Anda di halaman 1dari 21

TUGAS STRUKTUR KAYU

OLEH KELOMPOK 3

NAMA KELOMPOK NO. STAMBUK

 RAPI’ TUNA’ TOBA 216 213 316


 NOBER YANTA PONGLILING 216 213 317
 JOHN TANGJONGAN 216 213 308
KELAS : H

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang atas rahmatNya

dan bimbinganNya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini merupakan

hasil dari tugas kelompok bagi mahasiswa untuk belajar dan mempelajari lebih lanjut tentang

topik BEKISTING BANGUNAN BETON. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk

menumbuhkan proses belajar kelompok kepada mahasiswa , agar lebih kreativitas, menambah

wawasan dan penguasaan materi kuliah dapat optimal sesuai dengan yang diharapkan.

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mengetahui

tentang materi BEKISTING BANGUNAN BETON dan dapat menerapkannya di lapangan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa menjadi penuntun di bidang yang

dikuasai.kritik dan saran dari dosen pengampuh mata kuliah dan juga teman – teman sangat kami

harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan dalam belajar pada masa mendatang.

Rantepao,26 April 2018

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................................................... i


Daftar Isi ....................................................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan ........................................................................................................................................ 1
Bab II Pembahasan ....................................................................................................................................... 2
a. Guna dan Arti Bekisting Beton ............................................................................................................. 2
b. Konstruksi Bekisting.......................................................................................................................... 3-6
c. Perencanaan Bekisting ..................................................................................................................... 7-16
Bab III Penutup .......................................................................................................................................... 17
Kesimpulan ............................................................................................................................................. 17
Daftar Pustaka ............................................................................................................................................. 18

ii
BAB I PENDAHULUAN

Bekisting merupakan sarana yang digunakan untuk mencetak beton. Material bekisting
bisa berupa kayu lapis/multiplek, balok kayu, alumunium dan baja. Meskipun bekisting memiliki
banyak komponen pendukung, namun pada kondisi di lapangan sering kali ditemukan adanya
kegagalan bekisting akibat kurangnya perhatian pada saat perencanaan dan pelaksanaan.
Runtuhnya konstruksi bekisting dapat disebabkan oleh kurangnya stabilitas, beban lebih terhadap
konstruksi bekisting, kurangnya keahlian, material sudah usang, tumbukan, hentakan dan getaran
saat berlangsungnya pengecoran beton. Runtuhnya bekisting dapat membuat pekerjaan
konstruksi tertunda, kerugian materi bahkan hilangnya nyawa.

Untuk menghindari terjadinya kegagalan bekisting akibat beban – beban yang bekerja
dan faktor lainya, maka sebuah konstruksi bekisting harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan
dan stabilitas. Bekisting dikatakan kuat apabila saat menerima beban – beban yang bekerja
material bekisting tidak patah. Kekuatan bekisting menjadi komponen utama dalam
menghasilkan kualitas dimensi struktur yang sesuai dengan rencana. Bekisting dikatakan kaku,
apabila saat menerima beban – beban yang bekerja material bekisting tidak berubah bentuk.
Bekisting juga harus stabil, agar saat menerima beban bekisting tidak runtuh. Syarat ini harus
dipenuhi mengingat bekisting adalah pekerjaan yang dilakukan berulang – ulang pada bangunan
bertingkat serta memerlukan biaya yang besar untuk membuatnya.

Pemilihan sistem bekisting juga merupakan suatu keputusan yang penting pada proyek
bangunan bertingkat karena dapat mempengaruhi keselamatan dan kualitas konstruksi. Saat ini
bekisting semi sistem yang merupakan perkembangan dari bekisting konvensional mulai banyak
dipilih oleh kontraktor guna mendapatkan konstruksi yang berkualitas dan aman.

1
BAB II PEMBAHASAN

BEKISTING BANGUNAN BETON

A. Guna Dan Arti Bekisting Beton


Bekisting untuk beton bertulang menuntut biaya dan merupakan bagian dari
seluruh biaya pembangunan. Bekisting adalah cetakan beton yang merupakan konstruksi
sementara yang di dalamnya, atau di atasnya dapat disetel dan sebagai wadah dari
adonan beton yang dicor sesuai dengan bentuk yang dikehendaki. Bekisting harus
menampung dan menumpu beton basa ditempatnya dan menurut bentuknya. Bekisting
akan meneruskan beban itu kepada pondasi atau dasar beton dibawahnya. Jadi bekisting
mempunyai tugas yang terbatas dan bisa dianggap sebagai bagian darurat dalam
pembangunan. Pertimbangan yang harus diperhatikan adalah : cukup kuat dan cukup
diperkuat, sedikit mungkin kayu, sedikit mungkin alat besi, sedikit pembuangan, dapat
dipasang dengan mudah dan cepat, mudah dibongkar tanpa mengadakan sentakan.
Bekisting hendaknya disusun sedemikian rupa, sehingga dapat dipergunakan lagi pada
kesempatan lain. Konstruksinya sendiri tergantung dan cara menyuplai beton, letak katrol
( Derek ), kalau ada, vibrator ( alat getar ) kalau ada dan perlu tidaknya bagian – bagian
bekisting itu digunakan lagi.
Pada rencana bangunan kecil biasanya cukup dilakukan perhitungan sederhana
yang didasarkan pada pengalaman. Tetapi bagi bangunan tinggi tingkat lebih daei 5
meter, perhitungan bekisting dengan perhitungan statis tidak dapat dihindarkan. Pada
loteng atau kuba berketinggian lebih dan 8,00 m atau bagian-bagian bangunan tertentu
yang berat, diperlukan sekali Bekisting ilmiah. Dan ini jelas membutuhkan perhitungan
statis. Pada lebar topang yang besar adakaalnya sebagian Bekisting turun. Untuk
menghindarkan hal ini, maka ditengah-tengah lebar topang diadakan peninggian
Bekisting secukupnya. Turunnya bangunan Bekisting pada tempat yang satu, bisa
mengakibatkan naiknya ditempat yang berlawanan, atau bahkan runtuhnya seluruh
bangunan Bekistig.

2
B. Konstruksi Bekisting
a. Bekisting untuk pondasi beton

b. Bekisting untuk kolom beton

3
c. Bekisting lantai beton bertulang

4
d. Bekisting silo

5
e. Bangunan pembuangan air pada waduk atau bendungan

f. Panggung bekisting jembatan

6
C. Perencanaan Bekisting
a) Beban-beban yang bekerja
1. Beban vertikal
Beban-beban ini diperhitungkan untuk Bekisting lantai dan balok. Beban-
beban ini terdiri dari:
a. Berat beton cair + tulangan ( 2.400 kg/m3 )
b. Beban hidup :
i. Beban orang bekerja + peralatan : 250 – 350 kg/m2
ii. ACI-347-R-94 ( committee 347, Guide to formfork for concrete )
memberikan batasan sebagai berikut :
 Beban orang bekerja tanpa peralatan berat 50psf ( 270
kg/m2 )
 Beban orang bekerja + orang gerobak mesim 75 psf ( 400
kg/m2 )
2. Beban lateral
Beban ini diperhitungkan untuk dinding dam kolom. Gaya-gaya yang
bekerja pada Bekisting beton tergantung pada ukuran beton dan pada tekanan
waktu mengecor. Penentuan tekanan pengecoran, beton itu secara mekanika
sebenarnya tidak mungkin dengan teliti akan tetapi kita dapat menentukan, bahwa
tekanan tersebut selalau bekerja siku-siku atas bidang bekisting.
Jikalau kita mengecor suatu dinding yang agak tinggi, maka didalam
Bekisting didapatkan suatu efek Silo, yang berarti tekanan pada Bekisting akan
konstan atau merata, seperti dapat diterapkan pada gambar berikut

7
Sulit untuk menaksir beberapa tempatnya tekanan yang dikerakan pada bekisting
oleh beton yang baru saja dituang akibat beberapa faktor. Faktor-faktor ini
mencakup hal sebagai berikut :
1) Kecepatan pengisisan beton.
Jelaslah, semakin cepat beton yang diisikan akan semakin besar
tekanan yang dikerakan
2) Temperature beton
Tekanan cairan pada bekisting akan sangat beragam pada
temperature yang berbeda. Misalnya, tekanan ketika betonnya berada pada
50oF jauh lebih tinggi daripada ketika betonnya berada pada 70oF. alas an
untuk ini ialah beton yang diisikan pada 50oF akan mengeras pada tingkat
yang lebih lambat daripada beton yang diisikan pada 70oF. akibatnya

8
beton yang lebih dingin masih berada dalam keadaan semi-cair untuk
waktu yang lebih lama. Oleh sebab itu untuk bagian yang lebih dalam,
tekanan dapat menjadi lebih tinggi sebesar 25% atau lebih. Karena
kenyataan ini, untuk beton yang dipasang pada waktu musim dingin harus
didesain untuk tekanan lateral yang lebih tinggi daripada jika dituang pada
musim panas.
3) Metode penuangan beton
Jika digunakan getaran frekuensi – tinggi, betonnya dipertahankan
dalam keadaan cair hingga kebagian yang lebih dalam, dan beton seperti
ini berlaku hamper seperti cairan dengan bobot per cubic foot yang sama
dengan bobot per cubic foot betonnya. Getaran dapat meningkatkan
tekanan lateral sebesar 20% diatas tekanan yang disebabkan oleh
pemasangan dengan sekop.
4) Ukuran dan bentuk Bekisting serta konsistensi dan perkembangan
betonnya.
Hal-hal ini mempengaruhi tekanan lateral hingga derajat tertentu.
Tetapi untuk bangunan biasa pengaruhi ini dapat diabaikan. Tekanan yang
terjadi pada Bekisting akibat beton semi cair sering hingga ke besaran
yang orang lain tidak mempercayainya ketika perencanaan mengatakan
tekanan lateral telah mencapai 1.500 psf dan 1.800 psf atau lebih.ACI
committee 47 telah menerbitkan rumus-rumus yang disarankan untuk
menghitung tekanan beton lateral untuk temperature dan kecepatan
pengisian beton yang berbeda. Dalam rumus, P merupakan tekanan cair
ekuivalen maksimum dalam ( psf ) sembarang elevasi dalam Bekistingnya,
R merupakan kecepatan pengisian beton secara vertikal ( dalam feet per
hower ), T merupakan temperature ( Fahrenheit ) beton dalam
Bekistingnya, dan H merupakan ketinggian maksimum beton yang baru
diisikan dalam Bekistingnya ( ft ), diatas titik yang sedang diperhatikan.
Rumus ini digunakan untuk dinding dengan bongkah beton yang tidak
lebih besar dari 4 inci dituang pada kecepatan yang tidak melebihi 7

9
ft/hour. Kedalaman getaran dibatasi hingga 4 ft dibawah permukaan
betonnya.
Pada dinding denga R tidak melebihi 7 ft/jam
9.000 𝑅
𝜌 = 150 + (maksimum 2.000 psf atau 150 h, pilih yang lebih
𝑇

rendah ).
Pada dinding dengan R lebih dari 7 ft/jam tetapi tidak lebih dari 10
ft/jam
43.000 2.800 𝑅
𝜌 = 150 + + (maksimum 2.000 psf atau 150 h, pilih yang
𝑇 𝑇

lebih rendah )
Bekisting kolom sering diisi sangat cepat. Bekisting ini dapat diisi
sepenuhnya dalam waktu yang kurang dari waktu yang dibutuhkan oleh
beton bawah untuk mengeras. Selanjutnya, getaran sering dilakukan ke
seluruh kedalaman Bekistingnya. Akibatnya, tekanan lateral yang lebih
besar dihasilkan disbanding dengan tekanan lateral yang direncanakan
untuk keadaan dinding bersangkutan.
ACI Committee 347 memberikan persamaan berikut untuk
menafsirkan tekanan maksimum untuk desain Bekisting kolom sebagai
berikut:
Kolom dengan dengan dimensi mendatar maksimum 6 ft atau
kurang
9.000 𝑅
𝜌 = 150 + ( maksimum 3.000 psf atau 150 h, pilih yang
𝑇

lebih kecil )
Pada grafik dibawah ini diberikan sebuah perbandingan tekanan
yang dihitung dengan rumus-rumus sebelumnya disajikan untuk
temperatur yang berkisar dari 30oF sampai 100oF.

10
Disamping tekanan lateral pada Bekisting yang disebabkan oleh beton yang baru
saja dituang ini, kita perlu juga mendesain pengaku dan penopang agar dapat menahan
semua gaya lateral yang mungkin timbul, seperti angin, pencurahan beton, gerakan
perlengkapan, tubrukan perlengkapan, tarikan kabel kukuh, pengisian beton yang tidak
merata, dan sebagainya.
Selain cara diatas, penentuan tekanan atau Bekisting ( gaya tekan P ) dapat juga
dilakukan menurut Brendel atau menurut diagram dari department of main roads, new
south wales ( DMR – Diagram ) ketentuan Brendel :
ℷ. 𝜸. 𝒉 = 𝒑
Dimana :
ℷ= faktor kekentalan beton :
Beton yang agak cair 1,0
Beton yang plastis 0,5 – 0,6 tanpa vibrator
Beton yang plastis 0,7 – 0,8 dengan vibrator
Beton yang agak kering 0,4 tanpa vibrator
Beton yang agak kering 0,6 dengan vibrator

11
𝛾 = bobot beton 2.400 – 2.500 kg/m3
ℎ= tingginya beton yang ditekan dari atas pada titik kritis

b) Analisis Bekisting untuk lantai dan balok

12
Pembebanan pada balok lantai dan balok dawai

13
b.1 balok lantai

14
b.2 balok dawai

15
b.3 tiang penopang

16
BAB III PENUTUP

 KESIMPULAN
Bekisting sangat penting dalam pembuatan beton karena dapat mempengaruhi bentuk dan
kualitas dari beton tersebut. Bekisting juga tidak perlu menggunakan kayu yang mahal atau
kayu dengan kualitas yang bagus, cukup dengan kayu yang biasa saja ataupun kayu yang
murah seperti kayu/papan albasiah bekisting sudah bisa dibuat.
1. Macam – macam bekisting beton :
a. Bekisting untuk pondasi beton
b. Bekisting untuk kolom beton
c. Bekisting untuk lantai beton bertulang
d. Bekisting silo
e. Bekisting untuk bangunan pembuangan air pada waduk
f. Bekisting untuk panggung jembatan
2. Hal - hal yang diperhatikan dalam perencanaan bekisting
a. Beban – beban yang bekerja
 Beban vertikal
1. Berat beton cair + tulangan
2. Beban hidup
b. Beban lateral
 Kecepatan pengisian beton
 Temperature beton
 Metode penuangan beton
 Ukuran dan bentuk bekisting

17
Daftar Pustaka
Frick, Heinz., Pujo.L Setiyawan. Ilmu Konstruksi perlengkapan dan Utilitas Bangunan,
Yogyakarta. Kanisius. 2002.

Sajkti, Amien, Metode Kerja Bangunan Sipil. Yogyakarta. Graha Ilmu.2009.

http://www.ilmusipil.com/pekerjaan-bekisting

http://www.academia.edu/5538474/Pengertian_Bekisting

http://sukamabar.blogspot.com/2014/08/pekerjaan-bekisting.html

18

Anda mungkin juga menyukai