Anda di halaman 1dari 13

Ebook Saham Terbaik untuk

Nabung Saham

Ellen May Institute


Industri Semen, Properti, dan Infrastruktur
Industri properti, infrastruktur, dan konstruksi mendapat sentimen positif
setelah Joko Widodo (Jokowi) terpilih menjadi Presiden dalam pemilu tahun
2014.
Program yang diusung oleh Jokowi meliputi, percepatan pembangunan
infrastruktur dan program sejuta rumah. Hal ini dapat dilihat dengan
banyaknya bermunculan tender-tender proyek pemerintah terkait
pembangkit listrik, jalan tol, dan rumah murah.
Dengan pembangunan properti, infrastruktur dan konstruksi, tentu saja
memberikan sentimen positif terhadap emiten sektor semen yang
merupakan bahan baku dalam pembangunan infrastruktur dan properti,
seperti jalan tol dan perumahan.

Sektor Semen

Copyright by Ellen May Institute Page 1


PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.,
Kode saham SMGR

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk merupakan produsen semen terbesar


dan BUMN multinasional pertama di Indonesia yang memiliki anak usaha di luar
negeri. Lokasi pabrik semen perusahaan berada di Jawa Timur, Sumatera Barat,
Sulawesi Selatan dan di Vietnam dan hasil produksinya dipasarkan di dalam dan
di luar negeri.

Initial Public Offering (IPO) PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. dilakukan


pada 8 Juli 1991 dengan penerbitan 40.000.000 lembar saham, dan pada tahun
2007 melakukan. Total saham yang beredar saat ini adalah 5.931.520.000
lembar.

SMGR di akhir tahun 2016 dihargai pada level Rp 8.700 per lembar saham
atau turun 7,9% dari level Rp 9.450 di tahun 2010.

Secara fundamental, kinerja SMGR termasuk solid, sejak tahun 2009


sampai 2014, perusahaan mencatatkan pertumbuhan laba bersih secara
konsisten. Namun kinerja perusahaan mulai melambat pada tahun 2015-2016,
seiring dengan meningkatnya kompetisi. Rata-rata pertumbuhan pendapatan
dan laba bersih selama 8 tahun terakhir di level 8,90% dan 4,47%.

Pada tahun 2016, perusahaan membukukan penurunan pendapatan


sebesar 3,02% dari Rp 26,95 triliun di 2015 menjadi Rp 26,13 triliun. Namun
begitu laba bersih perusahaan stabil, tetap di angka Rp 4,52 triliun. Hal ini
dikarenakan adanya kenaikan pada pendapatan lain-lain sebesar 217,55%
menjadi Rp 111,21 miliar.

Jika tren pertumbuhan ini masih dapat berlanjut (rata-rata 8,9%), maka
pendapatan SMGR diperkirakan dapat mencapai Rp 86,2 triliun pada 2030. Jika

Copyright by Ellen May Institute Page 2


margin dapat dijaga stabil di level 4,47%, maka laba bersih diproyeksikan
mencapai Rp 8,3 triliun atau setara dengan Rp 1.405/lembar (asumsi jumlah
saham tetap).

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.,


Kode saham INTP

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) berdiri pada tahun 1985.


Bisnis utama perusahaan bergerak di bidang manufaktur semen dan bahan
bangunan, serta konstruksi. Merk dagang INTP adalah “tiga roda”. Pemegang
saham terbesar dipegang oleh Brichwood Omnio Ltd sebanyak 51% saham.

Indocement mulai melantai di bursa pada 5 Desember 1989 dengan


harga penawaran Rp 10.000 per lembar saham. Jumlah saham INTP yang
tercatat dibursa 3.681.231.699 lembar saham. Dengan kapitalisasi per 31
Desember 2016 Rp 56.690.968.164.600.

Kinerja Indocement memiliki pola yang mirip dengan SMGR, kinerja


perusahaan 2009-2014 terus bertumbuh secara konsisten, namun mulai
engalami perlambatan pada tahun 2015-2016. Pendapatan dan laba bersih
perusahaan terus turun dalam pada periode 2015-2016. Rata-rata
pertumbuhan pendapatan dan laba bersih selama 8 tahun terakhir berada di
level 5,47% dan 5%.

Walaupun begitu, pada 2016 INTP masih sanggup mencetak laba bersih
Rp 3,87 triliun walaupun angka ini turun -11,16% jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya di Rp 4,36 triliun. Perusahaan mencatatkan penurunan
penjualan sebesar 13,69% dari Rp 17,80 triliun di 2015 menjadi Rp 15,36 triliun.

Copyright by Ellen May Institute Page 3


Laba bersih perusahaan juga turun 11,16% dari Rp 4,36 triliun di 2015 menjadi
Rp 3,87 triliun di 2016.

Jika tren pertumbuhan ini masih dapat berlanjut (rata-rata 5,47%), maka
pendapatan INTP diperkirakan dapat mencapai Rp 32,4 triliun pada 2030. Jika
margin dapat dijaga stabil di level 5%, maka laba bersih diproyeksikan mencapai
Rp 7,7 triliun atau setara dengan Rp 2.082/lembar (asumsi jumlah saham tetap).

Why SMGR dan INTP? Why not SMBR?


Walaupun SMBR mencatatkan pertumbuhan pendapatan 4,21% dari Rp 1,46
triliun di 2015 menjadi Rp 1,52 triliun di 2016. Namun, secara kapasitas
penjualan SMBR jauh lebih kecil dibandingkan SMGR dan INTP.
Pada tahun 2016, penjualan SMBR hanya sebesar Rp 1,52 triliun,
sedangkan penjualan SMGR dan INTP adalah Rp 26,13 triliun dan Rp 15,36
triliun. Secara valuasi pun, saham SMBR terbilang mahal dengan PER 266,06x
dibandingkan dengan saham SMGR dan INTP yang PERnya berada di 17,49x
dan 31,10x

Copyright by Ellen May Institute Page 4


Dengan mempertimbangkan pangsa pasar dan valuasi, SMGR dan INTP
merupakan saham-saham yang lebih defensif yang cocok untuk dijadikan
pilihan investasi dan nabung saham.

Sektor Infrastruktur

Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.,


Kode saham TLKM

Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk pertama kali berdiri pada tahun


1884 dengan nama “Post en Telegraafdienst” dan bergerak di bidang
penyediaan dan jasa telekomunikasi dan informasi.
TLKM pertama kali melantai di bursa pada 14 November 1995
dengan harga perdana di Rp 2.050. Jumlah saham TLKM yang tercatat
dibursa 100.799.996.400 lembar saham. Dengan kapitalisasi per 31
Desember 2016 sebesar Rp 401.183.985.672.000.
Selama 8 tahun terakhir, perusahaan berhasil mencatatkan
pertumbuhan laba bersih secara konsisten setiap tahunnya dengan rata-
rata pertumbuhan pendapatan dan laba bersih di level 8,77% dan 7,95%.
Telkom meraih laba bersih 2016 Rp 19,35 triliun atau naik 25% jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp 15,49 triliun. Hal ini sejalan
dengan pertumbuhan pendapatan perusahaan 13,53% menjadi Rp 116,33
triliun. Selain itu hutang perusahaan juga turun dengan DER di 0,88x jika

Copyright by Ellen May Institute Page 5


dibandingkan dengan tahun sebelumnya di 0,97x.
Jika tren pertumbuhan ini masih dapat berlanjut (rata-rata 8,77%),
maka pendapatan TLKM diperkirakan dapat mencapai Rp 377,3 triliun
pada 2030. Jika margin dapat dijaga stabil di level 7,95%, maka laba bersih
diproyeksikan mencapai Rp 56,5 triliun atau setara dengan Rp 560/lembar
(asumsi jumlah saham tetap).
Secara valuasi, saham TLKM masih tergolong murah jika
dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya seperti Indosat (ISAT) dan XL
(EXCL). TLKM memiliki PER di 16,50x atau jauh lebih rendah dibandingkan
dengan PER ISAT dan EXCL yaitu di 35,06x dan 89,48x.

Sektor Konstruksi Bangunan

Copyright by Ellen May Institute Page 6


PT Waskita Karya (Persero) Tbk.,
Kode saham WSKT

Waskita Karya (Persero) Tbk berdiri pada 1 Januari 1961 dan bergerak di
bidang jasa konstruksi. WSKT pertama kali melantai di bursa pada 19
Desember 2012 dengan harga perdana di Rp 380. Jumlah saham WSKT
yang tercatat dibursa 13.573.709.450 lembar saham, dengan pemerintah
sebagai pemegang saham terbesar dengan 66,04%. Kapitalisasi per 31
Desember 2016 sebesar Rp34,6triliun.
WSKT banyak mendapatkan proyek pengadaan jalan tol dari
pemerintah, hal ini juga yang mendorong pertumbuhan kontrak yang
didapat oleh perusahaan. Kinerja Waskita terbilang bagus, dan selama 5
tahun terakhir laba bersih perusahaan tumbuh konsisten. Tahun 2016,
perusahaan meraih laba bersih Rp 1,71 triliun atau naik 63,52% yoy.
Pertumbuhan laba bersih ini sejalan dengan pertumbuhan pendapatan
67,95% dari Rp 14,16 triliun di 2015 jadi Rp 23,79 triliun pada 2016.
Selama 6 tahun terakhir, perusahaan berhasil mencatatkan
pertumbuhan laba bersih secara konsisten setiap tahunnya dengan rata-
rata pertumbuhan pendapatan dan laba bersih di level 18,44% dan
38,87%.
Jika tren pertumbuhan ini masih dapat berlanjut (rata-rata 18,44%),
maka pendapatan WSKT diperkirakan dapat mencapai Rp 254,4 triliun
pada 2030. Jika margin dapat dijaga stabil di level 38,87%, maka laba
bersih diproyeksikan mencapai Rp 170 triliun atau setara dengan Rp
12.524/lembar (asumsi jumlah saham tetap).

Copyright by Ellen May Institute Page 7


Sektor Properti

PT Bumi Serpong Damai Tbk.,


Kode saham BSDE

PT Bumi Serpong Damai Tbk merupakan perusahaan properti dengan


pusat pengembangan lahan di daerah Tangerang. Grup Sinarmas Land ini
fokus sebagai pengembang lahan hunian, komersil, dan industri beserta
fasilitasnya.
BSDE pertama kali dicatatkan di bursa pada 6 Juni 2008 dengan
jumlah 10.935.622.870 lembar saham. Pada 14 April 2015, perusahaan
telah mencatatkan 19.246.696.192 lembar saham yang diterbitkan di
bursa. Per Desember 2016, harga saham BSDE berada di level Rp 1.770
atau meningkat sebesar 96,7% dari Desember 2010.
Perusahaan juga telah mengembangkan pendapatan hingga
mencapai 6,5 Triliun di tahun 2016, meningkat 160% dari tahun 2010 yang
membukukan pendapatan sebesar 2,5 Triliun.
Selama 8 tahun terakhir, perusahaan berhasil mencatatkan
pertumbuhan laba bersih dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan dan
laba bersih di level 26,33% dan 28,60%.
Jika tren pertumbuhan ini masih dapat berlanjut (rata-rata 26,33%),
maka pendapatan BSDE diperkirakan dapat mencapai Rp 172 triliun pada
2030. Jika margin dapat dijaga stabil di level 28,60%, maka laba bersih
diproyeksikan mencapai Rp 60,8 triliun atau setara dengan Rp
3.159/lembar (asumsi jumlah saham tetap).

Copyright by Ellen May Institute Page 8


PT Pakuwon Jati Tbk.,
Kode saham PWON
PT Pakuwon Jati Tbk. merupakan perusahaan properti pertama yang melantai
di bursa dan mempunyai usaha pengembangan dan pembangunan
superblock, retail, kantor, kondominium dan hotel yang terintegrasi.
Perusahaan ini mengelola beberapa pusat perbelanjaan besar di Jakarta
seperti Gandaria City dan Kota Kasablanka.
PWON melakukan IPO pada tahun 1989 dan pada tahun 1996 sudah
menerbitkan total 420.000.000 lembar saham. Pada tahun 2006 perusahaan
melakukan konversi saham sebanyak tiga kali sehingga total saham yang
beredar di pasar menjadi 1.543.577.000 lembar. Di akhir tahun 2016, PWON
dihargai senilai Rp 635 per lembar saham, penurunan sebesar 29,4% dari
harga Rp 900 yang dicapainya di akhir tahun 2010.
Selama 8 tahun terakhir, perusahaan berhasil mencatatkan
pertumbuhan laba bersih dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan dan
laba bersih di level 31,89% dan 41,57%.
Jika tren pertumbuhan ini masih dapat berlanjut (rata-rata 31,89%),
maka pendapatan PWON diperkirakan dapat mencapai Rp 233,3 triliun pada
2030. Jika margin dapat dijaga stabil di level 41,57%, maka laba bersih
diproyeksikan mencapai Rp 217 triliun atau setara dengan Rp 4.505 /lembar
(asumsi jumlah saham tetap).

Copyright by Ellen May Institute Page 9


Sektor Otomotif

PT Bumi Serpong Damai Tbk.,


Kode saham BSDE

PT Bumi Serpong Damai Tbk merupakan perusahaan properti dengan


pusat pengembangan lahan di daerah Tangerang. Grup Sinarmas Land ini
fokus sebagai pengembang lahan hunian, komersil, dan industri beserta
fasilitasnya.
BSDE pertama kali dicatatkan di bursa pada 6 Juni 2008 dengan
jumlah 10.935.622.870 lembar saham. Pada 14 April 2015, perusahaan
telah mencatatkan 19.246.696.192 lembar saham yang diterbitkan di
bursa. Per Desember 2016, harga saham BSDE berada di level Rp 1.770
atau meningkat sebesar 96,7% dari Desember 2010.
Perusahaan juga telah mengembangkan pendapatan hingga
mencapai 6,5 Triliun di tahun 2016, meningkat 160% dari tahun 2010 yang
membukukan pendapatan sebesar 2,5 Triliun.
Selama 8 tahun terakhir, perusahaan berhasil mencatatkan
pertumbuhan laba bersih dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan dan
laba bersih di level 26,33% dan 28,60%.
Jika tren pertumbuhan ini masih dapat berlanjut (rata-rata 26,33%),
maka pendapatan BSDE diperkirakan dapat mencapai Rp 172 triliun pada
2030. Jika margin dapat dijaga stabil di level 28,60%, maka laba bersih
diproyeksikan mencapai Rp 60,8 triliun atau setara dengan Rp
3.159/lembar (asumsi jumlah saham tetap).

Copyright by Ellen May Institute Page 10


PT Astra International Tbk.,
Kode saham ASII
Astra International Tbk berdiri pada tahun 1957 dengan bisnis utamanya di
bidang otomotif, dan melalui anak usahanya, perusahaan juga bergerak di
bidang pertambangan, perkebunan, keuangan dan IT.
Beberapa anak usaha Astra yang antara lain Astra Agro Lestari (AALI),
Astra Graphia (ASGR), Astra Otoparts (AUTO), United Tractors (UNTR), dan
Bank Permata (BNLI).
ASII pertama kali melantai di bursa pada 4 April 1990 dengan harga
perdana di Rp 14.850. Jumlah saham ASII yang tercatat dibursa
40.483.553.140 lembar saham. Dengan kapitalisasi per 31 Desember 2016
sebesar Rp 335.001.402.233.500.
Kinerja Astra selama 5 tahun terakhir terlihat melambat sejalan dengan
lesunya penjualan otomotif 2 tahun terakhir ini. Di tahun 2016, Astra masih
bisa mencatatkan laba bersih Rp 15 triliun atau naik 4,78% jika dibandingkan
dengan tahun 2015. Rasio hutang dengan ekuitas (DER) pada 2016 juga
semakin turun jadi 1.09x dari sebelumnya 1,17x.

Copyright by Ellen May Institute Page 11


Disclaimers :
This writing is prepared for information purposes only and under no circumstances should it be considered or
intended as an offer to sell or solicitation of an offer to buy the stocks referred to herein. Investors should note
that values of such stocks, if any, may fluctuate and that each stock's price or value may rise or fall. Opinions or
recommendations contained herein are in form of technical ratings and fundamental ratings. Technical ratings may
differ from fundamental ratings as technical valuations apply different methodologies and are purely based on
price and volume-related information extracted from the relevant jurisdiction's stock exchange. Past performance
is not necessarily a guide to future performance. This writing is not intended to provide personal investment
advice and does not take into account the specific investment objectives, the financial situation and the particular
needs of persons who may receive or read this writing. Investors should therefore seek financial, legal and other
advice regarding the appropriateness of investing in any stocks or the investment strategies discussed or
recommended in this writing.
The information contained herein has been obtained from sources believed to be reliable but such sources have
not independently verified by author and consequently no representation is made as to the accuracy or
completeness of this writing and it should not be relied upon as such. Accordingly, author, associates, connected
parties and/or employees shall not be liable for any direct, indirect or consequential losses or damages, that may
arise from the use or reliance of this writing. Any information, opinions or recommendations contained herein are
subject to change at any time, without prior notice.
Every recommendation from Ellen May Institute to be used only as reference and not an order to buy or sell. Every
profits and losses are readers’ own responsibility.

Copyright by Ellen May Institute Page 12

Anda mungkin juga menyukai