Sequence Stratigrafi
Istilah sikuen menunjuk pada sikuen orde 3 yang menurut Vail (1992, dalam Handford,
1997) mempunyai selang waktu 0,5 - 3,0 juta tahun. Sikuen tersebut diakibatkan oleh glacio-
eustatic change dan tektonik lokal ataupun regional. Mitchum dan van Wagoner (1991)
menyatakan bahwa sikuen mempunyai pola tumpukan sedimen (stacking pattern) dan
merupakan bukti dari adanya siklus high-frequency eustatic. Sikuen tersebut tersusun atas
komponen sikuen (depositional system track: lowstand system track/LST, transgressive system
track/TST dan high system track/HST) sebagai respons akibat perubahan muka air laut relatif
(Posamentier dan Vail, 1988; van Wagoner dkk., 1988). Interpretasi stratigrafi sikuen dan
komponen sikuennya serta horison seperti batas sikuen (SB), bidang transgresi (TS), bidang
maximum flooding surface (MFS), dan condensed section (C) memerlukan pemahaman akan
hubungan stratigrafi, umur, batimetri, dan fasies. Dengan demikian, terlihat ada beberapa aspek
yang melibatkan biostratigrafi dalam mengevaluasi stratigrafi sikuen.
Sekuen Stratigrafi
Sekuen adalah urutan lapisan yang relative selaras dan berhubungan secara genetic
dibatasi oleh ketidakselarasan dan keselarasan yang setara dengannya.
Pada beberapa tambang batubara di luar negeri, banyak terdapat kasus di mana pada
lapisan batubara yang mempunyai kemiringan, pertama dilakukan penambangan terbuka
sampai mencapai batas tersebut, dan setelah itu beralih ke penambangan bawah tanah. Hal
seperti ini bukan tidak mungkin diterapkan pada tambang batubara di Indonesia, sehingga
lahan bekas tambang yang sudah ditinggalkan dapat diusahakan kembali untuk tambang bawah
tanah.
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan zonasi potensi batubara
untuk penambangan bawah tanah, baik faktor teknis maupun non teknis, seperti faktor ekonomi
dan lingkungan. Beberapa diantaranya , Iklim dan Curah Hujan, Geologi Regional, Wilayah
Potensil Batubara
2. Kemiringan lapisan
Kemiringan lapisan (dip) batubara merupakan faktor yang sangat penting,
terutama ditinjau dari segi keamanan tambang. Kemiringan lapisan ideal yang
disarankan untuk teknik penambangan batubara bawah tanah adalah antara 12°
sampai 20°. Hal ini dikaitkan dengan kemampuan penggunaan alat angkut yang
digunakan untuk mengangkut hasil penggalian batubara dari lubang tambang (titik
produksi) keluar lubang tambang untuk diangkut ke stock pile.