PENDAHULUAN
oleh virus Ribose Nucleic Acid (RNA) yang didahului oleh tanda – tanda rasa
khawatir, nyeri kepala, demam, paresis atau paralisis, kekakuan di otot – otot mulut
berdarah panas dan manusia. Virus rabies ditransmisikan melalui air liur hewan yang
terinfeksi rabies dan umumnya masuk ke tubuh melalui infiltrasi air liur yang
mengandung virus dari hewan rabies ke dalam luka (misalnya goresan), atau dengan
paparan langsung permukaan mukosa air liur dari hewan yang terinfeksi (misalnya
gigitan). Virus rabies tidak bisa menyusup atau melewati kulit dalam kondisi tubuh
(tanpa luka) begitu sampai ke otak, virus rabies dapat bereplikasi lebih lanjut
Penyakit rabies endemik di semua benua kecuali Antartika pada tahun 2013,
sebanyak 95% kasus kematian pada manusia yang terjadi di Asia dan Afrika yang di
akibatkan oleh rabies. Dan hampir 99% kasus kematian rabies pada manusia
ditularkan oleh anjing. Data dari World Health Organization (WHO) menggambarkan
distribusi tingkat resiko manusia terinfeksi rabies tahun 2013, resiko tertinggi adalah
Asia dan Afrika, resiko sedang dan rendah adalah Eropa, Amerika Selatan dan
Tengah, Amerika Utara, dan Australia, sedangkan yang tidak memiliki resiko adalah
Jepang dan Selandia baru. Di Indonesia pada tahun 2012 – 2016 telah dilaporkan
kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) sebanyak 373.000, dan sebanyak
288.417 mendapatkan Post Exposure Profilaksis (PEP) dengan vaksin anti rabies
(77,3%) (Aditama, 2016). Dari jumlah tersebut pada tahun 2016 dilaporkan sebanyak
Penular Rabies (GHPR) pada tahun 2017 dan meningkat menjadi 1.003 kasus pada
tahun 2018, Kepala Seksi Pengadilan Penyakit Dinas Kesehatan provinsi mengatakan
bahwa pada tahun 2018 yang terindikasi positif rabies sebanyak 244 kasus sedangkan
pada tahun 2017 yang terindikasi positif rabies sebanyak 198 kasus, di Gorontalo
tersebar di seluruh kabupaten telah terjadi kejadian luar biasa pada tahun 2018
sebanyak 10 orang yang meninggal dunia akibat Gigitan Hewan Peliharaan Penular
Rabies. Di kabupaten Pohuwato pada tahun 2018 sebanyak 139 kasus Gigitan Hewan
Penular Rabies dan data dari puskesmas kecamatan dengilo di dapatkan telah terjadi
kasus Gigitan Hewan Penular Rabies sebanyak 34 orang tahun 2018 data tersebut
termasuk kasus orang meninggal dunia akibat Gigitan Hewan Penular Rabies, tahun
2019 pemerintah setempat telah menyediakan 50 Vaksin Anti Rabies (VAR) untuk
satu dosis VAR bisa digunakan empat kali penyuntikan bagi pasien yang terindikasi
Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi kejadian luar Biasa pada Gigitan
tentang penyakit rabies, perawatan untuk hewan penular rabies yang kurang baik
seperti tidak menjaga kebersihan tubuh hewan, serta jarang melakukan vaksinasi
hewan penular rabies pada petugas kesehatan hewan. Sehingga kematian sering
terjadi pada kasus gigitan hewan penular rabies (Kemenkes, 2017). Menurut Tuharea
dan Abdullah (2017), beberapa faktor yang berhubungan dengan penularan rabies
tentang rabies pada dasarnya akan dipengaruhi oleh pengetahuan seorang terhadap
masalah tersebut, biasanya pemilik anjing cenderung tidak atau kurang merawat
peliharaannya dengan baik hal ini karena pemberian makan dan minum tidak
dilakukan secara teratur akibat dilakukan secara rutin karena pemilik anjing rata-rata
memberi makanan secara rutin pada anjingnya dan sering membiarkan anjing
berkeliaran bebas, selanjutnya ada faktor tentang vaksin rabies dimana pemahaman
kepada para pemilik anjing bahwa suntikan vaksin rabies pada hewan tidak akan
anjing dari penyakit rabies maupun penyakit lainnya. Selain itu harus diatur jadwal
bisa berada di tempat saat kegiatan vaksinasi anjing dilakukan. Pentingnya faktor –
faktor ini karna dari faktor tersebut masyarakat yang mempunyai peliharaan hewan
penular rabies bisa dapat mencegah tertularnya virus rabies yang di akibatkan oleh
hewan yang tertular virus rabies sehingga angka kejadian gigitan hewan penular
terjadi peningkatan kasus gigitan Hewan Penular Rabies, hal tersebut karena
pengetahuan tentang rabies dari responden masih sangat kurang hal ini di nilai dari
beberapa orang yang telah di wawancarai mengenai penyakit rabies dari 10 orang
yang di wawancarai mereka belum paham tentang penyakit rabies sendiri, perilaku
Rabies seperti kebersihan kandang dari hewan tersebut, makanan dan kebersihan
tubuh dari hewan dan jarang melakukan vaksinasi terhadap Hewan Penular Rabies
hewan penular rabies di Puskesmas Dengilo telah dilakukan oleh petugas, yakni
lintas sektoral namun belum menunjukan hasil yang diharapkan hal ini karena masi
banyak masyarakat yang memelihara anjing dan belum memberikan vaksinasi pada
anjing tersebut, tahun 2019 pemerintah setempat telah menyediakan beberapa Vaksin
Anti Rabies (VAR) untuk setiap kabupaten yang ada di gorontalo dan terus
menyuplai untuk penambahan vaksin karena kasus rabies semakin meningkat setiap
Penelitian yang dilakukan oleh Tuharea dan Abdullah tahun 2017 tentang
Faktor – faktor yang berhubungan dengan Kejadia Luar Biasa (KLB) Gigitan Hewan
Penular Rabies (GHPR) menujukan hasil bahwa ada hubungan pengetahuan, sikap,
dan perawatan HPR dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) Gigitan Hewan Penular
Rabies (GHPR) di Wilayah Kerja Puskesmas Bere – Bere Kecamatan Morotai Utara.
Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) harus segera ditangani, karena
jika tidak segera ditangani setelah gigitan dan muncul gejala, hal ini sering berakhir
fatal dengan kematian. Menurut WHO tahun 2013 sekali gejala rabies muncul,
hampir pasti kecil peluang penyembuhannya secara statistik. Maka dari itu, sebaiknya
jangan tunggu hingga muncul gejala. Sebaliknya, imunisasi pencegahan rabies segera
setelah gigitan dapat melindungi diri dari ancaman yang lebih parah (Aditama, 2016)
Pohuwato.
(WHO), resiko tertinggi adalah Asia dan Afrika, dan di Indonesia sendiri
pada tahun 2012 – 2016 telah dilaporkan kasus Gigitan Hewan Penular
Rabies (GHPR) sebanyak 373.00 dan sebanyak 288.417 mendapatkan
(77,3%).
“ Apa Saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Luar Biasa (KLB) Gigitan
Biasa (KLB) Gigitan Hewan Penular Rabies di Desa Karangetan Kecamatan Dengilo
Kecamatan Dengilo
tentang bagaimana strategi dalam menangani kasus kejadian luar biasa terhadap
Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) yang dapat mengakibatkan kematian apabila
1. Bagi Masyarakat
rabies
menularkan virus rabies, jika virus rabies ini tertular pada manusia maka
dapat menimbulkan gejala seperti kejang, hiperaktifitas, serta
kelumpuhan. Apabila kasus gigitan hewan penular rabies ini tidak segera
kematian.
Bagi tenaga kesehatan penelitian ini agar dapat lebih mudah dan cepat