ABSTRACT
The study aimed to find plant spacing for better growth and yield of wetland rice crops
under direct seeded planting system. The study was arranged in a Randomized Block design with
two factors i.e. two different spatial plantings and three kinds of Jajar Legowo patterns. The plant
spacing of 25 cm x 25 cm with Jajar Legowo pattern of 2:1 produced highest grain yield (8.21 ton
ha-1) followed by the plant spacing of 20cm x 20cm with Jajar Legowo pattern of 3:1 (7.21 ton ha-
1
). Jajar Legowo pattern of 3:1 resulted in better plant height (74.80cm), similarly plant spacing of
25cm x 25 cm also had same plant height, more tiller number (30.69) and panicles per clump,
longer panicle length and more grain number.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendapatkan jarak tanam yang lebih baik pada masing-masing
pola jarak tanam yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah dalam sistem
tabela ; mendapatkan jarak tanam yang lebih baik pada budidaya padi sawah. Desain penelitian
menggunakan rancangan acak kelompok dengan 2 faktor, faktor pertama yaitu jarak tanam dengan
2 taraf dan faktor kedua yaitu pola jajar legowo dengan tiga taraf sehingga diperoleh 6 kombinasi
perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali sebagai kelompok sehingga diperlukan 18
petak percobaan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam yang lebih baik adalah jarak
tanam 20 cm x 20 cm pada pola jajar legowo 3:1 memberikan hasil lebih baik, yang ditunjukkan
dengan hasil gabah per hektar lebih tinggi (7,21 ton ha-1) sedangkan pada jarak tanam 25 cm x 25
cm pada pola jajar legowo 2:1 memberikan hasil gabah per hektar lebih baik (8,17 ton ha-1).Pola
jarak tanam yang lebih baik adalah pola jajar legowo 3:1 dapat menghasilkan tanaman lebih tinggi
(74,80 cm) serta penggunaan jarak tanam 25 cm x 25 cm menghasilkan tanaman lebih tinggi (74,80
cm), anakan lebih banyak (30,69), malai per rumpun lebih banyak, malai lebih panjang dan jumlah
gabah lebih banyak.
Tabel 2. Rata-rata Jumlah Anakan Umur 30 HST pada Jarak Tanam dan Pola Jarak Tanam
yang Berbeda
Pola jarak tanam
Pola Jajar BNJ
Perlakuan Pola Jajar Rata-rata
Pola Simetris Legowo 0,05
Legowo 3:1
2:1
Jarak tanam 20 cm x 20 cm 25,19 26,06 30,67 27,31a
2,94
Jarak tanam 25 cm x 25 cm 30,00 29,97 32,10 30,69b
Rata-rata 27,59 28,02 31,39 - -
Ket : Rata-rata yang Diikuti Huruf Sama pada Kolom yang Sama, Tidak Berbeda pada Taraf Uji
BNJ α 0,05
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Anakan Umur 45 HST dan 60 HST pada Jarak Tanam dan Pola Jarak
Tanam yang Berbeda
Pola Jarak Tanam
BNJ
Perlakuan Pola Pola Jajar Pola Jajar
0,05
Simetris Legowo 2:1 Legowo 3:1
45 Jarak tanam 20 cm x 20 cm 33,50 ap 32,75 ap 36,03 ap
3,32
HST Jarak tanam 25 cm x 25 cm 48,42cq 32,11 pa
41,00 bq
BNJ 0,05 5,01
60 Jarak tanam 20 cm x 20 cm 22,17 ap 20,47 ap 22,63 ap
1,71
HST Jarak tanam 25 cm x 25 cm 29,97 cq 21,69 pa
25,60 bq
BNJ 0,05 2,58
Ket : Angka-angka yang Diikuti Huruf Sama pada Baris (a,b) atau Kolom (p,q) yang Sama
Masing-Masing Umur Tanaman Tidak Berbeda pada Uji BNJ α 0,05
216
tanaman padi yang berada di tengah, karena Panjang Malai dan Jumlah Gabar per
tanaman pinggir akan memperoleh sinar Malai. Sidik ragam menunjukkan bahwa
matahari yang lebih banyak. perlakuan jarak tanam berpengaruh sangat
nyata terhadap panjang malai dan jumlah
Jumlah Malai Per Rumpun. Sidik ragam
gabah per malai, dan pada pola jarak tanam
menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam,
serta interaksi antara kedua perlakuan tidak
pola jajrak tanam serta interaksi antara
berpengaruh terhadap panjang malai dan
keduanya berpengaruh sangat nyata
jumlah gabah per malai. Rata-rata panjang
terhadap jumlah malai per rumpun. Rata-
malai dan jumlah gabah per malai di sajikan
rata jumlah malai per rumpun di sajikan
pada Tabel 5.
pada Tabel 4.
Hasil uji BNJ (Tabel 5) menunjukkan
Hasil uji BNJ (Tabel 4) menunjukkan
bahwa jarak tanam 25 cm x 25 cm
bahwa pengaruh jarak tanam berbeda pada
menghasilkan malai lebih panjang termasuk
setiap pola jarak tanam. Pada setiap pola
dalam malai dengan ukuran sedang berbeda
jarak tanam penggunaan jarak tanam 25 cm
dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Hal ini
x 25 cm menghasilakan malai lebih banyak
sesuai dengan pendapat Pracaya dan
berbeda dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm.
Khono, (2011), yang menyatakan bahwa
Tabel 4 juga menunjukkan bahwa pengaruh
panjang malai tanaman padi digolongkan ke
pola jarak tanam berbeda pada jarak tanam
dalam 3 kelompok yaitu malai pendek bila
25 cm x 25 cm tetapi tidak berbeda pada
panjangnya kurang dari 20 cm, malai
jarak tanam 20 cm x 20 cm, pada jarak
sedang bila panjang malai 20-30 cm dan
tanam 25 cm x 25 cm pola simetris
malai panjang bila panjang malai lebih dari
menghasilkan malai lebih banyak berbeda
30 cm. Pada Tabel 5 juga menunjukkan
dengan pola jarak tanam lainnya. Hal ini
bahwa pengaruh jarak tanam 25 cm x 25 cm
diduga disebabkan populasi pada pola jajar
menghasilkan gabah per malai lebih banyak
legowo 2:1 dan pola jajar legowo 3:1 lebih
berbeda dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm.
banyak sehingga mengakibatkan terjadinya
Hal ini diduga disebabkan karena adanya
persaingan antar tanaman dalam memperoleh
pengaruh jarak tanam yang lebih renggang
unsur hara, cahaya matahari untuk proses
pada pola jajar legowo sehingga dapat
fotosintesis dan ruang untuk tumbuh
menghasilkan malai yang panjang serta
sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan
bulir-bulir yang terbentuk pada malai-malai
anakan produktif, karena jumlah malai atau
tersebut lebih banyak. Menurut Sohel, dkk
anakan produktif berkaitan dengan jumlah
(2009), jarak tanam yang optimum akan
anakan tanaman padi, dimana semakin
memberikan pertumbuhan bagian atas
banyak jumlah anakan maka jumlah malai
tanaman yang baik sehingga dapat
yang terbentuk juga semakin banyak. Husna
memanfaatkan lebih banyak cahaya
(2010), menyatakan bahwa anakan produktif
matahari dan pertumbuhan bagian akar
merupakan anakan yang berkembang lebih
yang juga baik sehingga dapat memanfaatkan
lanjut dan menghasilkan malai. Jarak tanam
lebih banyak unsur hara. Banyaknya gabah
yang lebar akan meningkatkan penangkapan
per malai menunjukkan bahwa terdapat
radiasi surya oleh tajuk tanaman, sehingga
banyaknya gabah pada suatu malai pada
meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti
tanaman padi, banyaknya suatu rumpun
jumlah anakan produktif (Kurniasih dkk.
sangat menentukan hasil panen secara
2008). Menurut Soemartono dkk, (1984),
keseluruhan. Panjang malai yang panjang
tanaman padi akan cepat membentuk
akan mempengaruhi jumlah gabah yang
anakan bila ketersediaan air dan unsur hara
diperoleh, panjang malai berpengaruh terhadap
cukup memadai serta ditunjang dengan
jumlah gabah per malai. Jumlah gabah yang
intensitas cahaya matahari dan suhu yang
terbentuk pada masing-masing malai
optimum.
menurut Darwis (1979) ditentukan oleh
217
panjang malai dan jumlah cabang malai, tanam pengaruhnya tidak nyata terhadap
dimana masing-masing akan menghasilkan berat 1000 butir.
gabah. Banyaknya gabah per malai Berat Kering. Sidik ragam menunjukkan
menunjukkan bahwa terdapat banyaknya bahwa perlakuan pola jarak tanam dan jarak
gabah pada suatu malai tanaman padi. tanam pengaruhnya tidak nyata terhadap
Banyaknya suatu rumpun sangat menentukan berat kering.
hasil panen secara keseluruhan.
Hasil Per Hektar. Sidik ragam menunjukkan
Presentasi Gabah Hampa. Sidik ragam bahwa pada perlakuan jarak tanam tidak
menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh tetapi pada pola jarak tanam
dan pola jarak tanam pengaruhnya tidak dan interaksi antara kedua perlakuan
nyata terhadap presentasi gabah hampa.
berpengaruh terhadap hasil per hektar.
Berat 1000 Butir. Sidik ragam menunjukkan Rata-rata hasil per hektar di sajikan pada
bahwa perlakuan jarak tanam dan pola jarak Tabel 6.
Tabel 4. Rata-rata Jumlah Malai Per Rumpun pada Jarak Tanam dan Pola Jarak Tanam yang
Berbeda.
Pola Jarak Tanam
Perlakuan Pola Jajar Pola Jajar BNJ 0,05
Pola Simetris
Legowo 2:1 Legowo 3:1
Jarak tanam 20 cm x 20 cm 15,67 ap 14,67 ap 15,43 ap
c a 0,89
Jarak tanam 25 cm x 25 cm 23,03 q 16,79 q 18,37 bq
BNJ 0,05 1,35
Ket : Angka-angaka yang Diikuti Huruf Sama pada Baris (a,b) atau Kolom (p,q) yang sama, Tidak
Berbeda pada Taraf Uji BNJ α 0,05
Tabel 5. Rata-rata Panjang Malai dan Jumlah Gabah Per Malai pada Jarak Tanam
Tabel 6. Rata-rata Hasil Per Hektar pada Jarak Tanam dan Pola Jarak Tanam yang Berbeda
Pola Jarak Tanam
BNJ
Perlakuan Pola Jajar Pola Jajar
Pola simetris 0,05
Legowo 2:1 Legowo 3:1
Jarak tanam 20 cm x 20 cm 6,83 abq 6,39 ap 7,21 bq
b 0,44
Jarak tanam 25 cm x 25 cm 6,33 p 8,17 cq 5,20 ap
BNJ 0,05 0,66
Ket : Angka-angka yang Diikuti Huruf Sama pada Baris (a,b) atau Kolom (p,q) yang Sama, Tidak
Berbeda Pada Taraf Uji BNJ α 0,05
218
Hasil uji BNJ (Tabel 6) menunjukkan sehingga semua tanaman mendapat efek
bahwa pengaruh jarak tanam berbeda pada samping (border effect), dimana tanaman
setiap pola jarak tanam. Pada pola simetris yang mendapat efek samping produksinya
dan pola jajar legowo 3:1, jarak tanam 20 lebih tinggi dari yang tidak mendapat efek
cm x 20 cm di peroleh hasil gabah per samping. Tanaman yang mendapat efek
hektar lebih tinggi sedangkan pada pola samping, menjadikan tanaman mampu
jajar legowo 2:1 penggunaan jarak tanam memanfaatkan faktor-faktor tumbuh yang
25 cm x 25 cm di peroleh hasil gabah per tersedia seperti cahaya matahari, air dan
hektar lebih tinggi. Tabel 6 juga menunjukkan CO2 dengan lebih baik untuk pertumbuhan
bahwa pengaruh pola jarak tanam berbeda dan pembentukan hasil, karena kompetisi
pada setiap jarak tanam. Pada jarak tanam yang terjadi relatif kecil (Harjadi, 1979).
20 cm x 20 cm pola jajar legowo 3:1 di Tanaman padi yang berada dipinggir
peroleh hasil gabah lebih tinggi berbeda memiliki pertumbuhan dan perkembangan
dengan pola jajar legowo 2:1 tetapi tidak yang lebih baik dibanding tanaman padi
berbeda dengan pola simetris sedangkan yang berada di tengah.
pada jarak tanam 25 cm x 25 cm pola 2:1 di Indeks Panen. Sidik ragam menunjukkan
peroleh hasil gabah per hektar lebih tinggi bahwa perlakuan jarak tanam dan pola jarak
berbeda dengan perlakuan lainnya. Hal ini tanam pengaruhnya tidak nyata terhadap
diduga disebabkan karena banyaknya gabah indeks panen.
yang berisi daripada gabah yang hampa
pada perlakuan pola jajar legowo 2:1 dan KESIMPULAN DAN SARAN
3:1 dibandingkan dengan pola simetris yang
menghasilkan hasil gabah per hektar Kesimpulan
rendah. Pemanfaatan ruang kosong pada
pola jajar legowo menyebabkan proses Dari hasil dan pembahasan maka
fotosintesis berlangsung efektif pada fase dapat disimpulkan sebagai berikut:
generatif hasil fotosintesis lebih banyak Jarak tanam yang lebih baik adalah
dibawa kebiji sehingga hasil gabah lebih jarak tanam 20 cm x 20 cm pada pola jajar
tinggi (Irmayanti, 2011). Tinggi rendahnya legowo 3:1 memberikan hasil lebih baik,
berat biji tergantung dari banyak atau yang ditunjukkan dengan hasil gabah per
tidaknya bahan kering yang terkandung hektar lebih tinggi (7,21 ton ha-1) sedangkan
dalam biji. Bahan kering dalam biji diperoleh pada jarak tanam 25 cm x 25 cm pada pola
dari hasil fotosintesis yang selanjutnya jajar legowo 2:1 memberikan hasil gabah
dapat digunakan untuk pengisian biji. per hektar lebih baik (8,17 ton ha-1).
Pengaruh jarak tanam dan efek dari Pola jarak tanam yang lebih baik
tanam pinggir pada pola jajar legowo, adalah pola jajar legowo 3:1 dapat
dimana tanaman cukup mendapat suplai menghasilkan tanaman lebih tinggi (74,80 cm).
nutrisi, air dan sinar matahari. Dengan Saran
demikian akan mengakibatkan proses
Disarankan untuk penelitian tentang
fotosintesis berlangsung optimal. Hasil
budidaya padi selanjutnya, sebaiknya
penelitian (Abdulah, 2004) mendapatkan
menggunakan pola jajar legowo 2:1 dengan
hasil padi dengan sistem tanam legowo
menggunakan jarak tanam 25 cm x 25 cm
lebih tinggi bila dibandingkan denagn cara
untuk memperoleh produksi padi yang lebih
petani (sistem tegel/simetris). Menurut
tinggi dengan menggunakan sistem tabela.
(Triny dkk, 2004), sistem tanam legowo 2:1
akan menjadikan semua barisan rumpun DAFTAR PUSTAKA
tanaman berada pada bagian pinggir,
dengan kata lain seolah-olah semua rumpun Abdullah, S. 2004. Pengaruh Perbedaan
tanaman berada di pinggir galengan, Jumlah dan Umur Bibit Terhadap
219
Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah.
Dalam Lamid, Z., et al. (Penyunting). Pahruddin, A, Maripul dan P, Rido. 2004. Cara
Prosiding Seminar Nasional Tanam Padi Sistem Legowo
Penerapan Agroinovasi Mendukung Mendukung Usaha Tani di Desa
Ketahanan Pangan dan Agribisnis. Bojong, Cikembar Sukabumi. Buletin
Sukarami, 10-11 Agustus 2004; 154- Teknik Pertanian. 9 (1).
161 hlm.
Pracaya, P. dan C. Khono, 2011. Kiat sukses
Balai Benih Padi. 2012. Tanam jajar legowo. Budidaya Tanaman Padi. PT
http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/ind Macanan Jaya Cemerlang. Klaten.
ex.php/in /berita/info-aktual/491-
tanam-jajar-legowo. Diakses 22 Salahuddin, K.M., S.H. Chowhdury, S. Munira,
September 2016 M.M. Islam, & S. Parvin. 2009.
Response of Nitrogen and Plant
BPS, 2015. Produksi Padi sawah (Sulawesi Spacing of Transplanted Aman Rice.
Tengah dalam Angka Tahun 2015). Bangladesh J. Agril. Res. 34(2) : 279-
Diolah dari SP-Padi dan Survei 285.
Ubinan
Saragih, B. 2001. Keynote Address Ministers of
Darwis, S.N. 1979, Agronomi Tanaman Padi, Agriculture Government of Indonesia.
Jilid I. Teori Pertumbuhan dan 2nd National Workshop On Strengthening
Meningkatkan Hasil Padi, Lembaga The Development And Use of Hibrid
Pusat Penelitian Pertanian Perwakilan Rice In Indonesia. 1:10
Padang. 68 hal.
Sarief. S, 1989, Kesuburan dan Pemupukan
Husna, Y. 2010. Pengaruh Penggunaan Jarak Tanah Pertanian. Pustaka Buana,
Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Bandung.
Produksi Padi Sawah (Oryza sativa
L.) Varietas IR 42 dengan Metode Setyati. S, 1988. Pengantar Agronomi. PT.
SRI (System of Rice Intensification). Gramedia. Jakarta.
J. Jurusan Agroteknologi. Fakultas
Pertanian. Universitas Riau. Vol. 9. Sinar Tani, 2011. Merubah Sistim Persemaian,
Hal 2-7. Menghasilkan Anakan Padi 80
Batang Perumpun.
Irmayanti, A., 2011. Respons Beberapa
Varietas Padi Terhadap Dua Sistem Soemartono, Bahrin, Hardjono, dan Iskandar,
Tanam. Tesis. Program Studi Ilmu- 1984. Bercocok Tanam Padi. CV.
ilmu Pertanian Program Pasca Yasaguna. Jakarta.
Sarjana. Universitas Tadulako. al Performance of Transplant Aman Rice Under
Different Hill Densities. Bangladesh
Kurniasih, B.A., S. Fatimah, D.A. Purnawati. J. Agril. Res. 34(1): 33 – 39.
2008. Karakteristik Perakaran
Tanaman Padi Sawah IR64 (Oryza Triny .S. Kadir, E. Suhartatik dan E. Sutisna.
sativa L.) pada Umur Bibit dan Jarak 2004. Petunjuk Teknis Budidaya PTB
Tanam yang Berbeda. J. Ilmu cara PTT. Makalah disampaikan
Pertanian. 15 (1): 15-25. pada Pelatihan Pengembangan
Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB)
Masdar, Musliar K., Bujang R., Nurhajati H., Fatmawati dan VUB lainnya. 31
dan Helmi. 2006. Tingkat Hasil dan Maret-3 April 2014 di Balitpa,
Komponen Hasil Sistem Intensifikasi Sukamandi.
Padi (SRI) Tanpa Pupuk Organik di
Daerah Curah Hujan Tinggi. J. Ilmu Tesar, M.B. 1984. Physiologi Basic of Crop
Pertanian. Vol. 8 (2). 126-131. Growth and Development. AM.
220
Sul.of Agro. Crop Sci Sne of AM., dan Kerapatan Populasi terhadap
Mead Son Wisconsin. USA. Pertumbuhan dan Hasil Bawang Putih
Kultivar Lumbu Hijau. Buletin
Warjido, Z. Abidin dan S. Rachmat. 1990. Penelitian Hortikultura. 19(3) 29-37.
Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang
221