Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH LUKA BAKAR

NAMA KELOMPOK :

1. ADELIA FERA SEPTA


2. DHEA PUTI AGNECIA
3. FERDY BAYU SAPUTRA
4. I GUSTI PUTU SUWISNO
5. NAUFA ALYA SYAFIATI
6. NOVITA LINA SARI

KELAS : III.B

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA WACANA METRO

T.A 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “LUKA
BAKAR”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Metro, 23 September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................
1.1 latar belakang ...........................................................................................
1.2 rumusan ....................................................................................................
1.3 tujuan penulisan .......................................................................................
Bab 2 pembahasan .........................................................................................
2.1 definisi......................................................................................................
2.2 etiologi ....................................................................................................
2.3 tanda dan gejala........................................................................................
2.4 patofisiogiif .............................................................................................
2.5 klasifikasin ..........................................................................................
2.6 pemeriksape penunjang ............................................................................
2.7 proses keperawatan .................................................................................
Bab 3 kasus ....................................................................................................
3.1 kasus .........................................................................................................
Bab 4 penutupan ............................................................................................
4.1 kesimpulan ...............................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang
berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan
cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya.
Penyebab luka bakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga
karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api
atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan
rumah tangga (Sjamsuhidajat, 2005 ).
Dengan memperhatikan prinsip- prinsip dasar resusitasi pada trauma dan
penerapannya pada saat yang tepat diharapkan akan dapat menurunkan sekecil mungkin
angka- angka tersebut diatas. Prinsip- prinsip dasar tersebut meliputi kewaspadaan akan
terjadinya gangguan jalan nafas pada penderita yang mengalami trauma inhalasi,
mempertahankan hemodinamik dalam batas normal dengan resusitasi cairan, mengetahui dan
mengobati penyulit- penyulit yangmungkin terjadi akibat trauma listrik, misalnya
rabdomiolisis dan disritmia jantung. Mengendalikan suhu tubuh dan menjuhkan /
mengeluarkan penderita dari lingkungan trauma panas juga merupakan prinsip utama dari
penanganan trauma termal ( American College of Surgeon Committee on Trauma, 1997).
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap
kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi,
mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai
organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi
citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang
sebagian besar dapat dicegah ( Horne dan Swearingen, 2000 )
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi, Etiologi dan Patofisiologi Luka Bakar ?
2. Bagaimana pengkajian pada klien Luka Bakar ?
3. Diagnosa Keperawatan apa yang muncul pada Klien Luka Bakar dan Intervensinya ?

4
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan Luka Bakar.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Luka Bakar.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan
Luka Bakar.
c. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan Luka
Bakar.
d. Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada klien dengan
Luka Bakar.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung
atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal),
atau radiasi (radiation).
Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu panas, kimia,
elektrik, radiasi dan thermal. (Djohansjah, M, dkk, 2009: 365)
Luka bakar adalah luka yang terjadi bila sumber panas bersentuhan dengan tubuh atau
jaringan dan besarnya luka ditentukan oleh tingkat panas atau suhu dan lamanya terkena.
(Doengoes, Marilynn E.2000 )
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh karena kontak lansung atau bersentuhan
langsung atau tidak langsung dengan panas, kimia dan sumber lain yang menyebabkan
terbakar. (Hudak & Gallo, 2010 : 927)
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD
Dr.Soetomo, 2011).
Luka bakar adaalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan
oleh trauma benda tajam ataau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik
atau gigitan hewan (buku Ilmu Ajar bedah Syamsu hidayat)
2.2 Etiologi
2.2.1 Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melalui konduksi
atau radiasi elektromagnetik.
a. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)
b. Seperti Gas,cairan, bahan padat (solid)
c. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
d. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
e. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

6
2.2.2 Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
a. Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena adanya
cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi
cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.
b. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan
(kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan penguapan
cairan tubuh disertai panas/energi.
c. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah pada
fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan
deformitas lainnya.
2.3 Tanda dan Gejala
2.3.1 Derajat I (superficial)
a. Lapisan luar epidermis terbakar
b. Edema Kulit kering
c. Pucat saat ditekan
d. Eritema ringan hebat
2.3.2 Derajat II (parsial)
a. Mengenai epidermis
b. Bila dibersihkan tampak homogeny
c. Pucat bila ditekan
d. Kemerahan dan kulit melepuh
e. Sensitif terhadap dingin
2.3.3 Derajat III
a. Mengenai seluruh lapisan kulit
b. Warna merah tua, hitam, putih atau cokelat
c. Permukaan kering dan edema
d. Kerusakan jaringan lemak terlihat
2.3.4 Derajat IV
a. Mengenai seluruh jaringan dibawah kulit
b. Kerusakan jaringan seluruh lapisan kulit

7
c. Mengenai muskulus dan tulang (Hudak & Gallo : 2009)
Luka bakar menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan suhu
jaringan lunak, permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi kehilangan cairan, dan
viskositas plasma meningkat dengan resultan pembentukan mikrotrombus. Hilangnya cairan
dapat menyebabkan hipovolemi dan syok, tergantung banyaknya cairan yang hilang dan
respon terhadap resusitasi. Luka bakar juga menyebabkan peningkatan laju metabolik dan
energi metabolisme.
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya
meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar dinyatakan
dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat untuk menentukan
luas luka bakar, yaitu:
 Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak
tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung
pada pasien dengan derajat luka II atau III.
 Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’,
yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas
kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta
tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus
ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.

8
2.4 Patofisiologi
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah sehingga air,
klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat
berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock ( shock Hipovolemik )
merupakan komplikasi yang sering terjadi, manisfestasi sistemik tubuh trhadap kondisi ini
adalah :
2.4.1 Respon kardiovaskuler
Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melelui kebocoran kapiler
mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan yang diikuti
dengan penurunan curah jantung Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada
organ mayor edema menyeluruh.
2.4.2 Respon Renalis
Dengan menurunnya volume inravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun
mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal.
2.4.3 Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal.
Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon
endokrin terhadap adanya perlukaan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi
abdomen, muntah dan aspirasi.
2.4.4 Respon Imonologi
Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari organisme yang
masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk
kedalam luka.
2.5 Klasifikasi
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
2.5.1 Luka bakar mayor
Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-
anak.
a. Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
b. Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
c. Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan
luasnya luka.
d. Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.

9
2.5.2 Luka bakar moderat
a. Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
b. Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
c. Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
2.5.3 Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992)
adalah :
a. Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 %
pada anak-anak.
b. Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
c. Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
d. Luka tidak sirkumfer.
e. Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dignostik
1. Laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit, Ureum,
Kreatinin, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, Analisa gas darah (bila
diperlukan), dan lain – lain.
2. Rontgen : Foto Thorax, dan lain-lain.
3. EKG
4. CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih dari
30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak.
2.7 KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data Subyektif
1. Umur
2. Penyebab
3. Lamanya kontak
4. Ada tidaknya asap, gangguan jalan nafas
5. Lokasi terjadi : tertutup  keracunan CO
6. Pengobatan yang diberikan
7. Riwayat penyakit yang diderita (DM, Jantung, Epilepsi, dll)
Data Obyektif

10
1. Tanda-tanda vital
2. Luas luka bakar
3. Kedalaman luka bakar
4. Kotoran
5. Daerah yang terbakar
6. Gejala hypovolemik syok
2.Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan ujung-ujung saraf karena luka bakar
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan edema dan efek dari inhalasi asap
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakkan
kulit, rauma jaringan prosedur invasif
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan ketahanan dan kekuatan otot.
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit

11
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa
No Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC
Keperawatan

1 Nyeri Akut - Level Nyeri - lakukan pengkajian nyeri


berhubungan dengan- Kotrol Nyeri secara komprehensif .
Kerusakan ujung – - Comfort level - Atur posisi tidur senyaman
ujung saraf karena Kriteria Hasil : mungkin
luka bakar. - Pasien mampu mengontrol - Bantu Pasien untuk
nyeri (atahu penyebab nyeri, berfokus pada aktivitas,
mampu menggunakan tehnik bukan pada nyeri dan rasa
nonfarmakologi untuk tidak nyaman dengan
mengurangi nyeri). melakukan pengalihan
- Pasien melaporkan bahwa melalui televise, radio dan
nyeri berkurang dengan interaksi dengan pengunjung.
menggunakan manajemen - Ajarkan Pasien tentang
nyeri. Relaksasi untuk mengatasi
- Pasien mengenali skala nyeri.
nyeri, frekuensi dan tanda- - Kontrol lingkungan yang
tanda nyeri) dapat mempengaruhi nyeri.
- pasien menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang.

2 Pola nafas tidak - Status respirasi - Buka jalan nafas, gunakan


efektif berhubungan - Airway patency tekhnik chin lift atau jaw
dengan edema dan - Vital sign status thrust bila perlu
efek dari inhalasi Kriteria hasil : - Auskultasi suara nafas, catat
asap. - Pasien mampu batuk efektif adanya suara tambahan.
- Suara nafas bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
Pasien dapat mempelihatkan

12
jalan nafas yang paten (tidak
merasa tercekik, irama nafas
normal, frekuensi nafas dalam
rentang normal.

3. Kekurangan volume Kriteria Hasil : - Monitor status cairan


cairan berhubungan - Mempertahankan urine termasuk intake dan output
dengan output yang output 30 ml/jam. cairan.
berlebihan - Tekanan darah, nadi, suhu - Monitor respon pasien
tubuh dalam batas normal. terhadap penambahan cairan.
Tidak ada tanda – tanda - Dorong pasien untuk
dehidrasi, elastisitas kulit baik menambah intake oral.
- Monitor tanda vital.

4 Resiko Infeksi b/d Infeksi tidak terjadi - Kaji tanda – tanda infeksi
tidak adekuatnya Kriteria Hasil : - Meminimalkan penyebaran
pertahanan primer, - Jumlah Leukosit DBN agens infeksius.
kerusakan kulit, - Pasien terbebas dari tanda - Pantau penampilan Luka
trauma jaringan dan gejala infeksi.Pasien. bakar dan area luka bakar.
prosedur invasif. - Memperlihatkan hygiene - Bersihkan area luka bakar
personal yang ade kuat setiap hari dan lepaskan
- Pembentukan jaringan jaringan nekrotik.
granulasi baik.

5 Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas - Bantu pasien untuk


b/d penurunan Kriteria Hasil : mengidentifikasi pilihan
ketahanan dan - Pasien dapat aktivitas.
kelkuatan otot mengidentifikasi aktivitas atau - Fasilitasi latihan otot resistif
situasi yang menimbulkan secara rutin untuk untuk
nyeri yang dapat mempertahankan atau

13
mengakibatkan intoleransi meningkatkan kekuatan otot
aktivitas. - Bantu dan arahkan pasien
- Pasien memperlihatkan untuk mengenali aktivitas
aktivitas sehargi – hari dengan kehidupan sehari – hari yang
beberapa bantuan. dapat dilakukan.

6 Kerusakan Integritas Kriteria Hasil : - Anjurkan Pasien untuk


Kulit berhubungan - Menunjukkan regenerasi memakai pakaian yang
dengan kerusakan yang telah dicapai oleh sel longgar
permukaan kulit. dan jaringan setelah - Hindari kerutan pada tempat
penutupan yang diharapkan. tidur.
- Mencapai penyembuhan - Kumpulkan dan analisa data
tepat waktu pada area luka pasien untuk
bakar. mempertahankan integritas
kulit dan membrane mukosa.
- Lakukan perawatan luka
atau perawatan kulit secara
rutin.
- Ubah dan atur posisi pasien
sesering mungkin.

14
BAB III
KASUS

3.1 KASUS
Rumah Terbakar Tewaskan 2 Perempuan, Diskar: Korban Kehabisan Oksigen

Bandung - Kebakaran menghanguskan satu buah rumah di Gang Masjid RT 04/01, Kelurahan
Maleber, Kecamatan Andir, Kota Bandung, Senin (24/6/2019). Dua perempuan, Suratmih
(85) dan Yani (59), tewas dalam kejadian tersebut. Korban kehilangan nyawa akibat
kehabisan oksigen.

Pantauan detikcom di lapangan, sekitar pukul 12.00 WIB, petugas dari Dinas Kebakaran dan
Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung sudah berhasil memadamkan api.
Insiden kebakaran ini berlangsung pukul 10.15 WIB.

Berdasarkan informasi yang dihimpun api diduga bersumber dari tungku. Tidak lama
berselang api membesar dan menghanguskan seisi rumah. Kedua korban terjebak di dalam
rumah saat api berkobar dan menghirup asap.

"Dalam kejadian dua orang meninggal dunia, mereka kehabisan oksigen," kata Kepala Diskar
PB Kota Bandung Dadang Iriana saat ditemui di lokasi kebakaran.

Dadang menjelaskan petugas cukup kesulitan masuk area kebakaran karena sempitnya akses.
Namun akhirnya api berhasil dipadamkan.

"Pemadaman dan pendinginan dilakukan 10 menit. Kita kesulitan karena lokasinya padat
penduduk," ujar Dadang.

Untuk kepentingan lebih lanjut polisi menggelar olah tempat kejadian perkara (TKP). Warga
setempat berkerumun melihat sisa-sisa kebakaran.
(mso/bbn

3.2 Penjelasan

Dari kasus diatas dapat disimpilkan bahwa korban jiwa meninggal karena kekurang
oksigen akibat terlalu banyak menghirup asap kebakaran yang mengakibat kan odema laring
sehingga dapat tertutup jalan pernapasannya karena asap terlalu panas terjadi trauma suhu
sehingga mukosa jalan napas terjadi inflamasi dan edema . Asap kebakaran megandung gas
yang bersifat aspiksia dan iritan, jika menghirup gas tersebut akan mengakibatkan
kekurangan oksigen. Menghirup gas co2 terlalu banyak dapat mengakibatkan kematian.

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap
kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit yang melindungi tubuh dari infeksi,
mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai
organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi
citra tubuh.
Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang
sebagian besar dapat dicegah.
Luka bakar adalah kerusakan atau keghilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
Luka Bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.

4.2 Saran
Agar pembaca memahami dan mengerti tentang Luka bakar, tingkat luka bakar,
tindakan pada luka bakar agar dapat bermanfaat serta berguna bagi pembaca dan masyarakat
umum.

16
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather.2012.Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Hardri Kusuma.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC_NOC.Yogyakarta : Penerbit Media Action Publising.

Smeltzer & Bare.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8 volume 3. Jakarta : Penerbit
Buku Kedoktean EGC.

Wilkinson, Judith M dan nancy R. Ahern.2011.Buku saku diagnosis keperawatan : Diagnosis


NANDA, Intervensi NIC, criteria hasil NOC.Edisi 9. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai