A. Identitas Pasien
B. Keluhan utama
Enam tahun lalu tepatnya bulan April, pada sore hari saat pasien pulang bekerja
pasien merasa kelelahan. Pasien lalu istirahat sejenak dan tidur sebentar, saat maghrib
pasien bangun dan akan melaksanakan solat maghrib tiba-tiba pasien merasa tangan
dan kaki kirinya tidak bisa digerakkan. Pada saat sebelum serangan pasien tidak
merasakan ada tanda-tanda sebelumnya seperti pusing kesemutan atau penurunan
kesadaran. Setelah serangan pasien langsung dibawa ke RS. Sardjito. Pasien dirawat
inap selama 3 minggu dan seminggu berada di ICU. Di rumah sakit pasien mengaku
telah melakukan pemeriksaan CT scan dan terdapat bayangan hitam (hipodensitas)
sebesar ibu jari di otaknya. Setelah menjalani pengobatan di rumah sakit selama 3
minggu, pasien melakukan pemeriksaan CT scan lagi dan hasilnya bayangan hitam
sudah hampir tidak terlihat.
Pasien tidak mengerti mendapat pengobatan apa saat tiba di rumah sakit tetapi
hingga saat ini pasien diberi Nifedipine dan Valsartan.
Pasien mengaku memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol sejak dulu tetapi
tidak pernah mengalami keluhan seperti pusing atau keluhan lain.
Pasien tidak tahu pasti apakah keluarganya ada yang menderita hipertensi
Pasien mengaku tidak ada keluarganya yang mengalami keluhan sama atau
menderita stroke
Pemeriksaan Sensitibilitas
Sensasi taktil = Pasien dapat merasakan sensasi taktil di kedua
tangan dan kakinya
Sensasi nyeri superfisial = Pasien dapat merasakan rangsangan tajam dan
tumpul di kedua tangan dan kakinya
RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. HCT Scan
HCT Scan merupakan Gold Standard yang dilakukan pada kasus seperti yang
dialami pasien. Dengan Head CT Scan, dapat diperlihatkan tanda-tanda awal
terjadinya iskemia pada 3 jam pertama serangan. Karena pasien terakhir
melakukan HCT Scan pada 6 tahun lalu, untuk memonitoring perjalanan penyakit
pasien, saya sarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan HCT Scan kembali.
4. Pemeriksaan EKG
Untuk mengetahui apakah terdapat kelainan pada jantung pasien karena
gangguan pada jantung dapat menjadi salah satu penyebab munculnya
gangguan pada aliran darah otak.
RENCANA TERAPI
FARMAKOLOGI
1. Antihipertensi
Obat antihipertensi diberikan untuk mengontrol tekanan darah pasien yang
diatas normal sehingga mengurangi resiko stroke berulang dan menjaga agar
tidak ada keluhan ataupun komplikasi lain akibat hipertensi.
Obat yang saya pilih adalah tetap pada pemakaian awal pasian yaitu
Valsartan (dosis 80-160mg/hari sekali sehari) yaitu sebagai penyekat
reseptor angiotensin (angiotensin receptor blocker). Pemilihan obat ini
didasari pada berbagai referensi yang menyebutkan bahwa obat golongan ini
lebih efektif mengontrol tekanan darah dibanding obat golongan ACE inhibitor
ataupun diuretik. Pemberian Nifedipine sebaiknya tidak diberikan lagi karena
dapat mengganggu irama jantung seperti atrial fibrilasi.
REHABILITASI FISIOTERAPI
Fisioterapi penting dilakukan untuk memastikan bahwa pasien benar-benar
memakai anggota tubuh pasien yang terkena stroke dengan cara
menciptakan suatu aktivitas yang sederhana dan mudah dipahami serta
mengacu pada kekurangan yang harus ditambahkan pada pasien. Dalam
memberikan latihan seorang fisioterapis tidak saja terfokus pada sisi yang
sakit saja tetapi sisi yang sehat juga harus dioptimalkan fungsinya.
Pada rehabilitasi terdapat gerakan pasif dan aktif. Gerakan pasif dibantu oleh
fisioterapis atau keluarga. Gerakannya meliputi gerakan menekuk dan
meluruskan sendi bahu, menekuk dan meluruskan siku, memutar
pergelangan, menekuk dan meluruskan pergelangan tangan, gerakan
memutar ibu jari, menekuk dan meluruskan jari tangan, dan gerakan-gerakan
yang meliputi pergerakan ekstremitas bawah. Gerakan aktif meliputi
pergerakan tangan dan kaki ekstremitas yang sehat maupun yang lemah
secara perlahan. Latihan berjalan, bangkit duduk di tepi tempat tidur, dan
lain-lain.
REFLEKSI KASUS
B. Tinjauan Biososiopsikospiritual
Dari hasil anamnesis saya dengan penderita, kini beliau merasa kesulitan untuk
melakukan aktivitasnya sehari-hari karena ekstrimitas kirinya masih sedikit susah
untuk digerakkan. Pekerjaannya sebagai dosen pun sudah ditinggalkan. Untuk
kegiatan di lingkungan masyarakat sekitar , pasien tampak tidak kesulitan untuk
berinteraksi walaupun dengan keterbatasannya. Pasien mengaku masih bisa
mengikuti kegiatan di lingkungan tetangganya seperti senam pagi bersama.
Secara psikis pun pasien masih merasa seperti biasanya, tidak ada rasa minder
ataupun terkucilkan. Sedangkan kegiatan spiritual seperti salat dan ibadah
lainnya pasien tidak begitu mangalami kesulitan karena niat ibadah yang kuat.
Oleh :
NIM : 10711215
Kelompok tutorial : 6
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2012