Anda di halaman 1dari 72

PENGARUH PERBEDAAN PENGGUNAAN BENTUK MATA

PANCI NG TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR


(Trichiurus sp.) DI PALABUHANRATU

REGI FIJ I ANGGAWANGSA

SKRIPSI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANI AN BOGOR
2008

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


PERNYATAAN MENGENAI SK RIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

PENGARUH PERBEDAAN PENGGUNAAN BENTUK MATA PANCING


TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR (Trichiurus sp.)
DI PALABUHANRATU

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, Februari 2008

Regi Fiji Anggawangsa


C54104040

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


ABSTRAK

REGI FIJ I ANGGAWANGSA. Penga r uh Per bedaan Penggunaan Bentuk Mata


Pancing Ter hada p Hasil Tangka pan Layur (Trichiurus sp.) Di Palabuhanr atu.
Dibimbing oleh BAMBANG MURDIYANTO

Ikan layur (Trichiurus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan yang potensial
karena nilai produksinya yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan meningkatnya
permintaan ekspor ke luar negeri. Rawai vertikal merupakan salah satu alat penangkap ikan
layur di Palabuhanratu. Pengembangan metode dan teknologi dalam unit penangkapan rawai
vertikal ini sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil tangkapan, salah satunya adalah
dengan modifikasi mata pancing. Biasanya mata pancing yang digunakan nelayan rawai
vertikal adalah mata pancing tunggal. Selain mata pancing tunggal terdapat juga berbagai
jenis mata pancing, salah satunya adalah mata pancing ganda yang dipasang berangkai
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil tangkapan rawai yang menggunakan
mata pancing tunggal dengan rawai yang menggunakan mata pancing ganda yang dipasang
berangkai.
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental fishing. Digunakan dua jenis rawai
sebagai perlakuan yaitu rawai yang menggunakan mata pancing tunggal dan rawai yang
menggunakan mata pancing ganda yang dipasang berangkai. Kedua rawai tersebut terdiri dari
10 tali cabang yang diujungnya terdapat mata pancing. Mata pancing yang digunakan adalah
mata pancing nomor 9 untuk mata pancing tunggal dan nomor 9 dan nomor 12 untuk mata
pancing ganda. Kedua jenis rawai dioperasikan bersamaan selama kurang lebih 30 menit.
Data yang diperoleh berupa jumlah hasil tangkapan, jenis hasil tangkapan yang didapat, berat
tubuh, panjang tubuh dan posisi ikan tertangkap pada mata pancing ganda.
Berdasarkan hasil uji peringkat bertanda Wilcoxon didapatkan perbedaan yang nyata
antara hasil tangkapan rawai yang menggunakan mata pancing tunggal dan rawai yang
menggunakan mata pancing ganda. Rawai yang menggunakan mata pancing ganda
menghasilkan hasil tangkapan yang lebih banyak dibandingkan rawai yang menggunakan
mata pancing tunggal.

Kata kunci : Ikan layur (Trichiurus sp.), rawai, mata pancing.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


PENGARUH PERBEDAAN PENGGUNAAN BENTUK MATA
PANCI NG TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR
(Trichiurus sp.) DI PALABUHANRATU

Oleh :
REGI FIJ I ANGGAWANGSA
C54104040

Skr ipsi
sebagai salah satu sya rat untuk memper oleh gelar
Sar ja na Per ikana n pada
Depar tema n Pema nfa atan Sumber daya Per ikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANI AN BOGOR
2008

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


KATA PENGANTAR

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini berjudul Pengar uh Per bedaan Penggunaan Bentuk Mata Pancing
Ter hadap Hasil Tangkapa n Layur (Trichiurus sp.) di Pala buha nr a tu.
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk membandingkan hasil tangkapan
layur antara rawai vertikal yang menggunakan mata pancing tunggal dengan rawai
vertikal yang menggunakan mata pancing ganda yang dipasang berangkai. Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan teknologi
penangkapan ikan khususnya pada perikanan layur kepada nelayan di Palabuhanratu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan penulisan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.

Bogor, Februari 2008

Penulis

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Pengar uh Per bedaa n Penggunaa n Bentuk Ma ta Pancing ter hada p Hasil
Tangkapan Layur (Trichiurus sp.) di Palabuha nr a tu sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih banyak kepada :
1) Prof. Dr. Ir. Bambang Murdiyanto, M. Sc. selaku dosen pembimbing atas segala
saran dan bimbingan yang diberikan;
2) Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M. Sc., Dr. Eko Sri Wiyono, S. Pi., M. Si., Ir.
Ronny Irawan Wahyu, M. Phil. dan Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M. Si.
selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran;
3) Bapak Wahyu beserta keluarga, Bapak Pepen beserta keluarga dan Bapak Syarif
atas bantuan dan kerjasama nya;
4) Keluargaku atas semangat dan doanya;
5) Debby Sofianila Sari Natsir atas spirit dan dukungan moril nya;
6) Teman-teman PSP 43, 42, 40, 39, 38… khususnya angkatan 41 (Gomeh, Ando,
Mario, Poetra, Romie, Midi, Yol, Ebod, Jeanny, Imam, Eko, Widi, Rulli, Bebek,
Awan, Renna, Via, Natha, Singgih, De2n, Habas, Ajer, Bert, Komet, Sange,
Dody, Rani, Ne2y, Resa, Meler, Ana, Aris, Jali, Rony, Eva, Fifi, Winda, Boy,
Oplet, Pi2t, Pras, Goen, Dina, Opick, Ti2n, Deco, Dimas, Suji, Boyo, Andi,
Ahdiar, Galih, Riki, Aldie dan Deni) atas kebersamaannya selama ini;
7) Teman-teman Endeavour atas semangat dan dukungan yang diberikan; dan
8) Semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 3 Maret 1986 di Subang,


Jawa Barat. Penulis merupakan anak kedua dari dua
bersaudara putra pasangan Nata Asmara dan Indriyati.
Penulis telah menyelesaikan pendidikan formal di SMU
Negeri I Bogor dan lulus pada tahun 2004.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB)
sebagai salah satu mahasiswa pada Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan (PSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) pada
tahun 2003 melalui jalur USMI.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif di organisasi Himafarin yaitu sebagai
ketua badan pengawas periode 2005-2006 dan Kepala Divisi Seni dan Budaya Dept.
Pengembangan Minat Dan Bakat. Selain itu penulis juga merupakan anggota paduan
suara FPIK (Endeavour) dari tahun 2005 sampai sekarang.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan dari
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor penulis menyusun
skripsi dengan judul “Penga r uh Per bedaa n Penggunaan Bentuk Mata Pancing
Ter hadap Hasil Tangkapa n Layur (Trichiurus sp.) di Palabuhanr atu” dan
penulis dinyatakan lulus dalam sidang ujian sarjana pada tanggal 21 Februari 2008.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xiii
1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian ...........................................................................................2
1.3 Manfaat Penelitian .........................................................................................2
2 TINJ AUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1 Ikan Layur ..................................................................................................... 3
2.2 Unit Penangkapan Ikan Layur ........................................................................5
2.2.1 Alat penangkap ikan layur .................................................................5
2.2.2 Perahu penangkapan ikan layur .........................................................8
2.2.3 Nelayan ..............................................................................................9
2.2.4 Metode pengoperasian .......................................................................9
2.3 Mata Pancing ............................................................................................... 10
3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 13
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 13
3.2 Peralatan ...................................................................................................... 13
3.3 Asumsi yang Digunakan .............................................................................. 13
3.4 Metode Penelitian ........................................................................................ 13
3.4.1 Jenis penelitian ................................................................................. 13
3.4.2 Rancangan penelitian ....................................................................... 15
3.4.3 Pengumpulan data ............................................................................ 17
3.4.4 Analisis data ..................................................................................... 17
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................................. 22
4.1 Letak Geografis dan Keadaan Topografi ..................................................... 22
4.2 Keadaan Oseanografis dan Iklim ................................................................. 23

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


4.3 Perkembangan Perikanan............................................................................. 24
4.3.1 Produksi perikanan ........................................................................... 24
4.3.2 Produksi perikanan layur.................................................................. 25
4.3.3 Nelayan ............................................................................................ 27
4.3.4 Alat tangkap ..................................................................................... 28
4.3.5 Kapal perikanan ............................................................................... 28
5 HASIL ......................................................................................................... 30
5.1 Operasi Penangkapan ................................................................................... 30
5.2 Hasil Tangkapan .......................................................................................... 30
5.3 Sebaran Panjang Tubuh Hasil Tangkapan ................................................... 32
5.3.1 Rawai dengan mata pancing tunggal................................................ 32
5.3.2 Rawai dengan mata pancing ganda .................................................. 33
5.4 Sebaran Berat Tubuh Hasil Tangkapan ........................................................ 33
5.4.1 Rawai dengan mata pancing tunggal................................................ 33
5.4.2 Rawai dengan mata pancing ganda .................................................. 34
5.5 Posisi Ikan Tertangkap Pada Mata Pancing Ganda ...................................... 35
5.6 Analisis Data ................................................................................................ 38
6 PEMBAHASAN .......................................................................................... 40
6.1 Perbandingan Hasil Tangkapan .................................................................... 40
6.2 Posisi Ikan Tertangkap Pada Mata Pancing Ganda ...................................... 41
7 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 43
7.1 Kesimpulan.................................................................................................... 43
7.2 Saran .............................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 44
LAMPIRAN ................................................................................................... 46

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Ikan Layur (Trichiurus sp.) ..................................................................................... 5
2. Jenis-jenis rawai ...................................................................................................... 7
3. Bagian – Bagian Mata Pancing .............................................................................. 11
4. Konstruksi Rawai Layur Dengan Mata Pancing Tunggal ..................................... 14
5. Konstruksi Rawai Layur Dengan Mata Pancing Ganda ........................................ 15
6. Pemasangan Umpan pada Mata Pancing Tunggal Dan Ganda ............................. 16
7. Grafik Jumlah Produksi Ikan Tahunan PPN Palabuhanratu
Periode 2002-2006 ................................................................................................. 24
8. Grafik Nilai Produksi Ikan Tahunan PPN Palabuhanratu Periode 2002-2006 ..... 25
9. Grafik Produksi Bulanan Layur di PPN Palabuhanratu Tahun 2006 .................... 26
10. Grafik Jumlah Nelayan Per Alat Tangkap Di PPN Palabuhanratu Periode 2002-
2006 ........................................................................................................................ 27
11. Grafik Jumlah Unit Alat Tangkap di PPN Palabuhanratu Tahun 2006 ................ 28
12. Proporsi Hasil Tangkapan Total............................................................................. 31
13. Grafik Proporsi Hasil Tangkapan Rawai Dengan Mata Pancing Tunggal ........... 31
14. Grafik Proporsi Hasil Tangkapan Rawai Dengan Mata Pancing Ganda............... 32
15. Grafik Sebaran Panjang Tubuh Layur Hasil Tangkapan Rawai Dengan Mata
Pancing Tunggal ..................................................................................................... 32
16. Grafik Sebaran Panjang Tubuh Layur Hasil Tangkapan Rawai Dengan Mata
Pancing Ganda ....................................................................................................... 33
17. Grafik Sebaran Berat Tubuh Layur Hasil Tangkapan Rawai Dengan Mata
Pancing Tunggal ..................................................................................................... 34
18. Grafik Sebaran Berat Tubuh Layur Hasil Tangkapan Rawai Dengan Mata
Pancing Ganda ....................................................................................................... 34
19. Grafik Perbandingan Hasil Tangkapan Pada Rawai Dengan Mata Pancing
Ganda Berdasarkan Posisi Ikan Terkait ................................................................. 35

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


20. Perbandingan Hasil Tangkapan Pada Bagian Mata Pancing Ganda ...................... 36
21. Sebaran Panjang Tubuh Hasil Tangkapan Pada Bagian Mata Pancing Ganda ... 37
22. Sebaran Berat Tubuh Hasil Tangkapan Pada Bagian Mata Pancing Ganda .......... 38

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


DAFTAR TABEL
Halaman
1. Bentuk Rancangan.................................................................................................. 17
2. Tabel Sidik Ragam (Anova) Rancangan Acak Lengkap ....................................... 17
3. Produksi Ikan Layur Per Bulan dan Per Alat Tangkap di PPN Palabuhanratu
Tahun 2006 ............................................................................................................. 23
4. Jenis dan Jumlah Kapal Perikanan yang Beroperasi di PPN Palabuhanratu......... 26
5. Hasil Uji Kenormalan Data Kolmogorov – Smirnov ............................................ 34

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian .................................................................................................. 40

2. Perahu Penangkapan Ikan ................................................................................................ 41

3. Alat Penangkap Ikan .................................................................................................... 42

4. Proses Pengoperasian Alat Tangkap ............................................................................ 43

5. Ikan Hasil Tangkapan ................................................................................................... 45

6. Umpan Yang Digunakan .............................................................................................. 46

7. Spesifikasi Alat Penangkap Ikan ..................................................................................... 47

8. Sebaran Berat Tubuh Hasil Tangkapan ........................................................................ 48

9. Sebaran Panjang Tubuh Hasil Tangkapan .................................................................... 49

10. Uji Kenormalan .......................................................................................................... 50

11. Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon............................................................................... 51

12. Data Hasil Tangkapan ................................................................................................ 52

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


1 PENDAHULUAN

12.1 La ta r Belakang
Layur (Trichiurus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan yang
potensial. Dalam beberapa tahun terakhir layur menjadi salah satu komoditas
perikanan yang penting. Nilai produksi layur semakin bertambah dari tahun-ketahun,
hal ini disebabkan semakin meningkatnya permintaan ekspor layur ke beberapa
negara Asia seperti Korea, Jepang, China, Hongkong dan Taiwan.
Ikan layur merupakan jenis ikan demersal dan terdapat hampir di seluruh
perairan pantai di Indonesia. Salah satu sentra produksi layur di Indonesia adalah di
Palabuhanratu, hal ini dapat dilihat dari nilai produksinya yang mencapai 222,6 ton
pada tahun 2006 (PPN Palabuhanratu, 2006) dan dalam beberapa tahun terakhir
terjadi peningkatan jumlah produksinya.
Alat tangkap yang biasa digunakan untuk menangkap layur antara lain pancing,
gillnet, payang dan bagan. Umumnya, nelayan Palabuhanratu menggunakan pancing
ulur atau pancing rawai untuk menangkap layur. Pancing ulur adalah
pancing/handline yang menggunakan satu mata pancing sedangkan pancing rawai
menggunakan lebih dari satu mata pancing yang dipasang dengan tali cabang (branch
line) baik vertikal maupun horizontal.
Pengembangan metode dan teknologi sangat diperlukan untuk menunjang
keberhasilan dalam operasi penangkapan ikan layur. Salah satunya adalah dengan
memodifikasi mata pancing. Mata pancing (hook) merupakan bagian yang sangat
vital dalam proses penangkapan ikan layur, karena ikan layur akan terkait pada mata
pancing tersebut. Pada umumnya mata pancing yang digunakan nelayan pancing ulur
maupun pancing rawai di Palabuhanratu hanya bermata pancing tunggal (single hook)
dan pada kenyataannya tingkat keberhasilannya masih kurang optimal karena sering
kali umpan sudah tergigit atau termakan tetapi ikan tidak terkait pada mata pancing.
Selain pancing dengan satu mata pancing, terdapat pula yang menggunakan dua atau
lebih mata pancing yang dipasang berangkai. Pancing ulur dengan menggunakan dua
mata pancing (double hook) yang dipasang berangkai sudah banyak digunakan

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


nelayan Belitung untuk menangkap ikan tenggiri dan hasilnya cukup memuaskan
(Budiman, 2004). Pada penelitian ini peneliti akan melihat perbedaan penggunaan
bentuk mata pancing tunggal (single hook) dan mata pancing ganda (double hook)
yang dipasang berangkai terhadap hasil tangkapan ikan layur yang tertangkap pada
perikanan pancing rawai khususnya rawai vertikal di perairan teluk Palabuhanratu.
Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan agar menjadi masukan dalam
pengembangan teknologi penangkapan ikan khususnya layur.

12.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk :
1) Memperkenalkan konstruksi pancing rawai layur dengan mata pancing ganda
(double hook) yang dipasang berangkai pada nelayan Palabuhanratu.
2) Membandingkan hasil tangkapan layur pada pancing rawai dengan menggunakan
mata pancing tunggal (single hook) dan rawai dengan menggunakan mata pancing
ganda (double hook) yang dipasang berangkai di perairan teluk Palabuhanratu.

12.3 Manfaat
Manfaat dilaksanakannya penelitian ini antara lain memberikan informasi
tentang perbandingan hasil tangkapan layur pada pancing rawai antara rawai yang
menggunakan satu mata pancing (single hook) dan rawai yang menggunakan dua
mata pancing (double hook) yang dipasang berangkai serta memberikan alternatif
mengenai konstruksi alat tangkap kepada nelayan di Palabuhanratu.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


2 TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Layur


Ikan layur (Trichiurus sp.) merupakan salah satu jenis ikan yang tersebar
hampir di seluruh perairan pantai di Indonesia dengan daerah penyebaran dari
perairan Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina bagian selatan,
Philipina sampai ke pantai utara Australia (Direktorat Jenderal Perikanan, 1998).
Kepadatan tertinggi terdapat di utara Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Di Indonesia terdapat enam jenis layur, namun yang terdapat di perairan
Palabuhanratu ada dua jenis yaitu layur jenis meleu (Trichiurus haumela) dan jenis
bedog (Trichiurus savala). Jenis meleu mempunyai warna yang lebih putih
keperakan, mata lebih besar dan ukuran tubuhnya lebih panjang sedangkan jenis
bedog berwarna hitam dan lebih pendek. Menurut Badrudin dan Wudianto dalam
Yudistira (2007) ikan layur yang tertangkap di perairan Indonesia terdiri dari tiga
genera, yaitu Eupluerogrammus, Trichiurus dan Lepturachantus dengan spesies-
spesiesnya adalah Eupluerogrammus muticus, Trichiurus lepturus dan
Lepturachantus savala. Ketiga genera tersebut dimasukkan ke dalam suatu genus
yaitu Trichiurus dengan spesiesnya adalah Trichiurus muticus, Trichiurus savala dan
Trichiurus lepturus atau Trichiurus haumela. Perbedaan spesies tersebut didasarkan
atas perbedaan taksonomi seperti diameter mata terhadap panjang kepala, sirip dada,
sirip perut dan sirip dubur.
Layur mempunyai badan yang sangat panjang (dapat mencapai 100 cm)
umumnya 70 – 80 cm. Bentuk badan pipih menyerupai pita dan semakin mengecil
pada bagian ekor sehingga hampir menyerupai rambut oleh karena itu layur disebut
hairtail fish karena bentuk ekornya yang seperti rambut. Mulut lebar dengan deretan
gigi yang tajam dan rahang bawahnya lebih besar daipada rahang atas. Dalam
keadaan hidup layur berwarna biru maya kegelapan dan dalam keadaan mati
berwarna perak keabuan atau sedikit keunguan. Bagian atas kepalanya berwarna ungu
gelap dan sirip-siripnya berwarna kekuningan atau kuning dengan pinggiran gelap
(Direktorat Jenderal Perikanan, 1998). Layur berenang ke permukaaan pada waktu

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


senja. Cara berenang ikan layur hampir secara vertikal dengan posisi kepala di atas
(Matsuda, et al, 1975).
Menurut Okada (1966), tubuh layur sangat panjang, pipih dan meruncing di
bagian belakang tubuhnya. Mulut yang lebar dengan rahang bawah yang lebih
panjang, terdapat banyak gigi yang kuat dan tajam pada rahangnya. Tidak
mempunyai sirip perut, sirip punggung tersusun di bagian posterior di belakang
kepala sedangkan sirip anal tumbuh dibawah kulit. Pada saat larva, saat panjangnya
kurang dari 10 mm, layur mempunyai badan yang pendek dan kepala yang besar
tidak seperti dewasanya yang berbentuk seperti pita. Pada tahap selanjutnya tubuh
mulai memanjang terutama di bagian ekornya. Terdapat duri yang kuat pada sirip
dorsal pada saat layur berukuran 7 sampai 8 mm, tetapi kemudian lama-kelamaan
mulai menghilang. Sirip anal juga berkembang dengan baik dengan duri yang kuat
dan sirip yang lembut, tetapi kemudian berangsur-angsur menghilang dan tumbuh di
dalam kulit.
Taksonomi dari ikan layur menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :

Phyllum : Vertebrata
Class : Pisces
Subclass : Teleostei
Ordo : Percomorphii
Subordo : Scombroidae
Famili : Trichiuridae
Genus : Trichiurus
Spesies : Trichiurus sp.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Gambar 1. Ikan Layur (Trichiurus sp.)
Sumber : fishbase (2008)

Menurut Fischer diacu Sarry (1999 ), ikan layur berada pada kedalaman kurang
lebih 100 meter, namun dapat pula dijumpai pada perairan yang lebih dangkal hingga
memasuki daerah estuaria bahkan di peraran yang sangat dangkal sekalipun.
Populasi layur banyak terdapat di perairan pantai yang dangkal dan dekat dengan
muara – muara sungai. Sedangkan menurut Matsuda, et al, (1975 ) layur dapat
ditemukan di perairan pantai yang dalam dengan dasar berlumpur.
Ikan layur memangsa hewan-hewan laut yang berukuran kecil seperti udang-
udang kecil, cumi-cumi, ikan-ikan kecil, larva ikan dan lain sebagainya. Oleh karena
itu ikan layur sering tertangkap pada alat tangkap bagan.
Ikan layur terdapat sepanjang tahun di Palabuhanratu. Musim penangkapan ikan
layur di Palabuhanratu terjadi satu kali dalam satu tahun, yaitu antara Oktober –
Januari yang puncaknya terjadi bulan November dan terendah pada bulan Mei.
Kelimpahan tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan bulan Januari yang bertepatan
dengan awal dari musim barat. Ikan layur tidak seperti ikan-ikan pelagis yang pada
saat musim barat kelimpahannya menurun, sebaliknya justru mengalami peningkatan
kelimpahan. Hal ini disebabkan ikan layur cenderung hidup di dasar perairan dan
tidak terlalu terpengaruh oleh kedaan di permukaan (Sasmita, 1995).

2.2 Unit Penangka pan Ikan Layur


2.2.1 Alat penangkapa n ika n layur
Alat tangkap yang biasa digunakan untuk menangkap layur antara lain handline
(pancing ulur dan pancing rawai), gillnet, payang dan bagan, namun alat yang paling

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


banyak digunakan untuk menangkap layur di Palabuhanratu yaitu pancing ulur dan
pancing rawai karena kedua alat ini khusus digunakan untuk menangkap layur.
Pancing rawai sendiri terdiri dari dua macam yaitu rawai horizontal dan rawai
vertikal atau yang lebih dikenal dengan pancing gajrut oleh nelayan Palabuhanratu.
Menangkap ikan dengan tali dan pacing yang sederhana adalah salah satu
metode penangkapan kuno. Dahulu mata pancing yang digunakan terbuat dari tulang
binatang. Baik pada sport fishing maupun pada commercial fishing, metode ini
memberikan kontribusi yang cukup penting dalam menyediakan sumber makanan
bagi umat manusia. Dengan mengunakan pancing juga dihasilkan hasil tangkapan
dengan kualitas yang tinggi karena ikan yang tertangkap biasanya masih dalam
keadaan hidup saat diangkat ke atas kapal, tanpa luka atau hancur. Alat ini
merupakan alat yang selektif dalam hal jenis dan ukuran hasil tangkapan karena
hanya menangkap ikan yang sudah dewasa (Sainsbury, 1996).
Handline termasuk dalam klasifikasi fishing line. Handline merupakan bentuk
yang paling sederhana dari kategori fishingline yang terdiri dari tali dengan panjang
tertentu, pemberat dan sekurangnya satu mata pancing. Dapat juga ditambah dengan
swivel dan pelampung jika diperlukan. Handline biasanya mempunyai satu buah
mata pancing, namun dapat juga dipasang beberapa. Handline yang menggunakan
beberapa mata pancing menggunakan beberapa tali cabang (branchline) untuk
mengikat mata pancing yang dirangkai pada satu tai utama (mainlie). Jenis handline
yang seperti ini disebut vertikal longline (rawai vertikal). Pengoperasian dari
handline sangat mudah, umumnya nelayan memegang ujung dari tali pancing
(biasanya digulung dengan penggulung), merasakan dengan jari apabila ikan
menggigit umpan, kemudian memposisikan mata pancing agar ikan tidak lolos dan
mengangkat tali pancing apabila ikan telah terkait mata pancing (von Brandt, 2005).
Menurut Sadhori (1984) rawai disebut juga dengan longline yang secara harfiah
dapat diartikan tali panjang. Hal ini karena alat penangkapan tersebut konstruksinya
berbentuk rangkaian tali-temali yang disambung-sambung sehingga merupakan tali
yang panjang dengan beratus-ratus tali. Oleh karena itu rawai dapat diartikan sebagai
salah satu alat penangkapan ikan yang terdiri atas rangkaian tali-temali yang

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


bercabang-cabang dan pada tiap-tiap ujung cabangnya diikatkan sebuah pancing.
Secara teknis operasional rawai termasuk jenis perangkap, karena dalam
operasionalnya tiap-tiap pancing diberi umpan yang tujuannya untuk menangkap ikan
agar ikan-ikan mau memakan umpan tersebut sehingga terkait oleh pancing.
Berdasarkan susunan mata pancing pada tali utamanya, rawai dapat dibedakan
menjadi tiga (Sadhori, 1984) yaitu :
1) Rawai tegak (vertikal longline);
2) Rawai mendatar (horizontal longline); dan
3) Pancing landing.

Gambar 2. Jenis-jenis rawai

Konstruksi dari rawai vertikal yang biasa digunakan untuk menangkap ikan
layur di Palabuhanratu yaitu terdiri dari beberapa bagian. Pertama yaitu tali pancing
yang terdiri dari tali utama (main line) dan tali cabang (branch line). Tali pancing
yang digunakan terbuat dari bahan nylon monofilament bernomor 1000 dengan

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


diameter 1 mm sedangkan panjang tali utama sekitar 100-200 m dan tali cabang 1-2,5
m. Kedua yaitu pemberat (sinker) yang biasanya terbuat dari bahan timah atau besi.
Pemberat ini diikatkan pada tali untang yang terletak di antara swivel pertama dan
swivel kedua. Ketiga adalah mata pancing (hook). Mata pancing ini diikatkan pada
masing-masing tali cabang. Terbuat dari logam yang kuat dan tahan karat. Mata
pancing yang digunakan umumnya mata pancing dengan nomor 7 sampai 10, tetapi
yang banyak digunakan adalah mata pancing bernomor 9. Keempat yaitu kili-kili
(swivel). Kili-kili digunakan agar tali pancing tidak terpelintir dan menjadi kaku
akibat arus ataupun gerakan ikan pada saat meloloskan diri. Dua buah swivel
dipasang dalam satu unit rawai vertikal yaitu pada ujung tali utama dan pada pangkal
tali cabang. Kelima adalah tali untang atau kawat barlen yang berfungsi untuk
mencegah agar tali cabang tidak membelit pada tali utama. Tali ini diikatkan pada
swivel pertama dan kedua dengan menggunakan tali yang ukurannya sama dengan tali
utama sepanjang 20-30 cm. Bagian antara tali cabang dan mata pancing dipasang tali
untang sepanjang 10-20 cm. Terakhir adalah penggulung (reel) yang fungsinya untuk
memudahkan pengoperasian pancing. Terbuat dari kayu atau plastik, berbentuk
seperti roda dengan ukuran tertentu tergantung panjang tali pancing (Nurhayati,
2006).

2.2.2 Pera hu penangkapan ikan


Perahu yang digunakan pada pengoperasian pancing rawai di Palabuhanratu
yaitu jenis perahu congkreng yang sudah dilengkapi dengan motor tempel bermesin
diesel dengan kekuatan 15-25 PK. Dimensi dari perahu tersebut yaitu : panjang (P)
berkisar 6 - 13 meter, lebar (L) 1 - 3 meter dan tinggi (D) 0.8 – 3 meter perahu ini
juga dilengkapi dengan alat penyeimbang pada kedua sisinya yang disebut kincang.
Kincang tersebut terbuat dari bambu dengan panjang sekitar 7 meter (Nurhayati,
2006).
Pada perahu ini diperlukan juga beberapa alat tambahan untuk menunjang
operasional penangkapan yaitu :

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


1) Lampu tekan / vetromak
Vetromak digunakan sebagai penerangan pada saat pengoperasian pancing rawai
dilakukan pada malam hari.
2) Cool box
Cool box digunakan untuk menyimpan ikan layur hasil tangkapan agar tersusun
rapi dan tidak rusak. Ikan layur yang telah tersusun dalam cool box kemudian
diberi es curah untuk menjaga kesegarannya.
3) Dayung
Walaupun sudah menggunakan motor tempel, dayung tetap diperlukan untuk
memudahkan mengatur posisi kapal.
4) Serok
Serok digunakan untuk memudahkan nelayan pada saat pengangkatan hasil
tangkapan dari air ke perahu.
5) Jangkar kayu
Jangkar digunakan agar posisi kapat tetap pada saat setting dengan tali jangkar
sepanjang 100 – 200 meter.

2.2.3 Nelayan
Nelayan yang mengoperasikan pancing rawai dengan menggunakan perahu
congkreng sebanyak 1 - 4 orang per unit penangkapan. Satu orang bertugas
mengemudikan kapal sekaligus pemancing dan yang lainnya sebagai pemancing dan
mempersiapkan keperluan sebelum setting, seperti memasang umpan. Dalam sekali
setting satu orang nelayan dapat mengoperasikan beberapa pancing sekaligus
tergantung dari kemahiran masing-masing nelayan.

2.2.4 Metode pengoperasian


1) Persiapan
Pada tahap ini dilakukan pemasangan motor tempel pada kapal, persiapan alat
pancing, bahan bakar, lampu petromak, penyediaan umpan dan bekal makanan
selama operasi berlangsung. Setelah semua persiapan selesai maka kapal siap

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


berangkat menuju fishing ground. Biasanya nelayan berangkat ke fishing ground
sekitar pukul 15.00-17.00 WIB tergantung jarak fishing ground dan keadaan cuaca.
2) Pemilihan fishing ground
Pemilihan fishing ground dilakukan berdasarkan pengalaman nelayan dengan
memperhatikan keadaan perairan seperti angin dan gelombang serta berdasarkan
hasil tangkapan hari sebelumnya.
3) Operasi penangkapan
Operasi penangkapan biasanya dilakukan saat hari sudah mulai gelap. Setelah
mendapatkan lokasi yang tepat, nelayan mulai memotong umpan dan setelah itu
umpan dipasang pada mata pancing kemudian rawai mulai diturunkan. Setelah
dibiarkan selama beberapa menit, kemudian rawai diangkat dan nelayan mulai
melepaskan hasil tangkapan satu-persatu. Ikan layur hasil tangkapan tersebut
kemudian disimpan dalam cool box dan sebagian digunakan untuk umpan setting
berikutnya. Setelah operasi penangkapan selesai, kapal berangkat kembali ke
pelabuhan.

2.3 Mata Pa ncing


Mata pancing (hook) atau kail adalah bagian terpenting dari alat tangkap hook
and line karena pada mata pancing inilah ikan akan tersangkut. Kegunaan dari mata
pancing itu sendiri yaitu untuk memastikan agar ikan tidak dapat melepaskan diri
dengan umpan setelah menggigit atau menelannya. Mata pancing yang baik harus
memiliki ketajaman yang cukup untuk menembus mulut ikan ketika umpan dimakan,
bentuk yang sesuai untuk menahan hasil tangkapan, kuat dan tahan karat.
Pada jaman dahulu mata pancing terbuat dari tulang, tanduk, kayu dan bahan
lainnya. Mata pancing modern terbuat dari bahan logam seperti perunggu, besi, nikel
dan stainless steel. Agar tidak terjadi korosi atau karat pada mata pancing biasanya
logam tersebut dilapisi oleh logam lainnya yang tahan karat seperti tembaga,
cadmium, perak, emas, perunggu dan lain-lain.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Ada dua macam bentuk mata pancing modern, ada yang berbentuk V-shaped
dan U-shape, keduanya dibedakan dari jenis ikan sasaran tangkapannya. Mata
pancing terdiri dari beberapa bagian yaitu head/eye, shank, bend, crook dan point.
Bagian head/eye berfungsi untuk mengikatkan tali pancing agar tidak mudah terlepas
dan mempunyai beragam bentuk seperti lingkaran, lubang dengan permukaan datar
atau yang tidak berlubang. Bagian shank mempunyai beragam bentuk dan ukuran
panjangnya, shank yang panjang dibuat untuk mencegah ikan menggigit tali pancing
setelah ikan tersebut menelan mata pancing (von Brandt, 2005).

Gambar 3. Bagian – Bagian Mata Pancing


Terdapat sistem penomoran untuk membedakan ukuran mata pancing,
penomoran ini digunakan pada mata pancing dengan jenis yang sama. Menurut von
Brandt (2005) ukuran mata pancing dinyatakan dari nomor 1 sampai 20, semakin
besar ukuran mata pancing maka semakin kecil nomornya. Ukuran ini berdasarkan
ukuran celah (gap) dan bentuk diameter shank. Sedangkan menurut Prado diacu
dalam Nofrizal (2002), penomoran mata pancing dibedakan berdasarkan tipe mata
pancing yang ditentukan oleh bentuk penampang shank pancing tersebut. Tipe shank
bulat disebut regular hook, pada tipe ini nomor pancing semakin kecil maka ukuran
mata pancing semakin besar. Pada tipe forged yaitu dengan bentuk shank bulat

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


memanjang, semakin kecil nomor maka ukuran pancing juga semakin kecil. Pancing
ulur atau pancing rawai layur di Palabuhanratu menggunakan nomor 8-12.
Bentuk mata pancing bermacam-macam mulai dari yang berkait balik, yang
tidak berkait balik seperti pada pole and line, yang mempunyai satu mata, yang
mempunyai beberapa mata seperti pancing cumi-cumi dan lain sebagainya. Di
daerah Belitung terdapat satu jenis alat tangkap pancing yang bernama pancing
garandong yang digunakan untuk menangkap ikan tenggiri dimana mata pancingnya
terdiri dari dua mata pancing yang dipasang berangkai. Biasanya nelayan
memadukan mata pancing antara nomor 9 dan 7 atau 6 dan 8. Pancing dengan
menggunakan dua mata pancing yang dipasang berangkai cukup efektif untuk
menangkap ikan tenggiri (Budiman, 2004).

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu da n Tempa t Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2007 di perairan Tunjangan,
Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

3.2 Perala ta n
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Satu unit rawai layur vertikal dengan 10 mata pancing tunggal (single hook);
2) Satu unit rawai layur vertikal dengan 10 mata pancing ganda (double hook);
3) Timbangan kue dengan skala terkecil 10 gram;
4) Meteran dengan skala terkecil 1 cm;
5) Data sheet;
6) Alat tulis; dan
7) Kamera digital.

3.3 Asumsi yang digunakan


1) Setiap ikan yang berada dalam daerah penangkapan mempunyai peluang
tertangkap yang sama;
2) Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil tangkapan seperti arus, suhu
perairan, gelombang dan musim dianggap sama; dan
3) Keahlian nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap dianggap sama.

3.4 Metode Penelitia n


3.4.1 J enis penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode experimental fishing
yaitu dengan melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan langsung di lapangan.
Dalam penelitian ini digunakan dua unit alat tangkap rawai layur. Rawai layur
dengan perbedaan konstruksi mata pancing tersebut dianggap sebagai perlakuan, satu
unit dengan menggunakan mata pancing tunggal dan satu unit lainnya menggunakan

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


mata pancing ganda. Mata pancing yang digunakan yaitu mata pancing dengan
nomor 9 untuk rawai layur yang menggunakan mata pancing tunggal serta untuk
rawai layur yang menggunakan mata pancing ganda nomor 9 dan 12. Masing-masing
unit rawai terdiri dari 10 branch line yang diujungnya terdapat mata pancing.
Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan 30 kali setting yang dianggap sebagai
ulangan.

Gambar 4. Konstruksi Rawai Layur Dengan Mata Pancing Tunggal

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Gambar 5. Konstruksi Rawai Layur Dengan Mata Pancing Ganda

3.4.2 Rancangan penelitian


1) Persiapan
Persiapan dilakukan sebagai berikut : Pertama mempersiapkan alat tangkap yang
akan digunakan yaitu satu unit rawai layur dengan mata pancing tunggal dan satu
unit rawai layur dengan mata pancing ganda. Setelah itu dilakukan pula
penyediaan umpan dengan memotong ikan yang akan digunakan. Ikan yang

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


digunakan adalah ikan tembang dan sayatan daging ikan layur. Pemotongan
umpan dapat dilakukan pada saat operasi apabila umpan yang telah disiapkan
habis dengan menggunakan ikan layur hasil tangkapan pada setting sebelumnya.
Pada rawai yang menggunakan mata pancing ganda, umpan dikaitkan pada mata
pancing utama dan mata pancing tambahan.

Gambar 6. Pemasangan Umpan Pada Mata Pancing Tunggal Dan Ganda

2) Pemilihan daerah penangkapan


Pemilihan daerah penangkapan didasarkan pada pengalaman nelayan atau
berdasarkan hasil tangkapan hari sebelumnya. Daerah penangkapan penelitian ini
yaitu di sekitar perairan teluk Palabuhanratu tepatnya di daerah perairan
Tunjangan.
3) Operasi penangkapan
Proses setting dilakukan dengan menurunkan kedua buah rawai yaitu rawai
dengan mata pancing tunggal dan rawai dengan mata pancing ganda secara
bersamaan. Kedua unit rawai tersebut masing-masing diturunkan di sebelah
dalam kincang. Setelah 30 menit kedua unit rawai berada dalam perairan,
penarikan kedua unit rawai dilakukan secara bersamaan.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


4) Pengambilan data
Hasil tangkapan layur yang didapat dari kedua unit rawai diambil kemudian
diukur panjang dan berat tubuhnya. Pengukuran ini langsung di lakukan di atas
kapal setelah proses hauling dilakukan. Selain panjang dan berat tubuh layur,
dicatat pula jenis layur yang tertangkap apakah meleu (Trichiurus haumela) atau
bedog (Trichiurus savala) serta posisi layur tertangkap pada mata pancing ganda.

3.4.3 Pengumpulan da ta
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
1) Jenis layur (meleu atau bedog)
2) Berat ikan layur (gram)
3) Panjang ikan layur (cm)
4) Posisi layur tertangkap pada mata pancing ganda, apakah terkait pada mata
pancing utama, pada mata pancing tambahan atau pada keduanya.

3.4.4 Analisis data


Sebelum menganalisis data yang didapat terlebih dahulu dilakukan uji
kenormalan data untuk melihat apakah data menyebar normal atau tidak, pengujian
dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov pada software SPSS. Apabila data
menyebar normal maka analisis data dapat dilakukan, tetapi apabila data tidak
menyebar normal maka pengujian dilakukan menggunakan analisis non parametrik
dengan uji peringkat bertanda Wilcoxon.
Analisis yang digunakan adalah analisis ragam dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Kemudian untuk melihat perbedaan hasil
tangkapan rawai layur biasa dan rawai layur dengan mata pancing ganda digunakan
uji-F. Setelah itu digunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk mengetahui
seberapa besarnya pengaruh perbedaan kedua jenis rawai layur tersebut.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Rancangan Acak Lengkap yang digunakan :
Yij = µ + ôi + åij

Keterangan :
Yij = Nilai hasil tangkapan layur pada perlakuan ke-i
µ = Nilai tengah populasi
ôi = Pengaruh perlakuan ke-i
åij = Galat percobaan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j

dimana : - i = 1,2 yaitu perlakuan 1 untuk rawai layur yang menggunakan mata
pancing tunggal dan perlakuan 2 untuk rawai layur dengan mata
pancing ganda.
- j = 1,2,3,…,30 yaitu ulangan atau jumlah setting.
Asumsi :
ôi = perlakuan bersifat tetap
åij ~ N (0,ó2) artinya galat percobaan timbul secara acak menyebar bebas normal
dengan nilai tengah 0 dan ragam ó2

åij bersifat bebas


Komponen µ, ôi dan åij bersifat aditif

Hipotesis yang diuji :


H0 : ô1 = ô2 artinya tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil tangkapan rawai layur
dengan mata pancing tunggal dengan rawai layur yang
menggunakan mata pancing ganda.
H1 : ô1 ô2 artinya terdapat perbedaan yang nyata antara hasil tangkapan rawai layur
dengan mata pancing tunggal dengan rawai layur yang
menggunakan mata pancing ganda.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Tabel 1. Bentuk Rancangan
Ulangan Per lakuan (p)
(n) 1 2 p
1 Y11 Y21 Yp1
2 Y12 Y22 Yp2
3 Y13 Y23 Yp3
… … .. …
30 Y130 Y230 Yp30
Y Y1. Y2. Yp. Y..
Y2 Y1.2 Y2.2 Yp.2 Y..2
( Y)2/n (Y1.)2/n (Y2.)2/n (Yp.)2/n ( Y..)2/n

Tabel 2. Tabel Sidik Ragam (Anova) Rancangan Acak Lengkap


SK dB JK KT Fhitung Ftabel
P p-1 JKP KTP KTP/KTS F á/2 (dBP,dBS)
S p(n-1) JKS KTS
T pn-1 JKT

Dimana :
(Y..) 2
FK =
n. p
JKT = Y..2 – FK
(Y..)2
JKP = - FK
n
JKS = JKT – JKP
JKP
KTP =
dBP
JKS
KTS =
dBS
KTP
Fhitung =
KTS

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


n adalah jumlah ulangan dan p adalah jumlah perlakuan
Dasar penggunaan Uji-F dengan menggunakan Anova yaitu :
 Bila Fhitung > Ftabel maka tolak H0, artinya terdapat perbedaan yang nyata antara
hasil tangkapan rawai layur biasa dengan rawai layur yang menggunakan mata
pancing ganda.
 Bila Fhitung < Ftabel maka gagal tolak H0, artinya tidak ada perbedaan yang nyata
antara hasil tangkapan rawai layur biasa dengan rawai layur yang menggunakan
mata pancing ganda.
Apabila dari hasil uji-F didapatkan hasil Fhitung > Ftabel maka uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) dapat dilakukan. Nilai BNT dapat diperoleh dengan rumus :

2KTS
BNT = tá/2, dBS
n
Hipotesis yang diuji dalam uji BNT :
H0 : ô1 = ô2 artinya kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap percobaan.
H1 : ô1 ô2artinya kedua perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap percobaan.
Dasar penggunaan uji BNT yaitu :
 Bila 1- 2 > BNT maka tolak H0 yang berarti kedua perlakuan memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap percobaan.
 Bila 1- 2 < BNT maka gagal tolak H0 yang berarti kedua perlakuan tidak
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap percobaan.

Sedangkan untuk uji peringkat bertanda Wilcoxon tahapannya adalah sebagai


berikut :
1) Hitung selisih antara pasangan perlakuan setiap ulangan;
2) Tanpa melihat tandanya (positif atau negatif) berilah peringkat pada selisih
tersebut dari yang terkecil hingga terbesar;
3) Berikan kembali tanda selisihnya pada peringkat tersebut;

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


4) Hitung jumlah peringkat posit dan negatif;
5) Tanpa melihat tandanya lihat nilai yang terkecil antara jumlah peringkat negatif
dan jumlah peringkat positif sebagai nilai W;
6) Bandingkan nilai tersebut dengan nilai kritis (Wtabel)pada tabel statistika A.11;
7) Apabila nilai W < Wtabel maka Hipotesis 0 dapat ditolak.

Hipotesis yang digunakan dalam uji peringkat bertanda Wilcoxon adalah :


H0 : Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara hasil tangkapan rawai yang
menggunakan mata pancing tunggal dengan rawai yang menggunakan mata
pancing ganda.
H1 : Terdapat perbedaan yang nyata antara hasil tangkapan rawai yang
menggunakan mata pancing tunggal dengan rawai yang menggunakan mata
pancing ganda.
Apabila W < Wtabel maka Hipotesis 0 dapat ditolak, sedangkan bila W > Wtabel
maka Hipotesis 0 diterima.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak Geografis dan Keadaan Topogr afi


Secara geografis Kabupaten Sukabumi terletak pada posisi 6057’–7025’ Lintang
Selatan dan 106049’–107000’ Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah secara
administratif di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor, Samudera
Indonesia (Samudera Hindia) di sebelah Selatan, Kabupaten Cianjur di sebelah
Timur, sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan
Samudera Indonesia (Samudera Hindia). Kabupaten Sukabumi secara administratif
juga berbatasan langsung dengan Kota Sukabumi, dimana wilayah Kota Sukabumi
dikelilingi oleh beberapa kecamatan yang menjadi wilayah Kabupaten Sukabumi
(PPN Palabuhanratu, 2007).
Di kabupaten ini terdapat 45 wilayah kecamatan yang terdiri atas 335 desa dan
3 kelurahan. Kabupaten Sukabumi mempunyai panjang pantai 117 kilometer yang
membentang mulai dari Kecamatan Tegalbuleud di ujung Timur sampai ke
Kecamatan Cisolok di ujung Barat. Kabupaten Sukabumi memiliki sembilan
kecamatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, yaitu Kecamatan
Tegalbuleud, Cibitung, Surade, Ciracap, Ciemas, Simpenan, Palabuhanratu, Cikakak
dan Cisolok.
Tipe pantai di wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
meliputi pantai karang, berbatu dan berpasir. Satuan morfologi penyusun pantai di
pesisir Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi terdiri dari perbukitan dan dataran.
Perbukitan merupakan ciri utama pantai selatan dengan yang pantai terjal dan
perbukitan bergelombang dengan kemiringan mencapai 40% serta disusun oleh
sedimen tua. Sedangkan satuan morfologi dataran berkembang di sekitar muara
sungai dengan susunan terdiri atas pasir dan kerikil yang berasal dari endapan
limpahan banjir. Wilayah pantai mulai Cimandiri hingga Cisolok batuan geologinya
merupakan endapan sedimen breksi gunung api.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Terdapat beberapa sungai yang bermuara di Teluk Palabuhanratu yaitu :
1) Sungai Cipalabuha n, Sungai Cimandir i, Sungai Ciseur euh, Sungai Cihaur ,
Sungai Citepus, Sungai Cida dap yang ber ada di wilayah Kecama tan
Palabuhanr atu
2) Sungai Cimaja dan Cisukawayana di Kecama tan Cika kak
3) Sungai Ciba r eno, Sungai Cisolok, Sungai Cibangba n, da n Sungai
Cipawenang di Kecamatan Cisolok

Keadaan Oseanografis da n Iklim


Karakteristik umum oseanografi pesisir Teluk Palabuhanratu mirip Samudera
Hindia, tapi terlindung karena berbentuk teluk. Karakteristik Samudera Hindia
bercirikan ombak besar, batimetri laut dalam dan tinggi gelombang dapat mencapai
lebih dari 3 meter. Keadaan arus pada perairan dipengaruhi oleh pasang surut, angin,
densitas serta pengaruh masukan air dari muara sungai. Arus pantai selatan Jawa
pada bulan Pebruari sampai Juni bergerak ke arah timur dan bulan Juli hingga Januari
bergerak ke arah barat. Pada bulan Pebruari arus pantai mencapai 75 cm/detik
kemudian melemah hingga kecepatan 50 cm/detik selama April hingga Juni. Pada
bulan Agustus, arus pantai berganti arah ke Barat dengan kecepatan 75 cm/detik,
kemudian menurun hingga kecepatan 50 cm/detik sampai bulan Oktober. Salinitas di
perairan Palabuhanratu berkisar antara 32,33 o/oo – 35,96 o/oo . Kisaran suhu pada
perairan Palabuhanratu berkisar antara 27oC–30oC sedangkan tinggi gelombang
dapat berkisar antara 1–3 meter (PPN Palabuhanratu, 2007).
Kondisi iklim tropis di wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi dipengaruhi oleh musim angin barat yang bertiup dari timur ke barat, dan
musim angin timur yang bertiup dari barat ke timur. Musim angin barat bertiup dari
bulan Desember sampai bulan Maret, sedangkan musim angin timur berlangsung
antara bulan Juni sampai bulan September. Curah hujan tahunan di pesisir Teluk
Palabuhanratu dan sekitarnya berkisar antara 2.500–3.500 mm/tahun dan hari hujan
antara 110–170 hari/tahun. Suhu udara di sekitar wilayah ini berkisar antara 180–

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


300C dan memiliki kelembaban udara yang berkisar antara 70 – 90 persen (PPN
Palabuhanratu, 2007).

Per kemba ngan Per ika nan

4.3.1 Pr oduksi per ikana n

Perikanan merupakan sektor vital bagi perekonomian di Kabupaten Sukabumi


khususnya di wilayah Palabuhanratu, oleh karena itu perkembangan baik dari
produksi maupun nilai produksinya sangat penting untuk dilakukan. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah produksi dan nilai produksi perikanan yang tercatat di PPN
Palabuhanratu yang walaupun mengalami fluktuasi tetapi cenderung meningkat sejak
berdirinya pelabuhan ini pada tahun 1993.

Selain untuk memenuhi kebutuhan ikan di wilayah Palabuhanratu, produk


perikanan yang berupa ikan segar dan ikan olahan (ikan asin dan pindang) juga
didistribusikan ke kota-kota lain seperti Sukabumi, Bogor, Cianjur, Bandung, Jakarta
dan kota lainnya. Selain itu juga beberapa produk perikanan dari Palabuhanratu
diekspor ke luar negeri seperti Tuna dan Layur. Untuk memenuhi kebutuhan ikan di
PPN Palabuhanratu ada juga ikan yang didatangkan dari Jakarta, Indramayu,
Binuangen, Loji, Pameungpeuk dan Ujung Genteng.

14000
12000
Jumlah Produksi (ton)

10000
8000

6000
4000

2000
0
2002 2003 2004 2005 2006
Tahun

Gambar 7. Grafik Jumlah Produksi Ikan Tahunan PPN Palabuhanratu


Periode 2002-2006

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


70

Nila i P r oduksi (Milya r Rupia h) 60

50

40

30

20

10

0
2002 2003 2004 2005 2006
Tah u n

Gambar 8. Grafik Nilai Produksi Ikan Tahunan PPN Palabuhanratu Periode


2002-2006

Selain untuk memenuhi kebutuhan ikan di wilayah Palabuhanratu, produk


perikanan yang berupa ikan segar dan ikan olahan (ikan asin dan pindang) juga
didistribusikan ke kota-kota lain seperti Sukabumi, Bogor, Cianjur, Bandung, Jakarta
dan kota lainnya. Selain itu juga beberapa produk perikanan dari Palabuhanratu
diekspor ke luar negeri seperti Tuna dan Layur. Untuk memenuhi kebutuhan ikan di
PPN Palabuhanratu ada juga ikan yang didatangkan dari Jakarta, Indramayu,
Binuangen, Loji, Pameungpeuk dan Ujung Genteng.

4.3.2 Pr oduksi per ikana n layur


Produksi layur di PPN Palabuhanratu terus meningkat dari tahun ketahun. Pada
tahun 2006 produksinya mencapai 222,6 ton dengan nilai produksi lebih dari 1,3
milyar rupiah, hal ini disebabkan terus meningkatnya permintaan layur baik dari
pasar domestik maupun ununtuk keperluan ekspor (PPN Palabuhanratu, 2006).

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Tabel 3. Produksi Ikan Layur Per Bulan dan Per Alat Tangkap di PPN
Palabuhanratu Tahun 2006
Alat Tangkap
No Perahu Motor Tempel
Bulan Kapal Motor (KM) Jumlah
(PMT)
Angkutan Purse Pancing Gill
Payang Pancing Ulur
Bagan Seine Ulur Net
1 Januari 2.686 7.215 9.901
2 Februari 2.446 9.283 11.729
3 Maret 396 7.505 8.201
4 April 36 6.506 6.542
5 Mei 9.867 9.867
6 Juni 6.339 6.339
7 Juli 3.994 320 7.111 11.425
8 Agustus 7.151 640 96 2400 48.269 58.556
9 September 9.004 66 5.383 37.677 52.13
10 Oktober 438 6.708 6.549 13.695
11 November 2.390 547 523 8.480 11.94
12 Desember 2.291 10.021 63 9.942 22.317
Jumlah 24.830 960 16.132 600 15.077 165.043 222.642
Rata-rata 2.059 80 1.344 50 1.256 13.754 16.402

70

60
J umla h Pr oduksi (ton)

50

40

30

20

10

Bulan

Gambar 9. Grafik Produksi Bulanan Layur di PPN Palabuhanratu Tahun 2006

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa musim puncak terjadi pada bulan Agustus
dan September sedangkan yang terendah terjadi pada bulan April. Hal ini disebabkan
pada bulan Agustus dan September merupakan awal musim timur sehingga keadaan
cuaca dan perairan sangat baik sedangkan pada bulan April masih merupakan musim
barat dimana keadaan cuaca dan perairan kurang baik untuk melakukan operasi
penangkapan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November yang bukan
merupakan musim puncak penangkapan layur sehingga ikan layur hasil tangkapan
yang didapat pada saat penelitian tidak banyak.

4.3.3 Nelaya n
Nelayan merupakan salah satu mata pencaharian yang penting di wilayah
Palabuhanratu karena jumlahnya yang besar sebagai mata pencaharian mayoritas
masyarakat Palabuhanratu dan potensi sumberdaya laut yang melimpah. Pada tahun
2006 terdapat lebih dari 3700 orang yang berprofesi sebagai nelayan yang beroperasi
di PPN Palabuhanratu dan setengahnya merupakan nelayan payang (PPN
Palabuhanratu, 2006).

2500

2000
J umlah Nelayan

1500

1000

500

0
Pancing Payang B ag an R amp us Trammel Gill Net Lo ng line Purs e To nd a
Ulur Net S eine

Alat Tangkap

Gambar 10. Grafik Jumlah Nelayan Per Alat Tangkap Di PPN Palabuhanratu
Tahun 2006

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


4.3.4 Ala t tangkap
Terdapat lebih dari tujuh ratus unit alat tangkap yang beroperasi di PPN
Palabuhanratu pada tahun 2006 yang terdiri dari sebelas jenis alat tangkap. Pada
tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah alat tangkap yang beroperasi di PPN
Palabuhanratu sekitar 15% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Alat tangkap
yang paling banyak beroperasi di PPN Palabuhanratu yaitu pancing ulur sekitar 218
unit.

250

200
J umla h Unit

150

100

50

0
Pancing Payang Bagan Rampus Trammel Gill Net Longline P ancing Rawai P urse Tonda
Ulur Net Layur Seine

Alat Tangkap

Gambar 11. Grafik Jumlah Unit Alat Tangkap di PPN Palabuhanratu


Tahun 2006

4.3.5 Kapal per ikana n


Pada tahun 2006 jumlah kapal perikanan baik perahu motor tempel maupun
kapal motor yang menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai fishing base nya juga
meningkat sekitar 18% atau sebanyak 122 unit kapal dibandingkan tahun
sebelumnya. Terdapat 789 kapal yang beroperasi di PPN Palabuhanratu yang
didominasi oleh perahu motor tempel ( Tabel 4).

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Tabel 4. Jenis dan Jumlah Kapal Perikanan yang Beroperasi di PPN Palabuhanratu

Perahu Motor Tempel (PMT) Kapal Motor (KM)

No Uraian < 11- 21- Jumlah


Sub Angkutan >30 Sub
Kincang Payang Dogol 10 20 30
Jumlah Bagan GT Jumlah
GT GT GT

Jumlah
1 254 86 37 377 12 75 3 41 55 186 563
RTP

Jumlah
2 301 166 44 511 17 136 4 53 77 287 789
Kapal

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


5 HASIL

5.1 Operasi Pena ngkapan


Pada saat penelitian dilakukan empat kali trip yang berlangsung dalam empat
hari pada tanggal 3, 6, 7 dan 8 November 2007. Operasi penangkapan dimulai pada
sore hari dengan menyiapkan umpan terlebih dahulu selagi kapal menuju ke fishing
ground, umpan yang digunakan yaitu ikan tembang dan sayatan daging layur.
Fishing ground yang dipilih yaitu perairan Tunjangan yang terletak dekat dengan
muara sungai Cimandiri. Setelah sampai di fishing ground jangkar diturunkan agar
posisi kapal tetap dan tidak terbawa arus.
Pengoperasian rawai dimulai dengan pemasangan umpan pada mata pancing
pada kedua unit rawai. Setelah itu kedua unit rawai diturunkan pada sisi perahu
secara bersamaan dan dibiarkan selama 30 menit, masing-masing rawai dioperasikan
oleh nelayan yang berbeda. Setelah 30 menit kedua unit rawai di angkat secara
bersamaan ke atas perahu. Ikan hasil tangkapan dilepaskan dari mata pancing dan
dipisahkan antara hasil tangkapan rawai dengan mata pancing tunggal dengan rawai
dengan mata pancing ganda. Pada saat dilepaskan dari mata pancing dilihat juga cara
ikan terkait mata pancing pada rawai dengan mata pancing ganda.
Setelah hasil tangkapan dilepaskan dari mata pancing dilakukan pengukuran
berat dan panjang hasil tangkapan yang didapat. Pengukuran panjang dilakukan
dengan menggunakan meteran dan pengukuran berat dilakukan dengan menggunakan
timbangan kue.

5.2 Hasil Ta ngkapan


Pada saat penelitian hasil tangkapan yang didapatkan adalah sebanyak 94 ekor
yang didominasi oleh layur jenis meleu yaitu sebanyak 59 ekor dan layur jenis bedog
sebanyak 22 ekor serta hasil tangkapan sampingan berupa ikan geulang ruyu
sebanyak 11 ekor dan ikan buntal sebanyak 2 ekor.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Buntal
Geulangruyu 2%
12% Bedog
23%

Meleu
63%

Gambar 12. Proporsi Hasil Tangkapan Total

Pada rawai yang menggunakan mata pancing tunggal ikan hasil tangkapan yang
didapat adalah ikan layur jenis meleu sebanyak 24 ekor, layur jenis bedog sebanyak 6
ekor, ikan geulang ruyu sebanyak 4 ekor dan ikan buntal sebanyak 1 ekor.

Bun t a l
3% Be do g
Geulan g ruy u
17%
11%

M eleu
69%

Gambar 13. Grafik Proporsi Hasil Tangkapan Rawai Dengan


Mata Pancing Tunggal

Sedangkan pada rawai dengan mata pancing ganda hasil tangkapan yang
didapatkan sebanyak 59 ekor yang terdiri dari layur jenis meleu sebanyak 35 ekor,
layur jenis bedog sebanyak 16 ekor, ikan geulang ruyu 7 ekor dan ikan buntal 1 ekor.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Buntal
2%
Bedog
Geulang ruyu
27%
12%

Meleu
59%

Gambar 14. Grafik Proporsi Hasil Tangkapan Rawai


Dengan Mata Pancing Ganda

5.3 Seba ran Panja ng Tubuh Hasil Tangkapa n


5.3.1 Rawai dengan mata pa ncing tunggal
Pada rawai dengan mata pancing tunggal panjang hasil tangkapan layur yang
didapat berada pada kisaran 70 - 95 cm. Jumlah ikan layur yang tertangkap paling
banyak berada pada selang kelas 80 - 84 cm yaitu sebanyak 15 ekor kemudian selang
85 - 89 cm sebanyak 5 ekor dan yang paling sedikit pada selang 95 - 99 cm sebanyak
1 ekor.

16
14
12
10
Fr ekuensi

8
6
4
2
0
60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95-99
Selan g Kelas (cm)

Gambar 15. Grafik Sebaran Panjang Tubuh Layur Hasil Tangkapan


Rawai Dengan Mata Pancing Tunggal

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


5.3.2 Rawai denga n ma ta pancing ganda
Pada rawai yang menggunakan mata pancing ganda didapatkan kisaran panjang
ikan layur hasil tangkapan yaitu di antara 60 – 93 cm. Jumlah yang terbanyak berada
pada selang 80 - 84 cm sebanyak 16 ekor dan selang 70 - 74 cm sebanyak 15 ekor
sedangkan yang paling sedikit berada pada selang 65 - 69 cm yaitu sebanyak 1 ekor.

18
16
14
12
F r ekuensi

10
8
6
4
2
0
60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95-99
S e l a n g Ke l a s (cm )

Gambar 16. Grafik Sebaran Panjang Tubuh Layur Hasil Tangkapan


Rawai Dengan Mata Pancing Ganda

5.4 Seba ran Bera t Tubuh Hasil Ta ngkapa n


5.4.1 Rawai dengan mata pa ncing tunggal
Ikan layur hasil tangkapan yang didapatkan menggunakan rawai dengan mata
pancing tunggal berada pada kisaran 330 – 1100 gram. Frekuensi terbanyak terdapat
pada selang 429 - 557 gram dengan jumlah 16 ekor sedangkan frekuensi terkecil
berada pada selang 815 – 944 gram, 945 – 1073 gram dan 1074 - 1202 gram masing -
masing sebanyak 1 ekor.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


20

15
Fr eku ensi

10

0
300-428 429-557 558-686 687-815 816-944 945-1073 1074-1202

Selang Kelas (gram)

Gambar 17. Grafik Sebaran Berat Tubuh Layur Hasil Tangkapan


Rawai Dengan Mata Pancing Tunggal

5.4.2 Rawai dengan mata pa ncing ganda


Ikan layur hasil tangkapan yang didapatkan menggunakan rawai dengan mata
pancing tunggal berada pada kisaran 300 – 1200 gram. Frekuensi terbanyak terdapat
pada selang 429 - 557 gram dengan jumlah 22 ekor kemudian selang 300 – 428 gram
sebanyak 19 ekor dan frekuensi terkecil berada pada selang 816 – 944 gram, 945 –
1073 gram serta 1074 – 1202 gram masing - masing sebanyak 1 ekor.

25

20
F r ekuensi (ekor )

15

10

0
30 0-4 28 4 29 -5 57 5 58 -68 6 6 87 -815 816-94 4 9 45 -107 3 10 74 -120 2

S e l a n g Ke l a s (gr a m )

Gambar 18. Grafik Sebaran Berat Tubuh Layur Hasil Tangkapan


Rawai Dengan Mata Pancing Ganda

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


5.5 Posisi Ikan Ter ta ngka p Pada Rawai Dengan Mata Pancing Ga nda
Pada rawai dengan mata pancing ganda terdapat tiga cara ikan hasil tangkapan
tertangkap pada mata pancing. Pertama ikan terkait pada mata pancing utama (mata
pancing dengan nomor 9), kemudian ikan terkait pada mata pancing tambahan (mata
pancing dengan nomor 12) dan yang terakhir ikan terkait pada kedua mata pancing.
Ikan hasil tangkapan rawai dengan mata pancing ganda mayoritas tertangkap
karena terkait pada mata pancing tambahan, hal ini dapat dilihat dari jumlah yang
tertangkap pada mata pancing tambahan tersebut yang jauh lebih banyak
dibandingkan dengan yang tertangkap pada mata pancing utama atau pada kedua
mata pancing. Jumlah ikan layur yang terkait pada mata pancing tambahan yaitu
sebanyak 33 ekor, sedangkan yang terkait pada kedua mata pancing sebanyak 10 ekor
dan yang terkait pada mata pancing utama sebanyak 8 ekor.

Kail No.9 dan


No.12 Kail No.9
20% 16%

Kail No.12
64%

Gambar 19. Grafik Perbandingan Hasil Tangkapan Pada Rawai Dengan Mata
Pancing Ganda Berdasarkan Posisi Ikan Terkait

Jumlah ikan layur jenis meleu yang tertangkap pada ketiga bagian mata pancing
ganda lebih banyak dari jenis bedog dengan perbandingan yang cukup jauh. Jumlah
layur meleu yang tertangkap pada mata pancing utama sebanyak 7 ekor, pada mata
pancing tambahan sebanyak 21 ekor dan pada kedua mata pancing sebanyak 7 ekor.
Sedangkan jumlah layur jenis bedog yang tertangkap pada mata pancing tunggal

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


sebanyak 1 ekor, pada mata pancing tambahan sebanyak 12 ekor dan pada kedua
mata pancing sebanyak 3 ekor.

25

20
J umlah Ter tangkap (ek or)

15
Meleu
Bedog
10

0
No. 9 No. 12 No. 9 dan No.12
Bagian Mata Pancing Ganda

Gambar 20. Perbandingan Hasil Tangkapan Pada Bagian Mata


Pancing Ganda

Panjang tubuh ikan layur yang didapatkan pada mata pancing utama berada
pada kisaran 70 – 83 cm dan terbanyak berada pada selang 75 – 79 cm sebanyak 4
ekor. Pada mata pancing tambahan yang menggunakan mata pancing nomor 12
didapatkan sebaran panjang tubuh layur yang tertangkap pada kisaran 60 – 92 cm dan
mayoritas berada pada selang 70 -74 cm dan 80 – 84 cm. Sedangkan yang tertangkap
pada kedua mata pancing berada pada kisaran 72 – 93 cm dan terbanyak pada selang
kelas 80 – 84 cm dan 90 – 94 cm masing – masing sebanyak 3 ekor.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


14

12

10
Fr ekuensi (ekor )

8
No.9

6 No.12

No.9 dan No.12


4

0
60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95-99
Selang Kelas (cm)

Gambar 21. Sebaran Panjang Tubuh Hasil Tangkapan Pada Bagian


Mata Pancing Ganda

Berat tubuh ikan layur yang didapatkan pada mata pancing utama berada pada
kisaran 330 -620 gram dan terbanyak berada pada selang 429 – 557 gram sebanyak 4
ekor. Pada mata pancing tambahan yang menggunakan mata pancing nomor 12
didapatkan sebaran berat tubuh layur yang tertangkap pada kisaran 300 – 1200 gram
dan mayoritas berada pada selang 429 -557 gram yaitu sebanyak 15 ekor. Sedangkan
yang tertangkap pada kedua mata pancing berada pada kisaran 350 – 920 gram dan
terbanyak terdapat pada selang kelas 300 – 428 gram sebanyak 4 ekor.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


16

14

12
Fr ekuensi (ekor )

10 No.9

No.12
8
No.9 dan No.12

0
300-428 429-557 558-686 687-815 816-944 945-1073 1074-1202

Selang Kelas (gram)

Gambar 22. Sebaran Berat Tubuh Hasil Tangkapan Pada Bagian


Mata Pancing Ganda

5.6 Analisis Data


Sebelum data hasil tangkapan layur pada kedua jenis rawai dianalisis untuk
dapat dilihat perbandingannya, data tersebut diuji terlebih dahulu kenormalan
datanya. Setelah diuji kenormalan data dengan menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov pada software SPSS didapatkan baik data hasil tangkapan rawai dengan
menggunakan mata pancing tunggal maupun yang menggunakan mata pancing ganda
tidak menyebar normal karena nilai Asymp. signifikannya yang kurang dari taraf
signifikan sebesar 0.05 (Sulaiman, 2004). Data hasil tangkapan rawai dengan mata
pancing tunggal mempunyai ninai Asymp. signifikan sebesar 0.028 sedangkan data
hasil tangkapan rawai dengan mata pancing ganda mempunyai nilai Asymp.
signifikan sebesar 0.016.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Tabel 5. Hasil Uji Kenormalan Data Kolmogorov - Smirnov
Rawai I Rawai II
N 30 30
Mean 1.0000 1.7000
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 1.31306 1.46570
Most Extreme Absolute .267 .284
Differences Positive .267 .284
Negative -.223 -.183
Kolmogorov-Smirnov Z 1.461 1.553
Asymp. Sig. (2-tailed) .028 .016
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.

Karena data tidak menyebar normal analisis yang digunakan yaitu analisis non-
parametrik dengan uji peringkat bertanda Wilcoxon. Hasil yang diperoleh melalui uji
peringkat bertanda Wilcoxon didapatkan nilai W+ sebesar 57.5 lebih kecil dari nilai
W sebesar 152 pada 30 kali ulangan/pasangan dan taraf nyata 0.05 (nilai kritis bagi
uji pangkat bertanda Wilcoxon) sehingga hipotesis H0 dapat ditolak. Oleh karena itu
terdapat perbedaan yang nyata antara rawai dengan mata pancing ganda dan rawai
dengan mata pancing tunggal. Rawai dengan mata pancing ganda memberikan hasil
tangkapan yang lebih baik dibandingkan rawai dengan mata pancing tunggal.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


6 PEMBAHASAN

6.1 Per bandingan Hasil Tangkapan


Jumlah hasil tangkapan yang didapatkan selama penelitian adalah sebanyak 94
ekor dengan berat total 51.09 kg. Jumlah ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan
hasil tangkapan nelayan pada beberapa hari sebelumnya. Hal ini dikarenakan kondisi
laut yang tidak menentu karena sedang terjadi peralihan dari musim timur ke musim
barat sehingga keberadaan ikan tidak dapat diperkirakan. Jumlah layur yang
tertangkap dengan rawai yang menggunakan mata pancing ganda lebih banyak yaitu
sekitar 51 ekor dibandingkan yang tertangkap dengan rawai yang menggunakan mata
pancing tunggal sebanyak 30 ekor.
Ikan layur yang tertangkap lebih banyak dari jenis meleu (Trichiurus haumela)
yang mempunyai ciri-ciri ukuran tubuhnya lebih panjang, warna putih keperakan dan
memiliki mata yang lebih besar. Jumlah layur meleu yang tertangkap jauh lebih
banyak dibandingkan layur jenis bedog (Trichiurus savala), di mana layur jenis
meleu yang tertangkap sebanyak 59 ekor dan layur jenis bedog hanya 22 ekor. Hal
ini mungkin disebabkan karena lokasi penelitian yang berada di dekat muara sungai
Cimandiri dimana di daerah tersebut ikan layur jenis meleu sangat dominan.
Selain ikan layur terdapat jenis ikan lain yang tertangkap baik oleh rawai
dengan mata pancing tunggal ataupun rawai dengan mata pancing ganda. Jenis ikan
yang tertangkap yaitu ikan geulang ruyu (Gempylus serpens) dan ikan buntal (Diodon
hystrix). Ikan geulang ruyu mempunyai bentuk tubuh seperti layur tetapi lebih bulat,
berwarna hitam keunguan, ekor berbentuk cagak, mempunyai gigi sangat tajam dan
sangat berlendir. Oleh nelayan Palabuhanratu ikan ini biasa disebut ikan layur lelaki
karena bentuknya yang mirip ikan layur. Jumlah ikan geulang ruyu yang tertangkap
selama penelitian yaitu sebanyak 11 ekor, ikan ini tertangkap dikarenakan sifatnya
yang rakus seperti ikan layur dan ikan ini pun banyak terdapat di sekitar lokasi
penelitian. Jenis ikan lain yang tertangkap saat penelitian yaitu ikan buntal yang
mempunyai ciri badannya dapat mengembang seperti bola apabila merasa terancam.
Ikan buntal yang tertangkap pada saat penelitian sebanyak 2 ekor.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Selang panjang tubuh ikan layur yang tertangkap pada kedua jenis rawai tidak
terdapat banyak perbedaan. Pada rawai dengan mata pancing tunggal berada pada
kisaran 70 – 95 cm, sedangkan pada rawai dengan mata pancing ganda berkisar
antara 60 - 93 cm.
Selang berat tubuh ikan layur yang tertangkap pada kedua jenis rawai juga tidak
jauh berbeda. Rawai dengan mata pancing tunggal berkisar antara 320 – 1100 gram
dan rawai yang menggunakan mata pancing ganda mempunyai kisaran antara 300 –
1200 gram. Untuk selang kelas yang memiliki jumlah terbanyak pada masing –
masing rawai adalah sama yaitu berada pada selang kelas 429 – 557 gram. Hal ini
disebabkan pada saat penelitian kedua unit rawai dioperasikan pada tempat yang
sama dan dalam waktu yang bersamaan pula.
Data hasil tangkapan yang dihasilkan baik dari rawai dengan mata pancing
tunggal atau pun rawai degan mata pancing ganda tidak menyebar normal. Hal ini
dikarenakan jumlah setting/ulangan yang terbatas hanya 30 kali ulangan. Jumlah
ulangan yang hanya 30 kali ini disebabkan keberadaan ikan layur pada saat penelitian
yang kurang melimpah disebabkan penelitian dilakukan pada saat musim peralihan
sehingga keberadaan ikan tidak menentu. Selain itu juga dikarenakan keterbatasan
waktu dan cuaca yang kurang bersahabat.
Dari analisis menggunakan uji bertanda Wilcoxon didapatkan nilai W+ yang
lebih kecil dari nilai kritisnya. Oleh karena itu rawai dengan mata pancing ganda
memberikan hasil tangkapan layur yang lebih baik dibandingkan dengan rawai yang
menggunakan mata pancing tunggal dan terdapat perbedaan yang nyata pada kedua
unit rawai dengan selang kepercayaan 95 %.

6.2 Posisi Ikan Ter ta ngka p Pada Ma ta Pa ncing Ganda


Pada rawai yang menggunakan mata pancing ganda terdapat tiga cara ikan
terkait mata pancing. Pertama mulut ikan terkait pada mata pancing utama (mata
pancing dengan nomor 9), yang kedua mulut ikan terkait pada mata pancing
tambahan (mata pancing dengan nomor 12) dan yang terakhir mulut ikan terkait pada
kedua mata pancing. Dari data yang didapatkan pada saat penelitian, ikan layur yang

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


tertangkap lebih banyak terkait pada mata pancing tambahan dibandingkan yang
tertangkap pada mata pancing utama atau pada kedua mata pancing. Jumlah ikan
yang terkait pada mata pancing tambahan sebanyak 33 ekor jauh lebih banyak
dibandingkan yang terkait pada mata pancing utama yaitu sebanyak 10 ekor dan yang
terkait pada kedua mata pancing sebanyak 8 ekor. Hal ini disebabkan karena
mayoritas layur yang tertangkap menggigit umpan bagian bawah atau bagian ujung
dari umpan dimana terdapat mata pancing tambahan sehingga ikan tersebut terkait
pada mata pancing tambahan.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang didapatkan dapat disimpulkan :
1) Sebaran panjang tubuh layur hasil tangkapan rawai dengan mata pancing tunggal
dengan jumlah terbanyak terdapat pada selang 80 – 84 cm yaitu sebanyak 15
ekor, sedangkan pada rawai dengan mata pancing ganda berada pada selang 80 -
84 cm sebanyak 16 ekor. Sebaran berat tubuh layur hasil tangkapan rawai dengan
mata pancing tunggal dengan jumlah terbanyak terdapat pada selang 459 - 587
gram dengan jumlah 11 ekor, sedangkan pada rawai dengan mata pancing ganda
berada pada selang 429 - 567 gram sebanyak 22 ekor.
2) Rawai dengan mata pancing ganda menghasilkan hasil tangkapan yang lebih
banyak daripada rawai dengan mata pancing tunggal.

7.2 Sara n
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh penggunaan mata
pancing ganda terhadap hasil tangkapan pada musim dan tempat yang berbeda. Perlu
juga dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan mata pancing ganda
pada alat tangkap lain seperti pancing layur dan rawai layur horizontal.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Irham. 2006. Teknologi Penangkapan Ikan dan Pengembangan Usaha


Perikanan Tenggiri di Kabupaten Belitung : Suatu Pendekatan Sistem Bisnis
Perikanan. [Tesis] (tidak dipublikasikan). Bogor : Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.

Direktorat Jendral Perikanan. 1998. Buku Pedoman Pengenalan Sumberdaya


Perikanan Laut. Bagian I (Jenis-jenis Ikan Ekonomis Penting). Jakarta :
Departemen Pertanian.

Matsuda, H. Araga and T. Yoshina. 1975. Coastal Fishes of Southern Japan. Tokai
University Press. Shuijuku, Tokyo, Japan.

Nofrizal. 2002. Pengaruh Pembengkokan Sudut Mata Pancing Terhadap Hasil


Tangkapan. [Tesis] (tidak dipublikasikan). Bogor : Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.

Nurhayati, Y. 2006. Pengaruh Kedalaman Terhadap Komposisi Hasil Tangkapan


Pancing Ulur (Handline) Pada Perikanan Layur di Perairan Palabuhanratu,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor :
Program Sarjana. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Okada, Yaichiro. 1966. Fishes of Japan. Tokyo : Uni Shoten Co., Ltd.

Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 2007. Data Statistika Perikanan


Tahun 2006. Sukabumi : PPN Palabuhanratu.

Randall, J. E. 1997. Randall’s tank photos. http:// www.fishbase.com/References/


FBRefSummary .php?id = 28618. 13 Maret 2008. 15.00 WIB.

Saanin, R. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Vol I dan II. Bandung :
Bina Cipta.

Sadhori, S. 1984. Teknik Penangkapan Ikan. Bandung : Angkasa.

Sainsbury, John. C. 1996. Commercial Fishing Methods : An Introduction to Vessel


and Gears. Third edition. Oxford : Fishing News Book.

Sarry, R. 1999. Studi tentang Komposisi Hasil Tangkapan Rawai Layur pada Siang
dan Malam Hari di Perairan Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]
(tidak dipublikasikan). Bogor : Program Sarjana. Program Studi Ilmu Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Sasmita, V.S. 1995. Pendugaan Potensi dan Fluktuasi Musim Penangkapan
Sumberdaya Layur (Trichiurus sp.) si Perairan Teluk Pelabuhan Ratu,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor :
Program Sarjana. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Sulaiman, Wahid. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS Contoh Kasus dan
Pemecahannya. Yogyakarta : Andi.

Von Brandt, A. 2005. Fish Catching Methods of the World. Fourth Edition. England :
Back Well Publishing Ltd.

Yudistira, Yusan. 2007. Pengaruh Penggunaan Alat Bantu Cahaya (Stick Light) Pada
Rawai Vertikal Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Layur di Palabuhanratu,
Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Program
Sarjana. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


LAMPIRAN

Lampira n 1. Peta Lokasi Penelitian

Lokasi
Penelitian

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Lampira n 2. Per ahu Pancing Layur

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Lampira n 3. Alat Penangka p Ika n

Ala t ta ngkap r awai ver tikal

Ma ta pa ncing ganda

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Lampira n 4. Pr oses Pengoper asian Alat Tangkap

1. Pemasangan unpan

2. Penur unan r awai

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


3. Penar ika n r awai

4. Pelepasa n hasil ta ngka pan

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Lampira n 5. Ikan Hasil Tangkapan
1. Ika n Layur

2. Ika n Buntal

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Lampira n 6. Umpan Ya ng Digunakan
1. Umpan ikan layur ya ng difilet

2. Umpa n ika n tembang yang disaya t

3. Pemasa nga n umpan pa da mata pancing ga nda

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Lampira n 7. Spesifikasi Ala t Penangkap Ikan

No. Bagian Spesifikasi Keterangan


1. Tali Pancing
a. Tali Utama (main line) Bahan PA monofilament No. 1000
Warna Putih
Panjang 200 m
b. Tali Cabang (branch line) Bahan PA monofilament No. 500
Warna Putih
Panjang 1.5 m
2. Mata Pancing
a. Mata Pancing Tunggal Ukuran No.9
Bahan Baja
Bentuk J
b. Mata Pancing Ganda Ukuran No.9 dan No. 12
Bahan Baja
Bentuk J
3. Pemberat Bahan Batu
Berat 600 gram
Warna Hitam
4. Swivel
a. Swivel kecil Bahan Baja
Warna Perak
Ukuran Panjang 1.5 cm
b. Swivel besar Bahan Baja
Warna Perak
Ukuran Panjang 2 cm
5. Barlen Bahan Kawat baja
Panjang 15 cm
6. Penggulung (reel) Bahan Plastik
Ukuran Diameter 20 cm

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Lampira n 8. Sebar an Ber at Tubuh Hasil Tangkapan

1. Rawai dengan mata pa ncing tunggal

Selang Kelas Batas Kelas Fr ekuensi Per sentase


300-428 299.5-428.5 5 16.67%
429-557 428.5-557.5 16 53.33%
558-686 557.5-686.5 4 13.33%
687-815 686.5-815.5 2 6.67%
816-944 815.5-944.5 1 3.33%
945-1073 944.5-1073.5 1 3.33%
1074-1202 1073.5-1202.5 1 3.33%

2. Rawai dengan mata pa ncing ganda

Selang Kelas Ba tas Kelas Fr ekuensi Per sentase


300-428 299.5-428.5 19 37.25%
429-557 428.5-557.5 22 43.14%
558-686 557.5-686.5 5 9.80%
687-815 686.5-815.5 2 3.92%
816-944 815.5-944.5 1 1.96%
945-1073 944.5-1073.5 1 1.96%
1074-1202 1073.5-1202.5 1 1.96%

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Lampira n 9. Sebar an Panja ng Tubuh Hasil tangkapan

1. Rawai dengan mata pancing tunggal

Sela ng Kelas Batas Kelas Fr ekuensi Per sentase


60-64 59.5-64.5 0 0%
65-69 64.5-69.5 0 0%
70-74 69.5-74.5 3 10%
75-79 74.5-79.5 4 13.33%
80-84 79.5-84.5 15 50%
85-89 84.5-89.5 5 16.67%
90-94 89.5-94.5 2 6.67%
95-99 94.5-99.5 1 3.33%

2. Rawai dengan mata pa ncing ganda


Sela ng Kelas Ba tas Kelas Fr ekuensi Per sentase
60-64 59.5-64.5 3 5.88%
65-69 64.5-69.5 1 1.96%
70-74 69.5-74.5 15 29.41%
75-79 74.5-79.5 9 17.65%
80-84 79.5-84.5 16 31.37%
85-89 84.5-89.5 2 3.92%
90-94 89.5-94.5 5 9.80%
95-99 94.5-99.5 0 0.00%

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Lampira n 10. Uji Kenor mala n

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Rawai I Rawai II
N 30 30
Mean 1.0000 1.7000
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 1.31306 1.46570
Most Extreme Absolute .267 .284
Differences
Positive .267 .284
Negative -.223 -.183
Kolmogorov-Smirnov Z 1.461 1.553
Asymp. Sig. (2-tailed) .028 .016
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.

Hipotesis :
H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Data bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Karena nilai Asymp. Sig Rawai I (0.028) dan Rawai II (0.016) < taraf signifikan
(0.05) maka H0 ditolak; artinya data hasil tangkapan baik rawai yang menggunakan
mata pancing tunggal dan rawai yang menggunakan mata pancing ganda tidak
berdistribusi normal.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Lampira n 11. Uji Per ingkat Ber tanda Wilcoxon
Peringkat Per ingkat
Pa sangan Rawa i I Rawai II Selisih
(-) (+)
1 0 2 -2 16.5
2 0 1 -1 7.5
3 0 2 -2 16.5
4 0 1 -1 7.5
5 0 1 -1 7.5
6 4 5 -1 7.5
7 3 0 3 0 20
8 1 1 0 0
9 1 2 -1 7.5
10 2 5 -3 20
11 2 5 -3 20
12 0 0 0 0
13 1 0 1 0 7.5
14 0 1 -1 7.5
15 1 1 0 0
16 0 1 -1 7.5
17 0 1 -1 7.5
18 0 1 -1 7.5
19 0 0 0 0
20 1 2 -1 7.5
21 1 1 0 0
22 1 1 0 0
23 0 1 -1 7.5
24 3 2 1 0 7.5
25 1 1 0 0
26 5 1 4 0 22.5
27 2 4 -2 16.5
28 1 2 -1 7.5
29 0 4 -4 22.5
30 0 2 -2 16.5
J umlah 30 51 218.5 57.5

Hipotesis :
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara hasil tangkapan rawai yang menggunakan mata
pancing tunggal dengan rawai yang menggunakan mata pancing ganda.
H1 : Terdapat perbedaan yang nyata antara hasil tangkapan rawai yang menggunakan mata
pancing tunggal dengan rawai yang menggunakan mata pancing ganda.

Karena nilai W+ (57.5) < nilai W (152) untuk 30 kali ulangan dan taraf nyata
95% maka Hipotesis 0 ditolak. Terdapat perbedaan yang nyata antara hasil
tangkapan layur rawai yang menggunakan mata pancing tunggal dan rawai yang
menggunakan mata pancing ganda.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


Lampira n 12. Da ta Hasil Tangka pan

Ra wai I Ra wai II
Berat Berat
Panjang Panjang Posisi
Ula ngan J enis (gram J enis (gram
(cm) (cm) Ter ka it
) )
1 Geulang ruyu 550 72 Bedog 500 70 II
Bedog 600 72 II
2 Bedog 700 80 II
3 Bedog 480 65 II
Bedog 530 70 II
4 Bedog 620 70 I
5 Bedog 500 70 II
6 Meleu 750 90 Bedog 800 80 I & II
Meleu 550 80 Bedog 850 84 II
Bedog 550 75 Meleu 500 75 II
Meleu 500 72 Bedog 350 62 II
Meleu 400 60 II
Geulang
850 82 I & II
ruyu
Geulang
7 Bedog 650 82 700 80 II
ruyu
Meleu 500 75
Bedog 1000 85
8 Meleu 550 90 Bedog 550 73 I & II
9 Bedog 850 82 Meleu 500 72 II
Meleu 470 78 I
10 Meleu 630 83 Meleu 400 82 II
Meleu 400 75 Meleu 330 73 I
Meleu 500 85 II
Bedog 970 93 I & II
Meleu 450 78 I
11 Bedog 700 85 Bedog 400 64 II
Meleu 430 80 Meleu 500 83 I & II
Meleu 380 73 II
Meleu 380 73 II
Meleu 370 73 I
12 Geulang ruyu 870 85
Geulang
13 Meleu 550 87 900 82 I & II
ruyu
14 Meleu 570 82 II
Geulang
550 75 I & II
ruyu
15 Bedog 1100 95 Buntal 1300 60 II
Meleu 1200 92 II
Geulang
16 350 65 I & II
ruyu
Meleu 420 75 I
17 Meleu 300 70 II
18 Geulang ruyu 400 60 Bedog 400 87 II
19 Geulang ruyu 520 67 Geulang 720 80 I

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com


ruyu
20 Meleu 400 80 Meleu 450 80 II
Meleu 520 75 II
21 Meleu 600 70 Bedog 400 70 II
22 Meleu 480 82 Meleu 450 90 II
23 Meleu 600 90 I & II
24 Meleu 350 80 Meleu 450 82 II
Meleu 450 80 Meleu 450 75 I
Meleu 330 74
25 Meleu 480 80 Meleu 380 73 II
Geulang
550 74 II
ruyu
26 Meleu 450 80 Meleu 400 75 I & II
Meleu 430 80
Meleu 450 82
Meleu 600 85
Meleu 500 85
27 Meleu 520 75 Meleu 500 80 II
Meleu 380 80 Meleu 450 75 I & II
Meleu 500 82 II
Meleu 450 80 II
28 Meleu 500 80 Meleu 620 80 II
Meleu 350 72 I & II
29 Buntal 800 35 Meleu 500 80 II
Meleu 520 90 I & II
Meleu 400 80 II
Meleu 350 80 I & II
30 Meleu 400 77 II
Meleu 350 80 I & II

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Anda mungkin juga menyukai