Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rabies dengan synonym hidrofobia adalah penyakit virus yang disebabkan

oleh virus Ribose Nucleic Acid (RNA) yang didahului oleh tanda – tanda rasa

khawatir, nyeri kepala, demam, paresis atau paralisis, kekakuan di otot – otot mulut

(lockedjaw), dan takut menelan air (hidrofobia) (Soejoedono,2016)

Rabies merupakan penyakit zoonosis yang dapat menyerang semua hewan

berdarah panas dan manusia. Virus rabies ditransmisikan melalui air liur hewan yang

terinfeksi rabies dan umumnya masuk ke tubuh melalui infiltrasi air liur yang

mengandung virus dari hewan rabies ke dalam luka (misalnya goresan), atau dengan

paparan langsung permukaan mukosa air liur dari hewan yang terinfeksi (misalnya

gigitan). Virus rabies tidak bisa menyusup atau melewati kulit dalam kondisi tubuh

(tanpa luka) begitu sampai ke otak, virus rabies dapat bereplikasi lebih lanjut

sehingga menghasilkan tanda klinis pada pasien (Soeharsono, 2017)

Penyakit rabies endemik di semua benua kecuali Antartika pada tahun 2013,

sebanyak 95% kasus kematian pada manusia yang terjadi di Asia dan Afrika yang di

akibatkan oleh rabies. Dan hampir 99% kasus kematian rabies pada manusia

ditularkan oleh anjing. Data dari World Health Organization (WHO) menggambarkan

distribusi tingkat resiko manusia terinfeksi rabies tahun 2013, resiko tertinggi adalah

Asia dan Afrika, resiko sedang dan rendah adalah Eropa, Amerika Selatan dan

Tengah, Amerika Utara, dan Australia, sedangkan yang tidak memiliki resiko adalah
Jepang dan Selandia baru. Di Indonesia pada tahun 2012 – 2016 telah dilaporkan

kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) sebanyak 373.000, dan sebanyak

288.417 mendapatkan Post Exposure Profilaksis (PEP) dengan vaksin anti rabies

(77,3%) (Aditama, 2016). Dari jumlah tersebut pada tahun 2016 dilaporkan sebanyak

85 orang meninggal dunia akibat rabies (Kemenkes, 2017)

Di Provinsi Gorontalo, sudah tercatat sebanyak 742 kasus Gigitan Hewan

Penular Rabies (GHPR) pada tahun 2017 dan meningkat menjadi 1.003 kasus pada

tahun 2018, Kepala Seksi Pengadilan Penyakit Dinas Kesehatan provinsi mengatakan

bahwa pada tahun 2018 yang terindikasi positif rabies sebanyak 244 kasus sedangkan

pada tahun 2017 yang terindikasi positif rabies sebanyak 198 kasus, di Gorontalo

tersebar di seluruh kabupaten telah terjadi kejadian luar biasa pada tahun 2018

sebanyak 10 orang yang meninggal dunia akibat Gigitan Hewan Peliharaan Penular

Rabies. Di kabupaten Pohuwato pada tahun 2018 sebanyak 139 kasus Gigitan Hewan

Penular Rabies dan data dari puskesmas kecamatan dengilo di dapatkan telah terjadi

kasus Gigitan Hewan Penular Rabies sebanyak 34 orang tahun 2018 data tersebut

termasuk kasus orang meninggal dunia akibat Gigitan Hewan Penular Rabies, tahun

2019 pemerintah setempat telah menyediakan 50 Vaksin Anti Rabies (VAR) untuk

satu dosis VAR bisa digunakan empat kali penyuntikan bagi pasien yang terindikasi

rabies (Dinkes Provinsi Gorontalo, 2019)

Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi kejadian luar Biasa pada Gigitan

Hewan Penular Rabies diakibatkan karena kurangnya pengetahuan dari masyarakat

tentang penyakit rabies, perawatan untuk hewan penular rabies yang kurang baik
seperti tidak menjaga kebersihan tubuh hewan, serta jarang melakukan vaksinasi

hewan penular rabies pada petugas kesehatan hewan. Sehingga kematian sering

terjadi pada kasus gigitan hewan penular rabies (Kemenkes, 2017). Menurut Tuharea

dan Abdullah (2017), beberapa faktor yang berhubungan dengan penularan rabies

yaitu kurangnya tingkat pengetahuan hal ini dikarenakan pengetahuan seseorang

tentang rabies pada dasarnya akan dipengaruhi oleh pengetahuan seorang terhadap

masalah tersebut, biasanya pemilik anjing cenderung tidak atau kurang merawat

peliharaannya dengan baik hal ini karena pemberian makan dan minum tidak

dilakukan secara teratur akibat dilakukan secara rutin karena pemilik anjing rata-rata

memiliki tingkat ekonomi yang rendah sehingga memiliki keterbatasan untuk

memberi makanan secara rutin pada anjingnya dan sering membiarkan anjing

berkeliaran bebas, selanjutnya ada faktor tentang vaksin rabies dimana pemahaman

kepada para pemilik anjing bahwa suntikan vaksin rabies pada hewan tidak akan

membuat anjing peliharaan mati, tetapi sebaliknya memberikan perlindungan kepada

anjing dari penyakit rabies maupun penyakit lainnya. Selain itu harus diatur jadwal

pemberian vaksinasi kepada anjing, sehingga masyarakat terutama pemilik anjing

bisa berada di tempat saat kegiatan vaksinasi anjing dilakukan. Pentingnya faktor –

faktor ini karna dari faktor tersebut masyarakat yang mempunyai peliharaan hewan

penular rabies bisa dapat mencegah tertularnya virus rabies yang di akibatkan oleh

hewan yang tertular virus rabies sehingga angka kejadian gigitan hewan penular

rabies bisa berkurang dan angka kematian bisa dapat teratasi.


Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di Puskesmas Dengilo

dengan mewawancarai penanggung jawab program rabies di dapatkan data bahwa

terjadi peningkatan kasus gigitan Hewan Penular Rabies, hal tersebut karena

pengetahuan tentang rabies dari responden masih sangat kurang hal ini di nilai dari

beberapa orang yang telah di wawancarai mengenai penyakit rabies dari 10 orang

yang di wawancarai mereka belum paham tentang penyakit rabies sendiri, perilaku

mereka sehari-hari masih belum memperhatikan kebersihan dari Hewan Penular

Rabies seperti kebersihan kandang dari hewan tersebut, makanan dan kebersihan

tubuh dari hewan dan jarang melakukan vaksinasi terhadap Hewan Penular Rabies

serta masih terdapat anjing liar yang hidup di pedesaan.

Upaya-upaya dalam mencegah terjadinya peningkatan angka kejadian gigitan

hewan penular rabies di Puskesmas Dengilo telah dilakukan oleh petugas, yakni

dengan memberikan penyuluhan kesehatan tentang rabies serta penanganannya, dan

melakukan koordinasi bersama kader kesehatan, dan melakukan kerjasama dengan

lintas sektoral namun belum menunjukan hasil yang diharapkan hal ini karena masi

banyak masyarakat yang memelihara anjing dan belum memberikan vaksinasi pada

anjing tersebut, tahun 2019 pemerintah setempat telah menyediakan beberapa Vaksin

Anti Rabies (VAR) untuk setiap kabupaten yang ada di gorontalo dan terus

menyuplai untuk penambahan vaksin karena kasus rabies semakin meningkat setiap

tahun [(Subuh, 2017)

Penelitian yang dilakukan oleh Tuharea dan Abdullah tahun 2017 tentang

Faktor – faktor yang berhubungan dengan Kejadia Luar Biasa (KLB) Gigitan Hewan
Penular Rabies (GHPR) menujukan hasil bahwa ada hubungan pengetahuan, sikap,

dan perawatan HPR dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) Gigitan Hewan Penular

Rabies (GHPR) di Wilayah Kerja Puskesmas Bere – Bere Kecamatan Morotai Utara.

Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini

akan menjelaskan gambaran pengetahuan dari responden mengenai penyakit Gigitan

Hewan Penular Rabies yang ada di Kecamatan Dengilo sedangkan penelitian

sebelumnya adalah mencari hubungan pengetahuan, sikap, dan perawatan HPR

dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) Gigitan Hewan Penular Rabies.

Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) harus segera ditangani, karena

jika tidak segera ditangani setelah gigitan dan muncul gejala, hal ini sering berakhir

fatal dengan kematian. Menurut WHO tahun 2013 sekali gejala rabies muncul,

hampir pasti kecil peluang penyembuhannya secara statistik. Maka dari itu, sebaiknya

jangan tunggu hingga muncul gejala. Sebaliknya, imunisasi pencegahan rabies segera

setelah gigitan dapat melindungi diri dari ancaman yang lebih parah (Aditama, 2016)

Berdasarkan kondisi tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian luar biasa (KLB)

Gigitan Hewan Penular Rabies di Desa Karangetan Kecamatan Dengilo Kabupaten

Pohuwato.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Berdasarkan distribusi tingkat risiko manusia terinfeksi rabies tahun 2013

(WHO), resiko tertinggi adalah Asia dan Afrika, dan di Indonesia sendiri

pada tahun 2012 – 2016 telah dilaporkan kasus Gigitan Hewan Penular
Rabies (GHPR) sebanyak 373.00 dan sebanyak 288.417 mendapatkan

Post Exposure Profilaksis (PEP) dengan vaksin anti rabies sebanyak

(77,3%).

2. Di Provinsi Gorontalo kejadian luar biasa sudah tercatat sebanyak 10

orang yang meninggal dunia yang tersebar di seluruh kabupaten akibat

Gigitan Hewan Penular Rabies pada tahun 2018.

3. Di kabupaten Pohuwato pada tahun 2018 sebanyak 139 kasus Gigitan

Hewan Penular Rabies dan di Desa Karangetan Kecamatan Dengilo

Kabupaten Pohuwato telah terjadi kasus Gigitan Hewan Penular Rabies

sebanyak 34 orang pada tahun 2018.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka permasalahan penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut :

“ Apa Saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Luar Biasa (KLB) Gigitan

Hewan Penular Rabies di Desa Karangetan Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Luar

Biasa (KLB) Gigitan Hewan Penular Rabies di Desa Karangetan Kecamatan Dengilo

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengidentifikasi pengetahuan responden tentang kejadian luar

biasa (KLB) Gigitan Hewan Penular Rabies di Desa Karangetan

Kecamatan Dengilo

2. Untuk mengidentifikasi perawatan Hewan Penular Rabies (HPR) di Desa

Karangetan Kecamatan Dengilo

3. Untuk mengidentifikasi status vaksinasi pada Hewan Penular Rabies di

Desa Karangetan Kecamatan Dengilo

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori di bidang keperawatan

tentang bagaimana strategi dalam menangani kasus kejadian luar biasa terhadap

Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) yang dapat mengakibatkan kematian apabila

tidak segera di lakukan penatalaksanaan Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR).

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat

agar dapat mampu melaksanakan tindakan pencegahan terhadap penularan

rabies

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan informasi tersendiri bagi

dosen tentang Gigitan Hewan Penular Rabies yang dapat berpotensi

menularkan virus rabies, jika virus rabies ini tertular pada manusia maka
dapat menimbulkan gejala seperti kejang, hiperaktifitas, serta

kelumpuhan. Apabila kasus gigitan hewan penular rabies ini tidak segera

cepat dilakukan tindakan penatalaksanaan maka akan terjadi suatu

kematian.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dari hasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai referensi

4. Bagi Tenaga Kesehatan

Bagi tenaga kesehatan penelitian ini agar dapat lebih mudah dan cepat

untuk memberikan pelayanan terhadap kasus gigitan hewan penular rabies

Anda mungkin juga menyukai