Anda di halaman 1dari 4

PENDEKATAN FORENSIK TERHADAP KASUS KEMATIAN AKIBAT LUKA

BAKAR: SEBUAH LAPORAN KASUS

ABSTRAK

Cedera yang terjadi akibat kebakaran diketahui memiliki tingkat mortalitas yang sangat
tinggi. Luka bakar terjadi akibat produk termal, elektrik, dan mekanik dapat merupakan sebuah
kecelakaan, bunuh diri, atau bahkan homisida. Karena penyelidikan dan penelitian tentang hal ini
terbatas dalam mengidentifikasi pola dan penyebab, originator dan mekanisme yang akurat tidak
diketahui secara pasti. Di sini, kami melaporkan sebuah kasus seorang wanita usia 25 tahun yang
meninghal akibat cedera antemortem dengan jelaga ditemukan di trakea.

PENDAHULUAN

Terdapat beberapa jenis trauma termal, baik yg letal maupun letal, termausk luka bakar
api yang bisa membakar hangus kulit dan rambut, scalding dari cairan panas, dan luka bakar
akibat kontak dengan benda yang panas. Luka bakar termasuk masalah kesehatan kesehatan
mayor dengan insiden sekitar 265000 kematian setiap tahunnya. Di india, 1000.000 orang setiap
tahun mengalami luka bakar sedang hingga berat. Luka bakar akibat kecelakaan merupakan
mekanisme luka bakar tersering yang terjadi. Diperkirakan sekitar 10% dari semua kematian
terjadi akibat kebakaran di perumahan di negara berkembang, dengan seperempatnya adalah
lansia. Luka bakar merupakan mode suicide dan homicide yang penting di dunia. Luka bakar
juga merupakan jenis trauma paling sering keempat di dunia seelah kecelakaan lalu lintas,
terjatuh, dan kekerasan perseorangan.

Berbagai faktor bisa menyebabkan fatalitas akibat kebakaran. Salah satu yang paling
sering adalah inhalasi asap dan luka bakar. Pada pemeriksaan korban yang meninggal akibat
menghirup asap biasanya ditemukan luka bakar dan jelaga pada lubang hidung dan mulut, dan
COATING pada laring, trakea, bronkus saat autopsi. Jelaga atau arang dapat dilihat dengan mata
telanjang 2 atau 3 hari setelah inhalasi asap. Luas luka bakar dinilai dengan metode klasik “Rule
of Nine”: kepala (9% permukaan tubuh), ekstremitas atas (masing-masing 9%), batang tubuh
depan (18%), punggung (18%), masing-masing ekstremitas bawah (18%), dan perineum (1%).
Hampir seluruh korban kebakaran rumah meninggal akibat paparan gas karbon monoksida. Pada
tempat tertutup, selain karbon monoksida, hidrogen sianida juga berperan dalam menyebabkan
kematian akibat inhalasi asap. Sekitar 45% pasien luka bakar meninggal akibat septikemia.
Penetuan pemeriksaan ante dan post-mortem pada luka bakar merupakan hal yang penting, tepi
luka bakar yang memerah bisa dijadikan poin sebagai etiologi antemortem, namun temuan ini
tidak bisa dijadikan kesimpulan. Investigasi medikolegal pada kasus mati akibat luka bakar harus
berurusan dengan cara dan sebab mati, perkara di tempat kematian, waktu semenjak kematian,
perjalanan penyakit luka bakar baik ante mortem maupun post-mortem.

LAPORAN KASUS

Seoarang wanita usia 25 tahun dibawa dalam keadaan sudah meninggal ke rumah sakit
tersier kami setelah trauma termal luka bakar. Jasadnya dibawa ke departemen kami untuk
pemeriksaan post-mortem. Dari pengakuan pengantar, diketahui bahwa korban ditemukan di
dalam rumah yang sudah terbakar karena sebab yang tidak diketahui. Korban merupakan wanita
yang cukup berbadan. Dari pemeriksaan ditemukan rigor mortis di seluruh tubuh dan lividitas
post mortem tidak bisa dinilai karena luka bakar yang sangat luas. Pugilistic attitude ditemukan
pada pemeriksaan luar. Pugilistic attitude merupakan karekteristik yang ditemukan pada akibat
efek termal pada otot yang menyebabkan kontraksi sehingga meembentuk sebuah posisi yang
menyerupai cara berdiri petinju. Luka bakar dermo-epidermal ditemukan diseluruh badan
korban. Heat rupture dengan berbagai bentuk dan ukuran ditemukan di kepala, kedua lengan dan
tungkai, dan kedua punggung kaki. Pada pemeriksaan dalam ditemukan jelaga in saluran napas
atas dan bronkus intrapulmonar. Cherry-red coloration ditemukan pada darah, otot, serta
kongesti organ dalam juga ditemukan pada pemeriksaan. Sampel organ yang dikirim untuk
analisis kimia dan analisis toksikologi menunjukkan hasil negatif.

DISKUSI
Kematian tidak disengaja akibat kebakaran sebagian besar melibatkan anak-anak dan
orang tua yang bermain dengan atau menggunakan mancis dan korek api. Kebakaran di ruang
tertutup seperti sebuah ruangan bisa menghasilkan fenomena yang disebut flashover, sering
melibatkan pemanas atau perangkat berbahan gas. Begitu api mulai menyala, ia menghasilkan
panas yang memancar, gas panas, dan asap. Pembakaran diri adalah kematian yang dramatis oleh
karena api, dan terutama terjadi pada orang dewasa berusia antara 20 dan 40 tahun, yang
menderita gangguan jiwa atau dengan riwayat penyalahgunaan alkohol atau zat terlarang. Usaha
bunuh diri biasanya menuangkan cairan yang mudah terbakar pada diri mereka sendiri,
umumnya bensin, dan membakar diri sendiri. Penggunaan cairan yang mudah terbakar adalah
metode yang paling umum. Kontainer dan mancis atau korek api biasanya ada di tempat
kejadian. Umumnya, usaha bunuh diri semacam itu mengakibatkan luka bakar tingkat tiga di
sebagian besar tubuh mereka, dengan luka bakar paling banyak mengenai bagian depan tubuh.
Cedera panas sering terjadi dan sering rumit, rumit karena bercampur aduk dan menjadi
bagian yang kecil-kecil. Tujuan utama dalam melakukan otopsi apakah orang tersebut hidup atau
mati pada saat kebakaran dimulai. Bukti kelangsungan hidup bergantung pada dokumentasi
semua cedera fatal dan pemeriksaan pada individu yang menghirup asap biasanya akan
memperlihatkan adanya jelaga di lubang hidung dan mulut serta melapisi laring, trakea, dan
bronkus (Gambar 1). Partikel jelaga dan cedera panas lainnya mengindikasikan bahwa pasien
sedang bernapas dalam api. Tidak adanya partikel jelaga tidak membuktikan bahwa pasien sudah
meninggal saat kebakaran dimulai kecuali ada bukti yang masuk akal bahwa api itu bukan api
yang menyala. Sikap pugilistik yang terlihat pada tubuh hangus mengacu pada punggung
melengkung, ketinggian lengan, dan fleksi sedikit pada pinggul dan lutut yang menyerupai posisi
petinju (Gambar 2). Postur ini disebabkan oleh efek panas pada otot, menyebabkan beberapa
kelompok otot berkontraksi saat mereka menjadi dingin, menarik bagian tubuh ke posisi khas ini.
Selain itu, kulit bisa terbelah yang tidak begitu dalam dan menyerupai luka yang diiris (Gambar
3).
Endapan jelaga di jalan napas seharusnya tidak mengarah pada kesimpulan awal bahwa
korban meninggal karena keracunan dari asap api. Partikel jelaga dapat, dalam keadaan tertentu,
berada pada saluran pernafasan juga jika pembakaran secara khusus setelah kematian. Dalam
kasus kematian akibat pembunuhan, dimana korban dibakar untuk menyembunyikan metode
kematian, zat akseleran tidak dapat terdeteksi dalam darah, jelaga tidak dapat ditemukan di
saluran napas, dan konsentrasi karboksihemoglobin tidak lebih tinggi daripada yang ditemukan
pada perokok. Ada banyak kasus di mana tidak ada jelaga di laring atau trakea, namun analisis
darah untuk karbon monoksida menunjukkan tingkat mematikan. Masuknya jelaga ke dalam
trakea, baik saat sayatan pada leher yang hangus saat otopsi atau disintegrasi dari pembakaran,
memberi kesan palsu berupa asap yang terisap. Namun menurut kasus yang dilaporkan, partikel
jelaga terlihat sepanjang saluran pernapasan dari trakea ke terminal bronkus dan ditemukan
melekat pada mukosa yang bercampur dengan lendir merupakan partikel jelaga yang terinhalasi
ante mortem.
KESIMPULAN
Pengamatan penting pada kematian akibat kebakaran adalah inhalasi asap, seperti yang
dikonfirmasi dengan pemeriksaan trakea / bronkus atas jelaga permukaan. Tidak adanya jelaga di
saluran pernapasan tidak diperhitungkan dalam menarik kesimpulan bahwa paparan api terjadi
setelah kematian. Terlepas dari inhalasi jelaga sebagai parameter vitalitas, ada tanda vital lainnya
yang mencakup, garis kemerahan (line of redness), vesikel/lepuh yang mengandung cairan
serous, infeksi, inflamasi pada dasar dari bagian yang melepuh, penyembuhan dengan jaringan
granulasi, reaksi inflamasi, peningkatan reaksi enzim dan > 5% COHb dalam darah. Signifikansi
parameter vitalitas saja masih terbatas.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada penulis berbagai artikel
ilmiah yang diterbitkan di berbagai situs serta referensi buku dan jurnal.

Anda mungkin juga menyukai