Anda di halaman 1dari 24

KAPITA SELEKTA

CBR, CJR, MR, RI, PROJEK

Dosen Pengampu: Dra. Mariani,M.Pd.

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

Elisabet Simamora (4173311031)

Esra Pasaribu (4173311039)

Novita Sihombing (4173111056)

Rohwandi (4172111041)

Pendidikan Matematika Dik E 2017

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
CRITICAL BOOK REPORT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geometri transformasi dapat juga disebut geometri gerak. Geometri transformasi merupakan
pemetaan satu-satu dengan menggunakan titik –titik sebagai masukan/input dan returning points
sebagai luaran/output. Himpunan-himpunan input tersebut dinamakan sebagai objek/benda dan
ouput/luaran yang bersesuaian dinamakan sebagai image/bayangan.
Transformasi geometri adalah proses mengubah setiap titik koordinat lain pada bidang
tertentu. Transformasi tidak hanya terhadap titik yang membentuk bidang/bangun tertentu.
Materi transformasi geometri dipelajari dari tingkat SMA hingga tingkat perguruan tinggi.
Materi transformasi geometri pada tingkat SMA terdiri dari berbagai macam yaitu Translasi
(Pergeseran), Refleksi (Pencerminan), Rotasi (Perputaran), Dilatasi (Perbesaran/ Memperkecil),
dan Transformasi oleh Matriks. Selain itu juga dipelajari komposisi Transformasi. Materi
transformasi geometri merupakan salah satu materi di tingkat SMA yang setiap penyelesaian
permasalahannya memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi. Tak sedikit pula siswa mengalami
kesulitan pada materi ini. Dalam hal ini, kami akan mengulas materi transformasi geometri pada
tingkat SMA, kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan persoalan-persoalan terkait
materi Transformasi Geometri, dan sebagai hasil akan menemukan solusi untuk mengatasi
kesulitan siswa dalam memahami materi transformasi geometri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perbandingan penyajian materi pada buku yang dipakai siswa dengan buku
pembanding ?
2. Bagaimana isi jurnal mengenai pembelajaran transformasi geometri pada siswa tingkat
SMA yang dapat membantu mengatasi kesulitan siswa menyelesaikan permasalahan
transformasi geometri?
3. Mengapa siswa kesulitan dalam menyelesaikan persoalan transformasi geometri?
4. Apa yang menjadi solusi dalam mengatasi kesulitan siswa menyelesaikan persoalan-
persoalan transformasi geometri?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui perbandingan penyajian materi pada buku yang dipakai siswa dengan buku
pembanding.
2. Mengetahui jurnal-jurnal mengenai pembelajaran transformasi geometri pada siswa
tingkat SMA yang dapat membantu mengatasi kesulitan siswa menyelesaikan
permasalahan transformasi geometri.
3. Mengetahui kesulitan siswa dalam menyelesaikan persoalan transformasi geometri.
4. Mengetahui solusi mengatasi kesulitan siswa menyelesaikan persoalan-persoalan
transformasi geometri.
BAB II

PERBANDINGAN BUKU

2.1 Perbandingan Penyajian Materi Buku Siswa dan Pembanding

 Pada Buku Pegangan Siswa


Pada buku pegangan siswa materi transformasi geometri digabungkan dengan materi
kekongruenan dan kesebangunan. Penyajian materi transformasi geometri yang digabungkkan
dengan materi kekongruenan dan kesebangunan dituliskan dengan langkah –langkah pendekatan
saintifik yang berlaku pada kurikulum 2013. Sehingga, penyajian pada buku ini sangat sistematis
dan baik. Siswa berfokus pada pengonstruksian pemahaman terkait materi kesebangunan dan
kekongruenan dari hasil transformasi geometri. Dimana penyajian buku tidak memuat berbagai
rumus-rumus transformasi geometri dan penyelesaian persoalan transformasi geometri yang
menggunakan rumus-rumus yang ditetapkan melainkan mengajak siswa menggambarkan
berbagai transformasi geometi untuk menyelesaikan persoalan transformasi geometri. Siswa
sendiri yang menentukan apa yang menjadi penyelesaian bahkan menciptakan sendiri rumus
untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
 Rotasi/Perputaran
Tuliskan kesimpulan terkait hubungan kesebangunan antara segibanyak dan segibanyak hasil
rotasi yang didapat dari kegiatan Penyelidikan 4.2.3.1.
 Pencerminan/Refleksi

Tuliskan kesimpulan terkait hubungan kesebangunan antara segibanyak dan segibanyak hasil
pencerminan.
 Pergeseran
Tuliskan kesimpulan terkait hubungan kesebangunan antara segibanyak dan segibanyak hasil
pergeseran.
 Dilatasi

 Pada Buku Pembanding


Pada Buku Pembanding penyajian materi transformasi geometri memuat berbagai
penyelesaian soal-soal transformasi geometri. Pada buku pembanding materi transformasi
geometri tidak digabung dengan materi kesebangunan dan kekongruenan. Penyajian pada buku
pembanding tidak disertai dengan pendekatan saintifik dimana peserta didik yang
mengkonstruksi pemahamannya melalui aktivitas menggambar berbagai transfoormasi geometri
pada sebuah bangun datar. Pada buku pembanding hanya memuat penyelesaian soal-soal yang
mana disertai dengan rumus-rumus yang lazimnya dihapal oleh peserta didik.
 Perbandingan :
 Pada buku yang digunakan oleh siswa menyajikan materi transformasi geometri dimana
menggunakan pendekatan saintifik yang mengajak siswa mengkonstruksi sendiri
pemahaman mengenai materi transformasi geometri, sehingga pembelajaran akan
bermakna dan mudah diingat oleh siswa. Sedangkan pada buku pembanding penyajian
materi tidak disertai dengan penyajian berdasarkan pendekatan saintifik, hanya berfokus
pada rumus-rumus yang harus diingat siswa dalam menyelesaikan persoalan.
 Pada buku pegangan siswa tidak menyajikan banyak contoh soal yang disertai
penyelesaian mengenai transformasi geometri sehingga siswa bisa saja mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan perhitungan mengenai transformasi
geometri, sedangkan pada buku pembanding memiliki banyak contoh soal dan
penyelesaiannya yang juga disertai dengan rumus-rumus hapalan yang memudahkan
siswa menyelesaikan soal perhitungan.
 Pada buku pegangan siswa materi mengenai transformasi geometri tidak selengkap
dibandingkan dengan transformasi geometri pada buku pembanding. Hal ini
dilatarbelakangi karena pada buku pegangan siswa materi transformasi geometri
digabunggan dengan materi kekongruenan dan kesebangunan. Adapun sub materi
transposisi oleh matriks tidak dibahas pada buku pegangan siswa, sedangkan pembanding
membahasa materi tersebut dilengkapi dengan contoh soal dan penyelesaiannya yang
baik.
2.2 Critical Journal Report

Ringkasan Jurnal
Jurnal Pertama
Judul Jurnal : TRANSFORMASI GEOMETRI BERBASIS DISCOVERY
LEARNING MELALUI PENDEKATAN ETNOMATIKA
Penulis : Dwi Nur Fitriyah
Jenis Jurnal : Jurnal Elemen
Volume :4
Nomor :2
Tahun : 2018
Ringkasan :
 Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan bahan ajar berbasis discovery
learning melalui pendekatan etnomatematika pada materi transformasi geometri
yang layak (valid, praktis, dan efektif) dan sesuai kebutuhan peserta didik. Jenis
penelitian ini adalah Penelitian dan Pengembangan (R&D) dengan menggunakan
model Plomp yang terdiri dari lima tahap yaitu prelimenary investigation;
realization/construction; test, evaluation and revision; dan implementation.
Instrumen yang digunakan yaitu berupa lembar angket validasi, lembar respon
peserta didik, lembar observasi keterlaksanaan bahan ajar, dan soal tes hasil
belajar. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil validasi ahli dengan persentase
83% (sangat valid), responden peserta didik 84,50% (sangat praktis), dan
keefektifan 85,71% (tinggi).
Kelemahan bahan ajar yang dikembangkan yaitu pembahasan materi
terbatas pada jenis transformasi geometri dan uji efektifnya hanya berdasarkan
KKM. Pengembangan produk selanjutnya, materi bahan ajar dapat mencakup
keseluruhan materi transformasi geometri dengan kajian etnomatematika budaya
Lampung lainnya dan uji efektifitas diuji secara menyeluruh dari mulai hasil
belajar, aktivitas dan kemampuan peserta didik.
 Pendahuluan
Istilah “etnomatematika” pertama kali digunakan oleh Ubiratan
D’Ambrosio yaitu seorang matematikawan Brazil (Sanchez & Albis, 2013). Pada
tahun 1960, D’Ambrosio mendeskripsikan hubungan antara penerapan
matematika dan perbedaan kelompok budaya sebagai masyarakat kesukuan-
nasional, kelompok tenaga kerja, anak-anak pada golongan usia tertentu, atau
kelas profesional. Etnomatematika adalah suatu disiplin yang mencoba untuk
memperbarui pendidikan matematika (Sanchez & Albis, 2013). Etnomatematika
dapat mendukung kemampuan untuk menggunakan pengetahuan matematika
dalam memecahkan masalah dunia nyata dengan menerapkan kepekaan terhadap
bilangan dan operasi numerik, menafsirkan informasi statistik, dan
mengembangkan bentuk informasi baru (Rosa & Orey, 2007). Penerapan
etnomatematika sebagai sarana untuk memotivasi peserta didik dalam belajar
matematika, pembelajaran akan menjadi lebih bermakna, dalam artian peserta
didik mengetahui manfaat belajar matematika dalam kehidupan nyata
 Metode Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Model
pengembangan yang digunakan sebagai dasar dalam penelitian ini adalah model
dari Plomp yang terdiri dari lima tahap yaitu: prelimenary investigation;
realization/construction; test, evaluation and revision; dan implementation.
Penelitian ini baru mencapai tahap test, evaluation and revision, tahap
implementation belum dilakukan didasarkan pertimbangan bahwa untuk
melakukan implementasi yang luas diperlukan keterlibatan siswa yang lebih
banyak. Menurut Rochmad (2012), implementasi ini dapat dilakukan dengan
melakukan penelitian lanjutan penggunaan produk pengembangan pada wilayah
yang lebih luas. Subjek dalam penelitian ini adalah satu kelas uji coba yaitu
peserta didik kelas XI-IPA SMA Muhammadiyah 2 Metro. Kelayakan produk
yang dikembangkan dilihat dari tiga kriteria yaitu valid, praktis dan efektif.
Produk berupa bahan ajar ini dikatakan valid jika para validator yang terdiri dari
beberapa ahli dalam pembelajaran matematika memberikan penilaian yang masuk
ke dalam kategori valid sesuai nilai yang telah ditentukan.
Instrumen yang digunakan adalah angket validasi ahli, lembar observasi,
angket respon peserta didik, dan lembar soal tes efektifitas. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua teknik analisis, yaitu analisis
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis kritik
dan saran dari validator. Sementara data kuantitatif dianalisis berdasarkan hasil
skor validasi angket oleh para ahli, skor angket kepraktisan dan hasil tes
efektifitas oleh peserta didik.
 Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian pengembangan bahan ajar yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
1. Hasil Validasi Ahli Berdasarkan hasil validasi ahli yang terdiri dari 6 validator
terhadap 3 aspek penilaian yaitu aspek isi, aspek bahasa, dan aspek kegrafikan.
Hasil penilaian keseluruhan validator secara singkat dapat dilihat pada Tabel 1.

2. Hasil Kepraktisan Untuk mengetahui kepraktisan bahan ajar yang


dikembangkan, maka data yang diambil terdiri dari data angket respon peserta
didik dan data pengamatan keterlaksanaan penggunaan bahan ajar. Hasil dari
respon peserta didik terhadap bahan ajar yang dikembangkan ditampilkan pada
Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2 maka diketahui bahwa rata-rata persentase dari nilai respon
peserta didik adalah 84%. Selanjutnya hasil dari keterlaksanaan bahan ajar yang
dikembangkan ditampilkan pada Tabel 3.

Dari Tabel 3 diketahui bahwa nilai keterlaksanaan terhadap bahan ajar yang
dilakukan selama empat kali pertemuan dengan dua observer diperoleh nilai 85%.
Selanjutnya diperoleh nilai kepraktisan bahan ajar yang dikembangkan dengan
melihat rata-rata dari respon peserta didik dan keterlaksanaan bahan ajar yaitu
mencapai 84,5% yang artinya masuk pada kriteria sangat praktis.

3. Hasil Keefektifan Pada penilaian keefektifan penggunaan bahan ajar yang


dikembangkan yaitu berdasarkan hasil belajar peserta didik yang diketahui melalui
ketuntasan nilai KKM. Berdasarkan tes efektifitas melalui empat soal dengan nilai
maksimal 100 dan ketuntasan KKM 75 diperoleh data pada table 4 berikut:
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 4 diperoleh nilai keefektifan adalah 86%,
artinya bahan ajar yang dikembangkan masuk kriteria tinggi untuk digunakan dalam
pembelajaran.

Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh penilaian bahan ajar yang dikembangkan
yakni 83% valid, 84,5% praktis, dan 86% efektif, maka bahan ajar berbasis discovery
learning melalui pendekatan etnomatematika pada materi transformasi geometri kelas XI
masuk dalam kategori layak (valid, praktis, dan efektif). Bahan ajar yang dikembangkan
ini membahas materi transformasi geometri yang dikaitkan dengan penerapannya pada
pola batik khas Lampung. Menurut Wahyuni, dkk (2013: 113), etnomatematika
merupakan salah satu bentuk pendekatan pembelajaran yang mengaitkan kearifan budaya
lokal dalam pembelajaran matematika. Hal ini berarti dengan mengaplikasikan bahan ajar
berbasis discovery learning melalui pendekatan etnomatematika akan memudahkan
peserta didik untuk menemukan sendiri pengetahuanya (discovery) melalui aktifitas atau
budaya yang sudah dikenal atau sering ditemukan di lingkungan sekitar. Karakteristik
bahan ajar yang dikembangkan mengikuti standar buku ajar yang baik diantaranya adalah
bahan ajar berbentuk buku dengan ukuran B5. Materi dalam bahan ajar yaitu tentang
jenis-jenis transformasi geometri.

 Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa bahan ajar
masuk ke dalam kriteria sangat valid yang ditunjukan dengan persentase 83%,
bahan ajar masuk ke dalam kriteria sangat praktis yang ditunjukan dengan nilai
rerata kepraktisan yaitu 84,5%, serta bahan ajar yang dikembangkan masuk ke
dalam kriteria tinggi pada penilaian keefektifan bahan ajar berdasarkan KKM,
artinya bahan ajar yang dikembangkan dikatakan efektif untuk digunakan dalam
pembelajaran. Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini
diantaranya adalah mengembangkan kembali bahan ajar berbasis berbasis
discovery learning melalui pendekatan etnomatematika dapat mengembangkan
dengan materi yang berbeda dan menerapkan pendekatan etnomatematika pada
budaya Lampung lainnya.
Jurnal Kedua

Judul Jurnal : PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE THINK- PAIR-SHARE DAN STUDENT
TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION BERBANTUAN
GEOGEBRA PADA MATERI TRANSFORMASI DI KELAS
XI SMA NEGERI 7 MEDAN
Penulis : Febry Sirait
Jenis Jurnal : Jurnal Inspiratif
Volume :3
Nomor :3
Tahun : 2017
Ringkasan :
 Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiman. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematik
siswa yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-
Pair-Share (TPS) berbantuan Geogebra lebih baik daripada siswa yang diajar
dengan kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbantuan
Geogebra pada materi Transformasi.. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas XI SMA Negeri 7 Medan semester genap, yang terdiri dari 9 kelas
pararel. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa
sebanyak dua kelas, yaitu kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen A sebanyak
39 orang dan kelas XI IPA 6 sebagai kelas eksperimen B sebanyak 39 orang.
Kelas eksperimen A menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-
Pair-Share (TPS) dan kelas eksperimen B menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan essay test
sebanyak 5 soal dan telah dinyatakan valid oleh tim ahli. Hasil Uji validitas
dengan rtabel = 0,316 diperoleh bahwa soal tersebut valid dari 5 soal. Dan hasil
uji reliabilitas pada soal yang diberikan diperoleh sebesar 0,81. Sebelum
pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitas data. Dari
pengujian ini diperoleh bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal dan memiliki varians yang homogen. Dari analisis data pada kelas
eksperimen A diperoleh nilai rata-rata pre test 43,33 dan simpangan baku pre test
8,66 sedangkan nilai rata-rata post test 83,13 dan simpangan baku post test 10,35.
Pada kelas eksperimen B diperoleh nilai rata-rata pre test 40,97 dan simpangan
baku pre test 8,84 sedangkan nilai rata-rata post test 75,33 dan simpangan baku
post test 11,64. Dari analisis data post test dengan menggunakan uji-t pada taraf
= 0,05 diperoleh thitung = 3,13 dan ttabel = 1,662 yang ternyata thitung > ttabel
yaitu, 3,13 > 1,662 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan
bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)
berbantuan Geogebra lebih baik daripada siswa yang diajar dengan kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) berbantuan Geogebra pada materi
Transformasi.
 Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan yang memiliki karakteristik tertentu seperti
wawasan pengetahuan yang luas, kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan
sehari-hari yang dihadapinya serta sikap dan perilaku yang positif terhadap
lingkungan alam sekitarnya. Di dalam dunia pendidikan matematika memegang
peranan yang cukup penting. Matematika merupakan disiplin ilmu yang
mempunyai peranan penting baik dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai
disiplin ilmu maupun dalam memajukan ilmu pengetahuan dan perkembangan
teknologi modern. Berikut adalah soal uraian yang diberikan kepada siswa:
Sebuah persegi ABCD dengan koordinat titik A(-2, 2), B(1, 2), C(-2, -1), dan D(1,
-1) ditranslasikan oleh T sehingga dihasilkan bayangan persegi A’B’C’D’. Jika
diketahui B’(4, 2). Tentukan: a. Translasi T b. Bayangan titik A, C, dan D Dari
keseluruhan jawaban siswa di temukan kendala pada kemampuan pemecahan
masalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Medan yang berjumlah 39 siswa yang
diberikan tes tentang materi Transformasi, yaitu: 41,02% (16 siswa) dapat
memahami masalah dengan menuliskan yang diketahui dan ditanya pada soal
dengan benar, 38,46% (15 siswa) dapat merencanakan pemecahan masalah
dengan membuat gambar dan menuliskan rumus yang relevan dengan soal,
20,51% (8 siswa) dapat melaksanakan pemecahan masalah dengan menggunakan
langkah-langkah penyelesaian dan memiliki solusi yang benar, 17,94% (7 siswa)
memeriksa kembali hasil yang diperoleh dengan menuliskan hasil yang
ditanyakan di dalam soal dengan benar. Berdasarkan hasil tes diagnostik yang di
peroleh dari siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Medan dapat diketahui bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah, banyak siswa
yang mengalami kesulitan dalam menentukan konsep matematika yang akan
digunakan dalam menyelesaikan suatu pemasalahan. Siswa mengalami kesulitan
dalam mengaitkan antara yang diketahui dengan yang ditanya dari soal dan
banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memisalkan mengubah kalimat
soal kedalam kalimat matematika. Mereka cenderung mengambil kesimpulan
untuk melakukan operasi hitung pada bilangan-bilangan yang ada dalam soal
cerita tanpa memahami dan memikirkan apa yang diminta dalam soal. Siswa
masih mengalami kesulitan untuk menggunakan pengetahuannya. Dalam upaya
meningkatkan pembelajaran matematika yang menarik dan menyenangkan bagi
siswa masih diperlukan berbagai terobosan dalam mengembangkan inovasi
pembelajaran salah satunya melalui pengembangan media pembelajaran. Arsyad
(2008:4) mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara
lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar
bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Salah satu program
aplikasi (software) yang cukup baik untuk membuat bangun atau bentuk geometri
adalah software Geogebra. Geogebra merupakan salah satu software matematika
yang menggabungkan geometri, aljabar dan kalkulus.
 Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian semu (quasi eksperimen). Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 7 Medan. Sampel yang
diambil dalam penelitian berjumlah 78 siswa, yaitu kelas XI IPA 4 yang
berjumlah 39 siswa sebagai kelas eksperimen A yang diajarkan dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan Geogebra dan kelas
XI IPA 6 yang berjumlah 39 siswa sebagai kelas eksperimen B yang diajr dengan
kooperatif tipe STAD berbantuan Geogebra.
 Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
tes kemampuan pemecahan masalah matematik. Dalam penelitian ini tes dibagi atas
tes awal (pretes) untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah dan tes akhir
(post test) untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah setelah diberi
perlakuan. Dari hasil validasi perangkat pembelajaran oleh para ahli, diperoeh semua
perangkat pmbelajaran dapat dipakai untuk mengukur kemampuan siswa.. Kemudian
dari hasil validasi tes didapat bahwa tes kemampuan pemeahan masalah memiliki
tingkat validasi yang baik, reliebel yang sangat tinggi, tingkat kesukarannya sedang,
dan daya beda dapat diterima.

 Hasil dan Pembahasan


Data tentang hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematik yang
dilaksanakan pada kelas XI IPA 4 dan XI IPA 6. Hasil perhitungan berupa hasil
analisis data tes akhir yang dapat dilihat pada Tabel berikut :
Secara umum kemampuan pemecahan masalah matematik siswa masih jauh dari
yang diharapkan. Hal ini dilihat dari nilai rata-rata pre test pemecahan masalah
matematik siswa sebesar 43,33 pada kelas eksperimen A dan sebesar 40,97 pada kelas
eksperimen B. Namun model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) kelas
eksperimen A lebih berhasil untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematik siswa daripada kelas eksperimen B yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Dilihat dari nilai post test
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa menjadi meningkat 83,13 pada kelas
eksperimen A dan 75,33 pada kelas eksperimen B. Meskipun demikian, baik model
pembelajaran kooperatif tipe Think-PairShare (TPS) dan Student Teams Achievement
Division (STAD) ternyata sama-sama dapat meningkatkan pemecahan masalah
matematik siswa di kedua kelas tersebut pada materi Transformasi. Hal ini diperkuat
dengan meningkatnya nilai rata-rata post test.

 Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian dan analisis maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-PairShare (TPS) berbantuan Geogebra lebih baik daripada
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
berbantuan Geogebra di kelas XI SMA Negeri 7 Medan, hal ini dapat dilihat dari hasil
pengujian hipotesis dimana thitung > ttabl. Saran yang dapat diberikan pada jurnal ini
adalah guru harus menerapkan geogebra pada pembelajaran materi mengenai
transformasi.

2.3 Mini Riset


1. Dimanakah letak kendala siswa dalam mempelajari materi transformasi geometri?
Jawab: “Anak-anak tidak tahu cara membedakan yang manakah rotasi, translasi, dilastasi
dll. Jadi setiap mengerjakan soal yang kita berikan, mereka itu terpaksa melihat bentuk
dasarnya dulu, kemudian melihat rumusnya dikarenakan rumusnya yang juga banyak,
dan keteika kita menyuruh mereka mengerjakan soal tanpa melihat rumus, mereka
ngeblank lagi (bingung dan lupa) dalam arti lain mereka hanya bisa dengan text book
ketika mengerjakan soal dengan materi tersebut tanpa mereka memmahami, jadi kendala
utama sebenarnya adalah terletak dipemahaman konsep materi tersebut.
2. Apakah ketidakpahaman siswa terhadap materi tersebut ada kaitanya dengan metode dan
pendekatan belajar yang digunakan sehingga para siswa tersebut tidak memahami konsep
materi yang diajarkan?
Jawab:”Pada dasarnya setiap anak memiliki gaya belajarnya masing-masing, nah disini
kekurangan kami sebagai guru adalah kesulitan dalam memenuhi kebutuhan berbagai
macam gaya belajar dari masing-masing siswa dikelas, kan tidak mungkin siswa dengan
gaya belajar visual disamakan dengan siswa yang memiliki gaya belajar audio, apalagi
dengan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik, jadi gaya pembelajaran itu tidak
harus monoton sekedar text book saja, tetapi juga harus memakai banyak media dengan
diiringi dengan alat peraga, video pembelajaran, atau project tertentu yang membuat
siswa lebih aktif dalam belajar bersama-sama.
3. Bagaimana teknik anda sebagai seorang guru untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap konsep-konsep dalam materi trasnformasi geometri ?
Jawab:”Yang pertama pada saat menjelaskan materi kalau bisa menggunakan alat
pearaga atau program tertentu yang dapat membuat mereka mengerti misalnya pada
Translasi dimana posisinya sama dan hanya berpindah/bergeser dua langkah misalnya,
jika ini dibuat dalam bentuk video animasi berjalan pasti mereka akan mengerti, artinya
mereka itu dipancing bagaimana pemahaman mereka dalam bentu visual, audio dan
kinestetiknya karena itu hal mendasar yang dimiliki setiap peserta didik, karena model
belajar apapun yang digunakan jika kita mengetahui kemampuan dasar siswa saya rasa
akan berhasil. Siswa juga ditekankan lagi rasa percaya dirinya jika tidak paham agar
untuk tidak malu bertanya dan minder dengan teman-temannya.

2.4 Rekayasa Ide


Berdasarkan hasil mini riset yang telah kami lakukan terdapat kesulitan yang dialami
siswa dalam memahami materi transformasi geometri. Adapun solusi yang dapat dilalukan untuk
mengatasi kesulitan tersebut yaitu sebagai berikut :
 Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share.
 Menggunakan konsep gaya belajar dalam proses pembelajaran.
 Menggunakan media dalam kegiatan pembelajaran.

2.5 Projek
Berdasarkan solusi yang sudah kami paparkan pada bagian rekayasa ide, maka langkah –
langkah yang diperlukan untuk menerapkannya adalah :
 Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share merupakan struktur pembelajaran
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu
pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan
keterampilan siswa. Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat menarik
perhatian dan minat belajar siswa, karena pada saat proses pembelajaran siswa dituntut
untuk aktif dan mandiri dalam memahami konsep dari suatu permasalahan yang
diberikan oleh guru. Siswa dikondisikan untuk melakukan diskusi antar siswa, sehingga
selain siswa dapat berkreasi dengan idenya masing - masing, siswa juga dapat
mengemukakan idenya dengan kelompoknya serta mempresentasikan hasil disukusinya
kepada kelompok lain. Proses berfikir, diskusi, dan presentasi tersebut diharapkan
mampu meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.
 Gaya belajar merupakan kecenderungan siswa untuk mengadaptasi starategi tertentu
dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan
belajar yang sesuai dengan tuntutan belajar dikelas /disekolah,maupun tuntutan dari mata
pelajaran.
Konsep gaya belajar perseta didik sebagai berikut :
1. Visual ( belajar dengan cara melihat)
Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah
mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan
guru sebaiknya lebih banyak / dititik beratkan pada peragaan / media, ajak mereka
ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara
menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di
papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa
tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka
cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir
menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan
menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran
bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai
detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.
2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)
Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga
( alat pendengarannya ), untuk itu guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya
hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori
dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan
apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan
melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal
auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi
anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal
lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak,
menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam
karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa
yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
 Menggunakan media dalam kegiatan pembelajaran
Dengan menggunakan media pembelajaran, tentu kebanyakan akan mempermudah
siswa untuk memahami materi. Hal ini berupa pembelajaran menggunakan alat peraga,
video interaktif, atau program tertentu, yang mana media video berisikan berbagai
macam bentuk animasi dan simulasi visual untuk membangun ketertarikan dan minat
peserta didik terhadap materi yang diajarkan oleh guru. Sama halnya dengan media alat
peraga. Media ini dapat dibuat sekreatif dan semenarik mungkin untuk meningkatkan
kemauan peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan media pembelajaran
yang sesuai dengan kemajuan teknologi yaitu sebuah program tertentu, (geogebra)
diharapkan dapat mengatasi kejenuhan peserta didik pada saat proses pembelajaran.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pada buku yang digunakan oleh siswa menyajikan materi transformasi geometri
dimana menggunakan pendekatan saintifik yang mengajak siswa mengkonstruksi
sendiri pemahaman mengenai materi transformasi geometri, sehingga pembelajaran
akan bermakna dan mudah diingat oleh siswa. Sedangkan pada buku pembanding
penyajian materi tidak disertai dengan penyajian berdasarkan pendekatan saintifik,
hanya berfokus pada rumus-rumus yang harus diingat siswa dalam menyelesaikan
persoalan. Pada buku pegangan siswa tidak menyajikan banyak contoh soal yang
disertai penyelesaian mengenai transformasi geometri sehingga siswa bisa saja
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan perhitungan
mengenai transformasi geometri, sedangkan pada buku pembanding memiliki banyak
contoh soal dan penyelesaiannya yang juga disertai dengan rumus-rumus hapalan
yang memudahkan siswa menyelesaikan soal perhitungan. Pada buku pegangan siswa
materi mengenai transformasi geometri tidak selengkap dibandingkan dengan
transformasi geometri pada buku pembanding. Hal ini dilatarbelakangi karena pada
buku pegangan siswa materi transformasi geometri digabunggan dengan materi
kekongruenan dan kesebangunan. Adapun sub materi transposisi oleh matriks tidak
dibahas pada buku pegangan siswa, sedangkan pembanding membahasa materi
tersebut dilengkapi dengan contoh soal dan penyelesaiannya yang baik.
2. Jurnal dengan judul Transformasi Geometri Berbasis Discovery Learning Melalui
Pendekatan Etnomatika , penelitian berisi adalah menghasilkan bahan ajar berbasis
discovery learning melalui pendekatan etnomatematika pada materi transformasi
geometri yang layak (valid, praktis, dan efektif) dan sesuai kebutuhan peserta didik.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian dan Pengembangan (R&D) dengan
menggunakan model Plomp yang terdiri dari lima tahap yaitu prelimenary
investigation; realization/construction; test, evaluation and revision; dan
implementation. Jurnal dengan judul Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Think- Pair-Share Dan
Student Teams Achievement Division Berbantuan Geogebra Pada Materi
Transformasi Di Kelas Xi Sma Negeri 7 Medan dihasilkan kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-
PairShare (TPS) berbantuan Geogebra lebih baik daripada kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbantuan Geogebra
di kelas XI SMA Negeri 7 Medan.
3. Siswa kesulitan memahami konsep transformasi geometri karena pembelajaran yang
tidak menggunakan media, pembelajaran yang tidak disesuaikan dengan konsep gaya
belajar.
4. Solusi untuk mengatasi kesulitan siswa memahami materi transformasi geometri yaitu
: 1. Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share. 2.
Menggunakan konsep gaya belajar dalam proses pembelajaran. 3. Menggunakan
media dalam kegiatan pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai