OLEH KELOMPOK 3
FAKULTAS TEKNIK
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang atas rahmatNya
dan bimbinganNya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini merupakan
hasil dari tugas kelompok bagi mahasiswa untuk belajar dan mempelajari lebih lanjut tentang
menumbuhkan proses belajar kelompok kepada mahasiswa , agar lebih kreativitas, menambah
wawasan dan penguasaan materi kuliah dapat optimal sesuai dengan yang diharapkan.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mengetahui
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa menjadi penuntun di bidang yang
dikuasai.kritik dan saran dari dosen pengampuh mata kuliah dan juga teman – teman sangat kami
harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan dalam belajar pada masa mendatang.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
Bekisting merupakan sarana yang digunakan untuk mencetak beton. Material bekisting
bisa berupa kayu lapis/multiplek, balok kayu, alumunium dan baja. Meskipun bekisting memiliki
banyak komponen pendukung, namun pada kondisi di lapangan sering kali ditemukan adanya
kegagalan bekisting akibat kurangnya perhatian pada saat perencanaan dan pelaksanaan.
Runtuhnya konstruksi bekisting dapat disebabkan oleh kurangnya stabilitas, beban lebih terhadap
konstruksi bekisting, kurangnya keahlian, material sudah usang, tumbukan, hentakan dan getaran
saat berlangsungnya pengecoran beton. Runtuhnya bekisting dapat membuat pekerjaan
konstruksi tertunda, kerugian materi bahkan hilangnya nyawa.
Untuk menghindari terjadinya kegagalan bekisting akibat beban – beban yang bekerja
dan faktor lainya, maka sebuah konstruksi bekisting harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan
dan stabilitas. Bekisting dikatakan kuat apabila saat menerima beban – beban yang bekerja
material bekisting tidak patah. Kekuatan bekisting menjadi komponen utama dalam
menghasilkan kualitas dimensi struktur yang sesuai dengan rencana. Bekisting dikatakan kaku,
apabila saat menerima beban – beban yang bekerja material bekisting tidak berubah bentuk.
Bekisting juga harus stabil, agar saat menerima beban bekisting tidak runtuh. Syarat ini harus
dipenuhi mengingat bekisting adalah pekerjaan yang dilakukan berulang – ulang pada bangunan
bertingkat serta memerlukan biaya yang besar untuk membuatnya.
Pemilihan sistem bekisting juga merupakan suatu keputusan yang penting pada proyek
bangunan bertingkat karena dapat mempengaruhi keselamatan dan kualitas konstruksi. Saat ini
bekisting semi sistem yang merupakan perkembangan dari bekisting konvensional mulai banyak
dipilih oleh kontraktor guna mendapatkan konstruksi yang berkualitas dan aman.
1
BAB II PEMBAHASAN
2
B. Konstruksi Bekisting
a. Bekisting untuk pondasi beton
3
c. Bekisting lantai beton bertulang
4
d. Bekisting silo
5
e. Bangunan pembuangan air pada waduk atau bendungan
6
C. Perencanaan Bekisting
a) Beban-beban yang bekerja
1. Beban vertikal
Beban-beban ini diperhitungkan untuk Bekisting lantai dan balok. Beban-
beban ini terdiri dari:
a. Berat beton cair + tulangan ( 2.400 kg/m3 )
b. Beban hidup :
i. Beban orang bekerja + peralatan : 250 – 350 kg/m2
ii. ACI-347-R-94 ( committee 347, Guide to formfork for concrete )
memberikan batasan sebagai berikut :
Beban orang bekerja tanpa peralatan berat 50psf ( 270
kg/m2 )
Beban orang bekerja + orang gerobak mesim 75 psf ( 400
kg/m2 )
2. Beban lateral
Beban ini diperhitungkan untuk dinding dam kolom. Gaya-gaya yang
bekerja pada Bekisting beton tergantung pada ukuran beton dan pada tekanan
waktu mengecor. Penentuan tekanan pengecoran, beton itu secara mekanika
sebenarnya tidak mungkin dengan teliti akan tetapi kita dapat menentukan, bahwa
tekanan tersebut selalau bekerja siku-siku atas bidang bekisting.
Jikalau kita mengecor suatu dinding yang agak tinggi, maka didalam
Bekisting didapatkan suatu efek Silo, yang berarti tekanan pada Bekisting akan
konstan atau merata, seperti dapat diterapkan pada gambar berikut
7
Sulit untuk menaksir beberapa tempatnya tekanan yang dikerakan pada bekisting
oleh beton yang baru saja dituang akibat beberapa faktor. Faktor-faktor ini
mencakup hal sebagai berikut :
1) Kecepatan pengisisan beton.
Jelaslah, semakin cepat beton yang diisikan akan semakin besar
tekanan yang dikerakan
2) Temperature beton
Tekanan cairan pada bekisting akan sangat beragam pada
temperature yang berbeda. Misalnya, tekanan ketika betonnya berada pada
50oF jauh lebih tinggi daripada ketika betonnya berada pada 70oF. alas an
untuk ini ialah beton yang diisikan pada 50oF akan mengeras pada tingkat
yang lebih lambat daripada beton yang diisikan pada 70oF. akibatnya
8
beton yang lebih dingin masih berada dalam keadaan semi-cair untuk
waktu yang lebih lama. Oleh sebab itu untuk bagian yang lebih dalam,
tekanan dapat menjadi lebih tinggi sebesar 25% atau lebih. Karena
kenyataan ini, untuk beton yang dipasang pada waktu musim dingin harus
didesain untuk tekanan lateral yang lebih tinggi daripada jika dituang pada
musim panas.
3) Metode penuangan beton
Jika digunakan getaran frekuensi – tinggi, betonnya dipertahankan
dalam keadaan cair hingga kebagian yang lebih dalam, dan beton seperti
ini berlaku hamper seperti cairan dengan bobot per cubic foot yang sama
dengan bobot per cubic foot betonnya. Getaran dapat meningkatkan
tekanan lateral sebesar 20% diatas tekanan yang disebabkan oleh
pemasangan dengan sekop.
4) Ukuran dan bentuk Bekisting serta konsistensi dan perkembangan
betonnya.
Hal-hal ini mempengaruhi tekanan lateral hingga derajat tertentu.
Tetapi untuk bangunan biasa pengaruhi ini dapat diabaikan. Tekanan yang
terjadi pada Bekisting akibat beton semi cair sering hingga ke besaran
yang orang lain tidak mempercayainya ketika perencanaan mengatakan
tekanan lateral telah mencapai 1.500 psf dan 1.800 psf atau lebih.ACI
committee 47 telah menerbitkan rumus-rumus yang disarankan untuk
menghitung tekanan beton lateral untuk temperature dan kecepatan
pengisian beton yang berbeda. Dalam rumus, P merupakan tekanan cair
ekuivalen maksimum dalam ( psf ) sembarang elevasi dalam Bekistingnya,
R merupakan kecepatan pengisian beton secara vertikal ( dalam feet per
hower ), T merupakan temperature ( Fahrenheit ) beton dalam
Bekistingnya, dan H merupakan ketinggian maksimum beton yang baru
diisikan dalam Bekistingnya ( ft ), diatas titik yang sedang diperhatikan.
Rumus ini digunakan untuk dinding dengan bongkah beton yang tidak
lebih besar dari 4 inci dituang pada kecepatan yang tidak melebihi 7
9
ft/hour. Kedalaman getaran dibatasi hingga 4 ft dibawah permukaan
betonnya.
Pada dinding denga R tidak melebihi 7 ft/jam
9.000 𝑅
𝜌 = 150 + (maksimum 2.000 psf atau 150 h, pilih yang lebih
𝑇
rendah ).
Pada dinding dengan R lebih dari 7 ft/jam tetapi tidak lebih dari 10
ft/jam
43.000 2.800 𝑅
𝜌 = 150 + + (maksimum 2.000 psf atau 150 h, pilih yang
𝑇 𝑇
lebih rendah )
Bekisting kolom sering diisi sangat cepat. Bekisting ini dapat diisi
sepenuhnya dalam waktu yang kurang dari waktu yang dibutuhkan oleh
beton bawah untuk mengeras. Selanjutnya, getaran sering dilakukan ke
seluruh kedalaman Bekistingnya. Akibatnya, tekanan lateral yang lebih
besar dihasilkan disbanding dengan tekanan lateral yang direncanakan
untuk keadaan dinding bersangkutan.
ACI Committee 347 memberikan persamaan berikut untuk
menafsirkan tekanan maksimum untuk desain Bekisting kolom sebagai
berikut:
Kolom dengan dengan dimensi mendatar maksimum 6 ft atau
kurang
9.000 𝑅
𝜌 = 150 + ( maksimum 3.000 psf atau 150 h, pilih yang
𝑇
lebih kecil )
Pada grafik dibawah ini diberikan sebuah perbandingan tekanan
yang dihitung dengan rumus-rumus sebelumnya disajikan untuk
temperatur yang berkisar dari 30oF sampai 100oF.
10
Disamping tekanan lateral pada Bekisting yang disebabkan oleh beton yang baru
saja dituang ini, kita perlu juga mendesain pengaku dan penopang agar dapat menahan
semua gaya lateral yang mungkin timbul, seperti angin, pencurahan beton, gerakan
perlengkapan, tubrukan perlengkapan, tarikan kabel kukuh, pengisian beton yang tidak
merata, dan sebagainya.
Selain cara diatas, penentuan tekanan atau Bekisting ( gaya tekan P ) dapat juga
dilakukan menurut Brendel atau menurut diagram dari department of main roads, new
south wales ( DMR – Diagram ) ketentuan Brendel :
ℷ. 𝜸. 𝒉 = 𝒑
Dimana :
ℷ= faktor kekentalan beton :
Beton yang agak cair 1,0
Beton yang plastis 0,5 – 0,6 tanpa vibrator
Beton yang plastis 0,7 – 0,8 dengan vibrator
Beton yang agak kering 0,4 tanpa vibrator
Beton yang agak kering 0,6 dengan vibrator
11
𝛾 = bobot beton 2.400 – 2.500 kg/m3
ℎ= tingginya beton yang ditekan dari atas pada titik kritis
12
Pembebanan pada balok lantai dan balok dawai
13
b.1 balok lantai
14
b.2 balok dawai
15
b.3 tiang penopang
16
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Bekisting sangat penting dalam pembuatan beton karena dapat mempengaruhi bentuk dan
kualitas dari beton tersebut. Bekisting juga tidak perlu menggunakan kayu yang mahal atau
kayu dengan kualitas yang bagus, cukup dengan kayu yang biasa saja ataupun kayu yang
murah seperti kayu/papan albasiah bekisting sudah bisa dibuat.
1. Macam – macam bekisting beton :
a. Bekisting untuk pondasi beton
b. Bekisting untuk kolom beton
c. Bekisting untuk lantai beton bertulang
d. Bekisting silo
e. Bekisting untuk bangunan pembuangan air pada waduk
f. Bekisting untuk panggung jembatan
2. Hal - hal yang diperhatikan dalam perencanaan bekisting
a. Beban – beban yang bekerja
Beban vertikal
1. Berat beton cair + tulangan
2. Beban hidup
b. Beban lateral
Kecepatan pengisian beton
Temperature beton
Metode penuangan beton
Ukuran dan bentuk bekisting
17
Daftar Pustaka
Frick, Heinz., Pujo.L Setiyawan. Ilmu Konstruksi perlengkapan dan Utilitas Bangunan,
Yogyakarta. Kanisius. 2002.
http://www.ilmusipil.com/pekerjaan-bekisting
http://www.academia.edu/5538474/Pengertian_Bekisting
http://sukamabar.blogspot.com/2014/08/pekerjaan-bekisting.html
18