TINJAUAN PUSTAKA
hamil, bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuria,
dan edema, yang terkadang disertai dengan kejang dan koma. Keracunan kehamilan
mempunyai tensi normal, atau dapat memperberat hipertensinya pada mereka yang
oleh kehamilan. Kejang-kejang dapat timbul pada keadaan hipertensi, terutama pada
komplikasi kehamilan dan sebagai salah satu dari trias komplikasi, yang tetap
2.1.1. Preeklampsia
edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada ibu hamil
dengan usia kehamilan di atas 20 minggu atau dalam trimester ketiga kehamilan.
Hipertensi apabila :
yang biasanya.
yang biasanya.
Edema apabila terjadi penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam
jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.14 Kenaikan berat badan yang mendadak
sebanyak 1 kg atau lebih dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan adalah indikasi
preeklampsia.16
Proteinuria adalah konsentrasi protein dalam urine melebihi 0,3 g/liter dalam
urine 24 jam yang dikeluarkan dengan kateter yang diambil minimal dua kali dengan
jarak waktu enam jam.17 Biasanya proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi
dan kenaikan berat badan, karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup
serius.18
a. Preeklampsia ringan
Preeklampsia ringan apabila ditemukan adanya dua dari tiga jenis gejala yaitu
≥ 15 mmHg teta
mmHg atau kenaikan tekanan darah diastolik pi kurang dari
160/110 mmHg.
iii. Edema pada kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau
b. Preeklampsia berat
proteinuria ≥ 5 gr/l dalam urine 24 jam, edema paru dan sianosis. Disamping itu, bisa
juga ditemukan satu atau lebih gejala atau tanda di bawah ini :19
iii. Nyeri epigastrium dan nyeri pada kuadran kanan atas abdomen.
iv. Trombositopenia.
vi. Adanya HELLP syndrome ( Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelet
Count).
2.1.2. Eklampsia
Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “Halilintar”. Kata
tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Eklampsia merupakan penyakit akut yang
timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang ditandai dengan kejang
Eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam masa nifas
didahului oleh preeklampsia, sangat penting pengawasan antenatal yang teliti dan
teratur. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejang yang diikuti
oleh koma.20
Bola mata penderita terbuka, berputar atau membelalak, tanpa melihat, kelopak
mata bergetar demikian juga dengan otot tangan kejang-kejang. Terjadi penurunan
Dalam tingkat ini seluruh otot berkontraksi dengan kuat, tangan menggenggam,
dan kaki membengkok ke dalam. Pernapasan berhenti, anggota badan dan bibir
menjadi biru, gigi terkatup dan mata menonjol, muka menjadi sianotik, lidah dapat
Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut
membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi. Bola mata menonjol, dari mulut
keluar air liur yang berbusa, muka menunjukkan kongesti dan sianosis.12 Penderita
menjadi tidak sabar dan pernapasan sulit. Kejang berhenti dan penderita menaruk
kembali. Selama serangan tekanan darah tinggi, nadi cepat dan suhu tubuh
tergigit, nafas ngorok dan cepat, muka bengkak, selanjutnya dapat terjadi kejang
2.2. Patofisiologi
diantaranya adalah :
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari
miometrium berupa arteri arkuarta dan arteri arkuarta memberi cabang arteria
radialis. Arteria radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri
basalis memberi cabang arteria spiralis dan dengan sebab yang belum jelas, terjadi
invasi trofoblas kedalam lapisan otot arteria spiralis, yang menimbulkan degenerasi
lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga
memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur
dan memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan
vasodilatasi lumen arteri spiralis ini memberi dampak penurunan tekanan darah,
plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
meningkat, sehingga juga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini
Pada keracunan kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan
otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi
tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami
dan terjadi kegagalam “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah utero
plasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Dampak iskemia
Diameter rata-rata arteri spiralis pada hamil normal adalah 500 mikron,
sedangkan pada preeklampsia rata-rata 200 mikron. Pada hamil normal vasodilatasi
lumen arteri spiralis dapat meningkatkan 10 kali aliran darah ke utero plasenta.18
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia dan menghasilkan oksidan (disebut
juga radikal bebas). Oksidan dan radikal bebas adalah senyawa penerima elektron
atau atom/molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan. Salah satu
oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang
sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Sebenarnya
mungkin dahulu dianggap sebagai bahan toksin yang beredar dalam darah, maka dulu
sel, yang banyak mengandung asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak.
Peroksida lemak selain akan merusak membran sel, juga akan merusak nukleus, dan
protein sel endotel. Produksi oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang bersifat toksis
dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan peroksida lemak
yang relatif tinggi. Peroksida lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksis
ini akan beredar diseluruh tubuh dalam aliran darah dan akan merusak membran sel
endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida
lemak karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan mengandung
banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap
kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel.
rusaknya seluruh struktur sel endotel yang mengakibatkan disfungsi sel endotel maka
darah.
endotheliosis).
Wanita yang hamil normal respon imunnya tidak menolak adanya “hasil
konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocyte antigen
protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi respon imun, sehingga si
ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G pada plasenta dapat
melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel natural killer (NK) ibu.14
desidua ibu. Jadi HLA-G merupakan prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas
kedalam jaringan desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel natural killer. Pada
Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur
mempunyai proporsi Helper Sel yang lebih rendah dibanding pada normotensif.14
normal. Refrakter berarti pembuluh darah tidak peka terhadap rangsangan bahan
vasopresor atau dibutuhkan kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk menimbulkan
respons vasokonstriksi akibat dilindungi oleh adanya sintesis prostaglandin pada sel
endotel akan hilang bila diberi prostaglandin sintesa inhibitor (bahan yang
adalah prostasiklin.14
bahan vasopresor yaitu daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor
hilang sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor.
bahan vasopresor pada keracunan kehamilan sudah terjadi pada trimester 1 (pertama).
sudah dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai
Ada faktor keturunan dan familial dengan model tunggal. Genotipe ibu lebih
dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia
dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian yang penting yang pernah
beberapa waktu sebelum pecahnya Perang Dunia II. Suasana serba sulit mendapat
gizi yang cukup dalam persiapan perang menimbulkan kenaikan insiden keracunan
minyak hati halibut, dapat mengurangi risiko preeklampsia. Minyak ikan banyak
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh yang dapat menghambat produksi
darah. Beberapa peneliti telah mencoba melakukan uji klinik untuk mengonsumsi
minyak ikan atau bahan yang mengandung asam lemak tak jenuh dalam mencegah
2.3. Diagnosa
ibu dan anak. Walaupun terjadinya preeklampsia sukar dicegah, namun preeklampsia
berat dan eklampsia biasanya dapat dihindarkan dan dicegah dengan mengenal secara
Pada umumnya diagnosa preeklampsia didasarkan atas adanya dua dari tiga
tanda utama : hipertensi, edema dan proteinuria. Adanya satu dari tanda harus
tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih atau peningkatan 30 mmHg sistolik dan 15
mmHg diastolik diatas tekanan darah biasanya. Pengukurannya paling sedikit 2 kali
dengan jarak selang waktu 6 jam serta dijumpai salah satu gejala proteinuria dan
edema.12,20
darah yang meninggi sebelum hamil. Pemeriksaan funduskopi juga berguna karena
timbul sebelum trimester ke-3. Test fungsi ginjal juga banyak berguna, pada
dan gejala preeklampsia yang disusul dengan serangan koma. Walaupun demikian,
eklampsia harus dibedakan dengan epilepsi dan koma karena perdarahan otak dan
meningitis.14
2.4. Epidemiologi
a. Orang
Setiap ibu hamil memiliki peluang untuk menderita keracunan kehamilan. Ibu
yang pernah mengalami keracunan kehamilan pada kehamilan terdahulu, ibu yang
terjadi paada kehamilan berikutnya, kecuali pada kelebihan berat badan, diabetes
dilakukan Sitti Nur Djannah dan Ika Sukma Arianti dapat dilihat bahwa kejadian
tahun 2007–2009 lebih didominasi oleh kelompok ibu primigravida 69,5%, dan
Rozikhan tahun 2007 di rumah sakit Dr. H. Soewondo Kendal diperoleh bahwa
proporsi ibu yang mengalami preeklampsia berat pada hamil pertama (primigravida)
64,58 %.9
wanita yang berusia di atas 35 tahun, mempunyai resiko sangat tinggi.23 Semua status
sosial mempunyai resiko yang sama, tetapi kelompok masyarakat yang miskin
Bahkan orang yang miskin tidak percaya dan tidak mau menggunakan fasilitas
b. Tempat
preeklampsia ringan sering tidak diperhatikan oleh ibu sehingga tanpa disadari dalam
tinggi. Tingginya angka kematian ibu pada kasus keracunan kehamilan di negara-
Kabupaten Kendal tahun 2001 adalah sebesar 8,72%, tahun 2002 sebesar 9,34%,
tahun 2003 sebesar 9,12%, tahun 2004 sebesar 9,25%, tahun 2005 sebesar 13,60%
dengan CFR 8,69%, dan pada tahun 2006 proporsinya sebesar 10,23% dengan CFR
15,5%.9
setelah minggu ke-20 dan paling sering terjadi pada primigravida muda dan jarang
terjadi pada kehamilan berikutnya, kecuali pada kelebihan berat badan, kencing
manis, hipertensi esensial, atau kehamilan kembar.23 Keracunan kehamilan yang tidak
ditangani sedini mungkin dapat membahayakan nyawa ibu dan juga dapat berakibat
buruk pada janin, karena meningkatnya keadaan penyakit tidak dapat diramalkan.13
2.4.2. Determinan
Banyak teori yang dikemukakan para ahli untuk menerangkan penyebab penyakit
tersebut. Karena itulah penyakit ini sering disebut “The Disease of Theory”. Namun
Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit
ini. Ternyata tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan
dapat ditimbulkan oleh serangkaian proses sebab akibat yang disebut “The Web Of
Causation”, yaitu faktor yang ditemukan sering kali sulit ditentukan mana yang sebab
a. Umur Ibu
Umur reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara 20-35 tahun, di
bawah dan di atas umur tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan.
Pada usia muda organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan
kejiwaannya belum bersedia menjadi ibu, maka kehamilan sering diakhiri dengan
komplikasi obstetri salah satunya keracunan kehamilan. Sedangkan pada usia di atas
35 tahun memiliki resiko untuk hamil dan melahirkan karena pada saat itu telah
berbagai masalah obstetri termasuk keracunan kehamilan. Risiko kematian ibu pada
kelompok umur di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun adalah 3 kali lebih tinggi
23,25
dari kelompok umur reproduksi sehat yaitu pada umur 20-34 tahun. Ibu dengan
paritas nullipara dengan usia perkawinan diatas 35 tahun mempunyai resiko 2-3 kali
responden yang umurnya < 20 tahun adalah 75% dari 16 responden, sedangkan
45,61% dari 171 orang respondennya, dan responden yang umurnya > 35 tahun
memiliki proporsi preeklampsia berat 77% dari 13 orang responden. Hasil penelitian
diatas dapat di katakan bahwa ibu hamil yang usianya < 20 tahun dan > 35 tahun
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk menentukan tingkat peran serta
pada masa kehamilan, erat kaitannya dengan pendidikan ibu. Ibu dengan tingkat
kehamilan bila dibandingkan dengan ibu yang pendidikannya lebih rendah. Selain itu
juga pendidikan dan pengetahuan ibu yang lebih baik akan mempengaruhi
kemampuan ibu dalam menangani berbagai masalah kesehatan dan pertolongan yang
harus diperoleh.26
Timur tahun 1996-1998 didapatkan proporsi preeklampsia dan eklampsia pada ibu
informasi kesehatan, dengan latar belakang pendidikan ibu yang rendah akan
pemeliharaan kesehatan terutama pada ibu hamil. Semakin lama seorang ibu
teratur.12
Ibu hamil dengan kondisi sosioekonomi yang rendah akan memaksanya untuk
tetap bekerja, meskipun dalam keadaan hamil. Di samping itu, ibu hamil dengan
kondisi sosioekonomi keluarga yang sudah cukup tinggi juga masih banyak yang
bekerja. Jika wanita hamil yang tinggal di rumah rata-rata mengalami peningkatan
tekanan darah sekitar 2,1 mmHg, maka rata-rata wanita yang bekerja di luar rumah
kehamilannya. Hal ini sangat memberikan resiko yang besar untuk terjadinya
preeklampsia dan eklampsia yang berhubungan dengan tekanan darah atau kelelahan
d. Paritas
Paritas merupakan jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik
lahir hidup maupun lahir mati. Paritas dapat dikelompokkan menjadi 4 golongan
yaitu : 12
sehat adalah pada paritas dua sampai tiga. Keracunan kehamilan sering terjadi pada
kehamilan pertama terutama pada ibu yang berusia > 35 tahun dan meningkat pada
kehamilan berikutnya terutama pada ibu yang mengalami kelebihan berat badan,
cenderung meningkat pada persalinan pertama hal itu disebabkan pada persalinan
pertama (nullipara) mempunyai resiko relatif tinggi dan akan menurun pada
kehamilan pertama 10-20 kali lebih tinggi dibanding pada kehamilan berikutnya.23
terhadap proporsi preeklampsia dimana hampir 20% nullipara dan primipara memiliki
riwayat preeklampsia selama persalinan, dan masa nifas bila dibanding dengan
e. Usia Kehamilan
minggu dan semakin tua usia kehamilan maka semakin besar kemungkinan untuk
terjadi keracunan kehamilan. Hal ini terjadi berkaitan dengan semakin tua usia
kehamilan maka plasenta juga semakin tua dimana telah terjadi penurunan sirkulasi
kehamilan >37 minggu sebesar 74%.11 Menurut penelitian yang dilakukan Ketut
preeklampsia dan eklampsia pada usia kehamilan 37-42 minggu sebesar 86,44%.24
ditemukan pada anak dan cucu wanita dari ibu yang pernah menderita preeklampsia
dan eklampsia. Hal ini diduga karena adanya suatu gen resesif autosom yang
mengatur respon imun ibu, dimana jika ada riwayat preeklampsia dan eklampsia pada
ibu , maka risiko untuk terjadinya keracunan kehamilan menjadi lebih besar. Wanita
mempunyai risiko 13-45 kali untuk menderita keracunan kehamilan pada kehamilan
kehamilan dapat dideteksi dengan mudah dan pencegahan serta pengobatan dapat
preeklampsiapaada golongan etnik dan ras tertentu. Insiden preeklampsia pada orang
berkulit hitam dan indian lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berkulit putih.
Pada penelitian yang dilakukan di RS Parkland pada tahun 1986 ditemukan proporsi
preeklampsia sebesar18% pada kulit putih, 20% wanita hispanik, dan 22% pada kulit
hitam. Insiden preeklampsia pada multipara adalah 6,2% ada kulit putih, 6,6% pada
Hasil penelitian Betty Novita Tarigan di RSUD Deli Serdang tahun 2003-
2007 melaporkan proporsi keracunan kehamilan berdasarkan suku, pada suku Melayu
18,9%.11
terhadap masyarakat khususnya ibu dan wanita usia produktif terhadap faktor risiko
Pencegahan ini dapat dilakukan dengan menjaga berat badan ibu hamil agar
tetap ideal, mengatur pola makan sehat dan menghindari stress serta istirahat yang
cukup.28
penyakit atau upaya untuk mempertahankan orang sehat agar tetap sehat. Dilakukan
i. Penyuluhan kepada ibu hamil tentang manfaat istirahat, diet rendah garam, lemak
serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan.
iii. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat, bahwa eklampsia bukan
penyakit kemasukan (magis), seperti banyak disangka oleh masyarakat awam. 12,14
pemeriksaan antenatal care secara teratur yaitu minimal 4 kali kunjungan yaitu
masing-masing 1 kali pada trimester I dan II , serta 2 kali pada trimester III.25
Pencegahan sekunder merupakan upaya mencegah orang yang telah sakit agar
mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Upaya pencegahan ini dilakukan
dengan : 14
sedini mungkin, lalu diberikan pengobatan yang sesuai agar penyakit tidak
menjadi berat.29
ii. Terapi preeklampsia ringan di rumah yaitu istirahat ditempat tidur, berbaring pada
sisi kiri dan bergantian ke sisi kanan bila perlu, dengan istirahat biasanya edema
lebih berat atau membatasi kecacatan yang terjadi serta melakukan tindakan