Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU

A. LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi

Tumor paru adalah tumor gans pada paru, 95% tumor ganas ini bronkogenik karsinoma
(Price and Wilsons, 1994)

Proses kanker paru berasal dari saluran napas sendiri yang mengalami degenerasi
maligna:

a. Sel-sel bronkus

b. Sel-sel alveolus

c. Sel-sel mucus

d. Jaringan ikat diluar pernapasan

Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru.
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru ( price, patofisiologi, 1995)

2. Jenis kanker paru dan sifat-sifatnya

a. Kanker paru epidermoid ( squamous cell lung cancer)

Adalah sel kanker mirip dengan sel epitel epitel saluran napas atas / permukaan epitel
bronkus. Terletak sentral disekitar hilus menonjol ke dalam bronkus besar.

1) Pertumbuhan paling lambat

2) Penderita dapat bertahan hidup lebih dari satu tahun, kadang-kadang bisa sampai 2-3 tahun
meninggal karena metastasis ataupun komplikasi

b. Adenokarsinoma paru (adeno carcinoma of the lung)

Sel kanker mirip dengan kelenjar mkcus dalam paru. Memperlihatkan susunan seluler
seperti bronkus dan dapat mengaandung mukus. Kebanyakan timbul di bagain perifer segmen
bronkus kadang-kadang dikaitkan dengan jaringan parut lokal dan interstisial
1) Pertumbuhannya termasuk sedang

c. Kanker paru dengan sel berdiferensiasi rendah

Pertumbuhan cepat sekali. Pada karsinoma sel kecil sudah ada metastasis saat
didiagnosis.

1) Karsinoma sel kecil ( small cell lung cancer)

a) Terletak di sekitar percabangan utama bronkus

b) Timbul dari sel-sel kulchitsky, komponen dari epitetel bronkus

c) Berbentuk sel kecil menyerupai biji oat (karsinoma sel oat)

d) Waktu pembelahan tercepat dan prognosis terburuk

2) Karsinoma sel besar ( large cell lung cancer)

a) Adalah sel-sel ganas besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar

b) Cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat, dengan penyebaran ekstensif
dan cepat ke tempat-tempat jauh

3. Etiologi

Timbul secara langsung paru (kanker paru primer). Dapat menimbulkan metastasis
dibeberapa organ lain : otak, tulang, hati. Metastasis dari proses keganasan pada organ lain (
kanker paru sekunder), seperti:

a. Kanker payudara

b. Kanker serviks

c. Kanker korpus uteri

d. Kanker testis
e. Kanker hati dan usus

f. Kanker tulang

g. Kanker kanker tiroid

Etiologi pasti belum diketahui. Ada faktor yang dianggap berpengaruh:

a. Inhalasi jangka panjang bahan karsinogenik

1) Asap rokok / merokok

Tak diragukan lagi merupakan factor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif.
Telah ditenggakkan antara perokok berat (lebih dari 20 batang sehari) dari aknker paru
(karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai cenderung sepuluh kali lebih besar
daari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah
meninggalkan kebiasaanya akan kembali ke pola resikobukan perokok dalam waktu sekitar
10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam tembakau rokok yang jika
dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.

2) Paparan industri : asbes, uranium, kromat, arsen (insektisida), besi dan oksida besi
(iradiasi).

Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di schneeberg dan
penambang radium di Joachimsthal lebih dari 50% meninggal akibat kanker paru) berkaitan
dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen
etiologi operatif.

3) Kanker paru akibat kerja

Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur
nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematitie (paru-paru hemaatitie) dan
orang-orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan
insiden.

4) Predisposisi hubungan keluarga / ras

5) Polusi udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari mereka
yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap
diesel dalam atmosfer di kota.

6) Diet / konsumsi bahan pengawet

Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A


menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. ( Ilmu Penyakit Dalam, 2001)

7) Jaringan parut paru : TB paru, infark paru.

Thomson, Catatan Kuliah Patologi, 1997)

4. Manifestasi klinis

Kanker paru primer dengan gejala tidak berbeda dengan TB paru, hanya saja:

a. Kemunduran kondisi pasien berjalan cepat, misalnya batuk-batuk selama 1 bulan, berat
badan turun > 5kg, nyeri dada/sesak napas

b. Keadaan umum mundur secara cepat

c. Tidak selalu dimulai dengan batuk, bisa dimulai dengan nyeri dada ataupun kemunduran
keadaan umum, penurunan BB, dan sebagainya

d. Salah satu cirri yng agak khas yaitu timbulnya nyeri dada maupun pada tempat-tempat
metastase

e. Nyeri pleuritik bila terjadi serangan sekunder pada pleura atau pneumonia

f. Batuk darah merupakan gejala umum lainnya

g. Stridor local atau dispnea ringan atau mungkin diakibatkan obstruksi bronkus

h. Pembengkakan jari-jari
KARSINOMA IN SITU :

a. Sama sekali belum ada metastasis atau pertumbuhan invasif

b. Proses keganasan masih terbatas pada mukosa bronkus dan belum menembus membrane
basalis

PANCOAT’S TUMOR

a. Semua kanker paru berlokasi diawal aspeks yang disertai nyeri bahu ataupun lengan

b. Diakibatkan oleh invasi proses maligna kejaringan sekitarnya, yaitu ; tulang iga, pleksus
basalis, KGB

c. Kadang-kadang disertai destruksi tulang-tulang setempat, atropi otot lengan, edema lengan,
gangguan sensoris atau motoris.

5. Komplikasi

Berbagai komplikasi dapat terjadi pada kanker paru di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Reseksi Bedah dapat mengakibatkan gagal napas

b. Terapi radiasi dapat mengakibatkan penurunan fungsi jantung paru

c. Kemoterapi kombinasi radiasi dapat menyebabkan pneumonitis

d. Kemoterapi menyebabkan toksisitas paru dan leukemia

6. Patofisiologi

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura,
biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.

Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,
khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

PATHWAY CA PARU
7. Gambaran klinis

Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila
sudah menampakkan gejala berarti psien dalam stadium lanjut.

Gejala-gejala dapat bersifat :

a. Lokal (tumor setempat)

1) Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis

2) Hemoptisis

3) Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas

4) Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

5) Aelektasis

b. Invasi local :

1) Nyeri dada

2) Dispnea karena efusi pleura

3) Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia

4) Sindrom vena cava superior

5) Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)

6) Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent

7) Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis

c. Gejala penyakit metastasis :

1) Pada otak, tulang, hati, adrenal

2) Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis

3) Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala


4) Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam

5) Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi

6) Hipertrofi : osteoartropati

7) Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer

8) Neuromiopati

9) Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)

10) Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh

11) Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)

d. Asimtomatik dengan kelainan radiologist :

1) Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara radiologis

2) Kelainan berupa nodul soliter

8. Stadium

Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru – paru: 1986 American Joint Committee
on Cancer.

Gambarn TNM Definisi

Tumor primer (T)

T0 Tidak terbukti adanya tumor primer

Tx Kanker yang tersembunyi terlihat pada


sitologi bilasan bronkus tetapi tidak
terlihat pada radiogram atau
bronkoskopi

TIS Karsinoma in situ


T1 Tumor dengan diameter ≤ 3 cm
dikelilingi paru – paru atau pleura
viseralis yang normal.

T2 Tumor dengan diameter 3 cm atau


dalam setiap ukuran dimana sudah
menyerang pleura viseralis atau
mengakibatkan atelektasis yang meluas
ke hilus; harus berjarak 2 cm distal dari
karina.

T3 Tumor dalam setiap ukuran dengan


perluasan langsung pada dinding dada,
diafragma, pleura mediastinalis, atau
pericardium tanpa mengenai jantung,
pembuluh darah besar, trakea, esofagus,
atau korpus vertebra; atau dalam jarak 2
cm dari karina tetapi tidak melibat
karina.

T4 Tumor dalam setiap ukuran yang sudah


menyerang mediastinum atau mengenai
jantung, pembuluh darah besar, trakea,
esofagus, koepua vertebra, atau karina;
atau adanya efusi pleura yang maligna.

Kelenjar limfe regional (N)

N0 Tidak dapat terlihat metastasis pada


kelenjar limfe regional.

N1 Metastasis pada peribronkial dan/ atau


kelenjar – kelenjar hilus ipsilateral.

N2 Metastasis pada mediastinal ipsi lateral


atau kelenjar limfe subkarina.
N3 Metastasis pada mediastinal atau
kelenjar – kelenjar limfe hilus
kontralateral; kelenjar – kelenjar limfe
skalenus atau supraklavikular ipsilateral
atau kontralateral.

Metastasis jauh (M)

M0 Tidak diketahui adanya metastasis jauh

M1 Metastasis jauh terdapat pada tempat


tertentu (seperti otak).

Kelompok stadium

Karsinoma tersembunyi TxN0M0 Sputum mengandung sel – sel ganas


tetapi tidak dapat dibuktikan adanya
tumor primer atau metastasis.

Stadium 0 TISN0M0 Karsinoma in situ

Stadium I T1N0M0 Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2


tanpa adanya bukti metastasis pada
T2N0M0
kelenjar limfe regional atau tempat yang
jauh

Stadium II T1N1M0 Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2


dan terdapat bukti adanya metastasis
T2N1M0
pada kelenjar limfe peribronkial atau
hilus ipsilateral.

Stadium IIIa T3N0M0 Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan


atau tanpa bukti metastasis pada
T3N0M0
kelenjar limfe peribronkial atau hilus
ipsilateral; tidak ada metastasis jauh.

Stadium IIIb Setiap T N3M0 Setiap tumor dengan metastasis pada


kelenjar limfe hilus tau mediastinal
T4 setiap NM0 kontralateral, atau pada kelenjar limfe
skalenus atau supraklavikular; atau
setiap tumor yang termasuk klasifikasi
T4 dengan atau tanpa metastasis
kelenjar limfe regional; tidak ada
metastasis jauh.

Stadium IV Setiap T, setiap N,M1 Setiap tumor dengan metastsis jauh.

Sumber: (Price, Patofisiologi, 1995).

9. Pemeriksaan diagnostik

a. Radiologi.

1) Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker


paru.Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada
bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.

2) Bronkhografi.

Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

b. Laboratorium.

1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).

Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.

2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.

3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit.

Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).

c. Histopatologi.
1) Bronkoskopi.

Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya


karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

2) Biopsi Trans Torakal (TTB).

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm,
sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.

3) Torakoskopi.

Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.

4) Mediastinosopi.

Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.

5) Torakotomi.

Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur
non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

d. Pencitraan.

1) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.

2) MR untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

10. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :

a. Kuratif

Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.

b. Paliatif.

Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.

c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.


Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.

d. Suportif.

Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti pemberian nutrisi, tranfusi
darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)

Penatalaksanaan pada kanker paru dapat dilakukan dengan :

a. Pembedahan.

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengangkat
semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru
yang tidak terkena kanker.

1) Toraktomi eksplorasi.

Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya


karsinoma, untuk melakukan biopsy.

2) Pneumonektomi (pengangkatan paru).

Karsinoma bronkogenik bilamana dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.

3) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).

Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.

4) Resesi segmental.

Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru.

5) Resesi baji.

Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan
es).

6) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris.

b. Radiasi

Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek
obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus. Terapi radiasi dilakukan dengan
indikasi sebagai berikut.

1) klien tumor paru yang operable tetapi risiko jika dilakukan pembedahan.

2) klien adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable yang mengalami pembesaran


kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.

3) klien kanker bronkus dengan oat cell.

4) klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi.

Dosis umum 5000-6000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu. Pengobatan dilakukan
dalam 5 kali seminggu dengan dosis 180-200 rad/hari. Komplikasi yang mungkin terjadi
adalah :

a) Esofagitis, hilang 1 minggu sampai dengan 10 hari sesudah pengobatan.

b) Pneumonitis, pada rontgen terlihat bayangan eksudat di daerah penyinaran.

c. Kemoterapi

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani


pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah
atau terapi radiasi.

Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker paru, terutama pada
SCLC karena metastasis. Kemoterapi dapat juga diberikan bersamaan dengan terapi bedah.
Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker, termasuk kombinasi
dari obat-obat berikut.

1) Cyclophosphamide, Dexorubicin, Methrotexate, dan Procarbazine.

2) Etoposide dan Cisplatin


3) Mitomycin, Vinblastine, dan Cisplatin.

d. Imunoterapi

Banyak klien kanker paru yang mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi (Cytokin)
biasa diberikan.

e. Terapi Laser

f. Torakosentesis dan Pleurodesis

1) Efusi pleura dapat menjadi masalah bagi klien kanker paru.

2) Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura visceralis dan parietalis serta obstruksi
kelenjar limfe mediastinal.

3) Tujuan akhir dari terapi ini adalah mengeluarkan dan mencegah akumulasi cairan.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Identitas

Nama klien, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, dan alamat klien.

b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

a) Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau batuh darah

b) Malaise

c) Anorexia

d) Badan makin kurus

e) Sesak nafas pada penyakit yang lanjut dengn kerusakan paru yang makin luas

f) Nyeri dada dapat bersifat okal atau pleuritik


2) Riwayat kesehatan dahulu

a) Terpapar asap rokok

b) Industri asbes, uranium, kromat, arsen (insektisda), besi dan oksida besi

c) Konsumsi bahan pengawet

3) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat keluarga penderita kanker

c. Data dasar pengkajian pasien

Pemeriksaan bermacam-macam, tergantung pada jumlah akumulasi cairan, kecepatan


akumulasi dan fungsi paru sebelumnya.

1) Aktifitas / istirahat

Gejala : kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea akibat aktivitas.

Tanda : kelesuan (biasanya tahap lanjut)

2) Sirkulasi

Gejala : JVD ( obstruksi vena kava)

unyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi). Takikardi / disritmia

3) Integritas ego

Gejala : perasaan takut. Takut hasil pembedahan, menolak kondisi yang berat / potensi keganasan.

Tanda : kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang-ulang

4) Eliminasi

Gejala : diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil), peningkatan frekuensi / jumlah urine
(ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid.

5) Makanan / cairan
Gejala : penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan. Kesulitan menelan,
haus / peningkatan masukan cairan.

Tanda : kurus, atau penampilan kurang bobot (tahap lanjut) edema wajah/leher, dada punggung
(obstruksi vena cava), edema wajah / periorbital (keidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil) glukosa urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)

6) Nyeri / kenyamanan

Gejala : nyeri dada (biasaya tidak ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat
/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.

Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)

Nyeri abdomen hilang timbul.

7) Pernafasan.

Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum. Nafas
pendek, Pekerja yang terpajan polutan, debu industry. Serak, paralysis pita suara.

Riwayat merokok

Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja, Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi),
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/ mengi
menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi). Hemoptisis.

8) Keamanan.

Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma), Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan
hormonal, karsinoma sel kecil)

9) Seksualitas.

Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar), Amenorea/ impotent
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)

10) Penyuluhan.

Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker (khususnya paru), tuberculosis, Kegagalan untuk membaik.

d. Pengkajian fisik
1) Integument

Pucat atau sianosis sentral atau perifer, yang dapat dilihat pada bibir atau ujung jari/dasar
kuku mnandakan penurunan perfusi perifer.

2) Kepala dan leher

Peningkatan tekanan vena jugularis, deviasi trakea.

3) Telinga

Biasanya tak ada kelainan

4) Mata

Pucat pada konjungtiva sebagai akibat anemia atau gangguan nutrisi

5) Muka, hidung, dan rongga mulut

a) Pucat atau sianosis bibir / mukosa menandakan penurunan perfusi

b) Ketidakmampuan menelan

c) Suara serak

6) Thoraks dan paru-paru

a) Pernafasan takipnea (50/menit atau lebih pada saat istirahat)

b) Nafas dangkal

c) Penurunan otot aksesoris pernafasan

d) Batuk kering / nyaring / non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan atau tanpa
sputum

e) Peningkatan fremitus, kreleks inspirasi atau ekspirasi

7) System CV

a) Frekuensi jantung mungkin meningkat / takikardi (150/menit atau lebih pda sat istirahat)

b) Bunyi gerakan pericardial (pericardial effusion)


8) Abdomen

Bising usus meningkat / menurun

9) System urogenital

Peningkatan frekuensi atau jumlah urine

10) System reproduksi

Ginekomastia, amenorrhea, impotensi

11) System limfatik

Pembesaran kelenjar limfe regional : leher, ketiak (metastase)

12) System muskuluskeletal

a) Penurunan kekuatan otot

b) Jari-jari tubuh (clubbing fingers)

13) System persrafan

Perubahan status mental / kesadaran : apatis, letargi, bingung, disorientasi, cemas dan
depresi, kesulitan berkonsentrasi

e. Data psikologis

kegelisahan, pertanyaan yang diulang-ulang, perasaan tidak berdaya, putus asa, emosi
yang labil, marah, sedih.

f. Pemeriksaan diagnostic

1) Pemeriksaan non invasif

a. Sinar X (PA dan lateral), tomografi dada : menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, efusi pleural, atelektasis, erosi tulang
rusuk atau vertebrata.

b. Pemeriksaan sitologi (sputum, pleura, atau nodus limfe) ; dilakukan untuk mengkaji adanya
tahap karsinoma
c. Mediastinoskopi : digunakan untuk per tahapan karsinoma

d. Scan radioisotope : dapat dilakukan pada paru, hati, otak, tulang dan organ lain untuk bukt
metastasis

e. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA : dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk
memenuhi kebutuhan ventilasi pasca operasi

2) Pemeriksaan invasif

a. Bronkoskopi dan biopsi dan penyikatan mukosa bronkus serta pengambilan bilasan
bronkus yang kemudian diperiksa secara patologianatomik. Bronkoskopi serat optik:
memungkinkan visualisasi, pencucian bagian dan pembersihan sitologi lesi (besarnya
kasrinoma bronkogenik dapat dilihat)

b. Biopsi transtorakal dengan bimbingan USG atau CT Scan

c. Biopsi dapat dilakukan pada nodus skalen, odus limfe hilus, atau pleura untuk membuat
diagnose

d. Tes kulit, jumlah absolute limfosit: dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun
(umum pada kanker paru)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi

b. Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan jumlah / viskositas
sekret, sekresi darah

c. Nyeri akut berhubungan dengan invasi sel kanker

d. Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kesehatan,


ancaman kematian
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi

Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, klien menunjukkan perbaikan pertukaran


gas. Kriteria hasil :

1) Klien akan menunjukkan hasil GDA dalam rentang batas normal

2) Kulit akan bebas dari gejala distress pernapasan

3) Klien akan memperhatikan perbaikan status mental

Intervensi dan rasioanal :

1) Catat frekuensi kedalaman pernapasan, kesukaran bernapas. Observasi penggunaan otot


bantu pernapasan, napas bibir, perubahan kulit / membrane mukosa, misalnya pucat, sianosis.

Rasional : pernapasn meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai mekanisme kompensi awal terhadap
kerusakan jaringan paru.

2) Auskultasi paru

Rasional : konsolidasi dan berkurangnyaaliran udara pada sisi menunjukkan area paru yang terlibat

3) Selidiki perubahan status mental / tingkat kesadaran

Rasional : dapat menunjukkan peningkatan hipoksia atau komplikasi seperti pergeseran mediastinal bila
disertai dengan takipnea, takikardia, deviasi trakea

4) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan posisi, penghisapan, dan penggunaan alat bantu
pernapasan

Rasional : obstruksi jalan napas mempengaruhi ventilasi dan mengganggu pertukaran gas

5) Ubah posisi dengan sering, tempatkan pasien dalam posisi duduk, dan atau berbaring

Rasional : memaksimalkan ekspansi paru dan drainase secret

6) Dorong / bantu latihan napas dalam

Rasional : meningkatkan ventilasi dan oksigenasi maksimal dan mencegah atelektasis


7) Kaji rspon klien terhadap aktivitas, dorong periode istirahat atau batsi aktivitas sesuai
toleransi klien

Rasional : peningkatan konsumsi kebutuhan oksigen dan stress mengakibatkan peningkatan dispnea dan
perubahan tanda vital

8) Berikan oksigen tambahan dengan humidifikasi sesuai indikasi

Rasional : memaksimalkan sediaan oksigen

9) Pantau AGD, oksimetri nadi. Catat kadar Hb

Rasional : penurunanPO2 tau peningkatan PCO2 daat menunjukkan kebutuhan untuk


dukungan ventilasi. Kehilangan darah bermakna dapat mengakibatkan penurunan kapasitas
pembawa oksigen

b. Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan jumlah / viskositas
sekret, sekresi darah

Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, klien menunjukkan kepatenan jalan napas. Kriteria
hasil :

1) Klien akan menunjukkan bunyi napas bersih, bebas kering / bunyi tambahan

2) Klien akan melaporkan secret mudah dikeluarkan

Intervensi dan rasional :

1) Auskultasi dada untuk karakteristik bunyi napas dan adanya secret

Rasional : pernapasan bising, ronki dan mengi menunjukkan tertahannya sekret atau obstruksi jalan napas

2) Bantu klien dan intruksikan untuk napas dalam dan batuk efektif dedngan posisi duduk
tinggi dan menekan daerah insisi

Rasional : posisi duduk memkungkinkan eksansi paru maksimal dan penekanan upaya batuk membantu
untuk memobilisasi / membuang sekret

3) Observasi jumlah dan karakter sputum


Rasional : adanya sputum yang kental, berdarah, purulen memerlukan pengobatan lebih lanjut

4) Lakukan penghisapan bila batuk lemah atau ronki tidak hilang dengan upaya batuk. Hindari
penghisapan ETT dan OTT yang dalam pada klien pneunomektomi bila mungkin

Rasional : penghisapan meningkatkan resiko hipoksia dan kerusakan mukosa. Penghisapan trakeal secara
umum kontraindikasi pada klien pneunomektomiuntuk memnurunkan resiko rupture jahitan
bronchial

5) Dorong masukan cairan peroral (sedikitnya 2500ml/hari) dalam toleransi jantung

Rasional : hidrasi adekuat untuk meningkatkan pengeluaran secret

6) Kaji nyeri / ketidaknyamanan dan lakukan latihan pernapasan

Rasional : mendorrong klien untuk bergerak, batuk lebih efektif, dan napas dalam untuk mencegah
kegagalan pernafasan

7) Gunakan oksigen humidifikasi / nebulixer ultrasonic. Berikan cairan tambahan secara IV


sesuai indikasi

Rasional : mmberikan hidrasi maksimal membantu pengenceran sekret.

8) Berian bronkodilator, ekspektoran, atau analgesic sesuai indikasi

Rasional : menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara, meningkatkan


upaya pengeluarn secret melalui pengenceran dan penurunan viskositas serta penghilangan
ketidaknyamanan.

c. Nyeri akut berhubungan dengan invasi sel kanker

Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan skala nyeri klien berkurang. Kriteria
hasil :

1) Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol.

2) Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.

3) Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan.


Intervensi dan rasional :

1) Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada
skala 0 – 10.

Rasional : Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang membantu
pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefktifan
analgesic, meningkatkan control nyeri.

2) Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien.

Rasional : Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri,
kebutuhan/ keefketifan intervensi.

3) Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi.

Rasional : Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral. Selain itu
takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu
kemampuan mengatasinya.

4) Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri.

Rasional : Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.

5) Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan teknik relaksasi

Rasional : Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.

d. Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kesehatan,


ancaman kematian

Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan cemas dapat berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :

1) Mengakui dan mendiskusikan takut/ masalah

2) Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan wajah tampak rileks/ istirahat

3) Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi


Intervensi dan rasional :

1) Evaluasi tingkat pemahaman pasien/ orang terdekat tentang diagnosa.

Rasional : Pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi
perubahan ada gambaran diri dan pola hidup. Pemahaman persepsi ini melibatkan susunan
tekanan perawatan individu dan memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi
yang tepat.

2) Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan.

Rasional : Dukungan memampukan pasien mulai membuka atau menerima kenyataan kanker dan
pengobatannya.

3) Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan.

Rasional : Bila penyangkalan ekstrem atau ansiatas mempengaruhi kemajuan penyembuhan, menghadapi
isu pasien perlu dijelaskan dan membuka cara penyelesaiannya.

4) Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa pasien dan
pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama.

Rasional : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi/ salah interpretasi terhadap informasi.

5) Libatkan pasien / orang terdekat dalam perencanaan perawatan. Berikan waktu untuk
menyiapkan peristiwa / pengobatan

Rasional : Dapat membantu memperbaiki beberapa perasaan kontrol/ kemandirian pada pasien yang
merasa tak berdaya dalam menerima pengobatan dan diagnosa.

6) Berikan kenyamanan fisik pasien.

Rasional : Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman ekstrem/ ketidaknyamanan fisik
menetap.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Ca Paru. (dalam http://www.slideshare.net/septianraha/ca-paru?related=1) diakses


pada tanggal 15 September 2014 pukul 18.10 WITA

Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi 6.
Jakarta: EGC

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan


dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC

Nugroho, Taufan. 2011. ASUHAN KEPERAWATAN Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam.
Yogyakarta:Nuha Medika

Saferi Wijaya, Andra. 2013. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH keperawatan dewasa teori dan
contoh konsep askep.Yogyakarta:Nuha Medika

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3. :
Jakarta: EGC.

Nugraha, junior. 2012. Kanker Paru Lung Cancer


Laporan. (dalamhttp://udarajunior.blogspot.com/2012/03/kanker-paru-lung-cancer-
laporan.html). Diakses pada tanggal 15 September 2014 pukul 18.00 WITA

Anda mungkin juga menyukai