Anda di halaman 1dari 16

Makalah

EKSKRESI OBAT MELALUI GINJAL

Diajukan untuk memenuhi tugas


Farmakologi I yang telah diberikan

DosenPengampu :
Guntur Satrio P.,S.Farm.,M.Si.,Apt
Rezqi Handayani, S.Farm, M.P.H., Apt

Disusun Oleh :
Kelompok I
1. Dinda Heldawati S. (14.71.015499) 7. Novriani Wardaningsih (14.71.015832)
2. Heni Rusmita (14.71.015826) 8. Prilli Friska Maryatie (14.71.015834)
3. Indah Septiani Putri (14.71.015) 9. Rahmawati Agustin (14.71.015496)
4. Jesika Pebysia (14.71.015868) 10. Rizqi Chairunnisa(14.71.015863)
5. Meiga Susana (14.71.015873) 11. Suarno GundoPutro (14.71.015)
6. Nony Kartika Sari (14.71.015823) 12. Tari Ayu Lestari (14.71.015862)
13. Yulia Rahayu Ningsih (14.71.015502)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D3 FARMASI
2015
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan mengucap syukur, segala puji bagi Allah Tuhan Yang
Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya.Tidak lupa pula salawat
serta salam selalu mengalir untuk sang Baginda Rasulullah SAW., yang telah membawa kita dari
zaman jahiliyah ke zaman yang penuh akan ilmu pengetahuan. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada Bapak Guntur Satrio P.,S.Farm.,M.Si.,Apt yang telah membimbing penulis hingga
terselesaikannya makalah yang berjudul “Ekskresi Obat Melalui Ginjal” guna memenuhi tugas
mata kuliah Farmakologi I yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan. Besar harapan penulis, mudah-mudahan makalahyang sederhana
ini banyak memberi manfaat dan menjadi sumber acuan dalam pencarian informasi mendalam
tentang ekskresi obat yang khususnya melalui organ ginjal, baik untuk kalangan internal maupun
eksternal universitas.

Palangkaraya, Desember 2015

Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Penulis

ii
Makalah “Ekskresi Obat Melalui Ginjal”
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah ................................................................................................ 2
1.4 Tujuan ................................................................................................................ 2
1.5 Manfaat .............................................................................................................. 3
1.6 Metodologi ......................................................................................................... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................................... 4

2.1 Eliminasi Obat ................................................................................................... 4


2.2 Anatomi Makroskopik Ginjal ............................................................................ 5
2.3 Anatomi Mikroskopik Ginjal ............................................................................. 5
2.4 Proses Ekskresi Obat.......................................................................................... 6

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 11


3.2 Saran .................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 13

iii
Makalah “Ekskresi Obat Melalui Ginjal”
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam arti luas “farmakologi” ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel
hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Dalam ilmu kedokteran senyawa
tersebut disebut obat, dan lebih menekankan pengetahuan yang mendasari manfaat dan risiko
penggunaan obat. Karena itu dikatakan farmakologi merupakan seni menimbang (the art of
weighing). Tanpa pengetahuan farmakologi yang baik, seorang farmasis dapat merupakan
sumber bencana bagi pasien karena tidak ada obat yang aman secara murni. Hanya dengan
penggunaan yang cermat, obat akan bermanfaat tanpa efek samping tidak diinginkan terlalu
mengganggu. Selain itu, pengetahuan mengenai efek samping obat mengharuskan farmasis
mengenal tanda dan gejala yang disebabkan obat. Jadi obat selain bermanfaat dalam
pengobatan penyakit, jadi juga merupakan penyebab penyakit.Menurut suatu survei di
Amerika Serikat, sekitar 5% pasien masuk rumah sakit akibat obat. Rasio fasilitas kasus
akibat obat di rumah sakit bervariasi antara 2 – 12%. Efek samping obat meningkat sejalan
dengan jumlah obat yang diminum. Melihat fakta tersebut, pentingnya pengetahuan obat bagi
seorang farmasis tidak dapat diragukan.
Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati,
mendiagnosis penyakit atau gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu.
Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasis, yaitu ilmu mengenai cara
membuat, memformulasi, menyimpan, dan menyediakan obat. Farmakologi terfokus pada 2
ilmu penting lainnya seperti farmakodiamik dan farmakokinetik. Pada farmakokinetik, hal
yang ditekankan adalah pada hal yang dialami obat dalam tubuh, seperti absorbsi, distribusi,
biotransformasi, dan ekskresi. Sedangkan pada farmakodinamik, akan menyangkut pada
pengaruh obat terhadap sel hidup, organ atau makhluk, secara keseluruhan erat berhubungan
dengan fisiologi, biokimia, dan patologi.
Sejarah kata obat-obatan (pharmacy) berasal dari kata Yunani, pharmacon yang
berarti racun. Mengonsumsi obat dapat diartikan memasukkan racun ke dalam tubuh.
1
Makalah “Ekskresi Obat Melalui Ginjal”
Bedanya, racun tersebut diberikan secara tepat dengan memperhitungkan dosis tertentu
sehingga dapat menyembuhkan penyakit. Namun sekali racun, tetaplah racun. Tak ayal, obat-
obatan terkadang justru menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. Penyebab gangguan
kesehatan tersebut antara lain karena keracunan obat dan alergi obat. Kesalahan memilih
jenis obat, dosis, cara dan waktu pemakaian obat dapat menyebabkan keracunan obat. Untuk
obat-obat keras yang diberikan lewat resep dokter, keracunan obat dapat dihindari apabila
resep diberikan secara benar. Untuk meminimalisir terjadinya penumpukan obat yang
bersifat racun tersebut maka tubuh perlu mengeluarkan zat-zat tersebut dari dalam tubuh,
sehingga pada karya tulis ini penulis akan mengangkat masalah pembuangan sisa obat yang
tidak berkhasiat lagi bagi tubuh.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang
akan dibahas sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan obat ?
2. Apa yang dimaksud dengan ekskresi ?
3. Apa fungsi dari organ ginjal ?
4. Bagaimana proses terjadinya ekskresi obat melalui ginjal ?

1.3 Batasan Masalah


Agar makalah ini dapat dipahami oleh pembaca sebagaimana mestinya, penulis
memberikan batasan masalah :

1. Secara garis besar mengenai eksresi obat.


2. Dan secara terperinci dalam pembahasan eksresi obat melalui ginjal.

1.4 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah yang penulis ingin hadirkan ialah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi obat.
2. Untuk mengetahui dan memahami definisi ekskresi.
3. Untuk mengetahui dan memahami fungsi organ ginjal.
4. Untuk mengetahui dan memahami proses terjadinya eksresi obat melalui ginjal.
2
Makalah “Ekskresi Obat Melalui Ginjal”
1.5 Manfaat
Kita menjadi dapat lebih mengetahui dan memahami ekskresi obat melalui ginjal.

1.6 Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode kajian pustaka.

3
Makalah “Ekskresi Obat Melalui Ginjal”
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Eliminasi Obat

Eliminasi adalah proses pengurangan atau pembuangan sisa metabolisme tubuh yang
tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Ekskresi merupakan proses untuk mengeliminasi bahan
yang tidak lagi dipergunakan dalam tubuh untuk dikeluarkan ke luar tubuh. Ekskresi adalah
perpindahan obat dari sirkulasi sistemik (darah) menuju ke organ ekskresi.
Sedangkan obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun
zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit
dan atau menyembuhkan penyakit. Namun di sisi lain , obat juga memiliki efek farmakologi yang
dapat mengganggu kesehatan apabila terlalu sering dikonsumsi. Oleh karena itu, obat juga perlu
mengalami eliminasi melalui proses ekskresi untuk keperluan detoksifikasi obat tersebut.
Apabila obat tidak diekskresi maka obat akan tertinggal dalam tubuh dan mengakibatkan
ketoksikan pada organisme bersangkutan.
Tempat atau jalur ekskresi adalah melalui ginjal (organ utama), hati atau empedu,
paru, kelenjar saliva, kelenjar susu dan kelenjar keringat, Organ terpenting untuk ekskresi
obat adalah ginjal. Obat diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk
metabolitnya. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan, dan setelah dewasa
menurun 1% pertahun. Ginjal melakukan fungsi penting untuk keseluruhan organisme yaitu :
1. Eksresi zat-zat penting melalui urin misalnya urea dan kreatin, serta zat fisiologik yang
berlebih.
2. Pengaturan kebutuhan air dan elektrolit serta kesetimbangan asam-basa.
3. Berperan pada pengaturan (hormonal) volume cairan ekstrasel dan tekanan daerah arteri.
4. Sintesis eritropoietin dan dengan demikian mempengaruhi pembentukan eritrosit.
Mengkonsumsi obat-obatan kimia secara berlebihan dapat merusak organ tubuh, salah
satunya pada ginjal. Penyebab lain gagal ginjal juga dapat berasal dari konsumsi obat-obatan
yang dapat mempengaruhi kerja ginjal. Obat-obatan yang dapat mengganggu kerja ginjal
disebut obat-obatan nefrotoksik, yakni paling banyak merupakan obat anti nyeri, seperti obat

4
Makalah “Ekskresi Obat Melalui Ginjal”
nyeri kepala dan obat nyeri tulang. Sehingga bila mengkonsumsi obat ini terlalu sering dapat
menyebabkan seseorang mengalami gagal ginjal.

2.2 Anatomi Makroskopik Ginjal

Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk kacang yang terletak pada bagian
ventral dinding perut bagian dorsal, di bawah diafragma dan masing – masing terletak pada
kedua sisi kolom tulang belakang. Bagian cembungnya mengarah ke lateral, bagian
cekungnya ke medial. Pada bagian cekung ini terdapat hilus ginjal, yang merupakan tempat
keluar masuknya pembuluh, saraf serta ureter.
Panjang ginjal 10-12 cm, penampang melintangnya 5-6 cm, beratnya sekitar 120-200
g pada belahan memanjang, secara makroskopik sudah dapat dibedakan korteks ginjal,
medula ginjal dan piala ginjal beserta saluran urinnya. Lapisan korteks terluar terlihat terang
dan mengandung granul halus, lapisan medula disebelah dalam berwarna lebih gelap dan
mempunysi garis-garis halus memanjang. Bagian medula dibagi oleh kolom-kolom bagian
korteks menjadi 8-16 lobus berbentuk piramid yang menuju ke pusat secara konvergen.
Bagian ujungnya yaitu papila ginjal yang ditutupi dengan kaliks ginjal yang berbentuk
tabung yang menampung urin dan membawanya ke pelvis ginjal. Pasokan darah pada ginjal
dilakukan oleh arteria renalis yang bercabang menjadi arteri interlobares. Arteri ini pada
dasar piramid akan bercabang seperti arkade yang akan menjadi arteri interlobulares. Dari
sini dalam jarak-jarak tertentu akan membentuk vasa afferentia yang memasok masing-
masing korpus ginjal. Oleh suatu sistem vena yang analog dengan sistem arteri, darah vena
akan dibawa ke vena renalis.

2.3 Anatomi Mikroskopik Ginjal

Unsur yang menyusun ginjal adalah nefron. Komponen morfologik dan fungsional
ini yang bertanggung jawab dalam pembentukan urin, terdapat sekitar 1-1,2 juta dalam tiap
ginjal manusia. tiap nefron terdiri atas korpus ginjal dan tubulus. Dalam korpus ini dibentuk
urin primer dan kemudian mengalami pemekatan dalam tubulus. Korpus ginjal terdiri atas
kumpulan kapiler yaitu glomerulus dan dilingkupi oleh suatu kapsul bowman.

5
Makalah “Ekskresi Obat Melalui Ginjal”
Lapisan bagian dalam kapsul bowman menutupi kapiler glomerulus sedangkan
lapisan luar membatasi rongga kapsul dan terus menuju ke tubulus proksimal. Melalui artei
vas afferen darah arteri akan sampai di glomerulus dan meninggalkan glomerulus melalui
vas afferen. Kedua pembuluh yang letaknya hampir berdekatan membentuk kumpulan
(pool) pembuluh dari korpus ginjal, bersebrangan dengan ini terdapat pool urin, pada bagian
awal tubulus. Tubulus, jika dibandingkan dengan diameternya kecil, merupakan sistem
tabung yang amat panjang dan dibagi menjadi bagian-bagian berikut :
a. Tubulus proksimal dengan suatu pars convoluta (sin pars contorta) dan suatu pars
tect.
b. Bagian penghantar (bagian yang halus dari jerat henle)
c. Tubulus distal, juga dengan suatu pars recta dan pars convoluta, serta
d. Tubulus penampung
Bagian yang lurus dari tubulus proksimal serta distal serta bagian penghantar dinamakn
jerat henle. Bagian dari tubulus yang berkelok-kelok terdapat dalam korteks ginjal,
sedangkan bagian yang berbentuk jerat terdapat terutama dalam medula.

2.4 Proses Ekskresi Obat


Obat yang bersifat polar akan diekskresi melalui organ ekskresi dalam bentuk tidak
berubah dan yang bersifat non-polar dimetabolisme terlebih dahulu agar menjadi lebih polar
dan kurang larut dalam lipid sehingga mudah diekskresi. Obat-obat yang berada dalam
tubuh akan dikeluarkan melalui 3 jalan utama, yaitu ginjal, paru-paru, dan sistem empedu.
Ekskresi obat melalui paru hanya terjadi pada obat-obat yang berupa gas atau cairan yang
mudah menguap. Sebgian obat keluar dari tubuh melalui urine. Beberapa obat dikeluarkan
tubuh melalui hepar masuk kedalam empedu, tetapi kebanyakan di antaranya direabsorpsi
kembali melalui usus. Hanya beberapa macam obat saja yang dikeluarkan melalui hepar atau
empedu dalam jumlah yang berarti, yaitu rifampisin dan kromoglikat. Sebagian obat juga
disekresikan ke dalam kelenjar sekresi, seperti air susu ibu atau kelenjar keringat, tetapi
secara kuantitatif tidak begitu bila dibandingkan dengan ekskresi obat melalui ginjal, kecuali
obat-obat yang memengaruhi bayi yang sedang menyusui.
Sebelum obat diekskresikan, umumnya obat mengalami perubahan dengan
adanya metabolisme di hepar. Perubahan-perubahan molekul obat yang terjadi oleh
6
Makalah “Ekskresi Obat Melalui Ginjal”
pengaruh enzim biasanya akan menghilangkan aktivitas farmakologis obat btersebut,
walaupun terdapat beberapa pengecualian yang akan dibicarakan belakangan, misalnya
azatioprin yang diubah oleh hepar menjadi merkaptopurin yang aktif.

2.3.1 Filtrasi Glomerolus


Filtrasi merupakan proses penyaringan darah dari zat-zat sisa metabolisme
yang dapat meracuni tubuh. Glumerolus merupakan jaringan kapiler dapat
melewatkan semua zat yang lebih kecil dari albumin melalui cela antara sel
endotelnya sehingga semua obat yang tidak terikat protein plasma mengalami
filtrasi disana. Plasma darah yang mengalir akan ditekan pada glomerulus sehingga
menjadi urin primer, suatu ultra filtrat yang hampir bebas protein. Filter
sesungguhnya adalah membran basal yang terletak di bawah endotelium kapiler.
Membran ini dapat melewatkan air dan bagian plasma yang berbobot molekul
rendah melalui pori-porinya dengan bebas, sedangkan sel darah dan bagian plasma
yang besar molekulnya akan ditahan intravasal.
Zat-zat yang dapat disaring tanpa batas adalah zat dengan bobot molekul
sampai sekitar 10.000, dengan demikian komponen dengan bobot molekul rendah
yang ada di urin primer kurang lebih sama konsentrasinya dengan yang ada dalam
plasma darah. Untuk senyawa dengan bobot molekul di antara 10.000 sampai
50.000 daya saringnya terbatas. Karena albumin, yang merupakan protein plasma
terkecil sudah mempunyai bobot molekul sekitar 70.000, maka protein praktis tak
dapat melewati filter ginjal tersebut. Kapiler-kapiler glomeruli akan menyaring
plasma darah sedemikian rupa sehingga setiap molekul obat yang berat molekulnya
dibawah 20.000 akan melewati glomeruli sedangkan albumin plasma
dengan berat molekul 68.000 tidak dapat melewati glomeruli. Obat-obat yang
terikat pada albumin plasma tidak dapat melewati glomeruli misalnya fenibutazon.
Obat yang tidak terikat protein (bentuk bebas) akan mengalami filtrasi
glomerulus masuk ke tubulus. Filtrasi glomerulus menghasilkan ultrafiltrat, yakni
minus plasma protein, jadi semua obat bebas akan keluar dalam ultrafiltrat
sedangkan yang terikat protein akan tetap tinggal dalam darah. Kelarutan dan pH
tidak berpengaruh pada kecepatan filtrasi glomerulus, yang berpengaruh adalah
7
Makalah “Ekskresi Obat Melalui Ginjal”
ukuran partikel, bentuk partikel, dan jumlah pori glomerulus. Laju filtrasi
glomerulus meningkat pada:
a. Kenaikan tekanan darah dalam kapiler glomerulus
b. Pada peningkatan luas permukaan filtrasi pada kondisi glomerulus yang
tenang
c. Pada pengurangan protein plasma akibat berkurangnya ikatan protein dengan
bahan obat
Disamping besarnya pori, filtrasi glomerulus terutama bergantung pada
tekanan filtrasi efektif yang ada pada glomerulus serta pada banyaknya glomerulus
yang masih berfungsi. Tekanan filtrasi efektif didapat dengan mengurangi tekanan
darah dalam kapiler glomerulus (50 mmHg) denga tekanan osmotik koloid plasma
darah yaitu 25 mmHg serta tekanan dalam kapsul bowman sekitar 17 mmHg.
Syarat terjadinya filtrasi glomerulus yang merata adalah pasokan darah yang
tetap secara menyeluruh, jadi tekanan kapiler glomerulus tetap. Ini akan tercapai
oleh adanya suatu autoregulasi miogenik yang ada dalam vas afferen. Jika terjadi
peningkatan tekanan arteri otot polos vas afferen akan menciut, jika tekanan turun
otot polos akan berelaksasi dan dengan cara ini akan menahan supaya tekanan
kapiler tetap. Hanya pada tekanan di bawah 90 dan dibawah 190 mmHg akan
menurunkan atau menaikkan aliran darah ke ginjal.

2.3.2 Sekresi Aktif di Tubulus


Filtasi glomeruli hanya menghasilkan paling banyak 20% dari seluruh obat
yang terdapat dalam darah yang bisa mencapai ginjal. Sisanya 80% akan
dikeluarkan ke lumen tubuli oleh suatu mekanisme transpor aktif, yang bergerak
melawan gradient konsentrasi sehingga akan mengurangi jumlah obat dalam
plasma sampai nihil. Oleh karena itu, sekresi tubuli ini merupakan mekanisme
eliminasi obat yang paling cepat melalui ginjal. Tidak seperti filtrasi glomeruli,
system transportasi aktif ini dapat mencapai bersihan maksimal walaupun obat
terikat pada protein plasma. Misalnya penisilin, walaupun 80% terikat pada protein
plasma dan diekskresi sangat lambat melalui filtrasi glomeruli, kecepatan eliminasi

8
Makalah “Ekskresi Obat Melalui Ginjal”
penisilin via ginjal sangat tinggi karena penisilin disekresikan secara aktif kedalam
lumen tubuli ginjal.
Sekresi tubulus proksimal merupakan proses transport aktif, jadi
memerlukan carrier (pembawa) dan energi. Sekresi aktif dari dalam darah ke
lumen tubulus proksimal terjadi melalui transporter membran P-glikoprotein (P-gp)
dan MRP (Multidrug-Resistance Protein) yang terdapat di membran sel
epitel dengan selektivitas berbeda, yakni MPR utuk anion organik dan konyugat
(mis: penisilin, ptobenesid, glukuronat, sulfat da konyugat glutation), dan P-gp
untuk kation organik dan zat netral (mis: kuinidin, digoksin).
Karena banyak obat yang disekresikan secara aktif dengan cara yang sama,
dapat terjadi kompetisi antara obat-obat tersebut. Misalnya probenesid,
dapat memperlambat ekskresi penisilin dengan jalan berkompetisi untuk transport
aktif pada sel-sel tubuli ginjal sehingga secara klinik akan diperoleh kadar penisilin
yang lebih tinggi. Selain itu, probenesid juga menghambat reabsorpsi asam urat
(yang dipengaruhi pembawa yang sama) sehingga berguna juga untuk pengobatan
penyakit gout.

2.3.3 Reabsorbsi di Sepanjang Tubulus


Setelah obat sampai di tubulus, kebanyakan akan mengalami reabsorpsi
kembali ke sirkulasi sistemik. Reabsorpsi pasif terjadi di sepanjang tubulus untuk
bentuk non-ion obat yang larut lemak. Oleh karena derajat ionisasi bergantung pada
pH larutan, maka hal ini dimanfaatkan untuk mempercepat ekskresi ginjal pada
keracunan suatu obat asam atau obat basa.Obat-obat yang mempunyai kelarutan
dalam lemak yang tinggi akan berdifusi secara pasif masuk kembali melewati
sel-sel epitel tubuli sehingga terjadi reabsorpsi obat secara pasif. Dengan demikian,
obat-obat yang mudah larut dalam lemak akan diekskresikan secara lambat sekali.
Sebaliknya, obat-obat yang polar akan tetap tinggal dalam filtrat sebab membran
tubuli tidak permeable untuk obat-obat yang terionisasi dan kurang larut dalam
lemak.
Di tubuli proksimal dan distal terjadi reabsorbsi pasif untuk bentuk non ion.
Oleh karena itu untuk obat berupa elektrolit lemah, proses reabsorbsi ini bergantung
9
Makalah “Ekskresi Obat Melalui Ginjal”
pada pH lumen tubuli yang menentukan derajat ionisasi. Bila urine lebih basa, asam
lemah terionisasi lebih banyak sehingga reabsorbsinya berkurang, akibatnya
ekskresinya meningkat. Sebaliknya bila urine lebih asam, ekskresi asam
lemah berkurang. Keadaan yang berlawanan terjadi dalam ekskresi basa lemah.
Reabsorbsi pasif bergantung pada pH urine yang ada di ginjal. Bila pH asam
maka obat-obatan yang bersifat asam lemah akan diserap kembali
sehingga tidak dieksresikan dan bila pada suasana basa maka obat-obat asam tadi
akan terionisasi sehingga mudah dikeluarkan dari tubuh. Begitu sebaliknya dengan
obat-obat basa yang akan dieksresi kembali pada suasana basa. Hal ini dapat
dimanfaatkan pada kasus keracunan. Pada pasien yang keracunan phenobarbital
(obat asam lemah) maka kelebihan phenobarbital yang ada di dalam darah
dapat cepat dikeluarkan dengan memberikan natrium bikarbonat yang bersifat
basa sehingga phenobarbital dapat cepat dieksresi dari tubuh melalui urin.

10
Makalah “Ekskresi Obat Melalui Ginjal”
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati,
mendiagnosis penyakit atau gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu.
Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasis, yaitu ilmu mengenai cara
membuat, memformulasi, menyimpan, dan menyediakan obat. Farmakologi terfokus pada 2
ilmu penting lainnya seperti farmakodiamik dan farmakokinetik. Pada farmakokinetik, hal
yang ditekankan adalah pada hal yang dialami obat dalam tubuh, seperti absorbsi, distribusi,
biotransformasi, dan ekskresi. Sedangkan pada farmakodinamik, akan menyangkut pada
pengaruh obat terhadap sel hidup, organ atau makhluk, secara keseluruhan erat berhubungan
dengan fisiologi, biokimia, dan patologi.

Sejarah kata obat-obatan (pharmacy) berasal dari kata Yunani, pharmacon yang
berarti racun. Mengonsumsi obat dapat diartikan memasukkan racun ke dalam tubuh.
Bedanya, racun tersebut diberikan secara tepat dengan memperhitungkan dosis tertentu
sehingga dapat menyembuhkan penyakit. Untuk meminimalisir terjadinya penumpukan obat
yang bersifat racun tersebut maka tubuh perlu mengeluarkan zat-zat tersebut dari dalam
tubuh yang disebut eliminasi. Ekskresi merupakan proses untuk mengeliminasi bahan yang
tidak lagi dipergunakan dalam tubuh untuk dikeluarkan ke luar tubuh. Ekskresi adalah
perpindahan obat dari sirkulasi sistemik (darah) menuju ke organ ekskresi. Tempat atau jalur
ekskresi adalah melalui ginjal (organ utama), hati atau empedu, paru, kelenjar saliva,
kelenjar susu dan kelenjar keringat, Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal.
Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk kacang yang terletak pada bagian ventral
dinding perut bagian dorsal, di bawah diafragma dan masing – masing terletak pada kedua
sisi kolom tulang belakang. Bagian cembungnya mengarah ke lateral, bagian cekungnya ke
medial. Pada bagian cekung ini terdapat hilus ginjal, yang merupakan tempat keluar
masuknya pembuluh, saraf serta ureter.

11
Makalah “Ekskresi Obat Melalui Ginjal”
Ekskeri obat melalui ginjal melewati tiga tahapan, yaitu filtrasi glomerolus, sekresi
aktif di tubulus, dan reabsorbsi pasif di sepanjang tubulus. pada filtrasi glomerolus terjadi
proses penyaringan darah dari zat-zat sisa metabolisme yang dapat meracuni tubuh sehingga
menghasilkan ultrafiltrat minus protein. Sedangkan sekresi aktif di tubulus merupakan
proses transport aktif, jadi memerlukan carrier (pembawa) dan energi. Sekresi aktif dari
dalam darah ke lumen tubulus proksimal terjadi melalui transporter membran P-glikoprotein
(P-gp) dan MRP (Multidrug-Resistance Protein) yang terdapat di membran sel epitel
dengan selektivitas berbeda. Dan pada reabsorbsi pasif di sepanjang tubulus terjadi
reabsorbsi pasif untuk bentuk non ion. Oleh karena itu untuk obat berupa elektrolit lemah,
proses reabsorbsi ini bergantung pada pH lumen tubuli yang menentukan derajat ionisasi.
Bila urine lebih basa, asam lemah terionisasi lebih banyak sehingga reabsorbsinya
berkurang, akibatnya ekskresinya meningkat. Sebaliknya bila urin lebih asam,
ekskresi asam lemah berkurang. Keadaan yang berlawanan terjadi dalam ekskresi basa
lemah. Maka terbentuklah urin sesungguhnya yang mengandung bahan-bahan obat atau zat-
zat dalam obat yang tidak lagi diperlukan oleh tubuh.

3.2 Saran
Hendaklah kita tidak hanya membaca makalah ini sebagai sebuah tulisan, baiklah
kita menjadikannya salah satu wadah penambah wawasan dan pengetahuan yang disertai
dengan rasa ingin tahu yang lebih dalam dunia kesehatan.

Penulis berharap setiap orang yang membaca tulisan ini akan memiliki pemikiran
baru untuk lebih banyak belajar dan memahami mengenai ekskresi obat melalui ginjal, baik
untuk kalangan internal maupun eksternal universitas.

12
Makalah “Ekskresi Obat Melalui Ginjal”
DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, D.,dkk.2009.Biologi SMA dan MA. Jakarta : ESIS


Gunawan, S.G. 2012. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Hakim, Lukman. 2012.Farmakokinetik Klinik. Yogyakarta : Bursa Ilmu
Katzung, 2012.Farmakologi Dasar dan Klinik .Jakarta : Salemba Medika
Mutschler, Ernst.1991.Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi.ITB.Bandung

13
Makalah “Ekskresi Obat Melalui Ginjal”

Anda mungkin juga menyukai