Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No.

1 (2016)

PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI
DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Non Bunga1, Isrok’atun2, Julia3

1, 2, 3ProgramStudi PGSD UPI Kampus Sumedang


Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang
1Email: non.bunga@student.upi.edu
2Email: isrokatun@gmail.com
3Email: ju82li@upi.edu

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi dan
komunikasi matematis siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan RME;
serta perbedaan peningkatan kemampuan koneksi dan komunikasi matematis antara siswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan RME dengan siswa yang mendapatkan
pembelajaran konvensional. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian
eksperimen dengan pretest-posttest control group design. Subjek penelitian yaitu siswa kelas
IV SDN Ketib sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas IVA SDN Sindangraja sebagai kelas
kontrol. Instrumen yang digunakan yaitu soal tes kemampuan koneksi dan komunikasi
matematis. Hasil penelitian menunjukkan, peningkatan kemampuan koneksi matematis di
kelas eksperimen termasuk ke dalam kriteria tinggi, sedangkan kemampuan komunikasi
matematis termasuk ke dalam kriteria sedang; serta perbedaan peningkatan kemampuan
koneksi dan komunikasi matematis siswa di kedua kelas menunjukkan, pendekatan RME lebih
baik daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan kemampuan koneksi
matematis, dan pembelajaran konvensional lebih baik daripada pendekatan RME dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis.
Kata Kunci: Pendekatan RME, Kemampuan Koneksi, dan Komunikasi Matematis

PENDAHULUAN terhadap matematika dalam kehidupan


Setiap pembelajaran memiliki tujuan yang sehari-hari. Tujuan tersebut menurut
ingin dicapai. Tujuan pembelajaran National Council of Teachers of Mathematics
matematika di sekolah dasar (SD) tercantum (NCTM) (Walle, 2008), merupakan lima
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan kemampuan standar matematis yang harus
(KTSP) (Badan Standar Nasional Pendidikan dikuasai siswa, antara lain kemampuan
(BSNP), 2006) yaitu agar siswa memiliki pemahaman, penalaran, komunikasi, koneksi,
kemampuan memahami konsep matematika dan pemecahan masalah matematika.
secara utuh, mengembangkan keterampilan
penalaran matematika, keterampilan Kemampuan Koneksi Matematis
memecahkan masalah, mengkomunikasikan Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006),
gagasan matematika, dan membentuk sikap salah satu karakteristik pembelajaran

441
Non Bunga, Isrok’atun, Julia

matematika yaitu pembelajaran matematika dalam menyelesaikan permasalahan sehari-


menggunakan metode spiral, artinya hari. Dalam penelitian ini, kemampuan
pembelajaran matematika selalu komunikasi yang akan ditingkatkan meliputi
mengkaitkan satu konsep dengan konsep- indikator; 1) menghubungkan benda nyata,
konsep lain. Inilah yang disebut sebagai gambar, dan diagram ke dalam ide
koneksi matematis. Kata koneksi berasal dari matematika, serta 2) menyatakan peristiwa
kata connection, yang berarti hubungan atau sehari-hari dalam bahasa atau simbol
keterkaitan. Menurut Mullis (Maulana, 2008), matematika. Komunikasi matematis yang
koneksi adalah menghubungkan kemampuan diharapkan meningkat adalah kemampuan
baru dengan pengetahuan yang telah ada, siswa untuk dapat menyajikan benda apapun
membuat hubungan antarelemen-elemen yang ada di sekitar siswa ke dalam
pengetahuan berbeda dengan representasi ide/konsep matematika, serta dapat
yang berkaitan, membuat hubungan antara menyajikan peristiwa yang terjadi dalam
ide matematik dengan objek tertentu. Dalam kehidupan ke dalam simbol-simbol
koneksi matematis, keterkaitan konsep matematika agar mudah dipahami dan
matematika tidak hanya dengan konsep menjadi bahasa universal yang dapat
matematika lagi, tetapi juga dengan konsep dimengerti semua orang.
disiplin ilmu lain, bahkan dengan kehidupan
sehari-hari. Maka dari itu, kemampuan Meskipun kedua kemampuan tersebut
koneksi penting untuk dimiliki siswa, karena penting untuk dimiliki siswa, berdasarkan
dengan memiliki kemampuan koneksi ujicoba terbatas yang dilakukan terhadap
matematis diharapkan siswa memiliki beberapa siswa SD yang tinggal di Kecamatan
prestasi yang baik dalam mata pelajaran Sumedang Utara. Hasilnya menunjukkan
matematika, lebih dari itu, diharapkan siswa bahwa siswa belum mampu menyelesaikan
mengetahui banyak manfaat yang dapat soal-soal yang berkaitan dengan kemampuan
diambil dengan mempelajari matematika. koneksi dan komuniksi matematis. Hal ini
Dalam penelitian ini kemampuan koneksi terlihat dari rata-rata nilai yang diperoleh
matematis yang ditingkatkan meliputi yaitu sebesar 36,36. Perolehan rata-rata nilai
indikator; 1) menggunakan matematika ini cukup untuk mengindikasikan bahwa
dalam bidang studi lain atau dalam kemampuan koneksi dan komunikasi siswa
kehidupan sehari-hari, serta 2) menggunakan masih cukup rendah. Selain itu, hasil ujicoba
koneksi antartopik matematika, dan yang pernah dilakukan dalam penelitian
antartopik matematika dengan topik lain. Lugina (2015) dan Handawati (2015), hasil
Kemampuan Komunikasi Matematis yang sama menunjukkan bahwa kemampuan
koneksi dan komunikasi siswa cukup rendah.
Siswa juga harus memiliki kemampuan Rendahnya kemampuan koneksi dan
komunikasi matematis, karena dengan komunikasi matematis tersebut disebabkan
kemampuan komunikasi matematis, karena kurang optimalnya pendekatan yang
diharapkan siswa akan mudah memahami dilakukan guru di kelas saat pembelajaran
dan menyampaikan apa yang ia pahami matematika, karena pembelajaran biasanya
terkait dengan konsep matematika yang menitikberatkan pada penghafalan rumus
dipelajari. Kemampuan komunikasi dan prosedur pengoperasian tanpa ada
matematis dapat diartikan sebagai perhatian yang cukup pada makna
kemampuan siswa untuk menyampaikan ide- pembelajaran. Selain itu, metode
ide matematis ke dalam simbol-simbol pembelajaran yang sering digunakan
matematis atau menggunakan simbol-simbol menunjukkan bahwa guru kebanyakan
matematis untuk mempermudah siswa memposisikan dirinya sebagai objek

442
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

pembelajaran (teacher centered). Hal ini jelas ditekankan pada aktivitas siswa (student
bertentangan dengan pendapat Freudenthal centered). Karena pendekatan RME erat
(Tarigan, 2006, hlm. 3) yang memandang kaitannya dengan teori konstruktivisme,
bahwa, ‘Matematika bukan sebagai bahan maka dalam pembelajarannya sangat
pelajaran, melainkan sebagai kegiatan ditekankan pentingnya konteks nyata (real)
manusia (human activity)’. Demikian juga yang dekat dengan kehidupan sehari-hari
pandangan Tarigan (2006, hlm. 3) bahwa, siswa. Selain itu, dalam pembelajarannya,
“Matematika terkait dengan realitas, dekat pendekatan RME menuntut siswa untuk
dengan dunia anak, dan relevan bagi membangun pengetahuannya sendiri,
masyarakat”, sehingga matematika bukan sehingga pembelajaran akan terasa lebih
dipelajari sebagai sistem yang tertutup, bermakna. Menurut Maulana (2009),
melainkan sebagai suatu kegiatan atau karakteristik pendekatan RME antara lain: 1)
disebut sebagai matematisasi matematika. phenomenological Exploration or use context;
Hal ini diperjelas oleh pernyataan 2) the use models or bridging by vertical
Freudenthal (Tarigan, 2006, hlm. 3) yang instrument; 3) the use of student own
menyatakan bahwa, ‘Matematika sebagai production and construction of student
kegiatan manusiawi adalah aktivitas contribution; 4) the interactive character of
pemecahan masalah, pencarian masalah, teaching process or interactivity; dan 5)
tetapi juga aktivitas pengorganisasian sistem.’ intertwining or various learning strand.
Oleh karena itu, perlu kiranya untuk Karakteristik inilah yang diharapkan muncul
menciptakan pembelajaran yang diharapkan dalam proses pembelajaran, sehingga
bisa meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan koneksi dan komunikasi siswa
komunikasi matematis siswa. Alternatif dapat mengalami peningkatan. Adapun
pembelajaran yang dapat diciptakan yaitu tahapan RME yang akan digunakan dalam
dengan menggunakan pendekatan Realistic penelitian ini merupakan hasil modifikasi dari
Mathematics Education (RME). prinsip-prinsip RME. Tahapan yang dilalui
siswa meliputi tahap pemberian masalah
Pendekatan RME kontekstual, di mana siswa diberikan masalah
Menurut Tarigan (2006, hlm. 4), yang berkaitan dengan konteks kehidupan
“Pembelajaran matematika realistik sehari-hari, lalu siswa diajak mencari
merupakan pendekatan yang ditujukan untuk penyelesaian masalah tersebut
pengembangan pola pikir praktis, logis, kritis, menggunakan model atau media yang
dan jujur dengan berorientasi pada sederhana (tahap penggunaan model). Pada
penalaran matematika dalam menyelesaikan tahap selanjutnya, siswa diberikan masalah
masalah”. Pendekatan RME sejalan dengan serupa, kemudian siswa dituntut untuk
teori konstruktivisme yang menekankan pada mampu menghasilkan rumus dan
kegiatan siswa untuk mempraktekkan apa menggunakan rumus tersebut untuk
yang dipelajari dan membangun konsep menyelesaikan masalah yang diberikan.
bahan ajar yang dipelajarinya tersebut. Teori Dalam penelitian RME, siswa dituntut untuk
konstruktivisme beranggapan bahwa siswa percaya diri dalam mengemukakan pendapat,
harus menemukan dan mengemukakan karena siswa akan melalui tahap interaktif
suatu informasi yang kompleks ke situasi (diskusi kelompok) dan presentasi (diskusi
yang lain. Proses pembelajaran dalam teori umum). Selain itu, siswa juga diberikan
ini bersifat konkret serta erat kaitannya kesempatan untuk melalui tahap intertwining,
dengan alam dan lingkungan sekitar. Dalam di mana siswa belajar mengaitkan ide/konsep
teori ini, siswa diperlakukan sebagai subjek matematika yang sedang dipelajari dengan
pembelajaran di mana pembelajaran ide/konsep lain.

443
Non Bunga, Isrok’atun, Julia

Ausubel bahwa belajar akan lebih bermakna


Teori Perkembangan Piaget dengan penggunaan skemata.
Teori ini beranggapan bahwa semakin
manusia bertambah umur, maka susunan Teori Vygotsky
syaraf manusia semakin kompleks, dan Vygotsky merupakan salah satu tokoh aliran
kemampuannya semakin meningkat. konstruktivisme yang menganggap bahwa
Menurut Piaget (Budiningsih, 2012), proses pengetahuan tidak hanya berasal dari dalam
belajar seseorang akan mengikuti pola dan diri siswa, tetapi juga diperoleh dari
tahap-tahap perkembangan sesuai dengan pengalaman-pengalaman siswa ketika
umurnya. Pola dan tahapan ini bersifat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
hierarkis, artinya harus dilalui berdasarkan Dalam teori Vygotsky dikenal istilah
urutan tertentu, dan seseorang tidak dapat scaffolding yaitu bantuan-bantuan yang
belajar sesuatu yang berada di luar tahap diberikan guru dalam proses pembelajaran.
kognitifnya. Penggunaan pendekatan RME Bantuan-bantuan tersebut dalam bentuk
didasarkan pada tahap perkembangan siswa pemberian contoh-contoh, petunjuk atau
SD yang umurnya berkisar antara 7 sampai pedoman mengerjakan, bagan/alur, langkah-
12 tahun, di mana dalam teori langkah atau prosedur melakukan tugas,
perkembangan Piaget siswa SD digolongkan pemberian stimulus berupa pertanyaan-
pada tahap operasional konkret. Dalam pertanyaan yang membangun, dan masih
tahap ini, siswa mulai bisa menggunakan banyak lagi. Pendekatan RME sangat
konsep-konsep matematika melalui benda- memfasilitasi siswa untuk memberikan
benda yang bersifat konkret. Oleh karena itu, pembelajaran yang sesuai dengan teori
dalam penelitian ini akan digunakan benda- belajar Vygotsky. Oleh karena itu, dalam
benda konkret dalam proses pembelajaran penelitian ini siswa akan diberikan
berupa media sederhana yang dekat dengan kesempatan untuk membangun
dunia siswa. pengetahuannya sendiri secara berkelompok
dengan teman-teman sekelasnya. Dalam
Teori Belajar Bermakna Ausubel proses pembelajaran pun, siswa akan
Teori belajar ini menegaskan bahwa belajar melakukan berbagai aktivitas belajar yang
bukan sekedar menghafal, lebih luas lagi dapat membantu siswa menemukan
seharusnya belajar merupakan asimilasi yang (kembali) ide/konsep matematika yang
bermakna bagi siswa. Pengetahuan baru sedang dipelajari, sedangkan guru berperan
yang dipelajari diasimilasikan dan sebagai pembimbing, fasilitator, dan
dihubungkan dengan pengetahuan yang mediator yang akan melakukan kegiatan
telah dimiliki siswa. Dalam teori ini dikenal scaffolding.
istilah skemata, di mana menurut Budiningsih
(2012), skemata berfungsi untuk Rumusan Masalah
mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan 1. Bagaimana peningkatan kemampuan
yang terpisah-pisah sebagai tempat untuk koneksi matematis siswa setelah
mengaitkan pengetahuan baru. Dalam mendapatkan pembelajaran
penelitian ini akan digunakan skemata menggunakan pendekatan RME?
berupa pemberian apersepsi, serta akan 2. Bagaimana perbedaan peningkatan
dilaksanakan pula kegiatan intertwining. Oleh kemampuan koneksi matematis siswa
karena itu, dengan menggunakan setelah mendapatkan pembelajaran
pendekatan RME diharapkan akan menggunakan pendekatan RME dengan
menciptakan proses pembelajaran yang lebih pembelajaran konvensional?
bermakna. Hal ini sesuai dengan teori

444
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

3. Bagaimana peningkatan kemampuan Utara, yang berdasarkan rata-rata nilai ujian


komunikasi matematis siswa setelah akhir sekolah tahun ajaran 2014-2105
mendapatkan pembelajaran termasuk ke dalam kategori unggul.
menggunakan pendekatan RME? Kemudian setelah dilakukan pemilihan
4. Bagaimana perbedaan peningkatan sampel secara acak, diperoleh kelas IV SDN
kemampuan komunikasi matematis Ketib yang beralamat di Jl. Drs. Supian
siswa setelah mendapatkan Iskandar No.03 Sumedang 45322, sebagai
pembelajaran menggunakan pendekatan kelas eksperimen; serta kelas IVA SDN
RME dengan pembelajaran konvensional? Sindangraja yang beralamat di Jl. Mayor
5. Bagaimana respon siswa terhadap Abdurachman No.109 Sumedang 45322,
pembelajaran matematika menggunakan sebagai kelas kontrol.
pendekatan RME?
6. Faktor-faktor apa saja yang mendukung Instrumen Penelitian
dan menghambat pembelajaran Dalam penelitian ini, digunakan instrumen
matematika menggunakan pendekatan tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal
RME? tes kemampuan koneksi dan komunikasi
matematis yang digunakan untuk mengukur
METODE PENELITIAN kemampuan koneksi dan komunikasi
Metode dan Desain Penelitian matematis siswa sebelum dan sesudah
Metode penelitian yang digunakan adalah dilaksanakan pembelajaran sebanyak 3 kali
metode penelitian eksperimen, di mana pertemuan. Sedangkan instrumen nontes
dalam penelitian ini peneliti melakukan suatu berupa format angket yang digunakan untuk
manipulasi terhadap variabel bebas dan mengetahui repon siswa di kelas eksperimen
mengamati perubahan yang terjadi pada terhadap pembelajaran menggunakan
variabel terikat. Adapun desain penelitian pendekatan RME; format observasi kinerja
eksperimen yang digunakan adalah desain guru dan aktivitas siswa serta format catatan
kelompok kontrol pretest/posttest. Dengan lapangan yang digunakan untuk mengetahui
bentuk desain sebagai berikut. faktor pendukung dan penghambat
A 0 X 0 pelaksanaan pembelajaran menggunakan
A 0 0 pendekatan RME.
Keterangan:
A= pemilihan secara acak (random) Teknik Pengolahan dan Analisis Data
0= pretest dan posttest Teknik pengelohan dan analisis data
X= perlakuan terhadap kelas eksperimen, dibedakan berdasarkan teknik pengolahan
dalam penelitian ini berupa pendekatan RME dan analisis data kuantitatif dan kualitatif.
Teknik pengolahan dan analisis data dalam
Subjek Penelitian penelitian ini dapat dilihat dalam tabel di
Dalam penelitian ini, populasi adalah seluruh bawah.
siswa kelas IV SD se-Kecamatan Sumedang

Tabel 1
Teknik Pengolahan dan Anlisis Data
No. Instrumen Sumber Data Analisis Data
Nilai tes - Perhitungan normalisasi gain (N-gain).
kemampuan - Uji beda rata-rata nilai pretest dan posttest dengan
1 Tes koneksi dan sebelumnya dilakukan diuji asumsi berupa uji normalisasi dan uji
komunikasi homogenitas.
matematis - Uji beda rata-rata nilai N-gain dengan sebelumnya dilakukan

445
Non Bunga, Isrok’atun, Julia

diuji asumsi berupa uji normalitas dan uji homogenitas.


- Respon siswa di kelas eksperimen dikelompokkan
Hasil angket berdasarkan pilihan: sangat setuju (SS); setuju (S); tidak setuju (TS);
dan sangat tidak setuju (STS), kemudian dihitung persentasenya.
Hasil observasi
- Penilaian observer dikelompokkan berdasarkan pilihan
2 Nontes kinerja guru dan
muncul dan tidak muncul, kemudian dihitung persentasenya.
aktivitas siswa
- Kejadian di luar dugaan dikelompokkan berdasarkankeja dian
Hasil catatan
yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran
lapangan
menggunakan pendekatan RME.

-
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN item soal nomor 1b, 1c, 2, 3, 4, dan 5,
Peningkatan Kemampuan Koneksi dan sedangkan yang dikembangkan dari indikator
Komunikasi Matematis Siswa Menggunakan komunikasi matematis antara lain soal nomor
Pendekatan RME di Kelas Eksperimen 1a dan 6. Berikut rekapitulasi perhitungan N-
Item soal yang dikembangkan dari indikator gain kemampuan koneksi dan komunikasi
kemampuan koneksi matematis antara lain matematis.

Tabel 2
Rekapitulasi Perhitungan N-gain Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis
Koneksi Kriteria N- Komunikasi Kriteria
Kelas N
Rata-rata SB gain Rata-rata SB N-gain
Eksperimen 33 0,71 0,12 Tinggi 0,50 0,25 Sedang
Kontrol 32 0,58 0,20 Sedang 0,52 0,25 Sedang
Ket : SB = Simpangan Baku

Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata Putri (2013) yang menunjukkan bahwa
peningkatan kemampuan koneksi matematis pendekatan RME dapat meningkatkan
siswa kelas eksperimen termasuk ke dalam kemampuan komunikasi matematis.
kriteria tinggi dengan nilai rata-ratanya
sebesar 0,71. Hasil penelitian ini didukung Perbedaan Peningkatan Kemampuan Koneksi
oleh hasil penelitian Lugina (2015) dan dan Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen
Nurfitriana (2013), yang menunjukkan bahwa dan Kelas Kontrol
pendekatan RME dapat meningkatkan Untuk mengetahui perbedaan peningkatan
kemampuan koneksi matematis. Sedangkan kemampuan koneksi matematis di kedua
rata-rata peningkatan kemampuan kelas terlebih dahulu harus dilakukan uji
komunikasi matematis termasuk ke dalam beda rata-rata terhadap nilai pretest dan
kriteria sedang dengan nilai rata-ratanya posttest dengan terlebih dahulu dilakukan uji
sebesar 0,50. Hasil penelitian ini didukung normalitas dan homogenitas. Berikut hasil
oleh hasil penelitian Handawati (2015) dan perhitungannya.
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Analisis Nilai Pretest Kemampuan Koneksi Matematis
Rata- Uji Uji Uji Beda Rata-rata
Kelas N SB Keterangan
rata Normalitas Homogenitas (Mann Whitney)
10,
Eksperimen 33 21,89 Normal
01 Rata-rata kedua Kemampuan awal kedua
Varians Sama
11, Tidak kelas sama kelas sama
Kontrol 32 26,22
40 Normal

446
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

Tabel 4
Rekapitulasi Hasil Analisis Nilai Posttest Kemampuan Koneksi Matematis
Rata- Uji Uji Uji Beda Rata-rata
Kelas N SB Keterangan
rata Normalitas Homogenitas (Mann Whitney)
Eksperimen 33 77,10 10,92 Tidak Varians Tidak Rata-rata kedua Kemampuan akhir
Kontrol 32 68,58 17,03 Normal Sama kelas berbeda kedua kelas berbeda
Keterangan :𝛼 = 0,05

Dari kedua tabel di atas, dapat dilihat bahwa kemampuan koneksi matematis kelas
berdasarkan uji beda rata-rata nilai pretest eksperimen lebih besar dibandingkan kelas
dan posttest, kemampuan awal koneksi kontrol. Hasil penelitian ini diperkuat dengan
matematis kedua kelas sama sedangkan hasil penelitian Lugina (2015) dan Nurfitriana
kemampuan akhirnya berbeda. Berdasarkan (2013) yang menunjukkan bahwa
hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kelas pembelajaran matematika dengan
eksperimen yang menggunakan pendekatan menggunakan pendekatan RME lebih baik
RME lebih baik daripada kelas kontrol yang secara signifikan daripada pembelajaran
menggunakan pembelajaran konvensional konvensional dalam meningkatkan
dalam meningkatkan kemampuan koneksi kemampuan koneksi matematis siswa.
matematis siswa. Hal ini berdasarkan pada, Kemudian untuk mengetahui perbedaan
rata-rata nilai pretest kelas kontrol yang lebih peningkatan kemampuan komunikasi
tinggi, sedangkan rata-rata nilai posttest-nya matematis dilakukan hal yang sama seperti
kelas eksperimen yang lebih tinggi, ini cara di atas. Berikut hasil perhitungannya.
menunjukkan bahwa peningkatan
Tabel 5
Rekapitulasi Hasil Analisis Nilai Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis
Rata- Uji Uji Uji Beda Rata-rata
Kelas n SB Keterangan
Rata Normalitas Homogenitas (Mann Whitney)
Eksperimen 33 29,55 11,62 Tidak Rata-rata kedua Kemampuan awal kedua
Varians Sama
Kontrol 32 19,53 10,50 Normal kelas berbeda kelas berbeda

Tabel 6
Rekapitulasi Hasil Analisis Nilai Posttest Kemampuan Komunikasi Matematis
Rata- Uji Uji Uji Beda Rata-rata (Mann
Kelas n SB Keterangan
Rata NormalitasHomogenitas Whitney)
Eksperimen 33 65,91 16,32 Rata-rata kedua kelas Kemampuan akhir kedua
Tidak Normal Varians Sama
Kontrol 32 60,94 21,00 sama kelas sama

Dari kedua tabel di atas, dapat dilihat bahwa untuk mengetahui pendekatan mana yang
berdasarkan uji beda rata-rata nilai pretest lebih baik perlu dilakukan uji beda rata-rata
dan posttest, kemampuan awal koneksi nilai N-gain dengan sebelumnya dilakukan uji
matematis kedua kelas berbeda sedangkan normalitas dan homogenitas. Berikut
kemampuan akhirnya sama. Oleh karena itu, perhitungannya.
Tabel 7
Rekapitulasi Hasil Analisis Nilai N-gain Kemampuan Komunikasi Matematis
Rata- Uji Uji Uji Beda Rata-rata (Mann
Kelas n SB Keterangan
Rata Normalitas
Homogenitas Whitney)
Eksperimen 33 0,50 0,25 Rata-rata kedua kelas Kelas eksperimen tidak
Tidak Normal Varians Sama
Kontrol 32 0,52 0,52 sama lebih baik dari kelas

447
Non Bunga, Isrok’atun, Julia

kontrol

Tabel di atas menunjukkan bahwa pendekatan RME lebih baik secara signifikan
berdasarkan uji beda rata-rata terhadap nilai daripada pembelajaran konvensional dalam
N-gain kemampuan komunikasi matematis, meningkatkan kemampuan komunikasi
dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematis siswa. Hal ini disebabkan karena
matematika dengan menggunakan peneliti kurang memberikan kesempatan
pendekatan RME tidak lebih baik daripada yang sama kepada siswa untuk meningkatkan
pembelajaran matematika konvensional kedua kemampuan tersebut serta
dalam meningkatkan kemampuan pembelajaran matematika menggunakan
komunikasi matematis siswa. Hal ini dapat pendekatan RME (dalam penelitian ini)
terlihat dari rata-rata nilai N-gain kedua kelas terlalu fokus untuk meningkatkan
yang menunjukkan rata-rata kelas kontrol kemampuan koneksi matematis daripada
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kemampuan komunikasi matematis. Hal
nilai N-gain kelas eksperimen. Hasil tersebut didukung dengan salah satu prinsip
penelitian ini bertentangan dengan hasil pendekatan RME yaitu intertwining yang
penelitian Handawati (2015) dan Putri (2013) memfokuskan siswa untuk dapat mengaitkan
yang menunjukkan bahwa pembelajaran konsep matematika.
matematika dengan menggunakan

Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan RME


Tabel 8
Rekapitulasi Angket Respon Terhadap Pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan
RME
Respon
No Item Pernyataan Jenis
SS S TS STS
14 18 1 0
1 Saya senang belajar matematika hari ini. Positif
42% 55% 3% 0%
2 3 22 6
2 Banyak hal yang tidak saya sukai dalam pembelajaran. Negatif
6% 9% 67% 18%
Pembelajaran matematika kali ini lebih rumit dari 0 15 17 1
3 pembelajaran matematika sebelumnya yang biasa dilakukan. Negatif
0% 45% 52% 3%
Materi yang disampaikan lebih mudah dimengerti daripada 8 14 10 1
4 Positif
pembelajaran matematika sebelumnya. 24% 42% 30% 3%
5 Saya tidak menemukan perbedaan apapun antara Negatif 3 13 16 1
pembelajaran hari ini dengan pembelajaran matematika
biasanya. 9% 39% 48% 3%

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian konvensional. Hal ini disebabkan karena
siswa memberikan respon positif terhadap siswa mengikuti pembelajaran yang di luar
pembelajaran menggunakan pendekatan kebiasaan mereka, sehingga mereka merasa
RME. Kondisi tersebut didukung dengan antusias dan senang belajar matematika
respon siswa terhadap pernyataan nomor 2 menggunakan pendekatan RME. Antusias
yang menyatakan bahwa banyak hal yang dan rasa senang nampak ketika siswa
siswa sukai dalam pembelajaran melakukan aktivitas belajar yang berdasarkan
menggunakan pendekatan RME. Kebanyakan pada tahapan RME, yang kemudian berujung
siswa juga berpendapat bahwa pembelajaran pada penemuan (kembali) konsep
menggunakan pendekatan RME berbeda matematika yang sedang dipelajari. Selain itu,
dengan pembelajaran matematika ketika pembelajaran berlangsung tanpa

448
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

disadari siswa mengetahui bahwa apa yang manfaat bagi kehidupan sehari-harinya.
sedang dipelajarinya dapat memberikan

Faktor Pendukung dan Penghambat Pendekatan RME


Tabel 9
Rekapitulasi Persentase Hasil Observasi Kinerja Guru dan Aktivitas
Rata-rata Persentase
Kelas Keterangan
Kinerja Guru Aktivitas Siswa
Eksperimen 94,2% 93,75% Persentase setiap pertemuan meningkat
Kontrol 91,25% 86,11% Persentase setiap pertemuan meningkat

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa KESIMPULAN


kinerja guru di kedua kelas dilaksanakan Berdasarkan perhitungan N-gain,
secara optimal, dan aktivitas siswa di kedua peningkatan kemampuan koneksi matematis
kelas berjalan dengan baik. Hal inilah yang siswa di kelas eksprimen termasuk ke dalam
kemudian menjadi faktor pendukung kriteria tinggi. Perbedaan peningkatan
pelaksanaan pembelajaran dengan kemampuan koneksi matematis di kelas
menggunakan pendekatan RME. Selain itu, eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan
pembelajaran yang dilaksanakan sebelum bahwa pembelajaran metematika
istirahat menjadi salah satu faktor menggunakan pendekatan RME lebih baik
pendukung, karena saat itu, antusias dan daripada pembelajaran matematika
konsentrasi siswa masih bagus. Sementara konvensional dalam meningkatkan
itu, berdasarkan hasil catatan lapangan, kemampuan koneksi matematis siswa.
diperoleh beberapa penghambat Kondisi tersebut dilihat dari perolehan rata-
pelaksanaan pembelajaran menggunakan rata nilai posttest kelas ekperimen yang lebih
pendekatan RME, antara lain: a) sulit tinggi, padahal hasil perhitungan uji beda
membentuk kelompok, karena siswa tidak rata-rata nilai pretest menunjukkan kedua
mau membentuk kelompok heterogen dan kelas memiliki rata-rata yang sama, hal ini
ada saja siswa yang tidak diajak berkelompok, menunjukkan bahwa peningkatan
b) sulit mengubah kebiasaan belajar siswa kemampuan koneksi matematis di kelas
yang selalu belajar secara individual, hal ini eksperimen lebih tinggi. Berdasarkan
mengakibatkan proses diskusi di pertemuan perhitungan N-gain, peningkatan
awal sedikit terganggu, c) karakteristik kemampuan komunikasi matematis siswa di
kebanyakan siswanya yang nakal membuat kelas eksprimen termasuk ke dalam kriteria
setiap pertemuan selalu diwarnai dengan sedang. Perbedaan peningkatan kemampuan
adanya siswa yang bertengkar, bahkan komunikasi matematis di kelas eksperimen
berkelahi, dan ada pula beberapa siswa yang dan kelas kontrol menunjukkan bahwa
tidak sabaran yang membuat pembelajaran pembelajaran metematika menggunakan
jadi kacau dan kurang efektif, serta d) pendekatan RME tidak lebih baik daripada
pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan pembelajaran matematika konvensional
setelah istirahat, dan sebelumnya siswa telah dalam meningkatkan kemampuan
melaksanakan pembelajaran olahraga komunikasi matematis siswa. Kondisi
membuat antusias dan konsentrasi siswa tersebut dilihat dari perhitungan beda rata-
kurang bagus. rata nilai N-gain yang menunjukkan bahwa
rata-rata peningkatan kedua kelas sama. Hal
ini diakibatkan banyaknya tahapan RME yang
terlalu fokus meningkatkan kemampuan

449
Non Bunga, Isrok’atun, Julia

koneksi matematis siswa. Siswa Sumedang). Skripsi PGSD UPI Sumedang:


menunjukkan respon positif terhadap Tidak diterbitkan.
pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan RME. Faktor pendukung Maulana. (2008). Dasar-dasar Keilmuan
pendekatan RME antara lain: 1) kinerja guru Matematika. Bandung: Royyan Press.
yang optimal, 2) antusias siswa dalam
melaksanakan pembelajaran, serta 3) Maulana. (2009). Model Pembelajaran di
pembelajaran yang dilaksanakan sebelum Sekolah Dasar. Sumedang: Universitas
istirahat. Sedangkan faktor penghambat Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang.
antara lain: 1) sulit membentuk kelompok
yang heterogen, 2) sulit mengubah kebiasaan Nurfitriana, E. (2013). Pengaruh Pendekatan
belajar siswa, 3) sering ada siswa yang Matematika Realistik dalam
bertengkar, bahkan berkelahi, serta 4) Meningkatkan Kemampuan Koneksi
pembelajaran yang dilaksanakan setelah Matematis dan Motivasi Belajar Siswa
istirahat, dan siswa sebelumnya telah Sekolah Dasar pada Materi Skala. Skripsi
melaksanakan pembelajaran olahraga. PGSD UPI Sumedang: Tidak diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA Putri, I. J. (2013). Pengaruh Pendekatan


Realistic Mathematics Education (RME)
BSNP. (2006). Kurikulum 2006 (Peraturan untuk Meningkatkan Kemampuan
Mendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 Komunikasi Matematis Siswa dalam
tentang Standar Isi untuk Satuan Materi Pecahan. Skripsi PGSD UPI
Pendidikan Dasar). Jakarta: BP. Dharma Sumedang: Tidak diterbitkan.
Bhakti.
Suwangsih, E. dan Tiurlina. (2006). Model
Budiningsih, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Press.

Handawati, E. (2015). Pengaruh Pendekatan Tarigan, D. (2006). Pembelajaran


Realistic Mathematics Education (RME) Matematika Realistik. Jakarta:
terhadap Kemampuan Komunikasi Departemen Pendidikan Nasional
Matematis Siswa Sekolah Dasar pada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Materi Unsur-unsur dan Sifat-sifat Bangun Direktorat Ketenagaan.
Ruang (Penelitian Eksperimen pada Siswa
Kelas IV SDN Paseh 1 dan SDN Legok 1 Walle, J.A.V.D. (2008). Matematika Sekolah
Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang). Dasar dan Menengah Jilid 1. Jakarta:
Skripsi PGSD UPI Sumedang: Tidak Erlangga.
diterbitkan.

Lugina, M. G. (2015). Pengaruh Pendekatan


Matematika Realistik terhadap
Kemampuan Koneksi Matematis Siswa
pada Materi Keliling dan Luas Lingkaran
(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa
Kelas V SDN Sindang 2 dan SDN Sindang 3
Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten

450

Anda mungkin juga menyukai