Anda di halaman 1dari 9

EVALUASI FORMASI BATURAJA BERDASARKAN PARAMETER

PETROFISIKA PADA FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN JAWA


BARAT UTARA

Harvey Zakaria1*, Undang Mardiana1, Febriwan Mohamad1, Adang Sukmatiawan 2


1
Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjajaran
2
PT Pertamina EP

*Korespondensi: harveeyy@live.com

ABSTRAK
Lapangan HZ merupakan lapangan yang terletak pada Formasi Baturaja Cekungan Jawa Barat Utara.
Formasi Baturaja yang menjadi daerah penelitian didominasi oleh batuan karbonat yang terbentuk setelah
terjadinya rifting dan pada saat terjadinya penurunan muka air laut global. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui potensi zona hidrokarbon berdasarkan parameter petrofisika terhadap kualitas reservoir pada
lapangan HZ. Data – data yang digunakan adalah data wireline log pada 1 sumur dan data serbuk bor.
Analisis litostratigrafi dilakukan untuk menentukan fasies dan lingkungan pengendapan daro semua
sumur. Analisis petrofisika yang dilakukan adalah adalah menghitung kandungan serpih, porositas, dan
saturasi air. Hasil analisis petrofisik menunjukkan nilai cut off dari semua sumur yakni, 0.312 untuk
volume shale, 0.085 untuk porositas, dan 0.7 untuk saturasi air. Reservoar net pay pada daerah penelitian
adalah batugamping yang memiliki kualitas reservoar “ fair-good” berdasarkan hasil pengolahan
petrofisika dari sumur, HZ-03 yang disebandingkan dengan klasifikasi Koesoemadinata

Kata Kunci: Fasies, Petrofisika, Kualitas Reservoar, Formasi Baturaja

ABSTRACT
Field „HZ‟ is located on Baturaja Formation in North West Java Basin Baturaja Formation is
dominated by carbonate rocks which is deposited in post-rift and while the global sea level was drop.
This research was conducted to give an understanding about the potential of hydrocarbon zone base on
petrophysics parameter to reservoir quality in Field „HZ‟. The data which used are wireline logs data
on 1 well and cuttings data. Lithostratigraphy Analysis is performed to determine facies and depositional
environment from all well. Petrophysical analysis is performed to calculate shale volume, porosity, and
water saturation. Petrophysical analysis results show that cut-off value for all the wells are, shale volume
0.312, 0.085 for porosity and 0.7 for water saturation. Net pay reservoir in research area is limestone
that has “fair - good”quality based on petrophysical calculation result from well HZ-03 with
Koesoemadinata Classification.

Keywords: Facies, Petrophysics, Reservoir Quality, Baturaja Formation

1. PENDAHULUAN hambatan untuk kegiatan eksplorasi, namun


seiring dengan berkembangnya teknologi
Formasi Baturaja merupakan batuan yang
dan penelitian terus dilakukan, formasi ini
terbentuk pada kala Miosen Awal – Miosen
telah terbukti dapat menjadi oil reservoir
Tengah di Cekungan Jawa Barat Utara dan
yang cukup baik. Karakterisasi reservoar
terendapkan secara selaras di atas Formasi
merupakan usaha untuk membuat deskripsi
Talang Akar. Formasi Talangakar dan
tiga dimensional baik model statis atau
Formasi Baturaja ini memiliki peran
dinamis dari reservoir, berdasarkan data
sebagai oil & gas reservoir pada daerah
satu dan dua dimensi yaitu well bores dan
penelitian. Mengetahui persebaran lateral
survei seismik. Data-data kuantitatif untuk
dan vertikal dari reservoar kadang menjadi

192
Evaluasi Formasi Baturaja Berdasarkan Parameter Petrofisika Pada Formasi Baturaja, Cekungan Jawa Barat
Utara
(Harvey Zakaria)

model statis ini berdasarkan dari analisis 2. TINJAUAN PUSTAKA


petrofisika dengan melihat properti Cekungan Jawa Barat Utara yang
reservoir. Analisis petrofisika dapat merupakan salah satu rangkaian cekungan
dilakukan dengan beberapa metode, salah belakang busur (back-arck basin) di
satunya yaitu metode deterministik dengan Indonesia bagian Barat. Cekungan ini
memasukan nilai parameter ada pada merupakan cekungan yang terbentuk dari
batuan untuk menghitung properti sistem zona subduksi antara Lempeng
reservoarnya.. Setiap properti reservoar Mikro Sunda dan Lempeng Australia.
pada batuan memiliki hubungan satu Cekungan Jawa Barat Utara dikontrol oleh
dengan yang lainnya dan terkait dengan sistem sesar normal berarah utara – selatan .
proses pembentukan batuan yang ada di Sesar normal tersebut mengakibatkan
bawah permukaan tersebut. Oleh karena itu, terbentuknya horst yang merupakan daerah
properti reservoar yang telah dianalisis tinggian, graben yang merupakan daerah
umumnya dijustifikasi dengan analisis yang rendahan, serta membagi cekungan ini
telah dilakukan sebelumnya yaitu analisis menjadi beberapa sub cekungan. Pada saat
data core (pedoman bagi interpretasi data ini Cekungan Jawa Barat Utara terbagi
lainnya). menjadi tiga sub cekungan, yaitu (dari barat
ke timur) Sub Cekungan Ciputat, Sub
Cekungan Pasir Putih, dan Sub Cekungan
Jatibarang.

Gambar 1. Stratigrafi Regional Cekungan Jawa Barat Utara (Pertamina, 1996)

 Stratigrafi regional Cekungan Jawa namun yang dikaji hanya Formasi


Barat Utara terdiri atas beberapa Baturaja saja
formasi (Gambar 1), Formasi Baturaja

193
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.01, No. 03, Desember 2017: 192-200

Formasi Baturaja diendapkan secara selaras kedalaman secara tepat dan


di atas Formasi Talang Akar. Formasi ini berkesinambungan dari formasi yang telah
terdiri dari litologi batugamping dengan ditembus lubang pemboran. Fungsi lain dari
perselingan tipis dolomite, batulempung Wireline Log ialah untuk mengetahui dan
serpih, napal, dan batugamping terumbu membedakan litologi bawah permukaan,
pada daerah tinggian. Formasi ini berumur untuk korelasi dengan sumur-sumur
Miosen Awal dan diendapkan pada pemboran yang lain, untuk mengetahui
lingkungan pengendapan laut dangkal. keberadaan dan jenis hidrokarbon,
Pengendapan Formasi Baturaja yang mengetahui kualitas dan ketebalan batuan
berkembang luas pada Cekungan Jawa reservoar, dan secara kuantitatif dapat
Barat Utara menandai kondisi tektonik yang menginterpretasikan parameter petrofisika
relatif stabil. atau sifat fisik batuan.
Wireline Logging 2.4.1 Jenis Log
Wireline Log (Well Log) merupakan suatu Jenis-jenis log dalam proses eksplorasi
grafik kedalaman atau bisa juga waktu dari tentunya sangat banyak yang dapat
satu set data yang menunjang parameter digunakan. Semakin banyak data berbagai
yang diukur secara berkesinambungan di log yang didapat maka data eksplorasi pada
dalam sebuah sumur (Harsono, 1997). sumur akan lebih baik. Akan tetapi log
Wireline Log dilakukan setelah operasi yang utama digunakan dalam beberapa
pemboran selesai, yaitu untuk mengukur eksplorasi yaitu :
parameter petrofisika pada setiap

Gambar 2. Pola Log Gamma Ray untuk Penentuan Elektrofasies (Kendall,


2003)

a. Log Gamma Ray (GR) radioaktif yang terkandung dalam suatu


Log Gamma Ray digunakan untuk batuan. Sinar gamma sangat efektif dalam
mengukur emisi (pancaran) gamma ray membedakan lapisan permeable dan non
alamiah dari variasi lapisan suatu formasi permeabel karena unsur-unsur radio aktif
dalam sumur, yang sifat-sifatnya cenderung berpusat didalam serpih yang
berhubungan dengan kandungan isotop tidak permeabel, dan tidak banyak terdapat
radiogeniknya yang terdiri atas Potasium, dalam batuan karbonat atau pasir yang
Uranium, dan Thorium. Kurva yang secara umum adalah permeabel. Unsur -
dihasilkan menunjukan besarnya intensitas unsur ini (terutama Potasium) banyak

194
Evaluasi Formasi Baturaja Berdasarkan Parameter Petrofisika Pada Formasi Baturaja, Cekungan Jawa Barat
Utara
(Harvey Zakaria)

terdapat dalam mineral lempung dan log mengukur porositas yang diisi cairan
mineral evaporit. fluida yang mengandung atom hidrogen.
b. Log Resistivitas Karena berfungsi untuk menghitung
Log resistivitas (tahanan jenis) merupakan porositas batuan, alat ini lebih dikenal
log yang merekam tahanan jenis listrik dari sebagai log porositas neutron yang
suatu batuan yang ada pada lubang bor. dipengaruhi oleh kekompakan batuan serta
Dengan menggunakan elektroda pada kandungan fluidanya.
lubang sumur dan permukaan, sifat tahanan • Density Log
jenis suatu batuan dapat ditentukan. Log Prinsip kerja dari log densitas ialah
resistivitas biasanya digunakan untuk dengan memancarkan sinar gamma ke
menentukan jenis kandungan fluida pada formasi dan kemudian berintegerasi dengan
reservoar. Semakin besar tahanan jenis elektron-elektron bahan dalam batuan. Pada
yang diukur oleh log resistivitas maka setiap tumbukan, sinar gamma akan
semakin kecil listrik yang dihantarkan oleh kehilangan energinya tetapi hanya sebagian,
batuan tersebut. Kegunaan Log Resistivitas sebagian tersebar dan sebagian akan
yaitu : terserap sehingga tidak akan kembali ke
• Interpretasi deteksi terhadap detektor. Sinar gamma yang tersebar dan
hidrokarbon. tercatat oleh detektor dan akan
• Penentuan kejenuhan air (Sw). menunjukkan massa jenis batuan formasi,
• Penentuan diameter rembesan. walaupun yang sebenarnya yang diukur
• Penentuan resistivitas air Rw adalah massa jenis elektron (jumlah
ditempat asal (insitu). elektron jenis-jenis batuan). Kegunaan log
Dalam log resistivitas juga digunakan log densitas yaitu:
induksi (Induction Log) dan log elektroda • Mengidentifikasi mineral evaporit.
(electrode log) yang terdiri dari alat • Mendeteksi gas bearing zone.
transmiter dan receiver,yang juga • Menentukan densitas hidrokarbon.
digunakan untuk mengukur tahanan jenis • Mengevaluasi reservoar pasir
batuan. serpihan dan litologi yang kompleks.
c. Log Porositas
Ada tiga cara pengukuran porositas yang 3. METODE
dilakukan yaitu sonic, density, dan neutron.
Pada penelitian ini, dilakukan beberapa
• Sonic Log
analisis dan interpretasi data agar nilai
Log Sonik adalah log porositas yang
petrofisika dan fasies Formasi Baturaja
mengukur interval transite time dari
Cekungan Jawa Barat Utara dapat
gelombang suara yang melewati setiap feet
diketahui. Analisis dan interpretasi data
dari formasi. Secara kuantitatif log sonicini
yang dilakukan diantaranya penentuan
digunakan untuk menentukan porositas,
litologi dan deskripsi data serbuk bor,
menentukan selang kecepatan, dan
analisis litofasies, analisis elektrofasies dan
melakukan kalibrasi seismik. Sedangkan
analisis lingkungan pengendapan dan
secara kualitatif digunakan untuk
analisis petrofisika. Penentuan litofasies
menentukan litologi, korelasi antar sumur
didasarkan pada data serbuk bor. Dan
pemboran, dan evaluasi batuan sumber
analisis elektrofasies menggunakan pola
hidrokarbon. Semakin besar nilai log sonik
gamma ray. Lalu dilakukan penghitungan
yang di tunjukan (Slowness) maka semakin
petrofisika berdasarkan fasies yang telah
kecil gelombang yang dapat merambat pada
ditentukan dengan menggunakan bantuan
batuan tersebut.
software.
• Neutron Log
Log neutron adalah log porositas
yang mengukur kosentrasi ion hidrogen
dalam formasi. Pada formasi bersih dimana 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
porositas diisi oleh air atau minyak, neutron 4.1 Analisis Litofasies

195
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.01, No. 03, Desember 2017: 192-200

Untuk penentuan litofasies pada lapangan diendapkan pada lingkungan berenergi


HZ didasarkan pada deskripsi data serbuk relatif sedang. Karakter litologi umumnya
bor (cutting) yang tersedia pada sumur HZ- memiliki warna coklat muda, kekerasan
03 di lapangan HZ. Data serbuk bor keras, berbutir sedang-kasar, banyak
tersebut perlu ditunjang oleh data wireline kristalin, tekstur. Berdasarkan klasifikasi
log dalam menentukan jenis litologi dari Wayne M. Ahr, fasies ini dikelompokkan
interval penelitian. Log yang digunakan pada lingkungan pengendapan middle
dalam menentukan litologi diantaranya log Ramp Shallow Subtidal karena didominasi
gamma ray, log densitas, dan log neutron. oleh sedimen bertekstur relatif kasar-
Pada Formasi Baturaja di Sumur HZ-03, sedang.
didapatkan 4 jenis fasies batuan diantaranya 4.2 Analisis Elektrofasies
adalah fasies packstone-wackstone middle Elektrofasies yaitu menentukan fasies-
ramp, mudstone-wackestone lagoon, dan fasies pada interval kedalaman tertentu
packstone-wackstone middle ramp. Ketiga dengan melihat pola log. Data hasil
fasies ini diendapkan pada 2 lingkungan elektrofasies yang telah dikalibrasikan
pengendapan shallow subtidal yaitu dengan data batu inti dapat dikorelasikan
lingkungan middle ramp dan lagoon dengan hasil log sumur lain sehingga dapat
berdasarkan klasifikasi lingkungan diketahui penyebaran lateral dari
pengendapan Wayne M. Ahr (1973). elektrofasies tersebut. Dari data tersebut,
Fasies yang pertama adalah fasies dapat diketahui marker atau pembagian
Packstone-Wackstone Middle Ramp. Fasies zonasi batuan reservoir pada semua sumur.
ini didominasi oleh litologi Packstone- Berdasarkan pola log yang terdapat pada
Wackstone yang mengindikasikan sumur HZ-03 diinterpretasikan terdapat 3
diendapkan pada lingkungan berenergi pola elektrofasies yaitu cylindrical, funnel,
relatif tinggi. Karakter litologi umumnya serrated dan bell. Pola cylindrical
memiliki warna putih, kekerasan sedang- menunjukkan litologi tebal bersifat sangat
keras, berbutir kasar-sedang, tekstur chalky, non-radioaktif dan berbeda jauh dengan
sedikit kristalin. Tekstur chalky lapisan yang ada diatasnya maupun
mengindikasikan porositas matriks berkisar dibawahnya. Sifat sangat non-radioaktif ini
15 % (Archie,1952). Berdasarkan disebabkan oleh karena batuan karbonat
klasifikasi Wayne M. Ahr, fasies ini tersusun oleh material yang berasal dari
dikelompokkan pada lingkungan makhluk hidup seperti koral, fosil
pengendapan Middle Ramp Shallow organisme dan sebagainya sehingga tidak
Subtidal karena didominasi oleh sedimen memiliki sifat radioaktif. Pola cylindrical
bertekstur relatif kasar-sedang. ini juga mengindikasikan energi
Fasies yang kedua adalah fasies Mudstone pengendapan yang cenderung sama dari
– Wackestone Lagoon. Munculnya tiap waktu.
Mudstone pada fasies ini mengindikasikan Fasies packstone-wackstone memiliki pola
diendapkan pada lingkungan berenergi cylindrical dengan nilai radioaktif yang
relatif rendah dan berarus tenang. Karakter lebih rendah dan cenderung memiliki
litologi umumnya memiliki warna putih- defleksi kecil dibandingkan fasies lainnya
putih susu, kekerasan lunak, berbutir (clean) yang menunjukkan perubahan
sedang-halus, bertekstur chalky dan litologi yang tidak signifikan. Pola Bell
kristalin setempat. Berdasarkan klasifikasi menunjukkan perubahan energi
Wayne M. Ahr, fasies ini dikelompokkan pengendapan dari energi tingkat tinggi ke
pada lingkungan pengendapan Lagoon energi tingkat rendah. Perubahan energi ini
karena didominasi oleh sedimen bertekstur menghasilkan pola retrogradasi yang
relatif halus disebabkan oleh meningkatnya muka air
Fasies yang ketiga adalah fasies Packestone laut. Peningkatan muka air laut ini
Middle Ramp. Fasies ini didominasi oleh mengakibatkan pertumbuhan karbonat
litologi Packestone yang mengindikasikan menjadi dekat dengan permukaan sekaligus

196
Evaluasi Formasi Baturaja Berdasarkan Parameter Petrofisika Pada Formasi Baturaja, Cekungan Jawa Barat
Utara
(Harvey Zakaria)

hadirnya batulempung. Peningkatan nilai B. Analisis Porositas Efektif


radioaktif disebabkan oleh karena adanya Perhitungan porositas dalam penelitian ini
material radioaktif seperti Thorium, menggunakan metode yaitu metode
Uranium dan Potassium yang berasal dari density-neutron. Untuk mengetahui besar
influks silisiklastik yang bercampur dengan porositas dari suatu batuan dengan
karbonat. menggunakan metode ini, dibutuhkan
Fasies mudstone-wackestone memiliki pola besaran nilai porositas untuk shale, dry
yang bell dengan perubahan yang berulang shale, matriks dan fluida sehingga nilai
berupa defleksi ke kanan menunjukkan nilai tersebut dicari terlebih dahulu dengan
radioaktif yang berulang naik menunjukkan menggunakan picking parameter RHO
hadrinya litologi yang lebih halus NPHI dan GR
(muddy).Pola funnel menunjukkan Tabel 4.2 Perhitungan rata-rata
perubahan energi pengendapan dari energi porositas dengan metode neutron density
tingkat rendah ke energi tingkat tinggi.
Perubahan energi ini menghasilkan pola
progradasi yang disebabkan oleh penurunan
muka air laut. Penurunan muka air laut ini
membuat pertumbuhan karbonat semakin
jauh dengan permukaan sehingga
pertumbuhan karbonat berlangsung secara
lebih maksimal dan influks silisiklastik C. Analisis Saturasi Air
berkurang menghasilkan endapan karbonat Penentuan saturasi air konvensional
yang bersih (clean). Fasies packestone adalah metode penghitungan saturasi air
memiliki pola funnel dengan defleksi yang dilakukan dengan metode Archie
semakin ke kiri menunjukkan semakin dan metode Simandoux. Berdasarkan
didominasi litologi berbutir kasar. hasil perhitungan kedua metode terdapat
4.3 Analisis Petrofisika terdapat perbedaan nilai pada masing-
A. Analisis Vshale masing sumur diakibatkan pada
Penentuan volume shale pada lapangan kehadiran clay yang mempunyai
penelitian, menggunakan log gamma ray perlakuan berbeda pada kedua metode.
yang telah dikoreksi sebelumnya, kemudian Metode Simandoux memperhitungkan
ditentukan indeks gamma ray untuk kehadiran shale dibandingkan metode
menentukan baseline atau batas antara GR Archie. Oleh karena itu, penelitian
batugamping dan batuserpih, dengan mengambil kesimpulan untuk
mencari nilai gamma ray maksimal dan menggunakan Metode Simandoux
minimal dari lapangan HZ. Dalam dalam penentuan saturasi air
penentuan volume shale, metode yang ideal Tabel 4.3 Perhitungan rata-
digunakan adalah metode linear (straight rata saturasi air metode Archie
line) karena dalam perhitungan volume
shale sama dengan indeks gamma ray.
Sehingga dihasilkan log volume shale
dengan nilai rata-rata 0,2212 di Lapangan
HZ Formasi Baturaja dan untuk analisa
setiap fasies pada lapangan HZ : Fasies
Wackestone-Packestone Middle Ramp Tabel 4.4 Perhitungan rata-
memiliki nilai volume shale rata-rata rata saturasi air Metode Simandoux
0.1782, Fasies Mudsdtone-Packestone
Lagoon memiliki nilai volume shale rata-
rata 0,2543, dan Fasies Packestone Middle
Ramp memiliki nilai volume shale rata-rata
0,1321

197
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.01, No. 03, Desember 2017: 192-200

Gambar 3. Penampang Stratigrafi pada Sumur HZ-03

198
Evaluasi Formasi Baturaja Berdasarkan Parameter Petrofisika Pada Formasi Baturaja, Cekungan Jawa Barat
Utara
(Harvey Zakaria)

Gambar 4. Analisis Elektrofasies pada Sumur HZ-03

199
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.01, No. 03, Desember 2017: 192-200

5. KESIMPULAN Deposition – Sequence and System


Fasies yang terdapat pada daerah penelitian Tract Models, SEPM Publications.
adalah Fasies Wackestone-Packstone  Reijers, T.J.A and Hsu K.J. 1986.
Middle Ramp, Mudstone-Wackestone Manual of Carbonate
Lagoon, dan Packestone Middle Ram. Dari
analisis petrofisika batuan reservoir maka Sedimentology A Lexicographical
didapatkan nilai cut off volume shale 0.312 Approach. Academic Press, Inc.
(31.2 %), cut off porositas 0.085 (8.5 %),  Rider, Malcolm. 2000. The
dan cut off saturasi air 0.7 (70%).
Geological Intepretation of Well
Logs. Whittless Publishing,
UCAPAN TERIMAKASIH
Scotland
Penulis mengucapkan terima banyak kasih  Suyoto. 1993. Metode Analisis
kepada Pembimbing Penulis yang telah
membimbing penelitian ini. Selain itu, Batuan Karbonat. Yogyakarta :
penulis ucapkan terima kasih pula kepada UPN
Fakultas Teknik Geologi Universitas  Tearpock., D. J. and Bischke., R. E.
Padjajaran dan PT Pertamina EP yang telah
1991. Applied Subsurface
membantu dan mengizinkan penelitian ini.
Geological Mapping, PTR, Prentice
DAFTAR PUSTAKA Hall, Englewood Cliffs, New Jersey
 Tucker, Maurice, et al. 1990.
 Kendall. 2003. Carbonate and Carbonate Sedimentology. Oxford :
Relatives Change in Sea Level. Mar. Blackwell Science Ltd
Geol. 44
 Walker, R.G and James, P. Noel.
 Koesoemadinata, R. P. 1992. Facies Models : Response to
1980.Geologi Minyak dan Gas Sea Level Change, 2nd ed., Canada
Bumi. Bandung : ITB : Geological Assosiation of Canada
 Murray, R.C. 1960. Origin of  Wayne M.AHR.2008. Geology of
Porosity in Carbonate Rocks : Carbonate Reservoirs : The
Journal of Sedimentary Petrology Identification, Description and
 Pomar, L. 2001. Types of Carbonate Characterization of Hydrocarbon
Platforms A Genetic Approach : reservoirs in Carbonate Rcoks.
Basin Research. Spain Texas A&M University
 Posamentier, H.W. and Vail, P.R. 
1988. Eustatic Controls on Clastic

200

Anda mungkin juga menyukai