Anda di halaman 1dari 3

Outsourcing (Alih Daya) diartikan sebagai pemindahan atau pendelegasian beberapa proses bisnis

kepada suatu badan penyedia jasa, dimana badan penyedia jasa tersebut melakukan proses administrasi
dan manajemen berdasarkan definisi serta kriteria yang telah disepakati oleh para pihak.[3]

Outsourcing (Alih Daya) dalam hukum ketenagakerjaan di Indonesia diartikan sebagai pemborongan
pekerjaan dan penyediaan jasa tenaga kerja[4] pengaturan hukum outsourcing (Alih Daya) di Indonesia
diatur dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 (pasal 64, 65 dan 66) dan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No.Kep.101/Men/VI/2004 Tahun
2004 tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh (Kepmen
101/2004).Pengaturan tentang outsourcing (Alih Daya) ini sendiri masih dianggap pemerintah kurang
lengkap.

Jenis Pekerjaan

Selanjutnya, Pasal 65 ayat (2) UU Ketenagakerjaan menentukan bahwa pekerjaan yang dapat diserahkan
pada perusahaan lain harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama/core bussines;
b. dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan;
c. merupakan kegiatan pekerjaan yang sifatnya penunjang perusahaan secara keseluruhan (misal
security, sopir pribadi, jasa cattering perusahaan, cleaning service)
d. tidak menghambat proses produksi secara langsung,artinya ada tidaknya pekerja outsource kegiatan
produksi tetap berjalan.

Program BPJS KETENAGAKERJAAN


Jaminan Kesehatan Nasional : Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial
yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan
kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.

Jaminan Kecelakaan Kerja : Manfaat berupa uang tunai dan / atau pelayanan kesehatan yang diberikan
pada saat peserta mengalami kecelakaan kerja
Jaminan Kematian (JKM) : Manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta
meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja
Jaminan Hari Tua : Manfaat uaang tunai yang dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki pensiun,
meninggal dunia, atau mengalami cacat total tetap

Dasar : Permenaker no 7 tahun 2017 tentang Program Jaminan Sosial Tenaga kerja indonesia

Sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan pada tiga fungsi upah, yaitu mampu
menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya, mempunyai fungsi sosial, mencerminkan
pemberian imbalan terhadap hasil kerja seseorang dan membuat pemberian insentif yang mendorong
peningkatan produktivitas kerja dan pendapatan nasional.

Istilah Upah secara umum yang berlaku di Indonesia :


Di Indonesia dikenal beberapa sistem pemberian upah, di antaranya : Upah menurut waktu artinya upah
didasarkan pada waktu/lamanya bekerja seseorang seperti upah mingguan dan upah bulanan, Upah
prestasi artinya upah didasarkan kepada hasil prestasi kerja seperti jumlah barang yang dihasilkan oleh
seorang pekerja/buruh, Upah skala yaitu upah yang didasarkan kepada perubahan-perubahan harga
kebutuhan barang sehari-hari, Upah premi yaitu upah yang diterima setiap bulan oleh pekerja/buruh
ditambah dengan premi yang diterima setiap akhir tahun, Upah rekanan yaitu upah yang selain diterima
setiap bulan oleh pekerja juga diberikan kepemilikan saham sehingga pekerja berhak atas pembagian
keuntungan dari perusahaan.

WNA BISA BEKERJA DI INDONESIA DENGAN KETENTUAN


Pertama, terkait izin penggunaan TKA, sekarang hanya dibutuhkan Rencana Penggunaan TKA (RPTKA),
tidak lagi perlu Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA).

Kedua, pengesahan penggunaan TKA melalui RPTKA dan Notifikasi, bukan lagi RPTKA dan IMTA.

Ketiga, mengenai waktu pelayanan, sebelumnya untuk IMTA butuh 3 hari dan RPTKA 3 hari, sekarang
dipangkas jadi 4 hari dengan rincian RPTKA 2 hari dan Notifikasi 2 hari.

Keempat, Permenaker 10 Tahun 2018 menghapus rekomendasi kementerian dan lembaga terkait.
Kementerian dan lembaga berhak menetapkan jabatan apa saja yang boleh dan tidak untuk diampu
TKA. Usulan dari berbagai kementerian dan lembaga itu akan dituangkan dalam satu peraturan yang
diterbitkan Menteri Ketenagakerjaan.

Kelima, bentuk pelayanan yang digunakan sekarang menggunakan mekanisme daring secara penuh dan
terintegrasi antar kementerian/lembaga seperti Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Keuangan,
dan BPJS.

Keenam, masa berlaku RPTKA lebih lentur, sesuai perjanjian kerja antara TKA dengan pemberi kerja.
Sebelumnya, masa berlaku RPTKA hanya satu tahun dan dapat diperpanjang.

Ketujuh, TKA yang menjabat sebagai direktur atau komisaris sekaligus pemegang saham tidak perlu
mengurus perizinan. Sebelumnya, kedua jabatan tinggi di perusahaan itu wajib mengantongi IMTA. Tapi
bagi direksi dan komisaris yang posisinya bukan sebagai pemengang saham, Permenaker No. 10 Tahun
2018 mengamanatkan mereka untuk memiliki RPTKA.

Kedelapan, saat ini pemberi kerja wajib memfasilitasi TKA untuk mendapat pendidikan dan pelatihan
bahasa Indonesia. Tujuannya, agar TKA yang menduduki jabatan teknis, ahli, dan profesional bisa
mengalihkan pengetahuannya kepada tenaga kerja lokal pendamping.

Kesembilan, kini rangkap jabatan tak hanya untuk direksi dan komisaris. Ada 3 sektor lain yang boleh
mengampu lebih dari 1 jabatan yakni pendidikan dan pelatihan vokasi, migas (K3S), dan ekonomi digital.
Kesepuluh, dalam keadaan darurat, TKA bisa bekerja terlebih dulu baru kemudian mengurus RPTKA.
Sebelumnya, RPTKA diurus berbarengan dengan masuknya TKA. Permenaker No. 10 Tahun 2018
mengatur ada empat jenis RPTKA yakni darurat dan mendesak, sementara, jangka panjang, dan
perubahan.

Dasar Hukum : Presiden (Perpres) No. 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan TKA. Lima bulankemudian
pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.20 Tahun 2018 tentang Tata Cara
Penggunaan TKA.
Dasar Hukum Berserikat buruh
Dasar hukum Berserikat

Apa beberapa dasar hukum, yang menjadikan seseorang dapat aktif berserikat tanpa perasaan takut
atau dibatasi oleh pihak manajemen atau pihak-pihak lain :

I. UUD 1945 Pasal 28 tentang kebebasan berorganisasi

II. Konvensi ILO No. 87 tentang kebebasan berserikat

III. UU 21 th 2000 tentang Serikat Pekerja

Tujuan Berserikat (Pasal 4 ayat (1) UU 21 tahun 2000 tentang serikat pekerja
Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat
buruh bertujuan memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan,
serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/serikat dan
keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai