Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau dikenal dengan penyakit darah tinggi merupakan suatu

keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas batas normal,

batas normalnya yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik.

Hipertensi menimbulkan risiko mordibitas atau mortalitas dini yang

meningkat, saat tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat. Peningkatan

tekanan darah yang berkepanjangan merusak pembuluh darah di organ

target (jantung, ginjal, otak, dan mata) (Mustaqimah, 2016).

Berdasarkan data dari WHO, pada tahun 2013, sekitar 17,5 juta orang

meninggal karena penyakit kardiovaskuler atau 30 persen dari kematian

diseluruh dunia. WHO juga memperkirakan prevalensi hipertensi akan terus

meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di

seluruh dunia menderita hipertensi. Hasil Riskesdas 2015 menyebutkan,

bahwa hipertensi lebih dari sepertiga penyebab kematian, dimana hipertensi

menjadi penyebab kematian kedua sekitar 6,8 persen, penyakit jantung

iskemik 5,1 persen, dan penyakit jantung 4,6 persen (Yufita, sitti, dkk. 2014)

Hipertensi di provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan dari 1,87%

pada tahun 2014, meningkat menjadi 2,02% pada tahun 2015, dan 3,30%

pada tahun 2016. Prevalensi sebesar 3,30% artinya setiap 100 orang

terdapat 3 orang penderita hipertensi primer (Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Timur, 2015 dalam Ilham 2016). Sedangkan kejadian hipertensi di Kabupaten

Situbondo menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo, dalam

laporan cakupan hipertensi Kabupaten Situbondo pada tahun 2016 sebesar

2,1% dengan 23.979 kasus hipertensi, yang terdiri dari 20.932 kasus

1
2

hipertensi essensial dan 3.047 kasus hipertensi lain (Dinkes Situbondo,

2016).

Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang di lakukan oleh peneliti

kejadian hipertensi di Desa Semiring Kecamatan Mangaran Kabupaten

Situbondo sebanyak 10 responden dan di dapatkan yang mengalami

hipertensi Ringan sebanyak 6 (60%) 140/90 mmHg, yang mengalami

hipertensi Sedang sebanyak 4 (40%) 160/100 mmHg, hal ini di sebakan

karena masih banyak yang mengkonsumsi makanan tinggi gram.

Hipertensi dibagi dua golongan yaitu hipertensi esensial yang tidak

diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yang diketahui penyebabnya

seperti gangguan ginjal, gangguan hormon, dan sebagainya. Jumlah

penderita hipertensi esensial sebesar 90-95%, sedangkan jumlah penderita

hipertensi sekunder sebesar 5-10% (Febby, 2013). Hipertensi merupakan

penyakit yang dapat dicegah dengan mengendalikan faktor resiko yang

sebagian besar merupakan faktor prilaku dan kebiasaan hidup. Apabila

seseorang menerapkan gaya hidup sehat, maka kemungkinan besar akan

terhindar dari hipertensi. Penyakit ini berjalan terus seumur hidup dan sering

tanpa adanya keluhan yang khas selama belum terjadi komplikasi pada

organ tubuh. Faktor resiko hipertensi antara lain adalah faktor genetik, umur,

jenis kelamin, etnis, stress, obesitas, asupan garam, penggunaan obat

hormonal, dan kebiasaan merokok.

Dari banyak faktor kejadian diatas perlu diberikan pengobatan

farmakologis dan non farmakologis. Pengobatan farmakologis relatif mahal

dan penggunaannya seumur hidup serta pasien lebih cenderung sibuk dan

sering melupakan penggunaan obat anti hipertensi ini, padahal sangatlah

penting untuk menggunakannya secara teratur (Endang T, 2014). Sedangkan

untuk terapi non farmakologis di berikan kepada semua pasien hipertensi


3

primer dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor

resiko serta penyakit penyerta lainnya. Terapi nonfarmakologis merupakan

terapi tanpa menggunakan agen obat dalam proses terapinya. Dalam

algoritme penanganan hipertensi terapi nonfarmakologis diantaranya

modifikasi gaya hidup merupakan langkah awal yang harus dilakukan (Ilham,

2016). Terapi relaksasi alternatif yang baik digunakan untuk menurunkan

tekanan darah misalnya terapi nostril breathing (Dian, 2015)

Terapi nostril breathing atau bisa deisebut dengan Anulom-vilom

Pranayama atau pernafasan hidung sebelah adalah salah satu teknik

pernapasan yoga yang umum dan melibatkan pernapasan melalui satu

lubang hidung pada satu waktu (Shreya, 2017).

Peran perawat sebagai edukator adalah memberikan pengarahan

kepada pasien, khususnya pasien yang menderita hipertensi tentang

pentingnya menjaga kestabilan tekanan darah agar tidak berdampak pada

komplikasi atau penyakit yang dapat disebabkan karena tekanan darah tinggi

yang tidak terkontrol. Sebagai langkah untuk mendidik adalah dengan cara

memberikan pendidikan / edukasi terapi yang bisa menurunkan bahkan

mencegah terjadinya hipertensi salah satunya dengan teknik nostril breathing

yang bisa dikerjakan oleh pasien yang mengalami hipertensi secara mandiri

dengan bantuan tenaga kesehatan, karena dapat menurunkan tekanan darah

sistolik 130 mmHg dan diastolik 80 mmHg.

Berdasarkan data dan fenomena yang didapatkan bahwa penyebab

kematian terbesar di dunia khususnya Indonesia karena penyakit

kardiovaskuler khususnya hipertensi, sehingga peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Nostril Breathing Terhadap

Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Desa Semiring

Kecamatan Mangaran Kabupaten Situbondo”


4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut : Adakah pengaruh terapi nostril breathing terhadap

perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi di Desa Semiring

Kecamatan Mangaran Kabupaten Situbondo ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi nostril

breathing terhadap perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi di

Desa Semiring Kecamatan Mangaran Kabupaten Situbondo.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tekanan darah pasien hipertensi sebelum dilakukan

nostril breating di Desa Semiring Kecamatan Mangaran Kabupaten

Situbondo.

2. Mengidentifikasi tekanan darah pasien hipertensi sesudah dilakukan

nostril breathing di Desa Semiring Kecamatan Mangaran Kabupaten

Situbondo.

3. Menganalisis perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah

pemberian terapi nostril breathing pada pasien hipertensi di Desa

Semiring Kecamatan Mangaran Kabupaten Situbondo.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai tambahan bahan refrensi di perpustakaan Stikes

Hafshawaty Zainul Hasan Genggong serta sebagai sumber dan referensi

untuk peneliti selanjutnya.


5

1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan

Dapat digunakan sebagai masukan bagi profesi keperawatan dalam

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat dalam memberikan

konseling tentang nostril breathing dalam perubahan tekanan darah,

terutama menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

1.4.3 Bagi Tempat Peneliti

Sebagai salah satu masukan dalam menentukan kebijakan yang

berkaitan dengan nostril breathing dalam perubahan tekanan darah,

terutama menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

1.4.4 Bagi Responden

Diharapkan dari penelitian ini nantinya responden dapat

menerapkan nostril breathing pada saat terjadi peningkatan tekanan

darah atau hipertensi. Dan dapat menambah pengetahuan dan informasi

tentang nostril breathing dalam perubahan tekanan darah, terutama

menurunkan tekanan darah.

1.4.5 Manfaat bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan pengetahuan

dan pengalaman serta dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh

mengenai nostril breathing dalam perubahan tekanan darah, terutama

menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai