Disusun oleh:
Kelompok 5 Gelombang I (RW 04)
Mengetahui,
NIP. 197902122014091003
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan Laporan Praktika Keperawatan Kesehatan Komunitas
dan Keluarga di Kelurahan Klampis Ngasem Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya,
Periode I 4 Maret-20 April 2019. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat
dalam menyusun asuhan keperawatan komunitas di masyarakat dalam mencapai
kompetensi Program Ners pada Program Studi Pendidikan Ners Universitas
Airlangga Surabaya.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons) selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyelesaikan Program Studi Ilmu Keperawatan.
2. Ibu Elida Ulfiana, S.Kep.Ns.,M.Kep., selaku Ketua Departemen Keperawatan
Komunitas dan Jiwa yang telah memberikan dorongan kepada kami dalam
menjalankan program praktik profesi ini.
3. Bapak Dr. Makhfudli, S.Kep.Ns.,M.Ked.Trop. selaku PJMA Mata Kuliah
Keperawatan Kesehatan Komunitas atas semua masukan, nasehat, saran,
bimbingan, dan kritik dalam menjalankan program praktik keperawatan
komunitas.
4. Ibu Dr. Retno Indarwati, S.Kep Ns., M. Kep selaku dosen pembimbing atas
semua masukan, nasehat, saran, bimbingan, dan kritik dalam menjalankan
program praktik keperawatan komunitas.
5. Ibu Sylvia DwiWahyuni, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing atas
semua masukan, nasehat, saran, bimbingan, dan kritik dalam menjalankan
program praktik keperawatan komunitas.
6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya yang telah menberikan kesempatan
kepada kami untuk menjalankan Program Pendidikan Profesi Keperawatan
Kesehatan Komunitas di Kelurahan Klampis Ngasem Kecamatan Sukolilo.
7. dr. Bambang Sulistyo, M.M. selaku Kepala Puskesmas Klampis Ngasem
yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan kepada kami dalam
melaksanakan Praktik Profesi Keperawatan Kesehatan Komunitas Kelurahan
Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo.
8. Ibu Kanti Budiarti, S.Sos.,M.Si, selaku Camat Sukolilo, yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menjalankan program Praktik
Profesi Keperawatan Kesehatan Komunitas Kelurahan Medokan Semampir
Kecamatan Sukolilo.
9. Ibu Lailatus Sa’adah.L.SH selaku Lurah Klampis Ngasem yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menjalankan program Praktik
Profesi Keperawatan Kesehatan Komunitas Kelurahan Klampis Ngasem
Kecamatan Sukolilo.
10. Ibu Mus Adah., S.Kep., Ns, selaku pembimbing dari Puskesmas Klampis
Ngasem yang telah memberikan bimbingan, masukan, nasehat, saran, dan
kritik dalam menjalankan program praktik keperawatan komunitas.
11. Ir. Hj. Mustiyani selaku Ketua RW 04 Kelurahan Klampis Ngasem dan
seluruh ketua RT beserta perangkatnya yang telah memberikan dukungan dan
bantuan secara moril serta materiil sehingga kegiatan dapat berjalan dengan
lancar.
12. Seluruh Kader kesehatan dan warga RT 01, RT 02, RT 03, RT 04, dan RT 05
RW 01 Kelurahan Klampis Ngasem yang telah menerima kehadiran
mahasiswa praktik dan kerjasama yang baik selama praktik profesi
berlangsung.
13. Teman-teman Fakultas Keperawatan Program A14, terutama teman-teman
yang praktik di Wilayah Kelurahan Klampis Ngasem atas dukungan,
semangat, dan kerjasama dalam menyelesaikan laporan akhir ini.
14. Semua pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan laporan akhir ini.
Penulis berharap laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan bagi dunia keperawatan pada khususnya. Demi kesempurnaan
laporan ini, dengan senang hati kami akan menerima segala kritik dan saran yang
membangun.
Surabaya, 16 April 2019
Penulis
DAFTAR LAMPIRAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan terhadap komunitas
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan di wilayah RW IV
Kelurahan Klampis Ngasem Kecamatan Sukolilo Surabaya.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian situasi di wilayah RW IV
Kelurahan Klampis Ngasem Kecamatan Sukolilo Surabaya.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi rnasalah kesehatan yang timbul pada
klien lanjut usia yang tinggal di wilayah RW IV Kelurahan Klampis
Ngasem Kecamatan Sukolilo Surabaya, baik yang bersifat aktual,
potensial dan resiko.
3. Mahasiswa dapat menetapkan rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi rnasalah yang terjadi pada lanjut usia yang tinggal di wilayah
RW IV Kelurahan Klampis Ngasem Kecamatan Sukolilo Surabaya.
4. Mahasiswa dapat mengimplementasikan tindakan keperawatan sesuai
rencana yang dibuat.
5. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
1.3 Manfaat
Manfaat kegiatan praktik keperawatan komunitas antara lain:
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menerapkan konsep asuhan keperawatan
komunitas wilayah RW IV Kelurahan Klampis Ngasem Kecamatan
Sukolilo Surabaya.
2. Bagi masyarakat di wilayah RW IV Kelurahan Klampis Ngasem
Kecamatan Sukolilo Surabaya
1) Masyarakat mendapat pelayanan keperawatan sesuai kebutuhannya
2) Masyarakat rnendapatkan penjelasan tentang kesehatannya.
3) Masyarakat mengetahui masalah kesehatan yang dideritanya.
3. Bagi institusi penyelenggara pendidikan
Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan keperawatan komunitas
pada masyarakat wilayah RW IV Kelurahan Klampis Ngasem Kecamatan
Sukolilo Surabaya, sekaligus sebagai sarana evaluasi terhadap proses
pembelajaran mahasiswa berkaitan dengan praktik profesi keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 AGREGAT KIA
1. Kesehatan Anak
Fase perkembangan manusia dalam rentang usia 0-5 tahun merupakan fase yang
sangat penting dalam proses perkembangan. Usia 0-5 tahun dianggap sebagai
periode usia emas, golden age dimana pada masa ini seluruh aspek perkembangan
berkembang dengan pesat dan menjadi dasar menuju fase perkembangan
selanjutnya.
a. FASE PRA-NATAL
Fase pranatal adalah fase perkembangan pertama dalam rentang kehidupan
manusia dan merupakan fase yang paling singkat dai seluruh fase perkembangan.
Namun dalam banyak hal fase ini penting atau bahkan yang terpenting dari semua
fase. Fase ini dimulai pada saat pembuahan dan berakhir pada kelahiran kurang
lebih berlangsung selama 266 hari sampah 280 hari (38-40 minggu)
(Santrock,2011). Ciri-ciri perkembangan pada masa pranatal:
1) Pada periode ini ditentukan sifat-sifat bawaan dan jenis kelamin,
tunggal/kembar
2) Kondisi ibu sangat menentukan pola pertumbuhan pranatal
3) Secara proporsional perkembangan lebih besar dibanding periode-
periode lainnya.
4) Terdapat banyak bahaya fisik dan psikologis
5) Orang-orang yang berperan dapat membentuk sikap kepada si janin.
b. FASE BAYI
Fase bayi terjadi selama dua tahun pertama dalam kehidupan manusia. Fase
ini merupakan fase dasar pembentukan pola perilaku,sikap dan emosi. Awal
kehidupan yang sehat sangatlah penting untuk bayi karena akan mempengaruhi
perkembangannya di fase fase berikutnya.
Fase bayi sering dianggap fase bayi baru lahir, tetapi label fase bayi akan
digunakan untuk membedakannya dengan periode pascanatal yang ditandai
dengan keadaan yang sangat tidak berdaya yaitu selama dua minggu setelah
kelahiran. Ciri-ciri yang penting dari masa bayi baru lahir ini ialah:
1) Masa perkembangan yang tersingkat dari seluruh masa perkembangan.
2) Merupakan masa penyesuaian diri untuk kelangsungan
hidup/perkembangan bayi.
3) Periode ini ditandai dengan terhentinya perkembangan.
4) Apabila bayi melewati masa ini merupakan awal perkembangan lebih
lanjut.
Masa bayi baru lahir dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Periode Fortunate (mulai saat kelahiram sampai antara 15-30 menit
sesudah lahir).
2) Periode Neonate (dari pemotongan tali pusar sampai sekitar akhir minggu
ke-2).
Selama beberapa bulan masa bayi , keadaan tidak berdaya itu secara
berangsur angsur agak menurun . setiap hari, setiap minggu dan bulannya bayi
semakin mandiri, sehingga saat masa bayi berakhir pada ulang tahun kedua , ia
menjadi seorang manusia yang berbeda dengan awal masa bayi.
Sesudah dilahirkan, individu berinteraksi dengan lingkungannya baik
lingkungan fisik, klimatologis maupun social. Diantara factor factor yang
mempengaruhi perkembangan individu adalah : keturunan, gizi, pemberian ASI,
aktivitas fisik, system kelenjar hormone pertumbuhan, penyakit, musim dan iklim,
suku bangsa, kondisi social ekonomi, kondisi psiko social, kecenderungan
sekulear.
Bayi mengalami beberapa perkembangan dan pertumbuhan dalam
hidupnya, yaitu :
1) Perkembangan Fisik
Pertumbuhan yang pesat selama rentang kehidupan terjadi pada
masa bayi dan pada periode pubertas, dalam tahun kedua tingkat
pertumbuhan cepat menurun. Selama tahun pertama, peningkatan berat
tubuh lebih besar daripada peningkatan tinggi, selama tahun kedua terjadi
hal yang sebaliknya.
Meskipun pola umum dari pertumbuhan dan perkembangan sama
bagi semua bayi, tetapi tetap ada perbedaan dalam tinggi, berat,
kemampuan sensorik dan bidang perkembangan fisik lain. Beberapa bayi
memulai kehidupan dengan badan yang lebih kecil dan perkembangan
yang kurang normal. Mungkin ini disebabkan karena belum cukup umur
atau kondisi fisik yang buruk akibat ibu kekurangan gizi, mengalami
tekanan atau kondisi kurang baik lainnya selama periode prenatal.
Akibatnya, bayi itu cenderung tertinggal dari teman – teman sebayanya
dalam tahun – tahun awal periode bayi.
Selama periode bayi, perbedaan – perbedaan tidak saja terus
berlangsung tetapi semakin mencolok. Perbedaan dalam berat lebih besar
daripada perbedaan dalam tinggi. Ini disebabkan karena perbedaan berat
sebagian bergantung pada bentuk tubuh dan sebagian lagi bergantung pada
kebiasaan dan jenis makanan.
Pada waktu lahir seorang bayi belum menunjukan koordinasi gerak
pada dada atau lengan. Pada bulan kedua sudah tampak kemampuan untuk
mengangkat dada dalam posisi tengkurap. Juga tampak kemampuan untuk
mencoba meraih benda-benda yang tampak olehnya walaupun belum
mengena dengan tepat karena koordinasi antara penglihatan dan gerak
memegang belum sempurna. Dalam bulan ketiga dan keempat tampak
kemajuan-kemajuan dalam kontrol gerak. Pada bulan kelima, bayi mulai
dapat duduk walaupun masih harus dibantu, dan dalam bulan keenam bayi
sudah dapat duduk sendiri. Pada bulan ketujuh, mereka mulai merangkak,
dan pada bulan kedelapan mereka mulai berdiri. Kira-kira pada bulan
kesebelas, mereka sudah dapat berjalan. Bahkan pada bulan
keduapuluhempat mereka sudah dapat naik sepeda roda tiga (White, 1988,
dalam Hadis, 1994).
2. Perkembangan kognitif
Menurut Piaget, perkembangan kognitif bayi berada pada periode
sensorimotor sampai lebih kurang usia 2 tahun. Pada masa ini, proses
berpikir ditandai dengan perubahan-perubahan skema yang masih
bersifat terbatas dan kaku. Sama halnya dengan refleks, pemikiran anak
seusia ini masih searah dan hanya mengulang.
Peran indera sensornya sangat menentukan ia dalam membantunya
berperilaku, misalnya dengan cara meraba, mencium, memasukkan ke
mulut benda-benda yang ada di sekitarnya. Selain itu juga motor atau
gerak anak juga sangat mendukung perkembangan kognitif bayi.
Semakin banyak bayi bergerak, maka akan semakin besar kesempatan
bayi untuk berinteraksi dengan benda-benda atau orang-orang yang
baru dilihatnya sehingga menambah jumlah skema-skema yang ada di
kepalanya.
Di samping itu, perkembangan otak bayi mengalami tumbuh dan
kembang secara pesat. Selagi bayi menangis, tersenyum atau
mengerutkan dahinya, menggoyang-goyangkan benda yang
digenggamnya, berbicara dan berjalan, maka di dalam otaknya terjadi
pula perubahan-perubahan penting. Bermula sebagai makhluk bersel
satu, pada saat lahir seorang bayi sudah mempunyai otak dan sistem
syaraf yang terdiri dari kira-kira 100 trilyun sel syaraf yang dinamakan
Neuron, yang akan dipergunakan sepanjang hidupnya. Namun,
hubungan-hubungan antar sel-sel syaraf itu belum berkembang dan
belum tertata dengan baik dalam diri seorang bayi. Dalam rentang
waktu antara saat lahir sampai usia 2 tahun, maka serabut-serabut
penghubung antara neuron itu (dinamakan dendrit) tumbuh secara
pesat, begitu pula halnya dengan perkembangan neurotransmitter yaitu
substansi kimia yang sangat kecil yang berfungsi menyalurkan
rangsangan atau informasi dari satu neuron ke neuron lain (Santrock,
2011).
3. Perkembangan Sosioemosional
Pada waktu lahir, emosi tampak dalam bentuk sederhana, hampir
tidak terbedakan sama sekali. Dengan bertambahnya usia, berbagai
reaksi emosional menjadi lebih terbedakan dan reaksi emosional dapat
ditimbulkan oleh berbagai macam reaksi.
Terdapat sejumlah pola emosional tertentu yang umum pada
bayi. Tetapi, karena emosi bayi sangat rentan terhadap pembiasaan,
terdapat beberapa perbedaan pada pola ini dan juga pada rangsangan
yang menimbulkannya. Reaksi emosional bayi berbeda terhadap
beberapa rangsangan tertentu yang berlainan, bergantung sebagian
besar pada pengalaman lalunya.
Perbedaan-perbedaan dalam reaksi emosi mulai tampak dalam
periode bayi dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, terutama kondisi-
kondisi fisik dan mental dari bayi pada saat munculnya rangsangan dan
berhasil tidaknya reaksi yang pernah diberikan sebelumnya dalam
memenuhi kebutuhan. Contohnya, bayi yang baru lahir sama sekali
belum mengenal emosi senang, sedih, dan sebagiannya. Senyum yang
ditampilkan bayi 0 sampai 3 bulan, biasanya senyum yang belum ada
maknanya. Baru setelah 4 bulan ke Atas, bayi dapat merespon atas
kejadian yang ada di sekitarnya. Apabila bayi diajak bermain, bicara,
atau diperhatikan orang lain, maka bayi sudah bisa menampilkan
ekspresi senang dan tertawa. Sebalikya, apabila bayi tersebut tidak
diperhatikan, maka dia akan menunjukan ekspresi marah dan tidak
senang.
Hal yang perlu diperhatikan bahwa bayi yang mengalami
banyak emosi senang meletakkan dasar-dasar untuk penyesuaian
pribadi dan penyesuaian sosial yang baik dan untuk pola-pola perilaku
yang akan menimbulkan kebahagiaan.
Pengalaman sosial memainkan peranan penting dalam
menentukan hubungan sosial di masa depan dan pola perilaku terhadap
orang-orang lain. Oleh karena kehidupan bayi berpusat di rumah, maka
dirumahlah diletakkan dasar perilaku dan sikap sosial kelak.
Penelitian tentang penyesuaian sosial anak-anak yang lebih
besar dan bahkan para remaja menunjukan pentingannya peletakkan
dasar-dasar sosial pada masa bayi. Hal ini berdasarkan dua alasan.
Pertama, jenis perilaku yang diperhatikan dalam situasi sosial
mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosialnya. Kedua, mengapa
dasar-dasar sosial yang dini itu penting adalah bahwa sekali terbentuk
dasar-dasar itu cenderung menetap kalau anak menjadi lebih besar
(Santrock, 2011). Oleh karena itu, orang-orang yang berada di sekitar
bayi sebaiknya menunjukan wajah ceria, perilaku yang positif, dan rajin
berbicara serta mengajak bayi bicara. Kondisi demikian akan membuat
bayi merasa senang, terbiasa untuk berinteraksi dengan orang lain,
bahkan dapat menstimulus bayi berbicara.
Perilaku sosial dini mengikuti pola yang cukup dapat
diramalkan meskipun dapat terjadi perbedaan-perbedaan karena
keadaan kesehatan atau keadaan emosi atau kondisi lingkungan. Pada
saat dilahirkan bayi tidak memilih dalam arti tidak mempedulikan siapa
yang mengurus kebutuhan fisiknya.
A. Fase Anak Usia Dini
Anak-anak usia dini merupakan anak dalam masa kemasan (Golden Age)
dimana pada masa ini adalah masa penting bagi perkembangan anak sebagai
individu di kemudian hari. Masa vital: pada masa ini individu menggunakan
fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk
masa belajar pada tahun pertama dalam kehidupan individu, Freud menyebutnya
sebagai masa oral (mulut), karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan
dan merupakan alat untuk melakukan eksplorasi dan belajar. Pada tahun kedua
anak belajar berjalan sehingga anak belajar menguasai ruang, mulai dari yang
paling dekat sampai dengan ruang yang paling jauh. Pada tahun kedua umumnya
terjadi pembiasaan terhadap kebersihan. Melalui latihan kebersihan, anak belajar
mengendalikan impuls-impuls atau dorongan-dorongan yang datang dari dalam
dirinya.
Masa estetik; dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Anak
bereksplorasi dan belajar melalui pancaindranya. Pada masa ini pancaindra masih
sangat peka. Fase ini berlangsung sejak usia dua tahun sampai enam tahun atau
para ahli sering menyebutnya dengan fase anak-anak awal. Anak-anak pada fase
ini dilatih untuk ‘belajar sekolah’ dengan mengikuti program Taman Kanak-
Kanak (TK) atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
1. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada fase anak usia dini tidak sehebat pada masa
sebelumnya dan temponya lebih lambat, tetapi tidak mengurangi maknanya
(dalam Aswin Hadis, 1994). Perkembangan fisik anak-anak di usia dini,
terutama tinggi dan berat badan, menyesuaikan beberapa faktor, antara lain :
keturunan (ras), faktor gizi dan kesehatan, jenis kelamin, dan faktor perbedaan
individual.
Pada fase ini anak-anak akan mulai bertambah kuat. Tulang-tulang
akan mulai mengeras dan akan memberikan perlindungan sekaligus bentuk
tubuh. Hal yang sama berlaku pada sistem syaraf dan otak yang mendukung
perkembangan motorik anak. Pada usia tiga tahun gigi susu juga sudah mulai
lengkap sehingga memudahkan anak untuk mengunyah makanan dengan
lebih baik.
Perkembangan penglihatan juga berkembang dengan pesat pada fase
ini. Pada akhir masa usia persekolah/usia dini (kurang lebih enam tahun), otot-
otot mata anak sudah berkembang sedemikian rupa sehingga memungkinkan
anak untuk menggerakkan matanya secara efisien untuk melihat sederetan
huruf-huruf.
Fisik yang sudah jauh lebih kuat dibandingkan masa bayi mendorong
pesatnya perkembangan motorik anak-anak usia dini. Untuk motorik kasar
pada usia tiga tahun, misalnya, anak mulai mampu berdiri diatas satu kaki
untuk beberapa detik dan pada usia lima tahun anak sudah dapat melompat
hampir satu meter jauhnya. Motorik halus anak usia tiga tahun umumnya
belum terlalu banyak berbeda dari masa bayi. Memasuki usia empat tahun
baru pada umumnya koordinasi motorik halus anak mulai membaik dan
mengalami kemajuan. Namun yang perlu diperhatikan perkembangan motorik
tiap anak, baik motorik kasar maupun motorik halus, berbeda-beda.
2. Perkembangan Kognitif
Dunia kognisi anak usia pra-sekolah adalah kreatif, bebas dan penuh
daya khayal. Hal ini tercermin pada gambar-gambar yang mereka buat. Anak
Taman Kanak-Kanak misalnya menggambar pohon dengan warna merah,
langit hijau atau menggambar sebuah kumpulan lingkaran kecil yang dia
ibaratkan itu keluarganya yang terdiri dari ayah, ibu dan dirinya sendiri.
Perkembangan kognitif anak usia pra-sekolah sesuai dengan teori
Piaget, yaitu berada pada periode pra-operasional. Pada masa ini kemampuan
mengingat, terutama mengenal dan mengingat kembali mengalami kemajuan
yang pesat. Demikian pula perkembangan bahasanya juga sangat pesat.
Pemikiran Pra-operasional dapat dibagi menjadi 2 tahap, yaitu:
a. Subtahap Fungsi Simbolis
Menurut (sanrtock, 2002) menyatakan subtahap ini, anak-anak
mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental
suatu obyek yang tidak ada. Kemampuan untuk berfikir simbolis seperti
ini disebut “fungsi simboli”, dan kemampuan ini mengembangkan
secara cepat dunia mental anak. Contoh: anak-anak kecil menggunakan
desain corat-caret untuk menggambar manusia, rumah, mobil, awan dan
lain-lain.
Bentuk pemikiran pada tahap praoperasional, adalah :
1. Egosentrisme (Egocentrism) : suatu ciri pemikiran praoperasional
anak yang menonjol. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan
untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif
orang lain.
2. Animisme : bentuk lain pemikiran praoperasional adalah keyakinan
bahwa obyek yang tidak bergerak adalah memiliki kualitas
“semacam kehidupan” dan dapat bertindak.
b. Sub tahap pemikiran intuitif
Subtahap pemikiran intuitif adalah kedua pemikiran praoperasional
yang terjadi pada usia 4 dan 7 tahun. Pada subtahap ini, ana-anak mlai
menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban atas semua
pertanyaan. Piaget menyebut waktu ini “intuitif” karena anak-anak
berusia muda tampaknya begitu yakin tentang pengetahuan dan
pemahaman mereka, tetapi belum begitu sadar darimana mereka tahu
apa yang mereka ketahui itu. Contoh : Anak-anak pada usia
praoperasional jika dihadapkan dengan obyek acak yang dapat di
kelompokan bersama atas dasar dua atau lebih sifat, mereka jarang
dapat menggunakan sifat ini secara konsisten untuk menyortir objek-
objek kedalam kelompok-kelompok yang tepat. (Santrock 2002).
3. Perkembangan Sosioemosional
Selama awal masa kanak-kanak emosinya kuat dan tidak seimbang. Emosi
pada awal masa kanak-kanak di tandai oleh ledakan amarah yang kuat.
Ketakuan yang hebat dan iri hati yang tidak masuk akal. Emosi yang umumu
pada awal masa anak-anak adalah amarah, taku, cemburu, ingin tahu, iri hati,
gembira, sedih dan kasih sayang. Amarah di anggap sesuai untuk anak laki-
laki. Maka sepanjang masa awal kanak-kanak, anak laki-laki lebih banyak
menunjukan amarah yang hebat daripada anak perempuan.
Perkembangan emosi dan sosial pada masa usia pra-sekolah didasari oleh
kualitas hubungan anak dengan keluarga dan oleh kualitas bermain bersama
teman seusianya (Hadis, 1994). Gaya pengasuhan yang berbeda pada setiap
orang tua akan mempengaruhi kepribadian anak kelak. Orang tua yang
otoriter akan menjalin hubungan dengan anak yang berbeda bentuknya dari
hubungan orang tua yang permisif dengan anaknya. Menurut Hadis 1994,
gaya pengasuhan otoriter cenderung memiliki anak yang secara sosial tidak
kompeten, jarang mengambil inisiatif dan malahan menghindar dari interaksi
sosial. Harga diri mereka juga rendah. Gaya pengasuhan lain adalah gaya
pengasuhan yang tak perdulian-tak terlibat yang sangat merugikan anak.
Anak akan menjadi implusif dan mudah frustasi. Setelah dewasa mereka juga
sulit menguasai emosi dan tidak memiliki tujuan hidup. Sebaliknya, orang tua
yang otoritatif cenderung mempunyai anak yang bertanggung jawab, percaya
diri, dan ramah.
Untuk perkembangan aspek sosial anak pra-sekolah, hubungan dengan
teman sebaya sangat meningkat pada usia pra-sekolah. Masa ini adalah saat
bermain merupakan tema utama dalam kehidupan anak. Anak mulai dapat menilai
apakah ia lebih baik, sama baiknya, atau kurang dari teman sebayanya. Keadaan
ini sulit di dapatkan di rumah karena saudara kandung biasanya lebih tua atau
lebih muda.
1. Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai
dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara
pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat
besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba - tiba memiliki kemampuan
untuk ber - reproduksi. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi
aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau
gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu :
1) Follicle - Stimulating Hormone (FSH)
2) Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua
hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone :
dua jenis hormon kewanitaan.
Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan
Interstitial - Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan
testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di
atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan
mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa system reproduksinya
sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai
berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam
suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya
hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak
awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
2. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget
(seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan
tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal
operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola
pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks
dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian
rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak
alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.
Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang
sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para
remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan
memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran
mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa
lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan
rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini,
para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar
mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk
Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang
belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif
operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap
perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir
yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat
masalah dari berbagai dimensi.
Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang
tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah ( ceramah )
dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak.
penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang
cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga
anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan
sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah
harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus
sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk
menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
3. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-
tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya
sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978)
menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam
menghadapi masalah - masalah populer yang berkenaan dengan
lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan
sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku,
sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa
bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada
dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis,
remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan
ditanamkan kepadanya.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan
alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra - putri
remajanya. Orang tua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban
dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang
terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak
dan bersikap kaku akan membuat sang remaja bingung. Remaja tersebut
akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya.
Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru” memberi jawaban yang
tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua.
Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
4. Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini
mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di
Chicago oleh Mihalyi Csikzentmihalyi dan Reed Larson (1984)
menemukan bahwa remaja rata rata memerlukan hanya 45 menit untuk
berubah mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”. Sementara orang
dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood
(swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban
pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah atau kegiatan sehari hari di rumah.
Meski mood remaja yang mudah berubah ubah dengan cepat, hal tersebut
belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan
bagaimana menghadapi masalah itu sebagai “seseorang yang baru”; berbagai
nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya. Remaja akan
membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para “idola”nya untuk
menyelesaikan masalah seperti itu. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat
penting bagi remaja.
2. Batasan Lansia
WHO dalam Kunaifi (2009) membagi lansia menurut usia ke dalam empat
kategori, yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2. Lansia (elderly) : 60-74 tahun
3. Usia tua (old) : 75-89 tahun
4. Usia sangat lanjut (very old) : lebih dari 90 tahun
3. Teori Penuaan
Ada empat teori pokok dari penuaan menurut Klatz dan Goldman, (2007),
yaitu:
1. Teori Wear and Tear
Tubuh dan sel mengalami kerusakan karena telah banyak digunakan
(overuse) dan disalahgunakan (abuse).
2. Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organtubuh
yaitu dimana hormon yang dikeluarkan oleh beberapa organ yang
dikendalikan oleh hipotalamus telah menurun.
3. Teori Kontrol Genetik
Teori ini fokus pada genetik memprogram genetik DNA, dimana kita
dilahirkan dengan kode genetik yang unik, dimana penuaan dan
usiahidup kita telah ditentukan secara genetik.
4. Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi
akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang
waktu.Radikal bebas sendiri merupakan suatu molekul yang memiliki
elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas
tinggi, karena kecenderungan menarik elektron dan dapat mengubah
suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena hilangnya atau
bertambahnya satu elektron pada molekul lain.
5. Pencemaran Lingkungan
Menurut pasal 1 angka 7 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 1982, Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energy, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan
atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh prses
alam sehingga kualiatas klingkungan turun samapai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya (H.J Mukono, 2003)
c. Keunikan lingkungan
Lingkungan RW 04 merupakan lingkungan yang padat
penduduknya. Banyak penduduk yang bukan penduduk
asli melainkan pendatang yang telah menetap lama.
Selain itu banyak anak kos yang sering keluar masuk.
Gambar 3.25 Data Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun pada Penduduk
RW IV Kelurahan Klampis Ngasem Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
pada tanggal 7 – 16 Maret 2019.
Gambar 3.30 Data Alasan Pasangan Usia Subur Tidak Menggunaan Alat
Kontrasepsi di RW IV Kelurahan Klampis Ngasem Kecamatan Sukolilo
Kota Surabaya pada tanggal 7 – 16 Maret 2019.
Gambar di atas menunjukkan bahwa gizi pada ibu hamil baik yaitu 93%.
REMAJA
1. Kategori : Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan PPGD : PPGD : 9 Balai RW PPGD : PPGD :
Perilaku tindakan Sacharisa April 2019 04 Ceramah dan
keperawatan (I. 12383) Agape Kelurahan Demonstrasi Power
Subkategori : selama 7 minggu, Sudiani, Klampis point,
penyuluhan Observasi : booklet,
diharapkan para Ngasem,
dan remaja khususnya 1. Identifikasi S.Kep Kecamatan Alat
pembelajaran karang taruna RW kesiapan dan Sukolilo, Peraga
04 Kelurahan kemampuan menerima Surabaya (manekin,
D. 0111 Defisit Klampis Ngasem informasi tandu, dan
Pengetahuan diharapkan bebat
mampu : 2. Identifikasi faktor bidai)
yang dapat
Kesiapan Tingkat meningkatkan dan
untuk Pengetahuan menurunkan motivasi
meningkatkan (L.12111) perilaku hidup bersih
pengetahuan dan sehat
1. Perilaku sesuai
kesehatan pada anjuran Terapeutik :
remaja Karang
Taruna RW 2. Mengatakan 1. Sediakan materi
04mengenai : minat dalam belajar dan media pendidikan
kesehatan
1. Bahaya 3. Kemampuan
Merokok menjelaskan 2. Jadwalkan
pengetahuan pendidikan kesehatan
2. Pertolongan tentang suatu topik sesuai kesepakatan
Pertama Gawat
Darurat 4. Kemampuan 3. Berikan kesempatan
(PPGD) menggambarkan untuk bertanya
pengalaman
sebelumnya Edukasi :
5. Berperilaku 1. Jelaskan faktor
sesuai dengan resiko yang dapat
pengetahuan mempengaruhi
kesehatan
6. Menanyakan
tentang masalah 2. Ajarkan perilaku
yang dihadapi hidup bersih dan sehat
LANSIA
LINGKUNGAN
Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi PJ Waktu Tempat Metode Media
Keperawatan
1 Kesiapan 1. Jangka Panjang: 1) Mampu Penyuluhan
peningkatan Mampu menyebutkan tentang :
Pengetahuan mengurangi bahaya 1. Bahaya Bu Pokja 05-04- Balai RW Presentas Ppt dan
pada Ibu-Ibu perkembang perkembangan DBD Suta Lingk 2019 04 i, leaflet
PPKK biakan nyamuk nyamuk, manfaat 2. Cara rmi ungan Klampisng Demonst
mengenai cara di desa dan membasmi memberanta mhs asem rasi
membasmi mengurangi nyamuk secara s nyamuk di Surabaya Dan
nyamuk secara angka kejadian alami serta cara lingkungan Tanya
alami untuk DBD membasmi dengan jawab
mengurangi 2. Jangka pendek : nyamuk secara Lavitrap, Pokja 05-04- Ppt,
bahaya 1) Ibu-ibu PPKK alami potongan Bu Lingk 2019 alat
pencemaran paham akan 2) Ibu-ibu PPKK daun serai, Suta ungan Balai RW peraga
lingkungan bahaya menyampaiakan obat rmi mhs 04 dan
penrkembanga inisiatifnya untuk semprot Klampisng leaflet
n nyamuk mencoba metode nyamuk asem
terutama bakmi secara alami, dan Surabaya
nyamuk mandiri di rumah. lilin aroma
pembawa 3) Ibu-Ibu PPKK terapi
penyakit DBD aktif menanyakan pengusir
2)Ibu-ibu PPKK materi yang nyamuk
mengetahui disampaiakan
manfaat
membasmi
nyamuk secara
alami
3)Menambah
pengetahuan ibu-
ibu PKK tentang
cara alami
membasmi
nyamuk
2 Kesiapan 1. Jangka panjang: 1) Ibu-ibu 1. Bahaya Bu Pokja 31-3- Lapangan Penyuluh Leaflet
penigkatan Mengurangi menjelaskan pencemaran Mus Lingk 2019 senam an dan dan alat
koping timgkat kembali bahaya lingkungan ungan aerobic semonstr peraga
komunitas Ibu- pencemaran limbah jelantah limbah mhs RW 04 asi
ibu RW 04 lingkungan di terhadap minyak Klampisng
Klampisngasem RW 04 Klampis lingkungan dan jeantah asem
terhadap nagsem, cara mengatasinya 2. Cara
pemanfaatan Sukolilo, 2) Ibu-ibu mampu membauat
limbah minyak Surabaya memeragakan sabun cuci
jelantah yang 2. Jangka pendek dengan benar tangan dari
bisa mencemari 1) Ibu-ibu cara pembuatan minyak
lingkungan mampu sabun dari jelantah
menjadi sabun mengetahui minyak jelantah
cucinntangan cara 3) Ibu-ibu
mengatasi mengungkapkan
limbah motivasinya
jelantah yang untuk
ada di desa mempraktikkan
2) Ibu-ibu di rumah dalam
mampu rangka mengatasi
mengetahui pencemaran
dampak limbah minyak
permasalahan jelantah
limbah
jelantah
terhadap
kesehatan
lingkungan
3) Ibu-ibu
mampu
memanfaatka
n limbah
minyak
jelnatah
menjadi
sabun cuci
tangan
BAB 5
RESUME KEGIATAN
PENYULUHAN PERAWATAN PAYUDARA DAN PENYIMPANAN ASI
3. Warga : 21 orang
2. Susunan Acara
Tahan dan
No Kegiatan Pendidikan Kegiatan Peserta
Waktu
1 Pendahuluan Pembukaan:
5 menit 1. Mengucapkan salam dan 1. Menjawab salam
memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
2. Menyampaikan tujuan dan kontrak
maksud dari penyuluhan 3. Mendengarkan
3. Menjelaskan kontrak waktu tujuan penuluhan
dan mekanisme kegiatan 4. Mendengarkan
4. Menyebutkan materi materi penyuluhan
penyuluhan yang akan yang diberikan
diberikan
2 Kegiatan inti Pelaksanaan:
15 menit 1. Menggali pengetahuan dan 1. Mendengarkan dan
pengalaman pesertamengenai memperhatikan
perawatan payudara dan 2. Memperhatikan
penimpanan ASI materi penyuluhan
2. Menjelaskan materi yang disampaikan
a. Menjelaskan pentingnya
ASI ekslusif
b. Menjelaskan perawatan
payudara
c. Menjelaskan penyimpanan
ASI
3. Susunan Evaluasi
Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
1) Kesiapan materi
2) Kesiapan Pre Planning
3) Peserta yang hadir di tempat pelaksanaan kegiatan
4) Kader hadir dalam kegiatan diskusi
2. Evaluasi Proses
1) Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktunya
2) Peserta diskusi 2 (dua) arah dalam menyamakan masalah
yang ada dengan hasil temuan mahasiswa Fakultas
Keperawatan Unair.
3) Suasana kegiatan tertib dan kondusif
4) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat selama kegiatan
berlangsung
3. Evaluasi Hasil
1) Peserta dapat mengetahui temuan kasus di wilayah RW IV
2) Masing-masing peserta mampu mengemukakan pendapat
secara 2 arah dalam menyelesaikan temuan masalah
mahasiswa profesi keperawatan Universitas Airlangga.
Mengetahui,
2. Evaluasi Proses
1) Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktunya
2) Peserta diskusi 2 (dua) arah dalam menyamakan masalah yang
ada dengan hasil temuan mahasiswa Fakultas Keperawatan
Unair.
3) Suasana kegiatan tertib dan kondusif
4) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat selama kegiatan
berlangsung
3. Evaluasi Hasil
1) Peserta dapat mengetahui temuan kasus di wilayah RW IV
2) Masing-masing peserta mampu mengemukakan pendapat secara
2 arah dalam menyelesaikan temuan masalah mahasiswa
profesi keperawatan Universitas Airlangga
Ketua Kelompok RW IV
1 Pendahuluan Pembukaan:
5 menit 1. Mengucapkan salam dan 1. Menjawab salam
memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
2. Menyampaikan tujuan dan tujuan kegiatan
maksud dari penyuluhan
2. Evaluasi Proses
1) Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktunya
2) Peserta aktif dalam menyamakan gerakan sesuai instruksi
3) Suasana kegiatan tertib dan kondusif
4) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat selama
kegiatan berlangsung
3. Evaluasi Hasil
1) Peserta dapat meningkatkan kebugaran jasmani
2) Masing-masing peserta mampu melakukan kegiatan baru
Tahan dan
No Kegiatan Pendidikan Kegiatan Peserta
Waktu
1 Pendahuluan Pembukaan:
5 menit 1. Mengucapkan salam dan 1. Menjawab salam
memperkenalkan diri
2. Menyampaikan tujuan dan
2. Mendengarkan kontrak
maksud dari penyuluhan
3. Menjelaskan kontrak waktu 3. Mendengarkan tujuan
dan mekanisme kegiatan dari penuluhan
4. Menyebutkan materi 4. Mendengarkan materi
penyuluhan yang akan penyuluhan yang
diberikan diberikan
2 Kegiatan inti Pelaksanaan
45Menjelaskan tentang: Memperhatikan dan
a. Pengertian senam hipertensi mempraktekkan
b. Prinsip senam hipertensi
c. Manfaat senam hipertensi
d. Langkah-langkah senam
hipertensi
b. Susunan Evaluasi
c. Evaluasi Kegiatan
1) Evaluasi Struktur
a Kesiapan Pre Planning, SAP, dan leaflet telah diselesaikan dan
dikonsulkan maksimal 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan
Mengetahui,
PJ POKJA Lansia
Pembimbing Keperawatan Kesehatan Komunitas
1 Pendahuluan Pembukaan:
5 menit 1. Mengucapkan salam dan 1. Menjawab salam
memperkenalkan diri
2. Menyampaikan tujuan dan
2. Mendengarkan kontrak
maksud dari penyuluhan
3. Menjelaskan kontrak waktu 3. Mendengarkan tujuan
dan mekanisme kegiatan dari penuluhan
4. Menyebutkan materi 4. Mendengarkan materi
penyuluhan yang akan penyuluhan yang
diberikan diberikan
2 Kegiatan inti Pelaksanaan
45 menit 1. Menjelaskan tentang: 1. Peserta mampu
a. Pengertian penyakit asam
mendengarkan dan
urat
memperhatikan
b. Penyebab penyakit asam urat
2. Peserta antusias dengan
c. Penatalaksaan penyakit asam
kegiatan demonstrasi
urat
d. Tujuan Massage Jahe massage jahe
e. Manfaat Massage Jahe
f. Cara melakukan Massage
Jahe yang benar
3 Susunan Evaluasi
4 Evaluasi Kegiatan
1 Evaluasi Struktur
a Kesiapan Pre Planning, SAP, dan leaflet telah diselesaikan dan
dikonsulkan maksimal 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan
b Pembagian Job desk setiap mahasiswa telah berjalan sesuai
dengan SAP
PJ POKJA Lansia
c Peserta penyuluhan dihadiri oleh 25 peserta yang terdiri dari
lansia dan ibu-ibu.
2 Evaluasi Proses
Thali’ah Jihan Nabilah, S. Kep.
a Kegiatan dilaksanakan tepat waktu
NIM. 131813143074
b Setting dan penempatan tempat kurang sesuai
c Peserta penyuluhan antusias mengenai penyuluhan dan
demonstrasi massage jahe
d Suasana kegiatan tertib dan kondusif
e Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat selama kegiatan
f Peserta penyuluhan juga aktif bertanya dan berpartisipasi dalam
kegiatan ini
3 Evaluasi Hasil
a Peserta mampu memahami penyebab dan tanda gejala asam urat
b Peserta mampu memahami penatalaksaan dalam mengatasi
penyakit asam urat
c Peserta dapat memahami cara yang benar dalam melakukan
massage jahe
2. Susunan Acara
Tahan dan
No Kegiatan Pendidikan Kegiatan Peserta
Waktu
1 Pendahuluan Pembukaan:
5 menit 9. Mengucapkan salam dan 9. Menjawab salam
memperkenalkan diri 10. Mendengarkan
10. Menyampaikan tujuan dan kontrak
maksud dari penyuluhan 11. Mendengarkan
11. Menjelaskan kontrak waktu dan tujuan penuluhan
mekanisme kegiatan 12. Mendengarkan
12. Menyebutkan materi penyuluhan materi penyuluhan
yang akan diberikan yang diberikan
2 Kegiatan inti Pelaksanaan:
15 menit 1. Menggali pengetahuan dan 1. Mendengarkan dan
pengalaman pesertamengenai memperhatikan
Pertolongan Pertama pad Gawat 2. Memperhatikan
Darurat. materi penyuluhan
2. Menjelaskan materi yang disampaikan
c. Menjelaskan definisi tentang 3. Mampu
pemberian pijat jantung dan mempraktikkan
bantuan nafas, bebat bidai, gerakan yang telah
dan penanganan tersedak di demonstrasikan
pada orang dewasa
d. Menjelaskan tentang materi
dasar tentang Pertolongan
Pertama pada Gawat Darurat.
e. Mendemonstrasikan tentang
bagaimana memberikan
pertolongan pertama pada
gawat darurat.
f. Memberikan kesempatan
bagi peserta untuk
mempraktikkan gerakan
pertolongan pertama pada
gawat darurat meliputi RJP,
bebat bidai, dan tersedak.
3 Diskusi Memberikan kesempatan peserta Peserta penyuluhan
10 menit penyuluhan untuk mengajukan mengajukan pertanyaan
pertanyaan mengenai materi yang belum mengenai materi yang
dipahami belum difahami
3. Susunan Evaluasi
4. Evaluasi Kegiatan
i. Evaluasi Struktur
1. Kesiapan materi
2. Kesiapan Pre Planning
3. Peserta yang hadir di tempat pelaksanaan kegiatan
ii. Evaluasi Proses
PJ POKJA REMAJA
1. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktunya
2. Peserta diskusi 2 (dua) arah dalam menyamakan masalah yang
ada dengan hasil temuan mahasiswa Fakultas Keperawatan Unair.
3. Suasana kegiatan tertib dan kondusif
Dwida Rizki Pradiptasiwi, S. Kep.
4. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat
NIM. selama kegiatan
131813143008
berlangsung
iii. Evaluasi Hasil
1. Peserta dapat mengetahui tentang pertolongan pertama yang
diberikan ketika terjadi gaat darurat
2. Masing-masing peserta mampu mengemukakan pendapat secara 2
arah dalam menyelesaikan temuan masalah mahasiswa profesi
keperawatan Universitas Airlangga
Ketua Kelompok RW IV
NIM. 131813143021
Mengetahui,
NIP. 198610262015042003
RESUME KEGIATAN
4. Evaluasi Kegiatan
-
5. Resume Kegiatan
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga bekerja sama dengan Karang Taruna
RW 04 Kelurahan Klampis Ngasem berencana melakukan kegiatan donor
darah yang bekerja sama dengan PMI Surabaya. Mahasiswa telah membuat
proposal donor darah dengan panitia bersama dengan Karang Taruna RW 4.
Pada hari Kamis, 28 Maret 2019 mahasiswa berkonsultasi mengenai
proposal, leaflet dan poster donor darah bersama dosen pembimbing. Pada
hari Sabtu, 30 Maret 2019 mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi
Ners menyerahkan proposal Donor Darah kepada PMI Surabaya, namun
tidak dapat menemui bu Retty Dharmayanti selaku bagian rekrutmen
dikarenakan diluar jam kerja. Jam kerja PMI Surabaya yaitu Senin-Kamis
pukul 07.00 – 15.30 dan Jumat pukul 07.30 - 14.30. Pada hari Senin, 1 April
2019 mahasiswa mencoba menghubungi bu Retty Dharmayanti untuk
mengkonfirmasi mengenai proposal yang telah diberikan. Bu Retty
Dharmayanti mengatakan jika belum bisa bekerjasama dengan Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Profesi Ners dan Karang Taruna RW 04
Kelurahan Klampis Ngasem melaksanakan acara Donor Darah dikarenakan
jadwal PMI Surabaya pada bulan Maret- hingga April 2019 telah penuh.
PMI Surabaya menyarankan jika acar diadakan pada bulan Ramadhan,
namun pada tanggal tersebut jadwal dinas Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Profesi Ners kelompok D1 sudah selesau dan digantikan dengan
kelompok D2. Mahasiswa berkonsultasi dengan dosen pembimbing
mengenai hal tersebut. Dosen pembimbing menyarankan agar kegiatan
Donor Darah dilanjutkan oleh kelompok D2 Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Ketua Kelompok RW IV
PJ POKJAKIA
Mengetahui,
Ketua Kelompok RW IV
NIP 19780316200812200
RESUME KEGIATAN
2. Warga : 21 orang
2. Evaluasi Proses
1) Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktunya
2) Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan susunan acara
3) Peserta terlihat antusias dalam mendengarkan materi yang
disampaiakan
4) Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
5) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat selama kegiatan
berlangsung
3. Evaluasi Hasil
1) Peserta yang mengikuti penyuluhan ini 21 orang
2) Peserta dapat mengikuti acara penyuluhan dari awal sampai
akhir
3) Peserta aktif menyampaikan pertanyan kurang lebih 4 orang
4) Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah
dijelaskan
5) Peserta terbukti memahami materi yang telah disampaikan
penyuluh dilihat dari kemampuan menjawab pertanyaan
penyuluh dengan benar
Ketua Kelompok RW IV
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Pelaksanaan proses praktik keperawatan komunitas terutama pada kelompok
kerja di lingkungan kerja RW 04 Kelurahan Klampis Ngasem berjalan baik.
Berdasarkan pengkajian pada tanggal 07-16 Maret 2019 di RW 04 dapat
diidentifikasi satu diagnosa keperawatan untuk masalah keperawatan pokja
kesehatan lingkungan yaitu Manajemen komunitas tidak efektif diRW 01
Kelurahan Klampis Ngasem, Sukolilo Kota Surabaya.
Diagnosa ini memunculkan progam kerja untuk mengatasi masalah
keperawatan yang didapat untuk pokja kesehatan lingkungan yaitu penyuluhan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Secara umum praktik profesi
keperawatan komunitas yang dilakukan oleh mahasiswa bekerja sama dengan
kader lingkungan/jumantik di RW 04, tokoh masyarakat RW 04 Kelurahan
Klampis Ngasem Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya serta pihak Puskesmas
Klampis Ngasem, dapat dikatakan berhasil. Pada pokja kesehatan lingkungan
didapatkan warga RW 04 memiliki kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat.
6.2 Saran
Adapun saran-saran yang ingin kami sampaikan kepada beberapa pihak
adalah:
1. Mahasiswa
a. Mengoptimalisasi dari persiapan mahasiswa profesi ners, maka diharapkan
akan adanya pembinaan intensif pra terjun ke lapangan dengan konsep
bimbingan yang telah terstruktur rapi dan baku, baik dari segi mekanisme
bimbingan maupun konsep-konsep keperawatan komunitas itu sendiri.
b. Mahasiswa diharapkan akan lebih meningkatkan kemampuan menambah
bekal tentang konsep keperawatan komunitas dan keluarga sehingga terjadi
optimalisasi kinerja dalam melaksanakan praktik klinik keperawatan
komunitas.
c. Mahasiswa diharapkan mempunyai konsep yang lebih matang tentang
struktur pengorganisasian masyarakat dengan berbagai alternatif
pendekatan sehingga lebih mempermudah pelaksanaan praktik klinik di
masyarakat.
2. Kader
a. Mengoptimalkan program-program yang telah terbentuk dan berjalan untuk
optimalisasi persiapan warga terhadap program kesehatan.
b. Kerjasama antar kader, puskesmas, dinas kesehatan ataupun lembaga sosial
sehingga kegiatan yang bermanfaat bagi warga tercapai.
c. Kader diharapkan lebih sigap dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada
di masyarakat
3. Puskesmas
a. Puskesmas mempunyai beberapa program kerja dan sebagai pemanjang
program kegiatan puskesmas, diharapkan adanya kerjasama dan bimbingan
secara intensif dari puskesmas untuk mahasiswa maupun kelompok kerja
kesehatan di masyarakat.
b. Program dari puskesmas diharapkan dapat dilaksanakan secara optimal
sehingga pembinaan kesehatan dapat mencapai tujuan.
c. Puskesmas diharapkan lebih tanggap memfasilitasi kebutuhan kesehatan
masyarakat karena puskesmas merupakan rujukan pertama dalam
kesehatan.
4. Instansi FKp UNAIR
Mahasiswa dari Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga berharap
untuk lebih memperlebar lagi jangkauan kerjasama antara Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga dengan berbagai instansi kesehatan
sehingga mempermudah mahasiswa dalam pelaksanaan praktik klinik
keperawatan komunitas, maka diharapkan adanya kerjasama antara FKp
UNAIR dengan pihak-pihak terkait dengan model kontrak kerja/waktu.
DAFTAR PUSTAKA
S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M
1. Pembekalan
Praktik Profesi
2. Pembukaan
Praktik Profesi
3. Perkenalan dan
Identifikasi
Tokoh
4. Pengkajian :
- Windshield
survey
- Pulta Door to
Door
- Mapping dan
Dokumentasi
- FGD
- Penyelesaian
Proposal
5. Perencanaan
dan MMD
6. Pelaksanaan
Program Kerja
- Senam
Gembira
- Penyuluhan
Tersedak
No. Nama Kegiatan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7
S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M
- Penyuluhan
Perawatan
Payudara
dan
Penyimpanan
ASI
- SENSASI
(Senam Anti
Hipertensi)
- TENSA
(Tenda
Sehat)
- Massage Jahe
- GEBYAR
(Gerakan
hindari
Bahaya
Merokok)
- DONDA
(Donor
Darah)
- PPGD
- Pembuatan
Sabun
Jelantah
- BAKMI
(Basmi
Nyamuk
secara Alami)
7. Praktik
Keperawatan
Keluarga :
- Penyelesaian
LP dan Pre
Planning
- Supervisi
tidak
terjadwal
- Supervisi
Home Visit
8. Mini Lokakarya
Akhir
9 Ujian
10. Pengumpulan
Laporan Akhir
Mengetahui,
PJMA Profesi Keperawatan Komunitas Ketua RW 04 Kel. Klampis Ngasem Pembimbing Akademik Ketua Kelompok
Dr. Makhfudli, S.Kep., Ns., M.Ked. Trop Ir. Hj. Mustiyani Dr. Retno indarwati, S.Kep., Ns., M.Kep Nurin Syarafina Islammi, S.Kep
NIP. 197902122014091003 NIP. 197903162008122002 NIM. 131813143021
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN