Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Landasan Sosial-Budaya: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Akan Bimbingan


dan Konseling

Diajukan sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Pengantar Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu : Ibrahim Al Hakim, M.Pd.

Disusun Oleh :

Farrah Arum Pratiwi


2285160005

Dewi Maharani 2285160012

Farida Nuraida Kamilah 2285160030

Nita Fikriyanti
2285160047

Abdul Aziz
2285160058

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, berkat rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Landasan Sosial-Budaya: Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kebutuhan Akan Bimbingan dan Konseling”. Adapun maksud dan tujuan
penyusunan makalah ini adalah selain untuk pemenuhan tugas mata kuliah PENGANTAR
BIMBINGAN dan KONSELING juga sebagai pengetahuan bagi panulis khususnya dan pembaca
pada umumnya

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membimbing dan
membantu penyelesaian tugas ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dengan segala
kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritiknya demi perbaikan tugas yang akan
datang.

Serang, 06 Oktober 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penulisan

Metode Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Rekomendasi
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Arus modernisasi di samping berdampak positif, seperti diperolehnya kemudahan dalam


bidang komunikasi dan transportasi. Disisi lain juga mempunyai dampak negative baik bersifat
personal maupun sosial. Manusia modern berorientasi kepada kemajuan dalam bidang material
(Pemenuhan kebutuhan biologis) menyebabkan kemiskinan rohaniah dalam dirinya kondisi ini
juga sangat berpengaruh terhadap masalah-masalah pribadi dan sosial serta terjadinya
penyimpangan moral atau system nilai.

Masalah lain dari modernisasi adalah semakin kompleksnya jenis-jenis dan syarat-syarat
pekerjaan sehingga menyebabkan persaingan antar individu. Dengan demikian individu dituntut
untuk lebih mampu menghadapi berbagai masalah seperti masalah penyesuain diri, masalah
hubungan sosial, masalah pemilihan pekerjaan, dan masalah-masalah pribadi. Dalam hal ini
individu perlu mendapatkan bantuan untuk mengatasi tantangan yang dihadapinya itu. Dalam
situasi ini lah Bimbingan dan Konseling akan terasa diperlukan sebagai suatu bentuk bantuan
kepada individu.

Rumusan Masalah

Tujuan Penulisann

Metode Penulisan

Makalah ini disusun menggunakan metode kepustakaan, dengan menggali informasi


melalui beberapa sumber buku panduan dan referensi studi pustaka dengan penulisan makalah ini
dan mencari sumber lain dari internet.
BAB II

TINJAUAN TEORETIS

Perkembangan zaman banyak menimbulkan perubahan dan kemajuan


dalam berbagai segi kehidupan dalam masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
menimbulkan perubahan-perubahan didalam berbagai aspek kehidupan seperti aspek sosial,
politikum, ekonomi, industry. Perkembangan berbagai lapangan kerja, masalah hubungan sosial,
masalah tenaga ahli, masalah pengangguran, dan sebagainya merupakan beberapa diantara
masalah-masalah yang sering terjadi sebagai akibat perubahan kemajuan tersebut. Selain itu
pertambahan penduduk yang kian meningkat telah menyebabkan masalah semakin kompleks.

Keadaan tersebut berpengaruh terhadap kehidupan individu sebagai


pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Perubahan dan perkembangan yang semakin
kompleks memaksa individu untuk menghadapi situasi tersebut yang menyangkut kompleksnya
kesempatan pendidikan dan persaingan pekerjaan. Dengan demikian individu dituntut untuk lebih
mampu menghadapi berbagai masalah seperti masalah penyesuaian diri, masalah perencanaan dan
pemilihan pendidikan, masalah-masalah hubungan sosial, masalah keluarga, masalah keuangan
dan masalah pribadi.

Kehidupan yang terlalu berorientasi kepada kemajuan dalam bidang material (Pemenuhan
kebutuhan biologis) telah melantarkan supra empiris manusia, sehingga terjadi kemiskinan
rohaniah dalam dirinya. Kondisi ini ternyata sangat kondusif bagi perkembangannya masalah-
masalah pribadi dan sosial yang terekpresikan dalam suasana psikologis yang kurang nyaman,
seperti: perasaan cemas, serius, stresdan perasaan terasing, serta terjadinya penyimpangan moral
atau system yang lain.

Sekolah tidak dapat melepaskan diri dari situasi dari kehidupan masyarakat, dan
mempunyai tanggung jawab untuk membantu para siswa atau peserta didik baik sebagai pribadi
maupun sebagai calon anggota masyarakat. Sebagai suatu lembaga pendidikan formal, sekolah
bertanggung jawab untuk mendidik dan menyiapkan siswa agar berhasil menyesuaikan diri
dimasyarakat dan mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Kegiatan belajar
mengajar merupakan salah satu diantara kegiatan yang diberikan oleh sekolah, namun
sesungguhnya kegiatan itu saja belum cukup memadai dalam menyiapkan siswa untuk terjun
kemasyarakat dengan berhasil. Oleh karena itu, sekolah hendaknya memberikan bantuan secara
pribadi kepada siswa agar mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Dalam situasi ini Bimbingan dan Konseling akan terasa diperlukan sebagai suatu bentuk
bantuan kepada siswa. Program Bimbingan dan Konseling membantu berhasilnya program
pendidikan pada umumnya. Dalam bidang pendidikan Bimbingan dipandang salah satu komponen
yang tidak dapat dipisahkan dari komponen-komponen lainnya sehingga layanan bimbingan
mempunyai fungsi dan peran yang sangat besar terhadap perkembangan siswa dengan membantu
setiap pribadi anak didik agar berkembang secara optimal. Dengan demikian, maka hasil
pendidikan sesungguhnya akan tercermin pada pribadi anak didik yang berkembang baik secara
akademik, psikologis, maupun sosial.

Jika kita menyimak kenyataan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia pada
umumnya, masih terdapat kecenderungan bahwa pendidikan belum sepenuhnya dapat membantu
perkembangan kepribadian anak didik secara optimal. Secara akademis masih nampak gejala
bahwa anak didik belum mencapai prestasi belajar secara optimal. Hal ini nampak anatara lain
gejala-gejala: putus sekolah, tinggal kelas, lambat belajar, berprestasi rendah, dan sebagainya.
Secara psikologis masih banyak adanya gejala-gejala perkembangan kepribadian yang kurang
matang, kurang percaya diri, kecemasan, putus asa, bersikap santai, kurang responsive, kurang
ketergantungan, kepribadian yang tidak seimbang dan sebagainya. Demikian juga secara sosial ada
kecendrungan anak didik belum memiliki kemampuan penyesuaian sosial secara memadai.

Faktor-Faktor Sosial Budaya yang Menimbulkan Kebutuhan Akan Bimbingan

Kebutuhan akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yang


dihadai oleh individu yang telibat dalam kehidupan masyarakat. Semakin rumit struktur
masyarakat dan keadaannya, semakin banyak dan rumit pulalah masalah yang dihadapi oleh
individu yang terdapat dalam masyarakat itu.

Jadi kebutuhan akan bimbingan itu timbul karena terdapat factor yang
menambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor itu diantaranya
sebagai berikut. (John J. Pietrofesa dkk., 1980; M. Surya & Rochman N., 1986; dan Rochman N.,
1987).
A. Perubahan Konstelasi Keluarga

Pada tahun 1970 keluarga di Amerika mengalami perubahan yang cukup berarti, seperti:
melemahnya otoritas pria (suami), meningkatnya tuntutan kesamaan hak bagi kaum perempuan,
dan meretaknya keretakan hubungan antar anggota keluarga. Masalah tersebut diikuti oleh
permasalahan lain, yaitu semakin meningkatnya angka perceraian dari tahun 1970 sampai tahun
1980-an, dan kecenderungan pola orangtua tunggal (one / single-parent) dalam keluarga. Suatu
artikel yang berjudul “Typical American Family-A Vishining Institution” menyimpulkan hasil
penelitian dan pemikiran sejumlah para ahli nasional tentang keluarga sebagai berikut.

a. Anak-anak diasuh secara berbeda dan sering dilakukan oleh orang luar (outsiders).
b. Ibu merasa dihantui oleh perasaan bersalah pada saat meinggalkan anak-anaknya untuk
pergi bekerja.
c. Perceraian dan masalah lain yang menyertainya terus meningkat.
d. Keluarga kehilangan fungsi ekonomi, karena kaum perempuan menjadi lebih mandiri
dalam bidang financial.
e. Pasangan suami-istri cenderung kurang berminat untuk mempunyai anak.

Terkait dengan masalah keluarga yang disfungsional, Stephen R. Covey (1997)


mengemukakan sekitar 30 tahun yang lalu terjadi perubahan situasi keluarga yang sangat kuat dan
dramatis, yaitu terjadinya peristiwa berikut.

a. Angka kelahiran anak yang tidak sah meningkat menjadi 400%.


b. Persentase orangtua tunggal (single parent) telah berlipat ganda.
c. Angka perceraian yang terjadi telah berlipat ganda, banyak pernikahan yang berakhir
dengan perceraian.
d. Peristiwa bunuh diri di kalangan remaja meningkat sekitar 300%.
e. Skor tes skolastik para siswa turun sekitar 73 butir.
f. Masalah nomor satu para wanita Amerika pada saat ini adalah tindakan kekerasan
(pemerkosaan). Sekitar empat juta wanita telah mendapat perlakuan kasar dari para
pasangannya.
g. Seperempat remaja yang melakukan hubungan seksual telah terkena penyakit kelamin
sebelum menamatkan sekolahnya di Sekolah Menengah Atas.

Keluarga sangat berpengaruh terhadap kehidupan individu, dalam keharmonisan,


kestabilanmkeluarga yang diwarnai nilai-nilai agama akan melahirkan generasi muda yang
berakhlak mulia, dan juga suasana kehidupan masyarakat yang harmonis. Untuk memelihara
keutuhan atau keharmonisan keluarga memang tidaklah mudah, karena banyak faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Ketidaksiapan atau
ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan atau menghadapi faktor-faktor tersebut akan
menjerumuskannya ke lembah keretakan atau ketidakfungsian keluarga.
Yaumil C.Akhir (Djuriah M. Utja, 1995) dalam membahas fungsi keluarga, mengemukakan
bahwa terdapat beberapa fungsi keluarga, yaitu

1. Fungsi keagamaan
2. Fungsi sosial budaya
3. Fungsi cinta kasih
4. Fungsi perlindungan
5. Fungsi reproduksi
6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan
7. Fungsi ekonomi
8. Fungsi pembinaan lingkungan

Keluarga yang fungsional (normal) adalah keluarga yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Saling memperhatikan dan mencintai


b. Bersikap terbuka dan jujur
c. Orang tua mau mendengarkan anak, menerima perasaannya dan mengakui pengalamannya
d. Ada sharing masalah diantara anggota keluarga
e. Mampu berjuang mengatasi masalah kehidupannya
f. Saling menyesuaikan diri dan mengakomodasi
g. Orang tua mengayomi atau melindungi anak
h. Komunikasi antar anggota keluarga berlangsung dengan baik
i. Keluarga memenuhi kebutuhan psikososial anak dan mewariskan nilai-nilai budaya
j. Mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi

Apabila suatu keluarga telah dapat melaksanakan fungsi-fungsi di atas, maka dalam keluarga
tersebut akan berkembang situasi kehidupan yang sakinah, mawaddah, warahmah. Dalam hal ini,
para anggota keluarga akan merasakan ketenteraman batin, kebahagiaan hidup, karena adanya
sikap mengasihi, mencintai, dan membantu.

Sementara keluarga yang disfungsional (tidak normal) ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Adanya pengekangan dorongan dan penindasan perasaan


b. Mengalami kematian emosional, dingin dalam pergaulan, kurang adanya kehangatan dan
persahabatan, penuh kemuraman dan kesedihan
c. Kurang bisa beradaptasi dengan keadaan yang berubah
d. Tidak berfungsinya struktur keluarga

Bagi keluarga yang mengalami kondisi disfungsional seperti di atas, sering kali dihadapkan kepada
kebuntuan atau kesulitan mencari jalan keluar atau pemecahan masalah yang dihadapinya,
sehingga apabila tidak segera mendapat bantuan dari luar, maka masalah yang dihadapinya akan
semakin parah. Salah satu bantuan yang dapat memfasilitasi keluarga memecahkan masalah yang
dihadapinya adalah layanan konseling yang diberikan oleh seorang konselor yang professional.
B. Perkembangan Pendidikan
Sebagai akibat dari pelaksanaan falsafah demokrasi dan perkembangan teknologi, program
pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, program
pendidikan pun perlu dikembangkan sesuai dengan perkembangan masyarakat itu. Perkembangan
pendidikan tampak dalam tiga arah, ialah arah meninggi, meluas, dan mendalam.
Arah meninggi tampak dalam bertammbahnya kesempatan dan kemungkinan bagi murid
untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Arah ini menimbulkan kebutuhan
bimbingan bagi murid-murid untuk memilih kelanjutan sekolah yang paling tepat, serta menilai
kemampuan murid yang bersangkutan, apakah dia tepat untuk melanjutkan pelajaran.
Arah meluas tampak dalam pembagian sekolah dalam berbagai jurusan khusus dan sekolah
kejuruan. Hal ini menimbulkan kebutuhan akan bimbingan untuk memilih jurusan yang khusus
dan memilih bidang studi yang tepat bagi setiap murid
Arah mendalam tampak dalam berkembangnya ruang lingkup dan keragaman disertai
dengan pertumbuhan tingkat kerumitan dalam tiap bidang studi. Hal ini menimbulkan masalah
bagi murid untuk mendalami tiap bidang studi dengan tekun. Perkembangan ke arah ini
bersangkut paut pula dengan kemampuan dan sikap serta minat murid terhadap bidang studi
tertentu. Ini semua menimbulkan akibat bahwa setiap murid memerlukan perhatian yang bersifat
individual dan khusus. Dalam hal ini pula terasa sekali kebutuhan akan bimbingan di sekolah.
C. Dunia Kerja
Dewasa ini masalah karir telah menjadi komponen layanan bimbingan yang lebih penting
dibandingkan pada masa sebelumnya.
Fenomena ini disebabkan oleh adanya berbagai perubahan dalam dunia kerja, terutama pada
tahun 1970-an. Berbagai perubahan itu di antaranya sebagai berikut.
a. Semakin berkurangnya kebutuhan terhadap para pekerja yang tidak memiliki keterampilan
b. Meningktanya kebutuhan terhadap para pekerja yang professional dan memiliki
keterampilan teknik
c. Berkembangnya berbagai jenis pekerjaan sebagai dampak dari penerapan teknologi baru
d. Berkembangnya perindustrian di berbagai daerah
e. Berbagai jenis pekerjaan yang baru memerlukan cara-cara pelayanan yang baru
f. Semakin bertambahnya jumlah para pekerja yang masih berusia muda dalam dunia kerja

D. Perkembangan Kota Metropolitan

Sehubungan dengan hal ini, Saeful Dullah (Potret Pertumbuhan Kota di Abad ke 21, pikiran
rakyat, 14-9-1996) mengemukakan dampak sosial yang buruk dari pertumbuhan kota di abad-
21, terutama kota-kota berkembang yaitu sebagai berikut :

1. Umumnya migrasi orang desa ke kota di Negara berkembang lebih banyak dimotivasi
dengan niat untuk “mengadu nasib” ketimbang untuk “memenuhi permintaan kebutuhan
pekerjaan” sebagaimana halnya banyak terjadi dalam proses urbanisasi di Negara-negara
industry di abad-19.
2. Tidak mengherankan apabila masalah pengangguran dan kemiskinan dengan segala akibat
sosial yang ditimbulkannya diproyeksikan akan semakin menjadi masalah serius bagi
sejumlah kota besar di Negara berkembang.
3. Keadaan akan semakin serius karena kebanyakan tenaga kerja dengan tingkat pendidikan
dan keterampilan yang tidak memenuhi kebutuhan lapangan kerja di kota.
4. Masalah pemukiman yang ditandai dengan menjamurnya pendirian rumah gubuk yang
illegal merupakan masalah pelik lain yang akan membuat lingkungan semakin buruk kota-
kota besar di Negara berkembang.
5. Masalah lain adalah terbatasnya kemampuan penyediaan fasilitas air bersih dibanding
jumlah permintaan kebutuhan.
6. Bank dunia memperkirakan bahwa pada tahun 2000, setiap tahunnya tidak kurang dari 5
juta anak akan meninggal akibat lingkungan yang semakin buruk.

E. Perkembangan Komunikasi

Dampak dari globalisasi sangat berpengaruh terhadap teknologi yaitu dengan adanya televisi yang
telah menjadi pusat hiburan keluarga hingga anak-anak ataupun orang dewasa rata-rata
menghabiskan waktu setiap harinya sekitar 6 jam untuk menonton televisi. Disamping itu
program-program yang ditayangkannya tidak sedikit yang merusak nilai-nilai pendidikan, karena
banyak adegan kekerasan, mistik, dan a moral. Sehubungan dengan hal tersebut sangatlah penting
bagi orang tua untuk membimbing anak, dalam tayangan yang di tontonnya secara kritis. Dalam
hal ini layanan bimbingan yang memfasilitasi berkembangnya kemampuan anak dalam mengambil
keputusan merupakan pendekatan yang sangat tepat.

F. Seksisme dan Rasisme

Seksisme merupakan paham yang mengunggulkan salah satu jenis kelamin dari jenis kelamin
lainnya. Sementara rasisme merupakan mengunggulkan ras yang satu dari ras lainnya. Fenomena
ini biasanya terjadi ketika orang tua membatasi anak wanitanya dalam pemilihan karir sehingga
pada saat kondisi ini program bimbingan mempunyai peranan penting, dalam upaya membantu
orang tua agar memiliki pemahaman bahwa anak wanita pun memiliki peluang yang sama dengan
anak laki-laki dalam memilih karir yang disenanginya.

G. Kesehatan Mental

Masalah kesehatan mental di Amerika semakin marak seperti yang dilaporkan Coleman pada saat
melakukan survey tahun 1974 menunjukkan bahwa (a) 10 juta orang Amerika mengalami
gangguan jiwa. (b) dua juta orang mengalami sakit jiwa, 200.000 orang mencoba melakukan
bunuh diri, (c) empat juta orang mengalami kepribadian anti sosial, (d) 1.5 juta remaja atau orang
dewasa melakukan kejahatan yang serius (e) 500.000 orang berurusan dengan lembaga-lembaga
pengadilan, (f) Sembilan juta orang kecanduan minuman keras, (g) satu juta orang
menyalahgunakan obat-obat terlarang dan (h) 5.5 juta anak-anak dan orang dewasa mengalami
gangguan emosional.

Terkait dengan msalah ini, maka sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga perusahaan dituntut untuk
menyelenggarakan program layanan bimbingan dan konseling dalam upaya mengembangkan
mental yang sehat, dan mencegah serta menyembuhkan mental yang tidak sehat. perkembang

H. Perkembangan Teknologi

Dengan perkembangan teknologi yang pesat, timbul dua msalah penting, yang menyebabkan
kerumitan struktur dan keadaan masyarakat, ialah (1) penggantian sebagian besar tenaga kerja
dengan alat-alat mekanis-elektronik (2) bertambahnya jenis-jenis pekerjaan dan jabatan baru yang
menghendaki keahlian khusus dan memerlukan pendidikan khusus pula bagi orang-orang yang
hendak menjabatnya.

Kedua masalah utama ini menimbulkan kebutuhan bagi orang-orang yang bersangkutan,
terutama murid-murid disekolah, untuk emndapatkan pengetahuan tentang berbagai pilihan jabatan
dan cara memilihnya dengan tepat. Hal ini menimbulkan kebutuhan pada mereka untuk meminta
bantuan kepada orang lain atau badan yang berwenang untuk memecahkannya. Dan disinilah
kebutuhan akan bimbingan itu terasa sangat dibutuhkan.

I. Kondisi Moral dan Keagamaan

Kebebasan untuk menganut agama sesuai dengan keyakinan masing-masing individu


menyebabkan seorang individu berpikir dan menilai setiap agama yang dianutnya. Hal semacam
ini kadang-kadang menimbulkan keraguan akan kepercayaan yang telah diwarisinya dari orang tua
mereka. Dengan demikian mereka akan dihadapkan kepada pilihan-pilihan yang tidak mudah
untuk ditentukan, karena menyangkut hal yang sangat mendasar dan peka. Makin banyak
ragamnya ukuran penilaian, kain besar pula konflik yang diderita oleh individu yang bersangkutan
dan makin terasalah kebutuhan akan bimbingan yang baik untuk menanggulanginya.

J. Kondisi Sosial Ekonomi

Perbedaan yang besar dalam faktor ekonomi di antara anggota kelompok campuran, menimbulkan
masalah yang berat. Masalah ini terutama sangat dirasakan oleh individu yang berasal dari
golongan ekonomi lemah, tidak mampu, atau golongan ‘rendahan’. Di kalangan mereka, terutama
anak-anak yang berasal dari ekonomi rendah, tidak mustahil timbul kecemburuan sosial, perasaan
rendah diri, atau perasaan tidak nyaman untuk bergaul dengan anak dari golongan orang kaya.
Untuk menaggulangi masalah ini dengan sendirinya memerlukan adanya bimbingan, baik terhadap
mereka yang datang dari golongan yang kurang mampu atau pun mereka dari golongan sebaliknya.

BAB III

ANALISIS

Analisis Teoretis

Analisis Praktis

Implikasi Bagi Jurusan Bimbingan dan Konseling


BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Anda mungkin juga menyukai