Anda di halaman 1dari 20

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN

DAMPAKNYA TERHADAP EKONOMI, SOSIAL DAN


PEMBANGUNAN

Disusun Oleh:

M.Y TIYAS TINOV

TUGAS MATA KULIAH


SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN

Dosen;

PROF. DR. H. ALMASDI SYAHZA, SE.,MP

PROGRAM DOKTOR ILMU LINGKUNGAN


UNIVERSITAS RIAU
2018

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................... 4

BAB II PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN


DAMPAKNYA TERHADAP EKONOMI, SOSIAL
DAN PEMBANGUNAN

2.1 Hubungan Ekonomi dan Lingkungan ..................................... 5


2.2 Pengaruh Pengelolaan Lingkungan Hidup Terhadap Aspek
Sosial .............................................................................................. 8
2.3 Pengaruh Pengelolaan Lingkungan Hidup terhadap
Aspek Ekonomi ........................................................................... 10
2.4 Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pelaksanaan
Pembangunan .............................................................................. 10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................. 16
3.2 Saran ............................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak didiskusikannya persoalan-persoalan lingkungan pada tahun

1970-an dengan skenario limits to grow, pembangunan berkelanjutan,

konferensi Rio de Janeiro, WSSD dan sebagainya sampai sekarang sangat

nyata bahwa lingkungan dan sumberdaya semakin rusak dan

pembangunan semakin tidak berkelanjutan. Teori, kebijakan lingkungan

dan sumberdaya alam dan rancangan program dan proyek kebanyakan

tidak berhasil menangani persoalan lingkungan. Ada kekuatan ekonomi

dan pasar yang sangat besar yang bisa dianalisis dari sudut pandang

ekonomi politik.

Ada perdebatan apakah akar persoalan lingkungan ada dalam

domain ekonomi atau politik? Ada korelasi negatif antara perkembangan

ilmu pengetahuan, konsep,strategi lingkungan dan teknologi lingkungan

dengan kerusakan lingkungan. Sebagian pakar menyatakan bahwa

persoalan lingkungan lebih berakar di bidang politik daripada ekonomi.

Tulisan ini memusatkan perhatian pada konsep dan dikusi atau

pandangan tentang sosial ekonomi dan politik lingkungan.

Permasalahan konflik antara perkembangan ekonomi dengan

kelestarian lingkungan semakin jelas terlihat dewasa ini pada hal dalam

penataan ruang kebijakan-kebijakan telah mengakomodasi prinsip-prinsip

utama menuju pembangunan berkelanjutan (sustainable development)

1
seperti prinsip-prinsip keterpaduan, keseimbangan dan kelestarian

lingkungan hidup. Pada makalah ini akan dijelaskan mengenai

permasalahan-permasalahan dalam penataan ruang dan solusi-solusi

yang dapat digunakan untuk melakukan harmonisasi pemanfaatan

sumber daya alam, lahan dan perkembangan aspek sosial-ekonomi dalam

penataan ruang.

Pada dasarnya pengembangan wilayah adalah usaha

pembangunan daerah yang memperhitungkan keterpaduan program

sektoral seperti pertanian, pertambangan, aspirasi masyarakat dan potensi

loin dengan memperhatikan kondisi lingkungan. Pembangunan industri

dasar berorientasi pada lokasi tersedianya sumber pembangunan lain.

Pada umumnya lokasi industri dasar belum tersentuh pembangunan, baik

dalam arti kualitatif maupun kuantitatif bahkan masih bersifat alami.

Adanya pembangunan industri ini akan mengakibatkan perubahan

lingkungan seperti berkembangnya jaringan infrastruktur dan akan

menumbuhkan kegiatan lain untuk menunjang kegiatan yang ada.

Pembangunan di satu pihak menunjukkan dampak positif terhadap

lingkungan dan masyarakat seperti tersedianya jaringan jalan,

telekomunikasi, listrik, air, kesempatan kerja serta produknya sendiri

memberi manfaat bagi masyarakat luas dan juga meningkatkan

pendapatan bagi langsung dapat menikmati sebagian dari hasil

pembangunannya. Di pihak lain apabila pembangunan ini tidak

diarahkan akan menimbulkan berbagai masalah seperti konflik

2
kepentingan, pencemaran lingkungan, kerusakan, pengurasan

sumberdaya alam, masyarakat konsumtif serta dampak sosial lainnya

yang pada dasarnya merugikan masyarakat.

Pembangunan industri pada gilirannya membentuk suatu

lingkungan kehidupan zona industri. Dalam zona industri kehidupan

masyarakat makin berkembang; zona industri secara bertahap dilengkapi

pembangunan sektor ekonomi lain seperti peternakan, perikanan, home

industry, dan pertanian sehingga diperlukan rencana pembangunan

wilayah berdasarkan konsep tata ruang.

Tujuan rencana tata ruang untuk meningkatkan asas manfaat

berbagai sumberdaya yang ada dalam lingkungan seperti meningkatkan

fungsi perlindungan terhadap tanah, hutan, air, flora, fungsi industri,

fungsi pertanian, fungsi pemukiman dan fungsi lain. Peningkatan fungsi

setiap unsur dalam lingkungan artinya meningkatkan dampak positif

semaksimum mungkin sedangkan dampak negatif harus ditekan sekecil

mungkin. Konsepsi pembangunan wilayah dengan dasar tata ruang

sangat dibutuhkan dalam upaya pembangunan industri berwawasan

lingkungan. Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber

energi dari alam untuk memenuhi kebutuhan manusia akan selalu

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (misalnya udara dan

iklim, air dan tanah).

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, argumentasi

permasalahan yang dibangun dalam tulisan ini adalah “bagaimanakah

hubungan antara pengelolaan lingkungan hidup terhadap aspek ekonomi,

sosial dan pembangunan?”.

1.3 Tujuan Penulisan

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai

hubungan antara pengelolaan lingkungan hidup terhadap aspek ekonomi,

sosial dan pembangunan. Selain itu, pengembangan konsep tentang

pembangunan berkelanjutan merupakan tujuan berikutnya yang hendak

dicapai dari tulisan ini.

4
BAB II
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN DAMPAKNYA
TERHADAP EKONOMI, SOSIAL DAN PEMBANGUNAN

2.1 Hubungan Ekonomi dan Lingkungan

Kerusakan lingkungan dapat menghambat atau membalik

pertumbuhan ekonomi, dimana kerusakan lingkungan dapat mengerosi

potensi-potensi bagi pembangunan. Lingkungan dan pembangunan

bukan tantangan yang terpisah, keduanya saling berkaitan tanpa dapat di

tawar-tawar lagi, yang menarik untuk diperhatikan adalah bahwa

penggunaan sumberdaya alam untuk masa yang akan datang secara

langsung berhubungan dengan imbangan antara penduduk dengan

sumberdaya alam tersedia. Apabila penduduk membutuhkan terlalu

banyak barang dan jasa maka akan meningkatkan eksploitasi sumberdaya

alam yang dapat mengakibatkan memburuknya kondisi lingkungan.

Untuk itu perlu dibedakan antara sumberdaya alam dan barang

sumberdaya.

Sumberdaya alam (natural resources) adalah segala sesuatu yang

berada di bawah/atas bumi, termasuk tanah itu sendiri, yang sifatnya

masih potensial dan belum dilibatkan dalam proses produksi. Sedangkan

barang sumberdaya (resource commodity) adalah sumberdaya alam yang

sudah diambil dari bumi yang siap digunakan dan dikombinasikan

dengan faktor produksi lain sehingga dapat dihasilkan produk baru

berupa barang dan jasa untuk konsumen dan produsen.

5
Keterkaitan antara ekonomi dan lingkungan dapat diringkas ke

dalam tiga macam hubungan yang saling terkait yaitu terdapat hubungan

positif antara jumlah dan kualitas barang sumberdaya dengan

pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, maka

kebutuhan akan sumberdaya alam akan semakin meningkat. Terdapat

hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan tersedianya

sumberdaya alam di dalam bumi. Artinya kenaikan pertumbuhan

ekonomi akan diikuti oleh menurunnya ketersediaan sumberdaya alam di

bumi.Hal ini tidak lain karena proses eksploitasi Sumber Daya Alam akan

membawa konsekuensi berkurangnya stok.

Terdapat hubungan positif antara pembangunan ekonomi dengan

pencemaran lingkungan. Fenomena ini umumnya terjadi di negara

berkembang. Peranan utama dari lingkungan sebagai pendukung

kegiatan ekonomi dapat digolongkan ke dalam tiga kategori yakni sebagai

penyedia bahan baku, penerima sisa produksi/konsumsi (limbah), dan

penyedia fasilitas. Implikasi dari peran tersebut adalah bahwa lingkungan

merupakan komponen penting dari sistem ekonomi. Artinya bahwa tanpa

adanya lingkungan maka sistem ekonomi tidak akan berfungsi. Ini

menyiratkan bahwa dalam sistem ekonomi, nilai lingkungan harus

diperlakukan sama, seperti halnya perlakuan terhadap nilai aset yang lain

(tenaga kerja dan modal) yakni sebagai aset ekonomi. Ini berarti pula

bahwa jika ekonomi ingin diperbaiki, maka kualitas sumberdaya alam

dan lingkungan perlu dipertahankan.

6
Pembangunan ekonomi saling berkaitan satu sama lain sehingga

kebijaksanaan- kebijaksanaan pertanian dapat berakar pada degradasi

lahan, air, dan hutan. Juga ekonomi dan ekologi harus dipadukan dalam

proses pengambilan keputusan dan pembuatan hukum tidak hanya untuk

melindungi lingkungan, namun juga untuk melindungi dan

meningkatkan pembangunan. Dengan demikian pembangunan ekonomi

yang mesti diterapkan adalah pembangunan yang berwawasan

lingkungan dalam arti tidak menguras sumberdaya alam dan merusak

lingkungan.

Peranan ekonomi baik di masa sekarang maupun yang akan datang

akan tetap diperlukan mengingat syarat kelayakan ekonomi menjadi

mutlak dalam usaha pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan.

Sebagaimana dikatakan bahwa tujuan akhir pengelolaan sumberdaya

alam adalah kesejahteraan masyarakat (social welfare) dengan tujuan

antara seperti sumber devisa, pemenuhan kebutuhan manusia, pelestarian

lingkungan, pembangunan daerah/masyarakat dan pemerataan. Untuk

keperluan tersebut informasi mengenai cadangan yang ada, kegiatan

eksplorasi, produksi, konsumsi, biaya, harga, faktor lingkungan, dan lain-

lain sangat diperlukan.

Aplikasi ilmu ekonomi terhadap isu-isu lingkungan diharapkan

akan dapat meningkatkan kesadaran yang lebih mendalam terhadap

pentingnya lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan yang

diharapkan. Ini mengandung pengertian bahwa peningkatan kualitas

7
lingkungan juga merupakan peningkatan ekonomi apabila kepuasan atau

kesejahteraan sosial meningkat.

Sebagaimana diketahui bahwa dalam proses pembangunan

ekonomi dibutuhkan adanya penggunaan SDA. Mengingat SDA tersebut

ketersediaannya terbatas, maka diperlukan cara pengelolaan yang

bijaksana dan dapat dipertanggung jawabkan. Untuk memenuhi tujuan

tersebut maka prinsip ekonomi lingkungan sangat diperlukan dalam

rangka menuju penggunaan SDA dan lingkungan yang berkelanjutan

2.2 Pengaruh Pengelolaan Lingkungan Hidup Terhadap Aspek Sosial

Seperti yang digambarkan sebelumnya, bahwa pengelolaan setiap

lingkungan yang berada ditengah-tengah masyarakat sudah barang tentu

akan berdampak kepada lingkungan itu sendiri. Secara skematik

komponen-komponen interaktif lingkungan hidup tersebut dapat

digambarkan kedalam tiga aspek, aspek alam (natural aspect,) Sosial dan

Binaan (man-made/build aspect).Walaupun ada tiga aspek masing-masing

kategori tidak dapat dikaji secara parsial masing-masing aspek, karena

ketiganya merupakan satu kesatuan integral yang disebut ekosistem

(Soetaryono, 2000).

Memadu pelestarian lingkungan hidup dengan pembangunan

sangatlah penting karena hal tersebut akan berdampak langsung kepada

aspek sosial termasuk ekonomi masyarakat. Dalam kontek pemaduan

pelestarian lingkungan hidup dengan pembangunan itu berarti

8
setidaknya mengakui kehadiran penduduk yang bergantung kepada

sumber daya alam dan lingkungan.

Dalam teori ini pula bahwa antara mahluk hidup (manusia) sangat

bergantung dan membutuhkan lingkungan alam sekitar baik sebagai

ladang pencari napkah kebutuhan atau sebagai sarana interaksi sesama

mahluk hidup sosial (Charles viktor barber, 1997). Kendati demikian,

pengaruh lingkungan hidup tersebut akan terlihat pula pada karakteristik

yang kompleks dari berbagai gejala sosial. Standar kriteria atau keserasian

lingkungan sosial seringkali ditentukan oleh konsisi sosial budaya dan

lingkungan masyarakat itu sendiri.

Dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup, indikator kualitas sosial ditentukan berdasarkan

pemanfaatkan sumber daya alam dan pengelolaan lingkungan hidup

yang bertanggung jawab secara sosial (socially responsible) dan dilakukan

secara integral, adil dengan ciri-ciri.

1. Segenap pihak diikut sertakan dan masing-masing mempunyai

peran dan tanggung jawab. Hal ini didasarkan pada prinsip

partisipatif dan tanggung jawab. Pada ciri pertama ini, pengelolaan

lingkungan hidup tersebut akan kelihatan pengaruhnya terhadap

aspek sosial jika dikelolah secara kolektif, bukan hanya pada

lingkungan masyarakat, termasuk pemerintah dan pengambil

kebijakan (Jhoni Purba, 2005).

9
2. Hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas guna

meningkatkan kesejahtraan hidupnya hal ini ditandai dengan

tingkat ekonomi dan pendapatan masyarakat yang layak, tempat

tinggal dan pemukiman yang sehat dan aman adanya kesempatan

bekerja dan berusaha, pertambahan dan distribusi penduduk

sesuai daya dukung lingkungan dan daya tampung sosial, tingkat

pendidikan penduduk yang memadai dan kesehatan yang prima.

3. Penghormatan hak-hak masyarakat serta modal sosial yang

dikembangkan masyakarat dalam pemanfaatan sumber daya alam

dan pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini ditandai dengan

adanya perlindungan hukum atas hak interplasi warga maupun

kelompok masyarakat. Misalnya melalui paten, serta perlindungan

hak-hak ulayat adat masyarakat lokal misalnya dengan peraturan

daerah yang mengakomodasi perlindungan hak-hak masyarakat

lokal (Jhoni Purba, 2005).

Akan tetapi fenomena yang terjadi dari kegiatan-kegiatan tersebut

selama ini dilakukan kerap kali tidak melibatkan masyarakat sebagai

penerima manfaat dari proyek atau kegiatan itu sendiri. Hingga hasil

yang diperolehpun tidak menggambarkan kondisi rill yang terjadi di

lapangan. Hal ini tentu akan bertolak belakang dengan rencana yang akan

dilakukan (Agung Bayu Cahyono, 2002).

10
2.3 Pengaruh Pengelolaan Lingkungan Hidup terhadap Aspek Ekonomi

Walaupun Indonesia sering disebut sebagai negeri yang subur dan

makmur, namun tidaklah demikian faktanya. Secara nasional di Indonesia

terdapat 199 kabupaten tertinggal (Biro Hukum dan Humas Kementrian

Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Republik Indonesia, 2009)

termasuk 8 kabupaten di Provinsi Bengkulu kecuali Kota Madia Bengkulu

dikategorikan daerah atau kabupaten tertinggal, khususnya masalah

perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Hal Ini disebabkan beberapa faktor salah satunya ketersediaan

lapangan pekerjaan yang rendah. 80 persen pusat industri berada di pulau

jawa, sedangkan 20 persennya terbagi dibeberapa pulau besar di

Indonesia. Seperti yang diketahui industri adalah salah satu ladang

pekerjaan bagi para pencari kerja guna menurunkan angka pengangguran

yang setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan yang cukup tinggi.

2.4 Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pelaksanaan Pembangunan

Pemahaman terhadap pembangunan menghasilkan ide kemajuan,

berkonotasi ke depan atau ke tingkat yang lebih tinggi. Pembangunan

harus dipahami sebagai suatu proses yang berdimensi jamak yang

melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap

masyarakat, dan kelembagaan nasional, seperti halnya percepatan

pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan, dan

pemberantasan kemiskinan absolut.

11
Pembangunan juga telah didefinisikan sebagai pertumbuhan plus

perubahan, yang merupakan kombinasi berbagai proses ekonomi, sosial

dan politik, untuk mencapai kehidupan yang lebih baik (United Nations,

1972). Selain pengertian tersebut, Surna (1992) memberikan pengertian

tentang pembangunan sebagai kegiatan-kegiatan yang direncanakan

dalam mengolah sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan

memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan untuk

kelangsungan hidup manusia. Pembangunan pada dasarnya bertujuan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di segala bidang yang

menyangkut kehidupan manusia.

Pembangunan dalam prosesnya tidak terlepas dari penggunaan

sumberdaya alam, baik sumberdaya alam yang terbarukan maupun

sumberdaya alam tak terbarukan. Seringkali di dalam pemanfaatan

sumberdaya alam tidak memperhatikan kelestanannya, bahkan

cenderung memanfaatkan dengan sebanyak-banyaknya. Di sisi lain,

pembangunan itu sendiri dapat menimbulkan dampak terhadap

sumberdaya alam.

Pada hakekatnya ada tiga domain dalam pembangunan,

yaitu: domain ekonomi, domain sosial, dan domain ekologi. Himpunan bagian

yang saling beririsan antara domain tersebut menghasilkan tiga

paradigma pembangunan, yaitu:

(1) pembangunan sosial (social development);

(2) pembangunan berwawasan lingkungan (environmental development);

12
(3) pembangunan yang berpusatkan pada rakyat (people centered

development).

Pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, dan

pemberantasan kemiskinan merupakan masalah pokok yang dihadapi

setiap usaha pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di suatu

wilayah pembangunan selayaknya diikuti dengan meningkatnya kualitas

lingkungan hidup sosial dan berkurangnya penduduk yang hidup di

bawah garis kemiskinan, serta dapat teratasinya depresiasi sumber daya

alam dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari proses

pembangunan. Karena itu keseimbangan antara pembangunan ekonomi,

pembangunan sosial dan pembangunan yang berwawasan lingkungan

perlu diketahui dan diperhitungkan secara empiris dan objektif.

Perlunya menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi

dengan kualitas lingkungan hidup sosial pada nasional maupun tingkat

regional (analisis spasial), didasarkan atas pertanyaan yang mendasar :

“Apakah pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi,

cenderung memperbaiki, memperburuk atau tidak memberi pengaruh

yang berarti atas kualitas sumber daya manusia, masalah kemiskinan,

dampak lingkungan sosial dan kualitas hidup sosial?”.

Pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, dan

pemberantasan kemiskinan merupakan masalah pokok yang dihadapi

setiap usaha pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan

13
kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di suatu

wilayah pembangunan selayaknya diikuti dengan meningkatnya kualitas

hidup dan berkurangnya penduduk yang hidup di bawah garis

kemiskinan. Karena itu keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan

pembangunan sosial perlu diketahui dan diperhitungkan secara empiris

dan objektif.

Gore (1984) mengemukakan bahwa ada tiga masalah kebijakan

yang umum terjadi di negara-negara berkembang, yaitu: (1) ketimpangan

regional dalam pembangunan; (2) pesatnya perkembangan ibukota

negara; dan (3) kesenjangan kota dan desa. Karena itu, tujuan

pembangunan regional, diarahkan untuk mengatasi kesenjangan antar

regional dan antar desa dan kota, serta menahan pertumbuhan ibukota

negara. Untuk itu, berbagai indikator dapat digunakan untuk mengukur

ketimpangan regional dan kesenjangan desa - kota, seperti : pendapatan

per kapita, kesempatan kerja, fasilitas sosial atau infrastruktur. Asumsi

yang digunakan yaitu pola spasial adalah fakta sosial dan masalah

ekonomi. Dengan demikian hubungan antara ketimpangan pertumbuhan

ekonomi dan kualitas lingkungan hidup sosial dalam konteks spasial di

suatu wilayah, berkaitan dengan pandangan tentang adanya hubungan

antara permasalahan ekonomi dengan fakta sosial yang dicerminkan

melalui pola-pola spasial.

Dalam konteks pembangunan, indikator kemajuan pembangunan

yang umum digunakan yaitu indikator-indikator ekonomi, seperti : Laju

14
Pertumbuhan Ekonomi per kapita, inflasi, dan sebagainya.

Penyempurnaan penggunaan indikator ekonomi, seperti per kapita

sebagai ukuran pembangunan, yaitu ditambahkan dengan indikator yang

menggambarkan pemerataan pembagian pendapatan dan tingkat

ketimpangan sebaran pendapatan. Jika didasarkan atas indikator-

indikator ekonomi, dapat diketahui seberapa jauh pertumbuhan ekonomi

yang pesat di suatu wilayah pembangunan diikuti semakin tingginya

pemerataan pembangunan yang dilihat dari pemerataan pembagian

pendapatan maupun semakin rendahnya tingkat ketimpangan sebaran

pendapatan.

Dengan semakin berkembangnya indikator-indikator

pembangunan sosial, yang lebih menekankan kepada aspek kualitas

hidup manusia, maka banyak kritik ditujukan kepada indikator-indikator

ekonomi tersebut diatas. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

penelitian yang menunjukkan adanya inkonsistensi antara hasil

pembangunan yang dicapai menurut indikator ekonomi, seperti

pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita; dengan penurunan

jumlah penduduk miskin atau peningkatan kualitas hidup penduduk.

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Tujuan akhir pengelolaan sumberdaya alam adalah kesejahteraan

masyarakat (social welfare) dengan tujuan antara seperti sumber devisa,

pemenuhan kebutuhan manusia, pelestarian lingkungan, pembangunan

daerah/masyarakat dan pemerataan. Dengan demikian pembangunan

ekonomi yang mesti diterapkan adalah pembangunan yang berwawasan

lingkungan dalam arti tidak menguras sumberdaya alam dan merusak

lingkungan.

Keterkaitan antara ekonomi dan lingkungan dapat diringkas ke

dalam tiga macam hubungan yang saling terkait yaitu terdapat hubungan

positif antara jumlah dan kualitas barang sumberdaya dengan

pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, maka

kebutuhan akan sumberdaya alam akan semakin meningkat . Sumberdaya

alam (natural resources) adalah segala sesuatu yang berada di bawah/atas

bumi, termasuk tanah itu sendiri, yang sifatnya masih potensial dan

belum dilibatkan dalam proses produksi. Sedangkan barang sumberdaya

(resource commodity) adalah sumberdaya alam yang sudah diambil dari

bumi yang siap digunakan dan dikombinasikan dengan faktor produksi

lain sehingga dapat dihasilkan produk baru berupa barang dan jasa untuk

konsumen dan produsen.

16
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan di atas

yaitu masalah pembangunan di satu pihak menunjukkan dampak positif

terhadap lingkungan dan masyarakat seperti tersedianya akses untuk

berbagai bidang juga tersesianya kesempatan kerja serta produknya

sendiri memberi manfaat bagi masyarakat luas dan juga meningkatkan

pendapatan bagi daerah yang bersangkutan.

3.2 Saran

Pengelolaan lingkungan hidup akan berdampak sosial dan

ekonomi kepada masyarakat secara langsung. Pengelolaan lingkungan

hidup secara umum berpengaruh pada aspek sosial masyarakat dan

ekonomi masyarakat itu sendiri. Pengelolaan lingkungan hidup jika

dilakukan secara besar, kolektif dan terarah akan berdampak sosial dan

ekonomi secara positif pada masyarakat. Maka dari itu, keterkaitan semua

pihak dalam pengelolaan lingkungan hidup sangatlah diharapkan agar

hasil pengelolaan tersebut bisa dinikmati baik secara sosial dan ekonomi.

Memang hal ini tidak segampang yang kita bayangkan, setidaknya secara

beransur-ansur pola dan metodologi ini bisa didiskusikan secara bersama-

sama

17
DAFTAR PUSTAKA

Agung Bayu Cahyono, 2002, Petani Monitoring Proyek Yang di Danai


Utang Luar Negeri.
Charles Victor Barber, Surya Afiff, Agus Purnomo, 1994 Meluruskan Arah
Pelestarian Keaneka Ragaman Hayati dan Pembangunan di
Indonesia.
Direktorat Jendral Pekerjaan Umum, Departemen Dalam Negeri Republik
Indonesia, 2008 Kebijakan Penanggulangan Bencana di
Indonesia
Jhoni Purba, 2005 Pengelolaan Lingkungan Sosial, Kantor Lingkungan
Hidup Republik Indonesia.
Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Republik Indonesia,
2009, Indonesia Membangunan Mengejar Ketertinggalan.
Kenny Beruno, 1999 Kamuplase Hijau, Membedah Ideologi Lingkungan
Prusahaan-Prusahaan Tradisional.
Menteri Komunikasi dan Informatika, 2010, Jurnal Dialog Kebijakan
Publik.
Pusat Mitigasi Bencana Institut Teknologi Bandung, Pendidikan Siaga
Bencana Kemitraan Australia Indonesia.
Raldi Hendro Koestoer, 1997, Perspektif Lingkungan Desa-Kota Teori dan
Kasus.

18

Anda mungkin juga menyukai