Wacana sebagai praktik sosial yakni bahwa suatu wacana yang mengandung
unsur saling mempengaruhi antara wacana dan sosial. Dalam analisis wacana dan praktik
sosial, tidak hanya memandang wacana sebagai fenomena teks bahasa semata akan tetapi
juga menghubungkannya dengan konteks, baik itu konteks sosial, kultural, ideologi dan
domain-domain kekuasaan yang menggunakan bahasa sebagai alatnya, dalam hal ini
dikenal dengan sebutan Analisis Wacana Kritis atau Critical Discourse Analysis.
Istilah Critical Discourse Analysis atau Analisis Wacana Kritis pertama kali
digunakan oleh Fairclough dengen definisi sebuah upaya atau proses (penguraian) untuk
memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang mau atau sedang dikaji oleh
seseorang atau kelompok dominan yang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu
untuk memperoleh apa yang diinginkan.
Prinsip-prinsip AWK menurut Fairclough dan Wodak (1997: 271-280) yakni;
Membahas masalah-masalah sosial, mengungkap bahwa relasi-relasi kekuasaan adalah
diskursif, mengungkap budaya dan masyarakat, bersifat ideologi, bersifat historis,
mengemukakan hubungan antara teks dan masyarakat dan bersifat interpretatif dan
eksplanatori.
Wacana mempengaruhi dan dipengaruhi oleh konteks sosial. Fairlough (1989:
22) menyebut wacana sebagai bentuk “praktik sosial” yang berimplikasi adanya
dialektika antara bahasa dan kondisi sosial. Wacana dipengaruhi oleh kondisi sosial, akan
tetapi kondisi sosial juga dipengaruhi oleh wacana. Fenomena linguistik bersifat sosial
yang mana bahwa linguistik tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh lingkungan
sosialnya, sementara fenomena sosial juga memiliki sifat linguistik karena aktivitas
berbahasa dalam konteks sosial tidak hanya menjadi wujud ekspresi atau refleksi dari
proses dan praktik sosial, namun juga merupakan bagian dari proses dan praktik sosial
tersebut.