sangat berkaitan. Rasionya, ketika korupsi
meningkat, angka kejahatan yang terjadi juga meningkat.
Sebaliknya, ketika korupsi berhasil dikurangi, maka kepercayaan
masyarakat terhadap penegak hokum (law enforcement) juga
meningkat.
• Solidaritas sosial semakin langka
Masyarakat merasa tidak mempunyai pegangan yang jelas untuk
menjalankan kehidupannya sehari-hari ketidakjelasan masa depan
serta himpitan hidup yang semakin kuat membuat sifat kebersamaan
dan gotong-royong yang selama ini dilakukan menjadi langka.
• Demoralisasi
Masyarakat menjadi semakin individualis. Memtingkan dirinya
sendiri dan keluarganya saja. Mengapa masyarakat melakukan hal
ini dapat dimengerti, karena memang sudah tidak ada lagi
kepercayaan kepada pemerintah, sistem, hukum bahkan antar
masyarakat sendiri.

11
3. Dampak Korupsi terhadap Birokrasi Pemerintahan
Penyebab dari runtuhnya otoritas pemerintahan yakni:
• Matinya Etika Sosial Politik
Para wakil rakyat sudah tidak dapat dipercaya sebagai pelindung
rakyat, karna mereka hanya memikirkan anak buah mereka jika
salah satu dari mereka melakukan tindak korupsi dengan kekuatan
politiknya mereka akan melakukan berbagai cara untuk
menyelamatkannya.
• Tidak Berlakunya Peraturan dan Perundang Undangan
Peraturan perundang undangan tidak lagi berlaku karna,
kebanyakan para pejabat tinggi, pemegang kekuasaan atau hakim
sering kali dijumpai bahwa mereka mudah sekali terbawa oleh hawa
nafsu mereka. dan juga sering kali semua permasalahan selalu
diselesaikan dengan korupsi.
4. Dampak Terhadap Politik dan Demokrasi
Konstituen didapatkan dan berjalan karena adanya suap yang diberikan
pleh calon-calon pemimpin partai, bukan karena simpati atau percaya
terhadap kemampuan dan kepemimpinannya. korupsi yang menyandera
pemeirntahan akan menghasilkan konsekuensi menguatnya plutokrasi
(sistem politik yang dikuasai pemilik modal/kapitalis).
Dari dampak terhadap politik dan demokrasi tersebut menghasilkan:
• Munculnya kepemimpinan yang korup
Konsisten didapatkan dan berjalan karena adanya suap yang
diberikan oleh calon-calon pemimpin partai bukan karena simpati
atau percaya terhadap kemampuan dan kepemimpinannya.
• Menguatnya system politik yang dikuasai oleh pemilik modal
Korupsi yang menyandera pemerintahan akan menghasilkan
konsekuensi menguatnya plutokrasi (sistem politik yang dikusai
pemilik modal/kapitalis). Faktanya perusahaan-perusahaan besar
punya hubungan dengan partai-partai yang ada di kancah
perpolitikan negeri ini, bahkan beberapa pengusaha besar menjadi
ketua sebauh partai politik. Seringkali kepentingan partai bercampur
dengan kepentingan perusahaan.

12
• Hilangnya kepercayaam publik pada demokrasi
Terjadinya tidak korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh
petinggi pemerintah, legislative atau petinggi partai politik,
mengakibatkan berkurangnya bahkan hilangnya kepercayaan public
terhadap pemerintahan yang sedang berjalan
• Hancurnya kedaulatan rakyat.
Seharusnya kedaulatan ada di tangan rakyat. Namun yang terjadi
sekarang ini adalah kedaulatan ada di tangan partai politik, karena
anggapan bahwa partailah bentuk representasi rakyat. Partai adalah
dari rakyat dan mewakili rakyat, sehingga banyak orang yang
mengganggap bahwa wajar apabila sesuatu yang didapat dari negara
dinikmati oleh partai.
5. Dampak Terhadap Penegak Hukum
Korupsi terhadap penegak hukum dapat melemahkan suatu
pemerintahan. bahwasanya setiap pejabat atau pemegang kekusaan
memiliki peran penting dalam membangun suatu negara, apabila pejabat
sudah melalaikan kewajibannya maka yang akan terjadi yakni,
• Fungsi pemerintahan tidak berjalan dengan baik
• Masyarakat akan kehilangan kepercayaan kepada pemerintah
6. Dampak terhadap Pertahanan dan keamanan
Dampak terhadap pertahanan dan keamanan mengakibatkan
• Lemahnya alusista (senjata) dan SDM
Anggaran hankam menguap sia-sia karena korupsi. Seringkali
kita mendapatkan berita dari berbagai media tentang bagaimana
negara lain begitu mudah menerobos batas wilayah Negara
Indonesia. Baik dari darat, laut maupun udara. Padahal Indonesia
adlah negara nomor 15 terluas di dunia.
• Lemahnya garis batas negara
Nelayan asing dari Malaysia, Vietnam, Philipina, Thailand
sering sekali melanggar Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia
dan mengeruk kekayaan laut yang ada di dalamnya. Kementerian
kelautan dan Perikanan RI yang menyatakan bahwa Indonesia

13
mengalami kerugian 9.4 Trilliun Rupiah per tahun akibat pencurian
ikan oleh nelayan asing.
• Menguatnya kekerasan dalam masyarakat
Akumulasi dari rasa tidak percaya, apatis, tekanan hidup,
kemiskinan yang tidak berujung jurang perbedaan kaya dan miskin
yang sangat dalam, serta upaya menyelematkan diri sendiri
menimbulkan efek yang sangat merusak yaitu kekerasan
7. Dampak Terhadap Lingkungan
Dampak korupsi terhadap lingkungan dapat menyebabkan
• Menurunya kualitas lingkungan
Akibat yang dihasilkan oleh perusakan ala mini sangat
merugikan khususnya bagi kualitas lingkungan itu sendiri. Dari
kasus illegal login saja disinyalir kerugian negara per tahun sampai
30-42 Triliun rupiah per tahun. Belum lagi kerusakan lingkungan ini
akan menciptakan bencana yang sebenarnya dibuat oleh manusia
seperti banjit, banjir bandang, kerusakan tanah, kekeringan,
kelangkaan air dan menurunnya kualitas air & udara, tingginya
pencemaran di perairan sungai dan laut sehingga sangat beracun, dan
sebagainya
• Menurunnya kualitas hidup
Kerusakan hutan hujan tropis akan mengurangi persediaan
oksigen bukan hanya untuk wilayah tersebut namun juga oksigen
untuk bumi secara keseluruhan. Berjurangnya kualitas udara
tentunya juga akan berakibat pada menurunnya kualitas kesehatan
manusia yang menghirupnya. Kerusakan yang terjadi diperairan
seperti pencemaran sungai dan laut, juga mengakibatkan
menurungnya kualitas hidup manusia.

14
C. Alasan Korupsi Dinegara Selalu Ada
Saat ini indonesia berada di peringkat 107 paling bersih dari korupsi. Di peringkat ini
Indonesia mendapatkan nilai 34 dengan predikat negara sangat korup. Negara tetangga kita
seperti Malaysia menduduki peringkat 50. Sedangkan Singapura berada di peringkat 7.
Berkaca dari hal ini sebenarnya bangsa Indonesia harus malu. Kenapa negara yang hebat
ini justru terus digerogoti manusia-manusia korup yang hidup untuk memenuhi kantongnya
sendiri.
Sudah sejak lama Indonesia mencanangkan gerakan anti korupsi. Bahkan di kurikulum
sekolah pun ditanamkan budaya anti korupsi. Namun nyatanya tak ada perubahan besar.
Dari tahun ke tahun masih saja ada korupsi yang nilainya sangat fantastis. Lantas kenapa
korupsi ini tidak pernah bisa hilang dari Indonesia?
Berikut alasannya kenapa korupsi selalu ada:
➢ Korupsi Sudah Mengakar dan Menjadi Budaya
Korupsi di Indonesia sejatinya sudah mengakar dengan kuat. Bahkan
sebelum kata korupsi atau KKN jadi tenar saat Pak Soeharto lengser,
korupsi sudah hidup dan membumi di Indonesia. Di zaman-zaman kerajaan
seperti Singasari, Majapahit hingga Demak. Korupsi sudah menyusup
masuk dan akhirnya membuat kerajaan yang besar ini jadi hancur. Motifnya
adalah sama. Memperkaya diri dan ingin mendapatkan kekuasaan yang
setinggi-tingginya. Akhirnya perang pun tak bisa dihindarkan.
Selain itu, saat zaman penjajahan Belanda. Korupsi mulai ditanamkan
oleh bangsa yang sering disebut dengan kompeni ini. Mereka mengangkat
petinggi-petinggi lokal lalu memberinya upeti. Selain itu mereka juga
mengajari bagaimana mendapatkan uang dengan memeras rakyat dan
memakai uang dari pemerintahan. Lambat laun budaya ini terus mengakar
kuat. Bahkan sekarang korupsi telah menjelma menjadi sebuah pohon besar
yang akan diwariskan dari generasi ke generasi.

15
➢ Tidak Ada Hukuman yang Mematikan
Wacana terkait adanya hukuman mati bagi koruptor pernah digulirkan
di Indonesia. Namun hal ini tidak pernah terjadi sampai sekarang.
Alasannya adalah hukuman mati bagi koruptor dianggap tidak efektif.
Meski demikian, jika hukuman ini tidak lakukan. Maka koruptor akan
semakin merejalela. Mereka akan terus mengeruk uang rakyat untuk
kesenangannya sendiri. Akhirnya negara merugi dan rakyat tak
mendapatkan apa-apa.
China telah melakukan hukuman mati bagi semua pejabat atau siapa saja
yang bersalah. Hal ini menyebabkan banyak orang di sana takut untuk
menjadi tikus uang. Berbeda dengan Indonesia. Orang yang ditangkap
dengan dugaan korupsi pun masih bisa tersenyum pada media. Mereka
terlihat biasa dan tidak memiliki rasa bersalah. Coba jika mereka mendengar
bahwa hukuman “dor” akan diterima. Pasti akan menangis untuk meminta
maaf.
➢ Korupsi Bukan Perkara Individu Tapi Sistem yang Kuat
Korupsi di Indonesia bukan hanya dilakukan oleh individu saja.
Barangkali mereka memang ditangkap sendirian, namun di balik itu ada
sebuah sistem yang kuat. Ia memiliki banyak sekali backing orang kuat
hingga membuatnya mampu melakukan korupsi dengan skala yang sangat
besar. Selain itu mereka juga bekerja dengan sangat rapi hingga ada pihak
yang ditunjuk sebagai eksekutor dan juga pihak yang rela mengorbankan
tubuhnya.
Artinya jika ketahuan mereka rela ditangkap dan membisu jika
diinterogasi. Dengan begitu akar dari sistem ini akan tetap kokoh. Anggap
orang yang ditangkap sebuah cabang. Satu patah maka akan tetap ada
cabang lainnya. Jika penegak hukum mampu menangkap akar dari sistem
ini maka korupsi di Indonesia bisa ditanggulangi dengan baik.
Namun pihak penegak hukum pun ada yang terjerat kasus korupsi.
Lantas kita harus percaya kepada siapa untuk penegakan hukum di
Indonesia.

16
➢ Tidak Ada Upaya Kuat dari Pemerintah Untuk Memberantas Korupsi
Kita bisa melihat jika pemerintah tidak begitu memerhatikan masalah
korupsi. Bahkan lembaga yang dipercaya memberantas korupsi dibiarkan
hancur. Sebut saja KPK yang beberapa waktu lalu dibiarkan saja dirusak
oleh pihak berkepentingan. Dugaan korupsi yang dilontarkan KPK seakan
jadi boomerang bagi mereka sendiri. Terlebih pihak yang “dicolek” KPK
adalah Kepolisian. Pihak yang harusnya menegakkan hukum.
Prahara cicak dan buaya kembali mencuat dan membuat publik kembali
geram. Pemerintah dalam hal ini Presiden tidak melakukan apa-apa. Hanya
formalitas untuk meminta dialog dan menyelesaikan semua. Coba jika
Presiden turun tangan untuk mengatasi lembaga-lembaga yang ada di
bawahnya ini. Maka drama saling menjatuhkan tidak akan pernah terjadi.
Masyarakat pun tidak perlu menyaksikan kebobrokan negeri ini yang sudah
kian parah.
➢ Korupsi Bukanlah Akhir dari Segalanya, Hidup Masih Berjalan
Korupsi bukanlah akhir dari segalanya. Apalagi beberapa koruptor
masih bisa hidup enak, dan nyaman di dalam penjara. Tidak perlu
disebutkan siapa orangnya, anda pasti paham. Koruptor masih bisa hidup
selayaknya manusia di dalam penjara. Mereka masih bisa bermain ponsel,
belanja, hingga makan enak. Ruang khusus pun disediakan untuk membuat
mereka nyaman.
Inilah beberapa hal yang menyebabkan korupsi tidak berhenti di
Indonesia. Mereka menganggap jika korupsi hanya akan membuat mereka
dipenjara. Keluar dari sana masih bisa melakukan hal yang sama, bahkan
jauh lebih besar. Jika saja melakukan korupsi merupakan akhir dari sebuah
kehidupan. Maka mereka tidak akan memilih untuk mencuri uang rakyat.

17
D. Nilai dan Prinsip Anti-Korupsi
a. Nilai-Nilai Anti-Korupsi
Dalam berbagai buku dan pembahasan disebutkan bahwa nilai-nilai anti korupsi
berjumlah 9 buah, yaitu
1. Jujur
Adalah sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara
pengetahuan, perkataan dan perbuatan. Jujur berarti mengetahui apa yang
bena. Orang jujur adalah orang yang dapat dipercaya, lurus hati, tidak
berbohong dan tidak melakukan kecurangan.
2. Disiplin
Adalah kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk
peraturan atau tata tertib yang berlaku. Dispilin berarti patuh pada aturan.
3. Tanggung Jawab
Adalah sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya baik yang berkaitan dengan diri sendiri, social, masyarakat,
bangsa negara maupun agama.
4. Adil
Berarti tidak berat sebelah tidak memihak pada salah satu. Adil juga
berarti perlakukan yang sama untuk semua tanpa membeda-bedakan
berdasarkan golongan atau kelas tertentu.
5. Berani
Adalah hati yang mantap, rasa percaya diri yang besar dalam
menghadapi ancaman atau hal yang dianggap sebagai bahaya dan kesulitan.
Berani berarti tiak takut atau gentar
6. Peduli
Adalah sikap dan tindakan memperhatikan dan menghiraukan orang
lain, masyarakat yang membutuhkan dan lingkungan sekitar.
7. Kerja Keras
Adalah sungguh-sungguh berusaha ketika menyelesaikan berbagai
tugas, permasalahan pekerjaan dan lain-lain dengan sebaik-baiknya. Kerja
keras berarti pantang menyerah terus berjuang dan berusaha.

18
8. Mandiri
Adalah dapat berdiri sendiri. Mandiri berarti tidak bergantung pada
orang lain. Mandiri juga berarti kemampuan menyelesaikan mencari dan
menemukan solusi dari masalah yang dihadapi.
9. Sederhana
Adalah bersahaja. Sederhana berarti mengguraikan sesuatu secukupnya,
tidak berlebih-lebihan.
b. Prinsip-Prinsip Anti Korupsi
Setelah memahami nilai-nilai anti korupsi yang penting untuk mencegah faktor
internal terjadinya korupsi, berikut akan dibahas prinsip-prinsip Anti-korupsi yang
meliputi akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan,
untuk mencegah faktor eksternal penyebab korupsi.
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja.
Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main
baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik
pada level budaya (individu dengan individu) maupun pada level lembaga
(Bappenas : 2002). Lembaga-lembaga tersebut berperan dalam sektor
bisnis, masyarakat, publik, maupun interaksi antara ketiga sektor.
Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat yang
digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi
dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban
(answerability) kepada sejumlah otoritas eksternal (Dubnik : 2005). Selain
itu akuntabilitas publik dalam arti yang paling fundamental merujuk kepada
kemampuan menjawab kepada seseorang terkait dengan kinerja yang
diharapkan (Pierre : 2007). Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah
seseorang yang memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan
mengharapkan kinerja (Prasojo : 2005).
Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya,
antara lain adalah akuntabilitas program, akuntabilitas proses, akuntabilitas
keuangan, akuntabilitas outcome, akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas
politik (Puslitbang, 2001). Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat
diukur dan dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan
pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi atas
19
kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang
diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka panjang
dari sebuah kegiatan.
2. Transparansi
Salah satu prinsip penting anti korupsi lainnya adalah transparansi.
Prinsip transparansi ini penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari
transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara
terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik
(Prasojo : 2007). Selain itu transparansi menjadi pintu masuk sekaligus
kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dalam bentuk
yang paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan
kejujuran untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena
kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang
sangat berharga bagi para mahasiswa untuk dapat melanjutkan tugas dan
tanggungjawabnya pada masa kini dan masa mendatang (Kurniawan :
2010).
Dalam prosesnya, transparansi dibagi menjadi lima yaitu proses
penganggaran, proses penyusunan kegiatan, proses pembahasan, proses
pengawasan, dan proses evaluasi. Proses penganggaran bersifat bottom up,
mulai dari perencanaan, implementasi, laporan pertanggungjawaban dan
penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran. Di dalam proses penyusunan
kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan proses pembahasan
tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi
anggaran (anggaran belanja).
3. Kewajaran
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran. Prinsip fairness
atau kewajaran ini ditujukan untuk mencegah terjadinya manipulasi
(ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun
ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran ini terdiri dari lima hal
penting yaitu komprehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran,
dan informatif.
Komprehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan
aspek, berkesinam-bungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan
tidak melampaui batas (off budget), sedangkan fleksibilitas artinya adalah
20
adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektifitas.
Terprediksi berarti adanya ketetapan dalam perencanaan atas dasar asas
value for money untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan.
Anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness
di dalam proses perencanaan pembangunan. Selain itu, sifat penting lainnya
adalah kejujuran. Kejujuran tersebut mengandung arti tidak adanya bias
perkiraan penerimaan maupun pengeluaran yang disengaja, yang berasal
dari pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran merupakan bagian
pokok dari prinsip fairness. Sifat yang terakhir dalam prinsip kewajaran
adalah informatif. Tujuan dari sifat ini adalah dapat tercapainya sistem
informasi pelaporan yang teratur dan informatif. Sifat informatif ini
dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran dan proses pengambilan
keputusan selain itu sifat ini merupakan ciri khas dari kejujuran.
4. Kebijakan
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan.
Pembahasan mengenai prinsip ini ditujukan agar mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami kebijakan anti korupsi. Kebijakan ini berperan
untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat
merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu
identik dengan undang-undang anti-korupsi, namun bisa berupa undang-
undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang desentralisasi,
undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan
masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan
penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara.
Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan,
pelaksana kebijakan, kultur kebijakan. Kebijakan anti-korupsi akan efektif
apabila di dalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait dengan persoalan
korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan
integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila
didukung oleh aktor-aktor penegak kebijakan yaitu kepolisian, kejaksaan,
pengadilan, pengacara, dan lembaga pemasyarakatan. Eksistensi sebuah
kebijakan tersebut terkait dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap, persepsi,
dan kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-undang anti

21
korupsi. Lebih jauh lagi, kultur kebijakan ini akan menentukan tingkat
partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi.
5. Kontrol kebijakan
Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol kebijakan
merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan
mengeliminasi semua bentuk korupsi. Pada prinsip ini, akan dibahas
mengenai lembaga-lembaga pengawasan di Indonesia, self-evaluating
organization, reformasi sistem pengawasan di Indonesia, problematika
pengawasan di Indonesia. Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi,
evolusi dan reformasi.
Kontrol kebijakan berupa partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap
kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya dan
kontrol kebijakan berupa oposisi yaitu mengontrol dengan menawarkan
alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih layak. Sedangkan kontrol
kebijakan berupa revolusi yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan
yang dianggap tidak sesuai. Setelah memahami prinsip yang terakhir ini,
mahasiswa kemudian diarahkan agar dapat berperan aktif dalam melakukan
tindakan kontrol kebijakan baik berupa partisipasi, evolusi maupun
reformasi pada kebijakan-kebijakan kehidupan mahasiswa dimana peran
mahasiswa adalah sebagai individu dan juga sebagai bagian dari
masyarakat, organisasi, maupun institusi.

22
E. Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi Serta Peran Mahasiswa Dalam
Gerakan Anti-Korupsi
a. Pendidikan Anti-Korupso di Perguruan Tinggi
Salah satu upaya dikti dalam membentuk karakter bangsa yaitu dengan
melaksanakan Pendidikan Anti Korupsi di seluruh perguruan tingi di Indonesia.
Sesuai dengan PP No. 71 Th. 2000: “Peran serta masyarakat adalah peran aktif
perorangan, Ormas, atau LSM dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi.” Maka dari itulah mahasiswa harus turut andil dalam upaya pencegahan
serta pemberantasan tindak pidana korupsi.
Program Pendidikan Anti Korupsi mempunyai visi yaitu terwujudnya sarjana
Indonesia berkarakter bersih korupsi. Sedangkan misi dari Pendidikan Anti Korupsi
diantaranya :
➢ Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terhadap
bahaya korupsi
➢ Meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap bahaya korupsi
➢ Meningkatkan peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi
➢ Melakukan PENDIDIKAN & PENGAJARAN ANTI KORUPSI
Tujuan diadakannya Pendidikan Anti Korupsi di Indonesia adalah :
➢ Membangun budaya anti korupsi di kalangan mahasiswa dengan:
o Memberikan pengetahuan tentang korupsi dan
pemberantasannya
o Menanamkan nilai-nilai anti korupsi
➢ Menyiapkan mahasiswa sebagai agent of change bagi kehidupan
bermasyarakat dan bernegara yang bersih dan bebas dari korupsi.

b. Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti-Korupsi


Peran pokok mahasiswa dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi
terbagi dalam 3 tahap yaitu :
1. Tahap Pencegahan
a. Pendidikan Anti Korupsi
i. Mewajibkan Pemimpin Mahasiswa untuk Mengikuti
Pendidikan Anti Korupsi
ii. Mendorong adanya Pendidikan Anti Korupsi di Kampus
iii. Mengadakan Seminar Anti-Korupsi
23
iv. Adanya Materi Pendidikan Anti-Korupsi di Kaderisasi
Mahasiswa
b. Kampanye Ujian Bersih
i. Pembuatan Media Prograganda (Baliho, Spanduk, dan
Poster)
ii. Pembuatan Media On-line untuk mengkampanyekan
Ujian Bersih
iii. Menanamkan Nilai Kejujuran/Ujian Bersih di Kaderisasi
Mahasiswa
2. Tahap Opini
a. Gagasan / Ide
i. Memperbanyak opini mengenai kasus korupsi ke media
ii. Membuat Bunga Rampai (buku) mengenai Anti-Korupsi
iii. Membuat audiovisual interaktif terkait anti-korupsi
b. Metode Pencegahan Korupsi
i. Gagasan untuk pencegahan korupsi sejak dini (PAUD,
SD, SMP, SMA)
ii. Membuat Korps Anti Korupsi di Tingkat Universitas
iii. Adanya Tata Etika dan Norma diantara Mahasiswa
c. Mengangkat Isu Korupsi Lokal-Nasional
i. Mahasiswa diharapkan dapat lebih peka dan siaga
menanggapi isu Korupsi lokal yang terjadi
ii. Advokasi dan Pengawalan Penyusunan Anggaran serta
pelaksanaan pembangunan di daerah / nasional
3. Tahap Gerakan Moral
Gerakan moral untuk mendorong pemerintah menindaklanjuti kasus
korupsi yang terjadi
a. Sebagai kelompok penyeimbang bagi gerakan yang mendukung
koruptor.
b. Mendorong Penguatan institusi KPK sebagai lembaga
pemberantasan korupsi yang kredibel, kokoh, dan transparan.

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak buruk
luar biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem
perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan, dan
tatanan sosial kemasyarakatan di negeri ini. Dilain pihak upaya pemberantasan korupsi
yang telah dilakukan selama ini belum menunjukkan hasil yang optimal. Korupsi dalam
berbagai tingkatan tetap saja banyak terjadi seolah-olah telah menjadi bagian dari
kehidupan kita yang bahkan sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Jika kondisi ini tetap
kita biarkan berlangsung maka cepat atau lambat korupsi akan menghancurkan negeri ini.
Ini dapat menjadi indikator bahwa nilai-nilai dan prinsip anti korupsi seperti yang telah
diterangkan diatas penerapannya masih sangat jauh dari harapan. Banyak nilai-nilai yang
terabaikan dan tidak dengan sungguh-sungguh dijalani sehingga penyimpangannya
menjadi hal yang biasa.
Pendidikan memang menjadi hal pokok untuk merubah keadaan ini. Akan tetapi, semua
itu tidak akan berjalan dengan lancar apabila tidak didukung oleh lingkungan masyarakat
serta lingkungan keluarga. Oleh karena itulah tugas kita sebagai mahasisa untuk
membangkitkan lagi nilai-nilai serta prinsip-prinsip anti korupsi tersebut dalam kehidupan
sehari-hari demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
B. Saran
Mahasiswa sebagai calon penerus bangsa ini sudah selayaknya lebih peka dan peduli
akan kondisi bangsa dan negara. Pendidikan Anti Korupsi yang didapat dari bangku
perkuliahan harusnya dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila
sudah mengenali dan memahami korupsi, alangkah baiknya kita dapat mencegahnya mulai
dari diri kita sendiri kemudian setelah itu baru mencegah orang lain.

25
Daftar Pustaka

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. (2016). Dalam E. Trionovani,


PENGETAHUAN BUDAYA ANTI KORUPSI (hal. 165-169). Jakarta: KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
Komisi Pemberantasan Korupsi. (2016). Dampak Korupsi terhadap Birokrasi Pemerintahan. Diambil
kembali dari Pusat Edukasi Antikorupsi: https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-
korupsi/infografis/dampak-korupsi-terhadap-birokrasi-pemerintahan
Komisi Pemberantasan Korupsi. (2016). Dampak Korupsi terhadap Ekonomi. Diambil kembali dari
Pusat Edukasi Antikorupsi: https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-
korupsi/infografis/dampak-korupsi-terhadap-ekonomi
Komisi Pemberantasan Korupsi. (2016). Dampak Korupsi terhadap Kerusakan Lingkungan. Diambil
kembali dari Pusat Edukasi Antikorupsi: https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-
korupsi/infografis/dampak-korupsi-terhadap-kerusakan-lingkungan
Komisi Pemberantasan Korupsi. (2016). Dampak Korupsi terhadap Penegakan Hukum. Diambil
kembali dari Pusat Edukasi Antikorupsi: https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-
korupsi/infografis/dampak-korupsi-terhadap-penegakan-hukum
Komisi Pemberantasan Korupsi. (2016). Dampak Korupsi terhadap Pertahanan dan Keamanan.
Diambil kembali dari Pusat Edukasi Antikorupsi: https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-
dampak-korupsi/infografis/dampak-korupsi-terhadap-pertahanan-dan-keamanan
Komisi Pemberantasan Korupsi. (2016). Dampak Korupsi terhadap Politik dan Demokrasi. Diambil
kembali dari Pusat Edukasi Antikorupsi: https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-
korupsi/infografis/dampak-korupsi-terhadap-politik-dan-demokrasi
Komisi Pemberantasan Korupsi. (2016). Dampak Korupsi terhadap Sosial dan Kemiskinan. Retrieved
from Pusat Edukasi Antikorupsi: https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-
korupsi/infografis/dampak-korupsi-terhadap-sosial-dan-kemiskinan
Komisi Pemberantasan Korupsi. (2016). Nilai-nilai Antikorupsi. Diambil kembali dari Pusat Edukasi
Antikorupsi: https://aclc.kpk.go.id/materi/sikap-antikorupsi/infografis/nilai-nilai-antikorupsi
Nugroho, A. (2015, November). 5 Alasan Kenapa Korupsi Tidak Akan Pernah Hilang dari Indonesia.
Diambil kembali dari BOOMBASTIS: https://www.boombastis.com/korupsi-indonesia/48096
Zakky. (2018, Mei 1). Pengertian Korupsi Secara Umum, Menurut Para Ahli & Undang Undang.
Diambil kembali dari ZonaReferensi.com : https://www.zonareferensi.com/pengertian-
korupsi/
Zurul, A. (2016, September 30). Faktor–faktor Penyebab Korupsi. Diambil kembali dari Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/zurul_98/57ee2a6ab37e61951464bfe4/faktorfaktor-penyebab-
korupsi?page=all

26

Anda mungkin juga menyukai