Refrat Jantung Fix II
Refrat Jantung Fix II
PENDAHULUAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan
terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika yang menderita hipertensi,
atau dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan,
hipertensi ini sudah dipastikan dapat merusak organ tubuh, seperti jantung (70%
penderita hipertensi akan merusak jantung), ginjal, otak, mata serta organ tubuh
HT sedang dan 10% HT berat. Pada setiap jenis HT ini dapat timbul krisis
hipertensi dimana tekanan darah (TD) diastolik sangat meningkat sampai 120 –
130 mmHg yang merupakan suatu kegawatan medik dan memerlukan pengelolaan
yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita.2 Angka kejadian krisis
HT menurut laporan dari hasil penelitian dekade lalu di negara maju berkisar 2 –
7% dari populasi HT, terutama pada usia 40 – 60 tahun dengan pengobatan yang
tidak teratur selama 2 – 10 tahun. Angka ini menjadi lebih rendah lagi dalam 10
tahun belakangan ini karena kemajuan dalam pengobatan HT, seperti di Amerika
1
Berbagai gambaran klinis dapat menunjukkan keadaan krisis HT dan
secara garis besar, The Eight Report of the Joint National Comitte on Detection,
tingginya TD, tapi dari kerusakan organ sasaran. Gambaran kilnis krisis HT
berupa TD yang sangat tinggi (umumnya TD diastolik > 120 mmHg) dan menetap
pada nilai-nilai yang tingg idan terjadi dalam waktu yang singkat dan
menimbulkan keadaan klinis yang gawat. Pengobatan yang cepat dan tepat serta
hipertensi.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
agresif.
gagal jantung kiri akut dengan edem pulmonar, unstable angina (ACS),
3
mungkin dalam satu jam dengan memberikan obat-obatan anti hipertensi
intravena.
namun tanpa disertai kerusakan organ target namun pasien dapat mengeluh
pasien ini merupakan pasien hipertensi yang tidak diterapi secara adekuat,
atau tidak terkontrol dengan terapi yang diberikan. Pada keadaan ini
ke fase maligna.
4
4. Hipertensi ensefalopati : kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan
2.2 Epidemiologi
departemen selama 12 bulan, dan frekuensi end organ damage selama 24 jam
pertama. Ditemukan bahwa 76% krisis hipertensi adalah hipertensi urgensi dan
pada pasien yang memiliki gangguan ginjal, termasuk stenosis arteri renalis dan
CKD.6
penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%.
Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9%
tahun 2007 maupun tahun 2013 prevalensi hipertensi perempuan lebih tinggi
5
2.3 Etiologi
- Hipertensi esensial
- Penyakit ginjal
nefritis tubulointersisial
poliarteritis nodusa
2.4 Patofisiologi
6
diperkirakan akibat peningkatan yang cepat dari tekanan darah berhubungan
sindrom tersebut. 8
tekanan darah yang berat. Ketika terdapat peningkatan tekanan darah yang
peningkatan lebih lanjut dari tekanan darah dan kerusakan endotel. Proses ini
emergensi.8
7
Gambar 2.1. Patofisiologi Hipertensi Emergensi
pembuluh darah. Bila tekanan darah turun maka akan terjadi vasodilatasi dan jika
tekanan darah naik akan terjadi vasokonstriksi. Pada individu normotensi, aliran
darah otak masih tetap pada fluktuasi Mean Atrial Pressure (MAP) 60-70 mmHg.
Bila MAP turun di bawah batas autoregulasi, maka otak akan mengeluarkan
8
oksigen lebih banyak dari darah untuk kompensasi dari aliran darah yang
menurun.4
Bila mekanisme ini gagal, maka akan terjadi iskemia otak dengan
manifestasi klinik seperti mual, menguap, pingsan dan sinkop. Pada penderita
autoregulasi ini akan berubah dan bergeser ke kanan pada kurva, sehingga
pengurangan aliran darah dapat terjadi pada tekanan darah yang lebih tinggi. 4
autoregulasi ke arah normal. Dari penelitian didapatkan bahwa baik orang yang
autoregulasi otak adalah kira-kira 25% di bawah resting MAP. Oleh karena itu
Penurunan tekanan darah pada penderita diseksi aorta akut ataupun edema paru
akibat payah jantung kiri dilakukan dalam tempo 15-30 menit dan bisa lebih cepat
penurunan tekanan darah 25% dalam 2-3 jam. Untuk pasien dengan infark serebri
lambat (6-12 jam) dan harus dijaga agar tekanan darah tidak lebih rendah dari
170-180/100 mmHg. 4
9
2.5 Diagnosis9,10,11
Tingginya tekanan darah bervariasi yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan
darah agar tidak mempengaruhi dan merusak organ lain pada tubuh.
penyakit lainnya
1. Anamnesis
Kelainan hormonal
10
Usia: sering pada usia 40 – 60 tahun.
2. Pemeriksaan Fisik
perifer (raba nadi radialis kedua lengan dan kemungkinan adanya selisih
patologis.
3. Pemeriksaan Penunjang
penyakit penyerta, dan kerusakan target organ. Yang sering dilakukan antara lain;
11
komponen darah dan SADT. Pemeriksaan lainnya antara lain foto rontgen toraks,
pengobatan terlaksana).
4. Diagnosis Banding
1. Feokhromositoma
12
Tabel 2.3. Kategori Diagnostik dan Evidence Kerusakan Organ Target
2.6 Tatalaksana4
1. Tatalaksana umum
menurunkan tekanan darah dalam 24 jam awal mean atrial pressure dapat
diturunkan tidak lebih dari 25%. Pada fase awal gold standard dapat diturunkan
13
2. Obat-obatan spesifik untuk anti hipertensi urgensi
a. Captopril
b. Nicardipin
c. Labetalol
Obat gabungan antara α dan β blocking yang memiliki waktu kerja 1-2
diulangi 3-4 jam kemudian , efek samping berupa mual dan sakit
kepala.
14
d. Clonidin
memiliki mula kerja 15-30 menit dan puncaknya 2-4 jam. Dosis awal
darah yang di inginkan. Dosis maksimum 0,7 mg. efek samping adalah
1. Tatalaksana umum
pasien harus berada dalam ruangan ICU agar monitoring tekanan darah dapat
Penurunan mean arterial pressure 10% selama 1 jam awal dan 15% pada 2-3 jam
2. Tatalaksana Khusus
a. Neurologik emergensi
darah pada tekanan darah > 180/105 mmHg pada hipertensi dengan
secara hati hati 1-2 jam awal untuk menentukan apakah tekanan darah
15
akan menurun secara spontan. MAP secara terus menerus
b. Emergensi kardiak
Gawat darurat pada jantung seperti iskemik akut pada otot jantung
,edem paru dan diseksi aorta . pada pasien hipertensi emergensi yang
aliran darah arteri koroner. Pada pasien keadaan diseksi aorta akut
c. Gagal ginjal
d. Hyperadrenergik states
16
dan tambahan golongan beta blocker dapat diberikan sampai tekanan
darah tercapai.
2.7 Prognosis 4,
WHO membuat tabel stratifikasi dan membuat tiga kategori risiko yang
kedepan: (1) risiko rendah, kurang dari 15% (2) risiko menengah, sekitar 15-20%
Tabel 2.4 Faktor resiko yang mempengaruhi prognosis dari penyakit hipertensi
Faktor Resiko
Laki-laki
Usia (laki-laki ≥55 tahun, perempuan usia ≥65 tahun)
Perokok
Dislipidemia
Kolesterol total >4,9 mmol/L (190mg/dL), dan/atau
LDL kolesterol >3.0 mmol/L(115mg/dL) dan/atau
HDL kolesterol: laki-laki <1.o mmol/L (40 mg/dL), perempuan ,1.2
mmol/L (46mg/dL), dan/atau
Trigliserida >1,7mmol/L (150 mg/dL)
Gula darah puasa 5.6-6.9 mmol/L (102-125 mg/dL)
Tes toleransi glukosa terganggu
Obesitas (BMI ≥ 30 kg/m2)
Obesitas sentral (lingkar perut: laki-laki ≥102 cm; perempuan ≥ 88 cm)
Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular (laki-laki usia < 55 tahun;
perempuan <65 tahun
Kerusakan organ asimptomatik
Tekanan nadi ≥ 60 mmHg
EKG terdapat LVH
17
Echocardigraphy LVH
Penebalan dinding karotid (IMT> 0.9 mm) atau plak
PWV carotid – femoral >10 m/s
Ankle-brachial index <0.9
CKD dengan eGFR 30-60 ml/mln/1.73 m2
Mikroalbuminemia (30-300 mg/24 jam), atau rasio albumin kreatinin (30-300
mg/g; 3.4-34 mg/mmol)
Diabetes melitus
Gula darah puasa ≥7.0 mmol/L (126mg/dL)
HbAtc >7% (53 mmol/mol), dan/atau
Gula darah sesudah load >11.00mmol/L (198mg/dL)
Kelainan kardiovaskuler atau penyakit ginjal
Penyeakit serebrovaskuler: stroke iskemik; perdarahan serebral, transient
ischaemic attack
CHD: infeksi miokard; angina; revaskularisasi miokard dengan PCI atau CABG
Gagal jantung, termasuk gagal hati dengan preserved EF
Penyakit arteri periferpada ekstreminitas bawah psimtomatis
CKD dengan eGFR ,30 mL/min/1.73 m2, proteinuria (>300 mg/24 jam)
18
TDS: Tekanan darah diastolik, TDD: tekanan darah diastolik, TOD: Target organ
damage, ACC: associated clinical conditions.
Penyebab kematian tersering adalah stroke (25%) , gagal ginjal (19%) dan
gagal jantun (13%). Prognosis menjadi lebih baik apabila penangannannya tepat
dan segera.
19
BAB 3
KESIMPULAN
20
Daftar Pustaka
21