Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

“ PENGARUH pH AIR TERHADAP BENIH IKAN

KEMBUNG ( Rastrelliger spp ) ”

Disusun Oleh :

Nama : Hanum P Mahu ( 201663024 )

Novika Hafid ( 201663007 )

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Pattimura Ambon

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA. Atas segala Rahmat dan
karuniaNya sehingga laporan Fisiologi Hewan Air yang berjudul “Pengaruh pH air
terhadap mortalitas benih ikan kembung (Rastrelliger spp)” dapat diselesaikan. Laporan
ini merupakan salah satu tugas terstruktur dari mata kuliah Fisiologi Hewan Air.

Dalam pembuatan laporan ini, kami menyadari adanya berbagai kekurangan, baik
dalam isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan
hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan ini sangat
kami harapkan.

Ambon, 8 April 2018

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2. Batasan masalah ............................................................................................................................ 2
1.3. Rumusa masalah ........................................................................................................................... 2
1.4. Tujuan ........................................................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................................... 3
2.1. Pengertian Fisiologi ...................................................................................................................... 3
2.2. Pengertian Adaptasi ...................................................................................................................... 3
2.3. Jenis Adaptasi ............................................................................................................................... 3
2.4. Fisiologi Respirasi Ikan ................................................................................................................ 4
2.5. Pengaruh pH terhadap parameter perairan .................................................................................... 4
2.6. Ikan kembung................................................................................................................................ 5
2.7. Mortalitas ...................................................................................................................................... 5
III. METODOLOGI ................................................................................................................................ 6
3.1. Waktu dan Tempat ........................................................................................................................ 6
3.2. Alat dan Bahan .............................................................................................................................. 6
a. Alat................................................................................................................................................ 6
b. Bahan ............................................................................................................................................ 6
3.3. Prosedur Kerja .............................................................................................................................. 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................................... 8
4.1. Hasil .............................................................................................................................................. 8
4.2. Pembahasan................................................................................................................................... 8
V. PENUTUP........................................................................................................................................... 10
5.1. Kesimpuan .................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 11
LAMPIRAN GAMBAR ............................................................................................................................. 12

iii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keberhasilan suatu organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi mencerminkan
keseluruhan toleransinya terhadap kumpulan variabel lingkungan yang dihadapi organisme
tersebut (campbell.2004; 288). Artinya bahwa setiap organisme harus mampu menyesuaikan
diri terhadap kondisi lingkungannya. Adaptasi tersebut berupa respon morfologi, fisiologi, dan
tingkah laku. Pada lingkungan perairan, faktor fisik, kimiawi dan biologis berperan dalam
pengaturan homeostatis yang diperlukan bagi pertumbuhan dan reproduksi biota di perairan.

Ikan memiliki beberapa mekanisme fisiologi yang tidak dimiliki oleh hewan darat.
Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi
lingkungan. Ikan memiliki kemampuan adaptasi yang beragam, ini bisa saja terkait ekosistem
ataupun terkait fungsi tubuh hewan itu sendiri. Maka dari itu dilakukan suatu pengamatan agar
bisa mengetahui bagaimana ikan beradaptasi, maupun bertahan hidup diberbagai kondisi.

Tubuh ikan dapat merespon perubahan lingkungan karena dilengkapi alat penerima
rangsangan (indera), baik fisik maupun kimia. Misalnya mata, bertugas untuk menentukan
perubahan cahaya, linea lateral merekam perubahan arus dan gelombang, telinga dalam
merekam perubahan arah dan gravitasi, indera pembau dan pengecap. Perubahan lingkungan
yang direkam alat indra tersebut dilaporkan ke otak untuk selanjutnya dilakukan penyesuaian
dengan cara perubahan tingkah laku atau metabolisme untuk mengatasi gangguan
keseimbangan ( Fujaya, 2005 ).

Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu faktor penting dalam ekosistem perairan.
Perubahan pH dapat mempengaruhi siklus kehidupan biota yang ada diperairan termaksud ikan.
Tidak semua biota persairan bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah
menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi ataupun terjadi, tetapi terjadi
dengan cara perlahan ( Sary, 2006 ).

1
1.2. Batasan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dibatasi sebagai
berikut :
1. Hewan uji yang digunakan dalam pengamatan ini adalah benih ikan kembung
(Rastrelliger spp), berukuran panjang 3.5 cm.
2. Bahan uji yang digunakan adalah deterjen bubuk ( powder )
3. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap mortalitas benih
ikan kembung.
4. Pengukuran kualitas air dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan sesudah dalam waktu
pengamatan, menggunakan derajat keasaman ( pH ).

1.3. Rumusa masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada pengamatan ini
adalah, Apakah pH pada perairan berpengaruh terhadap mortalitas benih ikan kembung
(Rastrelliger spp) ?

1.4. Tujuan
Tujuan dari pengamatan ini, untuk mengetahui pengaruh pH air terhadap mortalitas benih
ikan kembung (Rastrelliger spp).

2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Fisiologi
Fisiologi dapat didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi , mekanisme, dan cara
kerja dari organ, jaringan dan sel-sel organisme. Fisiologi mencoba menerangkan factor-fakto
fisik, kimia yang mempengaruhi seluruh proses kehidupan dari organisme.

2.2. Pengertian Adaptasi


Adaptasi adalah cara bagaiman organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk
bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya harus mampu :
 Memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan)
 Mengatasi kondisi fisik kimiawi lingkungan seperti temperature, cahaya, panas,
salinitas dan ph
 Mempertahankan hidup dari musuh alaminya bereproduksi
 Merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya (Ewusie, 1990)

Menurut Ewusie (1990), organime yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup,
sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis.
Dalam beradaptasi, hewan memiiki toleransi dan resistensi pada kisaran :

 Zona Lethal
Kiasaran ekstrim dari variabel lingkungan yang menyebabkan kematian organisme
 Zona Organisme
Kisaran intermedier dimana suatu organisme dapat hidup

2.3. Jenis Adaptasi


Adaptasi terbagi atas tiga jenis yaitu : Adaptasi Morfologi adalah adaptasi yang meliputi
bentuk tubuh. Adaptasi morfologi dapat dilihat dengan jelas. Adaptasi fisiologi adalah adaptasi
yang meliputi fungsi alat-alat tubuh. Adaptasi ini bisa berupa enzim yang dihasilkan suatu
organisme. Adaptasi tingkah laku adalah adaptasi berupa tingkah laku.
 Adaptasi Morfologi
Berupa penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme
tersebut

3
 Adaptsi Fisiologi
Berupa penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan
adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik.
 Adaptasi Tingkah Laku
Berupa penyesuaian mahluk hidup pada tingkah laku/ perilaku terhadap
lingkungan

2.4. Fisiologi Respirasi Ikan


Sebagai biota perairan, ikan mendapatkan oksigen terlarut dalam air. Pada hampir semua
ikan, insang merupakan komponen penting dalam pertukaran gas, insang terbentuk dari
lengkungan tulang rawan yang mengeras, dengan beberapa filament insang di dalamnya.
Menurut Sukiya (2005; 16), setiap kali mulut dibuka, maka air dari luar akan masuk
menuju faring kemudian keluar lagi melalui celah insang. Peristiwa ini melibatkan kartilago
sebagai penyokong filamen ikan. Lamella insang berupa lempengan tipis yang diselubungi eptel
pernafasan menutup jaringan vaskuler dan busur aorta, sehingga karbondioksida dalam darah
dapat bertukar dengan oksigen terlarut didalam air.
Organ insang pada ikan ditutupi oleh bagian khusus yang berfungsi untuk mengeluarkan
air dari insang yang disebut operculum yang membentuk ruang operculum disebelah sisi lateral
insang. Laju gerakan operculum ikan mempunyai korelasi positif terhadap laju respirasi.

2.5. Pengaruh pH terhadap parameter perairan


Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen (H+) yang
mencirikan keseimbangan asam dan basa. Derajat keasaman suatu perairan, baik tumbuhan
maupun hewan sehingga sering dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya
suatu perairan (Odum, 1971). Nilai pH juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
produktifitas perairan (Pescod, 1973). Nilai pH pada suatu perairan mempunyai pengaruh yang
besar terhadap organisme perairan sehingga seringkali dijadikan petunjuk untuk menyatakan
baik buruknya suatu perairan (Odum, 1971). Biasanya angka pH dalam suatu perairan dapat
dijadikan indikator dari adanya keseimbangan unsur-unsur kimia dan dapat mempengaruhi
ketersediaan unsur-unsur kimia dan unsur-unsur hara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan
vegetasi akuatik. Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2 maupun CO2.
Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah
menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara
perlahan (Sary, 2006). Tingkat pH lebih kecil dari 4, 8 dan lebih besar dari 9, 2 sudah dapat
dianggap tercemar. Disamping itu larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh
reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam
konjugatnya. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi, yaitu Larutan ini
mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat
dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara

4
lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya
dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung
basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan
seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain. Larutan penyangga yang sedangkan pH
yang tinggi mengindikasikan perairan basa. Larutan penyangga yang bersifat basa Larutan ini
mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat
dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu
dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya
dicampurkan berlebihi. Secara pH parameter ntuk kehidupan ikan-ikan tersebut adalah 6,5-8,4
(Asdak, 2007).

2.6. Ikan kembung


Kembung adalah sekelompok ikan laut yang tergolong ke dalam marga Rastrelliger, suku
Scombridae. Meskipun bertubuh kecil, ikan ini masih sekerabat dengan tenggiri, tongkkol, tuna,
madidihang, dan mackerel di Ambon. Ikan ini dikenal dengan nama lema atau tatare, di Makassar
disebut banyar atau banyara.Dari sini didapat sebutan kembung banjar. Kembung termasuk
ikan pelagis kecil yang memiliki nilai ekonomis menengah, sehingga terhitung sebagai komoditas
yang cukup penting bagi nelayan lokal. Kembung biasanya dijual segar atau diproses menjadi ikan
pindang dan ikan asin yang lebih tahan lama. Ikan kembung yang masih kecil juga sering digunakan
sebagai umpan hidup untuk memancing cakalang.
Klasifikasi ikan kembung, menurut Wikipedia sebagai berikut :
Kingdom: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Rastrelliger
Spesies : Rastrelliger spp
Ikan kembung memiliki bentuk tubuh ramping memanjang, memipih dan agak tinggi, 1 : 3,7–6
dibandingkan dengan panjang tubuh FL (fork length). Sisi dorsal gelap, biru kehijauan hingga
kecoklatan, dengan 1–2 deret bintik gelap membujur di dekat pangkal sirip punggung; sisik ventral
keperakan. Sisik-sisik yang menutupi tubuh kembung berukuran kecil dan seragam. Sirip punggung
dalam dua berkas, diikuti oleh 5 sirip kecil tambahan (finlet). Jumlah finlet yang sama juga terdapat
di belakang sirip anal, duri pertama sirip anal tipis dan kecil (rudimenter). Sepasang lunas ekor
berukuran kecil terdapat di masing-masing sisi batang ekor. Di depan dan belakang mata terdapat
pelupuk mata berlemak (adipose).

2.7. Mortalitas
Kondisi perairan yang tidak cocok akan dapat menyebabkan kematian ikan. Kematian ikan
dapat sisebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena faktor lingkungan yang tercemar, umur,
kondisi abiotic, predator, parasite. Sedangkan kematian ikan pada beniih dapat disebabkan oleh
kenaikan suhu, hama ikan, perubahan sifat kimia dan fisik air pada lingkungan yang baru.

5
III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum pengamatan pengaruh pH terhadap moralitas ikan. Waktu praktikum yaitu
pada hari Sabtu, 09 april 2018 pada pukul 11.30 – sampai selesai. Kegiatan praktek ini
dilakukan di rumah.

3.2. Alat dan Bahan


a. Alat
 baskom
 kertas lakmus 2 lembar
 Alat tulis (kerta dan pena)
 Camera
 Stocwatt
 1 sendok the
 Mistar

b. Bahan
 1 ekor Ikan kembung
 1 sendok teh deterjen
 200 ml Air laut
 100 ml Air tawar

3.3. Prosedur Kerja


 Percobaan 1, air laut
 Air laut yang telah diambil, dimasukkan kedalam mangkok plastik sebanyak
200 ml dengan menggunakan gelas ukur
 Ukuran pH diawal percobaan pada mangkok dengan menggunakan kertas
lakmus dan kemudian catata berapa pHnya,
 Ikan dimasukkan kedalam mangkok, dan amati tingkah laku ikan selam 2
menit.
 Percobaan 2, penambahan iar deterjen
 Buatlah air deterjen sebanyak 100 ml dengan menggunakan gelas ukur,

6
 Ukur pH air deterjen menggunakan kertas lakmus dan amati berapa ph air
deterjen,
 Campurkan air deterjen kedalam air laut sebanyak 200 ml yang terdapat ikan,
dan lihatlah mortalitas pada ikan selama 2 menit.

7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1.Hasil respon ikan terhadap perlakuan pH setiap dalam wadah mangkok

No pH Respon ikan Keterangan


1 8 Normal Normal
2 10 Hiperaktif, sering muncul ke permukaan, operculum Ikan mati
cepat, stress, ikan mulai pasif.

4.2. Pembahasan
 Pengaruh pH terhadap molaritas ikan
Pada percobaan penambaha pH air deterjen dengan air laut sebagai pH awal.
Pengaruh lingkungan terhadap ikan menjelaskan bahwa banyaknya ikan menutup
dan membuka operculum memberi gambaran bahwa perubahan pH tidak
mempengaruhi gerakan operculum ikan secara nyata. Namun, berdasarkan data
secara kasar dapat dikatakan juga bahwa perubahan pH membuat ikan semakin lama
melemah aktivitasnya, lebih banyak menggerakan operculum dan stress.
Pada percobaan pengamatan respon ikan terhadap perubahan pH ini ada beberapa
langkah yang digunakan yaitu dengan menambahkan larutan air deterjen yang
murapakan basah kuat. Pada percobaan ini, ikan diberikan respon dengan kondisi
yang dinaikkan yaitu mulai dari pH 7-10. Bisa kita lihat dari tabel hasil bahwa ikan
mampu bertahan pada kisaran pH 7, itu menunjukkan bahwa kisaran pH yang bisa
menjadi tempat hidup ikan berkisar 7. Semakin tinggi pH yang diberikan, akan
membawa dampak buruk bagi ikan. Hal yang terjadi biasanya ikan mengalami stres
sampai mati.
Hal ini menunjukkan bahwa respirasi berjalan degan cepat seiring degan
perubahan lingkungan. Ini merupakan adaptasi tingkah laku ikan terhadap perubahan
lingkungan, selain itu juga karena perubahan pH menyebabkan ikan lebih pasif dalam
bergerak.

8
Dari hasil analisa table pengamatan diketahui bahwa ikan menunjukkan respon
yang berbeda terhadap perubahan pH. Keadaan pH sangat dipengaruhi oleh beberapa
factor yaitu umur,aktivitas, serta kondisi perairan.

9
V. PENUTUP

5.1. Kesimpuan
Berdasrkan hasil praktikum dapat disimpulkan beberapa hal antara lain:
a. Faktor yang berperan dalam perairan meliputi factor fisik,kimiawi, dan biologis.
Factor-faktor ini merupakan factor yang mempengaruhi baik buruknya kondisi
perairan, bila salah satu terganggu maka akan berdampak/ berpengaru terhadap
factor yang lain. Factor pembatas dalam praktikum ini adalah pH.
b. Adaptasi tingkah laku ikan terhadap pH sangat besar adalah pengaruh fisiologis
terhadap tekanan osmosi (osmoregulasi),
c. pH sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan,
d. Jika pH terlalu tinggi ikan akan mengalami stress dan mati.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/muhammadsangquite/laporan-ekologi-hewan-fisiologi-ikan
http://herisantoso89.blogspot.com/2011/04/laporan-pengaruh-lingkungan-terhadap.html
http://asharfpik.blogspot.com/2012/06/laporan-fisiologi-hewan-air.html
https://elfianpermana010.wordpress.com/2016/06/06/laporan-pengaruh-ph-terhadap-kehidupan-ikan/
E.wulansari & Ardiansyah. Pengaruh Detergen Terhadap Moertalitas Ikan Patin Sebagai Bahan
Pembelajaran Kimia Lingkungan. EduSains Volume 1 Nomor 2. STAIN Palangka Raya.
Fidi_wu@ymail.com
Odum E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Yogayakarta. Gajah Mada University press.
Pescod, M. B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standard for Tropical Countries. AIT,
London.
https://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_kembung

11
LAMPIRAN GAMBAR
 Alat dan bahan yang digunakan

wana kertas lakmus yang di rendam pada air laut

warna kertas laksmus yang di rendam pada campuran air


lautt dan air deterjen.

12
 Perubahan yang terjadi pada ikan sebelum dan sesudah perubahan pH

warna ikan setelah diangkat dari campuran


air laut dan deterjen

13

Anda mungkin juga menyukai