Anda di halaman 1dari 8

TUGAS SKI

“Biografi Harun Ar-Rasyid”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2


KETUA : MUH. ARDHY SYAM
ANGGOTA : - NURUL ISMI UMAR
- FAUZIAH
- NAYLA ANGGUN
- RENI

MTS NEGERI LUWU UTARA


TAHUN AJARAN 2019/2020
Biografi Harun Ar- Rasyid

Harun Al-Rasyid lahir di Rayy pada tahun 766 dan wafat pada tanggal 24 Maret 809, d
Thus, Khurasan. Harun Al-Rasyid adalah kalifah kelima dari dinasti Abbasiyah dan memerintah
antara tahun 786 hingga 803. Ayahnya bernama Muhammad Al-Mahdi, khalifah yang ketiga dan
kakaknya, Musa Al-Hadi adalah kalifah yang ketiga.Ibunya Jurasyiyah dijuluki Khayzuran
berasal dari Yaman. Dalam usia yang relatif muda, Harun Al-Rasyid yang dikenal berwibawa
sudah mampu menggerakkan 95 ribu pasukan beserta para pejabat tinggi dan jenderal veteran.
Dari mereka pula, Harun banyak belajar tentang strategi pertempuran.pada tahun 163 H beliau
diangkat oleh ayahnya untuk menjadi gubernur di saifah dan pada tahun 164H beliau di beri
kewenangan untuk memimpin seluruh wilayah anbar dan negeri-negri di wilayah afrika utara.
Dua tahun setelah menjadi gubernur, sang ayah mengukuhkannya sebagai putera mahkota untuk
menjadi khalifah setelah saudaranya al-Hadi.Beliau menjadi khalifah menggantikan kakaknya,
al-Hadi pada tahun 170 H.Harun al-rasyid berkuasa selama kurang lebih 23 tahun dan pada masa
pemerintahanya islam mencapai puncak kejayaan.ia adalah seorang khalifah yang dicintai oleh
rakyatnya karena mempunyai jiwa murah hati dan kedermawanan yang tinggi
Beliau menjadi khalifah menggantikan kakaknya, al hadi pada tahun 170 H. Beliau
merupakan khalifah paling baik, dan raja dunia paling agung pada waktu itu. Beliau bisa
menunaikan haji setahun dan berperang selama setahun. Sekalipun sebagai seorang khalifah
beliau masih sempat shalat yang bila dihitung seharinya encapai seratus rakaat hingga beliau
wafat. Beliau tidak meninggalkan hal itu kecuali bila ada uzur. Demikian pula beliau bisa
bersedekah dari harta pribadinya setiap hari sebesar 1000 dirham.
Beliau orang yang mencintai ilmu dan penuntut ilmu mengangungkan kerhomatan islam
dan membenci debat kusir dalam agama dan perkataan yang bertantangan dengan kitabullah dan
assunah annabawiyah.Beliau berumrah tahun 179 H di bulan ramadhan dan terus dalam kondisi
ihram hingga melaksanakan kewajiban ibadah haji. Beliau berjalan kaki dari mekah ke padang
arafah. Beliau berhasil menguasai kota Hiracle dan menyebarkan pasukannya yang kemudian
menaklukan benteng Cicilia, Malconia, dan Cyprus. Lalu menawan penduduknya yang
berjumlah 1600 orang.
Khalifah Harun Ar-Rasyid meninggal dunia di Khurasan pada 3 atau 4 Jumadil Tsani 193
H/809 M setelah menjadi khalifah selama lebih kurang 23 tahun 6 bulan. Seperti ditulis Imam
As-Suyuthi, ia meninggal saat memimpin Perang Thus, sebuah wilayah di Khurasan. Saat
meninggal usianya 45 tahun, bertindak sebagai imam shalat jenazahnya adalah anaknya sendiri
yang bernama Shalih.
Daulah Abbasiyah dan dunia Islam saat itu benar-benar kehilangan sosok pemimpin yang
shalih dan adil, sehingga tak seorang pun yang teraniaya tanpa diketahui oleh Khalifah Harun
Ar-Rasyid dan mendapatkan perlindungan hukum yang sesuai.

Masa Ke Emasan Khalifah Harun Al Rasyid


Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Harun Ar-
Rasyid, seorang khalifah yang taat beragama, shalih, dermawan, hampir bisa disamakan dengan
Khalifah Umar bin Abdul Azis dari Bani Umayyah. Jabatan khalifah tidak membuatnya
terhalang untuk turun ke jalan-jalan pada malam hari, tujuannya untuk melihat keadaan rakyat
yang sebenarnya. Ia ingin melihat apa yang terjadi dan menimpa kaum lemah dengan mata
kepalanya sendiri untuk kemudian memberikan bantuan. Pada masa itu, Baghdad menjadi
mercusuar kota impian 1.001 malam yang tidak ada tandingannya di dunia pada abad
pertengahan. Daulah Abbasiyah pada masa itu, mempunyai wilayah kekuasaan yang luas,
membentang dari Afrika Utara sampai ke Hindukush, India. Kekuatan militer yang dimilikinya
juga sangat luar biasa.
Khalifah Harun Ar-Rasyid mempunyai perhatian yang sangat baik terhadap ilmuwan dan
budayawan. Ia mengumpulkan mereka semua dan melibatkannya dalam setiap kebijakan yang
akan diambil pemerintah. Perdana menterinya adalah seorang ulama besar di zamannya, Yahya
Al-Barmaki juga merupakan guru Khalifah Harun Ar-Rasyid, sehingga banyak nasihat dan
anjuran kebaikan mengalir dari Yahya. Hal ini semua membentengi Khalifah Harun Ar-Rasyid
dari perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari ajaran-ajaran Islam. Pada masa Khalifah Harun
Ar-Rasyid, hidup juga seorang cerdik pandai yang sering memberikan nasihat-nasihat kebaikan
pada Khalifah, yaitu Abu Nawas. Nasihat-nasihat kebaikan dari Abu Nawas disertai dengan
gayanya yang lucu, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Khalifah Harun Ar-Rasyid.
Suasana negara yang aman dan damai membuat rakyat menjadi tenteram. Bahkan pada
masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid sangat sulit mencari orang yang akan diberikan zakat, infak
dan sedekah, karena tingkat kemakmuran penduduknya merata. Di samping itu, banyak
pedagang dan saudagar yang menanamkan investasinya pada berbagai bidang usaha di wilayah
Bani Abbasiyah pada masa itu.
Setiap orang merasa aman untuk keluar pada malam hari, karena tingkat kejahatan yang
minim. Kaum terpelajar dan masyarakat umum dapat melakukan perjalanan dan penjelajahan di
negeri yang luas itu dengan aman. Masjid-masjid, perguruan tinggi, madrasah-madrasah, rumah
sakit, dan sarana kepentingan umum lainnya banyak dibangun pada masa itu.
Khalifah Harun Ar-Rasyid juga sangat giat dalam penerjemahan berbagai buku berbahasa
asing ke dalam bahasa Arab. Dewan penerjemah juga dibentuk untuk keperluan penerjemahan
dan penggalian informasi yang termuat dalam buku asing. Dewan penerjemah itu diketuai oleh
seorang pakar bernama Yuhana bin Musawih. Bahasa Arab ketika itu merupakan bahasa resmi
negara dan bahasa pengantar di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan bahkan menjadi alat
komunikasi umum. Karena itu, dianggap tepat bila semua pengetahuan yang termuat dalam
bahasa asing itu segera diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Khalifah Harun Ar-Rasyid meninggal dunia di Khurasan pada 3 atau 4 Jumadil Tsani 193
H/809 M setelah menjadi khalifah selama lebih kurang 23 tahun 6 bulan. Seperti ditulis Imam
As-Suyuthi, ia meninggal saat memimpin Perang Thus, sebuah wilayah di Khurasan. Saat
meninggal usianya 45 tahun, bertindak sebagai imam shalat jenazahnya adalah anaknya sendiri
yang bernama Shalih.
Daulah Abbasiyah dan dunia Islam saat itu benar-benar kehilangan sosok pemimpin yang
shalih dan adil, sehingga tak seorang pun yang teraniaya tanpa diketahui oleh Khalifah Harun
Ar-Rasyid dan mendapatkan perlindungan hukum yang sesuai.
Era keemasan Islam (The Golden Ages of Islam) tertoreh pada masa ke pemimpinannya.
Perhatiannya yang begitu besar terhadap kesejahteraan rakyat serta kesuksesannya mendorong
perkembangan ilmu pengetahuan, tekonologi, ekonomi, perdagangan, politik, wilayah
kekuasaan, serta peradaban Islam telah membuat Dinasti Abbasiyah menjadi salah satu negara
adikuasa dunia di abad ke-8 M.
Harun Ar-Rasyid adalah Amir para Khalifah Abbasiyah. Dia adalah raja agung pada
zamannya. Konon, kehebatannya hanya dapat dibandingkan dengan Karel Agung (742 M – 814
M) di Eropa. Pada masa kekuasaannya, Baghdad ibu kota Abbasiyah – menjelma menjadi
metropolitan dunia. Jasanya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban hingga abad ke-21
masih dirasakan dan dinikmati masyarakat dunia.
Sejak belia, Harun Ar-Rasyid ditempa dengan pendidikan agama Islam dan pemerintahan
di lingkungan istana. Salah satu gurunya yang paling populer adalah Yahya bin Khalid. Berbekal
pendidikan yang memadai, Harun pun tumbuh menjadi seorang terpelajar. Harun Ar-Rasyid
memang dikenal sebagai pria yang berotak encer, berkepribadian kuat, dan fasih dalam
berbicara.
Ketika tumbuh menjadi seorang remaja, Harun Ar-Rasyid sudah mulai diterjunkan
ayahnya dalam urusan pemerintahan. Kepemimpinan Harun ditempa sang ayah ketika dipercaya
memimpin ekspedisi militer untuk menaklukkan Bizantium sebanyak dua kali. Ekspedisi militer
pertama dipimpinnya pada 779 M – 780 M. Dalam ekspedisi kedua yang dilakukan pada 781-
782 M, Harun memimpin pasukannya hingga ke pantai Bosporus. Dalam usia yang relatif muda,
Harun Ar-Rasyid yang dikenal berwibawa sudah mampu menggerakkan 95 ribu pasukan beserta
para pejabat tinggi dan jenderal veteran. Dari mereka pula, Harun banyak belajar tentang strategi
pertempuran.
Sebelum dinobatkan sebagai khalifah, Harun didaulat ayahnya menjadi gubernur di As-
Siafah tahun 779 M dan di Maghrib pada 780 M. Dua tahun setelah menjadi gubernur, sang ayah
mengukuhkannya sebagai putera mahkota untuk menjadi khalifah setelah saudaranya, Al-Hadi.
Pada 14 Septempber 786 M, Harun Ar-Rasyid akhirnya menduduki tahta tertinggi di Dinasti
Abbasiyah sebagai khalifah kelima.
Harun Ar-Rasyid berkuasa selama 23 tahun (786 M – 809 M). Selama dua dasawarsa itu,
Harun Ar-Rasyid mampu membawa dinasti yang dipimpinnya ke puncak kejayaan. Ada banyak
hal yang patut ditiru para pemimpin Islam di abad ke-21 ini dari sosok raja besar Muslim ini.
Sebagai pemimpin, dia menjalin hubungan yang harmonis dengan para ulama, ahli hukum,
penulis, qari, dan seniman.
Ia kerap mengundang para tokoh informal dan profesional itu ke istana untuk
mendiskusikan berbagai masalah. Harun Ar-Rasyid begitu menghagai setiap orang. Itulah salah
satu yang membuat masyarakat dari berbagai golongan dan status amat menghormati,
mengagumi, dan mencintainya. Harun Ar-Rasyid adalah pemimpin yang mengakar dan dekat
dengan rakyatnya. Sebagai seorang pemimpin dan Muslim yang taat, Harun Ar-Rasyid sangat
rajin beribadah. Konon, dia terbiasa menjalankan shalat sunat hingga seratus rakaat setiap
harinya. Dua kali dalam setahun, khalifah kerap menunaikan ibadah haji dan umrah dengan
berjalan kaki dari Baghdad ke Mekkah. Ia tak pernah lupa mengajak para ulama ketika
menunaikan rukun Islam kelima. Jika sang khalifah tak berkesempatan untuk menunaikan ibadah
haji, maka dihajikannya sebanyak tiga ratus orang di Baghdad dengan biaya penuh dari istana.
Masyarakat Baghdad merasakan dan menikmati suasana aman dan damai di masa
pemerintahannya. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid tak mengenal
kompromi dengan korupsi yang merugikan rakyat. Sekalipun yang berlaku korup itu adalah
orang yang dekat dan banyak berpengaruh dalam hidupnya. Tanpa ragu-ragu Harun Ar-Rasyid
memecat dan memenjarakan Yahya bin Khalid yang diangkatnya sebagai perdana menteri
(wazir).
Harun pun menyita dan mengembalikan harta Yahya senilai 30,87 juta dinar hasil korupsi
ke kas negara. Dengan begitu, pemerintahan yang dipimpinnya bisa terbebas dari korupsi yang
bisa menyengsarakan rakyatnya. Pemerintahan yang bersih dari korupsi menjadi komitmennya.
Konon, Harun Ar-Rasyid adalah khalifah yang berperawakan tinggi, bekulit putih, dan tampan.
Di masa kepemimpinannya, Abbasiyah menguasai wilayah kekuasaan yang terbentang luas dari
daerah-daerah di Laut Tengah di sebelah Barat hingga ke India di sebelah Timur. Meski begitu,
tak mudah bagi Harun Ar-Rasyid untuk menjaga keutuhan wilayah yang dikuasainya.
Berbagai pemberontakan pun tercatat sempat terjadi di era kepemimpinannya.
Pemberontakan yang sempat terjadi di masa kekuasaannya antara lain; pemberontakan Khawarij
yang dipimpin Walid bin Tahrif (794 M); pemberontakan Musa Al-Kazim (799 M); serta
pemberontakan Yahya bin Abdullah bin Abi Taglib (792 M). Salah satu puncak pencapaian yang
membuat namanya melegenda adalah perhatiannya dalam bidang ilmu pengetahuan dan
peradaban. Di masa kepemimpinannya terjadi penerjemahan karya-karya dari berbagai bahasa.
Inilah yang menjadi awal kemajuan yang dicapai Islam. Menggenggam dunia dengan
ilmu pengetahuan dan perabadan. Pada era itu pula berkembang beragam disiplin ilmu
pengetahuan dan peradaban yang ditandai dengan berdirinya Baitul Hikmah – perpustakaan
raksasa sekaligus pusat kajian ilmu pengetahuan dan peradaban terbesar pada masanya. Harun
pun menaruh perhatian yang besar terhadap pengembangan ilmu keagamaan. Sang khalifah tutup
usia pada 24 Maret 809 M pada usia yang terbilang muda 46 tahun. Meski begitu pamor dan
popularitasnya masih tetap melegenda hingga kini. Namanya juga diabadikan sebagai salah satu
tokoh dalam kitab 1001 malam yang amat populer. Pemimpin yang baik akan tetap dikenang
sepanjang masa.

Kemajuan Kepeminpinan Harun Al Rasyid

Pemerintahan
Khalifah Harun ar-Rasyid sendiri begitu cekap dalam menguruskan pentadbiran Beliau telah
dapat membanteras segala kekacauan dan pemberontakan di dalam negaranya dengan pelbagai
rintangan dan dugaan.
Beliau begitu mengambil berat terhadap kredibiliti tentera-tenteranya dan juga memberi
perlindungan serta keselamatan untuk kesejahteraan rakyatnya.

Ekonomi
Banyak perubahan yang dilakukan oleh beliau dalam membangunkan ekonomi dengan
melakukan aktiviti perdagangan, perniagaan dan membawa pedagang-pedagang asing untuk
berniaga di Kota Baghdad.
Disebabkan usaha inilah, ramai pedagang-pedagang asing yang datang membawa barangan
mereka untuk diniagakan di Kota Baghdad.

Hubungan diplomatik
Beliau juga mengadakan hubungan yang baik dengan kuasa-kuasa asing, antaranya kerajaan
Byzantium, Peranchis dan keluarga al-Barmaki.
Perhubungan ini bertujuan untuk pendamaian antara kedua-dua belah pihak melalui pembayaran
ufti antara Kota Bahgdad dengan kerajaan Byzantium.

Perkembangan Ilmu
Khalifah harun ar-Rasyid dikenali sebagai tokoh negarawan terulung kerana usaha beliau dalam
penyebaran ilmu pengetahuan. Oleh kerana itulah, beliau membuka Baitul Hikmah iaitu institusi
kebudayaan dan pusat kegiatan ilmu pengetahuan. Disamping itu juga, seseorang khalifah harus
tahu untuk membangunkan dan memajukan negara agar menjadi sebuah negara yang maju dalam
pelbagai bidang sama ada ekonomi, politik mahupun sosial. Ilmu pengetahuan sangat penting
yang seharusnya ada dalam diri seorang khalifah. Beliau juga mempunyai pengalaman yang
cukup luas dalam mentadbir Kota Baghdad selama 23 tahun.

Kemajuan Intelektual
Kemajuan intelektual yang dicapai oleh Khalifah Harun ar-Rasyid juga adalah salah satu
sumbangan yang besar diberikan oleh baginda. Terdapat buku-buku yang berupa terjemahan
ilmu dari luar ataupun disusun oleh intelektual Islam tergolong dalam kemajuan intelektual.
Beliau dianggap sebagai penaung bagi semua kegiatan ilmu pengetahuan kerana beliau
sering kali menganjurkan majlis forum, syarahan dan perbahasan, yang mana akan dihadiri oleh
orang ramai dan golongan intelektual di masjid

Baitul hikmah
Satu lagi sumbangan Khalifah ar-Rasyid yang sangat besar kepada kerajaan Abbasiyah ialah
dengan tertubuhnya Baitul Hikmah.Sikap prihatin beliau dalam bidang ilmu pengetahuan
mendorong beliau untuk menubuhkan institusi itu sebagai satu tempat penyebaran ilmu
pengetahuan. Semua kegiatan keilmuan ini merupakan satu usaha yang cemerlang dilakukan
oleh beliau ketika mentadbir kerajaan Abbasiyah. Baitul Hikmah ini juga menggabungkan
pelbagai fungsi antaranya ialah sebagai tempat penyimpanan buku-buku, pengumpulan buku,
perpustakaan, pusat akademik dan balai penterjemahan. Ia juga merupakan lambang pendidikan
yang terpenting dan telah dapat menandingi kemasyhuran Perpustakaan Iskandariah.
Pembinaan Baitulhikmah yang merupakan sebuah institusi keilmuan yang ditubuhkan
oleh khalifah Harun al- Rashid turut berkembang secara meluas dan mencapai kegemilangannya
pada zaman pemerintahan Khalifah al- Makmun. Hasilnya, aktiviti penterjemahan dijalankan
dengan pesat dan menjadi lebih sistematik. Penterjemahan karya falsafah dan sains, khususnya
daripada bahasa Yunani menjadi kegiatan utama. Menjadi pusat pengajian yang menjadi
tumpuan para ilmuwan dalam pelbagai bidang. Keberkesanan pemerintahannya dalam bidang
penulisan pula boleh dilihat melalui tiga tahap. Tahap yang pertama ialah mencatat segala
percakapan atau idea. Beliau mengumpul idea yang serupa atau mengumpul hadis Nabi
Muhammad s.a.w. ke dalam sebuah buku.
Tahap yang kedua pula mengarang. Terdapat golongan ulama yang terlibat dalam
penulisan pada zaman pemerintahannya. Ramai ulama menyusun hadis dan menghasilkan tulisan
dalam bidang fikah, tafsir, sejarah, dan sebagainya seperti Imam Malik menyusun buku al-
Muwatta’, Ibn Ishaq menyusun sejarah hidup Nabi Muhammad s.a.w., Abu Hanifah menyusun
fikah dan pendapat ijtihad.
Tahap ketiga pula ialah penterjemahan. Penterjemahan pada masa itu mula dibuat
daripada bahasa Sanskrit, Suriani, dan Yunani kepada Bahasa Arab. Dua perkara penting
berkaitan dengan penterjemahan ialah, di samping menterjemah, orang Islam mencipta dan
membuat pembaharuan dalam karya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Huraian dan
penambahbaikan dibuat terhadap karya dengan memuatkan keterangan dan ulasan. Selain
itu,Orang Islam berperanan penting dalam berbakti kepada kebudayaan dunia kerana mereka
berjaya memelihara warisan ilmu daripada lenyap semasa masyarakat Eropah dilanda Zaman
Gelap.
Penubuhan pusat pengajian tinggi dapat mempertingkatkan kegiatan penyelidikan.
Hasil kajian sarjana Islam tersebar ke Eropah dan sejumlah hasil kajian diterjemahkan ke dalam
bahasa asing. Perkembangan ini membawa kepada kebangkitan Eropah.
Perkembangan tamadun Islam di Kota Baghdad dan Cordova memberi sumbangan yang
besar kepada perkembangan keilmuan di Eropah dan perkembangan keilmuan di Eropah
melahirkan zaman pemulihan budaya atau Renaissance.
Penulisan karya dalam pelbagai bidang oleh para ilmuan Islam telah mempertingkatkan
pengetahuan manusia sezaman dan meninggalkan warisan yang amat ternilai kepada generasi
kemudian. Kegigihan masyarakat Islam menimba ilmu daripada pelbagai sumber asing banyak
memberi faedah kepada orang Islam sendiri. Para ilmuan Islam telah memperbaiki dan
meningkatkan mutu karya sehingga berlakunya percambahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Hasilnya, pada zaman pemerintahannya itu sudah terdapat sekitar 800 orang
doktor.

Anda mungkin juga menyukai