A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Tumor paru adalah tumor gans pada paru, 95% tumor ganas ini bronkogenik karsinoma
(Price and Wilsons, 1994)
Proses kanker paru berasal dari saluran napas sendiri yang mengalami degenerasi
maligna:
a. Sel-sel bronkus
b. Sel-sel alveolus
c. Sel-sel mucus
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru.
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru ( price, patofisiologi, 1995)
Adalah sel kanker mirip dengan sel epitel epitel saluran napas atas / permukaan epitel
bronkus. Terletak sentral disekitar hilus menonjol ke dalam bronkus besar.
2) Penderita dapat bertahan hidup lebih dari satu tahun, kadang-kadang bisa sampai 2-3 tahun
meninggal karena metastasis ataupun komplikasi
Sel kanker mirip dengan kelenjar mkcus dalam paru. Memperlihatkan susunan seluler
seperti bronkus dan dapat mengaandung mukus. Kebanyakan timbul di bagain perifer segmen
bronkus kadang-kadang dikaitkan dengan jaringan parut lokal dan interstisial
1) Pertumbuhannya termasuk sedang
Pertumbuhan cepat sekali. Pada karsinoma sel kecil sudah ada metastasis saat
didiagnosis.
a) Adalah sel-sel ganas besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar
b) Cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat, dengan penyebaran ekstensif
dan cepat ke tempat-tempat jauh
3. Etiologi
Timbul secara langsung paru (kanker paru primer). Dapat menimbulkan metastasis
dibeberapa organ lain : otak, tulang, hati. Metastasis dari proses keganasan pada organ lain (
kanker paru sekunder), seperti:
a. Kanker payudara
b. Kanker serviks
d. Kanker testis
e. Kanker hati dan usus
f. Kanker tulang
Tak diragukan lagi merupakan factor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif.
Telah ditenggakkan antara perokok berat (lebih dari 20 batang sehari) dari aknker paru
(karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai cenderung sepuluh kali lebih besar
daari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah
meninggalkan kebiasaanya akan kembali ke pola resikobukan perokok dalam waktu sekitar
10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam tembakau rokok yang jika
dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2) Paparan industri : asbes, uranium, kromat, arsen (insektisida), besi dan oksida besi
(iradiasi).
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di schneeberg dan
penambang radium di Joachimsthal lebih dari 50% meninggal akibat kanker paru) berkaitan
dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen
etiologi operatif.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur
nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematitie (paru-paru hemaatitie) dan
orang-orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan
insiden.
5) Polusi udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari mereka
yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap
diesel dalam atmosfer di kota.
4. Manifestasi klinis
Kanker paru primer dengan gejala tidak berbeda dengan TB paru, hanya saja:
a. Kemunduran kondisi pasien berjalan cepat, misalnya batuk-batuk selama 1 bulan, berat
badan turun > 5kg, nyeri dada/sesak napas
c. Tidak selalu dimulai dengan batuk, bisa dimulai dengan nyeri dada ataupun kemunduran
keadaan umum, penurunan BB, dan sebagainya
d. Salah satu cirri yng agak khas yaitu timbulnya nyeri dada maupun pada tempat-tempat
metastase
e. Nyeri pleuritik bila terjadi serangan sekunder pada pleura atau pneumonia
g. Stridor local atau dispnea ringan atau mungkin diakibatkan obstruksi bronkus
h. Pembengkakan jari-jari
KARSINOMA IN SITU :
b. Proses keganasan masih terbatas pada mukosa bronkus dan belum menembus membrane
basalis
PANCOAT’S TUMOR
a. Semua kanker paru berlokasi diawal aspeks yang disertai nyeri bahu ataupun lengan
b. Diakibatkan oleh invasi proses maligna kejaringan sekitarnya, yaitu ; tulang iga, pleksus
basalis, KGB
c. Kadang-kadang disertai destruksi tulang-tulang setempat, atropi otot lengan, edema lengan,
gangguan sensoris atau motoris.
5. Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada kanker paru di antaranya adalah sebagai berikut:
6. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura,
biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,
khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
PATHWAY CA PARU
7. Gambaran klinis
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila
sudah menampakkan gejala berarti psien dalam stadium lanjut.
2) Hemoptisis
5) Aelektasis
b. Invasi local :
1) Nyeri dada
7) Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis
6) Hipertrofi : osteoartropati
8) Neuromiopati
1) Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara radiologis
8. Stadium
Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru – paru: 1986 American Joint Committee
on Cancer.
Kelompok stadium
9. Pemeriksaan diagnostik
a. Radiologi.
1) Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
2) Bronkhografi.
b. Laboratorium.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
c. Histopatologi.
1) Bronkoskopi.
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm,
sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3) Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
4) Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
5) Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur
non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
d. Pencitraan.
10. Penatalaksanaan
a. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b. Paliatif.
d. Suportif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti pemberian nutrisi, tranfusi
darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
a. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengangkat
semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru
yang tidak terkena kanker.
1) Toraktomi eksplorasi.
Karsinoma bronkogenik bilamana dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4) Resesi segmental.
5) Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan
es).
6) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris.
b. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek
obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus. Terapi radiasi dilakukan dengan
indikasi sebagai berikut.
1) klien tumor paru yang operable tetapi risiko jika dilakukan pembedahan.
Dosis umum 5000-6000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu. Pengobatan dilakukan
dalam 5 kali seminggu dengan dosis 180-200 rad/hari. Komplikasi yang mungkin terjadi
adalah :
c. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker paru, terutama pada
SCLC karena metastasis. Kemoterapi dapat juga diberikan bersamaan dengan terapi bedah.
Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker, termasuk kombinasi
dari obat-obat berikut.
d. Imunoterapi
Banyak klien kanker paru yang mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi (Cytokin)
biasa diberikan.
e. Terapi Laser
2) Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura visceralis dan parietalis serta obstruksi
kelenjar limfe mediastinal.
3) Tujuan akhir dari terapi ini adalah mengeluarkan dan mencegah akumulasi cairan.
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama klien, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, dan alamat klien.
b. Riwayat kesehatan
a) Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau batuh darah
b) Malaise
c) Anorexia
e) Sesak nafas pada penyakit yang lanjut dengn kerusakan paru yang makin luas
b) Industri asbes, uranium, kromat, arsen (insektisda), besi dan oksida besi
1) Aktifitas / istirahat
2) Sirkulasi
3) Integritas ego
Gejala : perasaan takut. Takut hasil pembedahan, menolak kondisi yang berat / potensi keganasan.
4) Eliminasi
Gejala : diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil), peningkatan frekuensi / jumlah urine
(ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid.
5) Makanan / cairan
Gejala : penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan. Kesulitan menelan,
haus / peningkatan masukan cairan.
Tanda : kurus, atau penampilan kurang bobot (tahap lanjut) edema wajah/leher, dada punggung
(obstruksi vena cava), edema wajah / periorbital (keidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil) glukosa urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
6) Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri dada (biasaya tidak ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat
/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
7) Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum. Nafas
pendek, Pekerja yang terpajan polutan, debu industry. Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja, Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi),
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/ mengi
menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi). Hemoptisis.
8) Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma), Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan
hormonal, karsinoma sel kecil)
9) Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar), Amenorea/ impotent
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
10) Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker (khususnya paru), tuberculosis, Kegagalan untuk membaik.
d. Pengkajian fisik
1) Integument
Pucat atau sianosis sentral atau perifer, yang dapat dilihat pada bibir atau ujung jari/dasar
kuku mnandakan penurunan perfusi perifer.
3) Telinga
4) Mata
b) Ketidakmampuan menelan
c) Suara serak
b) Nafas dangkal
d) Batuk kering / nyaring / non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan atau tanpa
sputum
7) System CV
a) Frekuensi jantung mungkin meningkat / takikardi (150/menit atau lebih pda sat istirahat)
9) System urogenital
Perubahan status mental / kesadaran : apatis, letargi, bingung, disorientasi, cemas dan
depresi, kesulitan berkonsentrasi
e. Data psikologis
kegelisahan, pertanyaan yang diulang-ulang, perasaan tidak berdaya, putus asa, emosi
yang labil, marah, sedih.
f. Pemeriksaan diagnostic
a. Sinar X (PA dan lateral), tomografi dada : menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, efusi pleural, atelektasis, erosi tulang
rusuk atau vertebrata.
b. Pemeriksaan sitologi (sputum, pleura, atau nodus limfe) ; dilakukan untuk mengkaji adanya
tahap karsinoma
c. Mediastinoskopi : digunakan untuk per tahapan karsinoma
d. Scan radioisotope : dapat dilakukan pada paru, hati, otak, tulang dan organ lain untuk bukt
metastasis
e. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA : dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk
memenuhi kebutuhan ventilasi pasca operasi
2) Pemeriksaan invasif
a. Bronkoskopi dan biopsi dan penyikatan mukosa bronkus serta pengambilan bilasan
bronkus yang kemudian diperiksa secara patologianatomik. Bronkoskopi serat optik:
memungkinkan visualisasi, pencucian bagian dan pembersihan sitologi lesi (besarnya
kasrinoma bronkogenik dapat dilihat)
c. Biopsi dapat dilakukan pada nodus skalen, odus limfe hilus, atau pleura untuk membuat
diagnose
d. Tes kulit, jumlah absolute limfosit: dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun
(umum pada kanker paru)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
b. Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan jumlah / viskositas
sekret, sekresi darah
Rasional : pernapasn meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai mekanisme kompensi awal terhadap
kerusakan jaringan paru.
2) Auskultasi paru
Rasional : konsolidasi dan berkurangnyaaliran udara pada sisi menunjukkan area paru yang terlibat
Rasional : dapat menunjukkan peningkatan hipoksia atau komplikasi seperti pergeseran mediastinal bila
disertai dengan takipnea, takikardia, deviasi trakea
4) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan posisi, penghisapan, dan penggunaan alat bantu
pernapasan
Rasional : obstruksi jalan napas mempengaruhi ventilasi dan mengganggu pertukaran gas
5) Ubah posisi dengan sering, tempatkan pasien dalam posisi duduk, dan atau berbaring
Rasional : peningkatan konsumsi kebutuhan oksigen dan stress mengakibatkan peningkatan dispnea dan
perubahan tanda vital
b. Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan jumlah / viskositas
sekret, sekresi darah
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, klien menunjukkan kepatenan jalan napas. Kriteria
hasil :
1) Klien akan menunjukkan bunyi napas bersih, bebas kering / bunyi tambahan
Rasional : pernapasan bising, ronki dan mengi menunjukkan tertahannya sekret atau obstruksi jalan napas
2) Bantu klien dan intruksikan untuk napas dalam dan batuk efektif dedngan posisi duduk
tinggi dan menekan daerah insisi
Rasional : posisi duduk memkungkinkan eksansi paru maksimal dan penekanan upaya batuk membantu
untuk memobilisasi / membuang sekret
4) Lakukan penghisapan bila batuk lemah atau ronki tidak hilang dengan upaya batuk. Hindari
penghisapan ETT dan OTT yang dalam pada klien pneunomektomi bila mungkin
Rasional : penghisapan meningkatkan resiko hipoksia dan kerusakan mukosa. Penghisapan trakeal secara
umum kontraindikasi pada klien pneunomektomiuntuk memnurunkan resiko rupture jahitan
bronchial
Rasional : mendorrong klien untuk bergerak, batuk lebih efektif, dan napas dalam untuk mencegah
kegagalan pernafasan
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan skala nyeri klien berkurang. Kriteria
hasil :
1) Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada
skala 0 – 10.
Rasional : Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang membantu
pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefktifan
analgesic, meningkatkan control nyeri.
Rasional : Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri,
kebutuhan/ keefketifan intervensi.
Rasional : Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral. Selain itu
takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu
kemampuan mengatasinya.
Rasional : Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan cemas dapat berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
2) Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan wajah tampak rileks/ istirahat
Rasional : Pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi
perubahan ada gambaran diri dan pola hidup. Pemahaman persepsi ini melibatkan susunan
tekanan perawatan individu dan memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi
yang tepat.
Rasional : Dukungan memampukan pasien mulai membuka atau menerima kenyataan kanker dan
pengobatannya.
Rasional : Bila penyangkalan ekstrem atau ansiatas mempengaruhi kemajuan penyembuhan, menghadapi
isu pasien perlu dijelaskan dan membuka cara penyelesaiannya.
4) Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa pasien dan
pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama.
Rasional : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi/ salah interpretasi terhadap informasi.
5) Libatkan pasien / orang terdekat dalam perencanaan perawatan. Berikan waktu untuk
menyiapkan peristiwa / pengobatan
Rasional : Dapat membantu memperbaiki beberapa perasaan kontrol/ kemandirian pada pasien yang
merasa tak berdaya dalam menerima pengobatan dan diagnosa.
Rasional : Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman ekstrem/ ketidaknyamanan fisik
menetap.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi 6.
Jakarta: EGC
Nugroho, Taufan. 2011. ASUHAN KEPERAWATAN Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam.
Yogyakarta:Nuha Medika
Saferi Wijaya, Andra. 2013. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH keperawatan dewasa teori dan
contoh konsep askep.Yogyakarta:Nuha Medika
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3. :
Jakarta: EGC.