SKRIPSI
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir Skripsi ini.
Ikan layur (Trichiurus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan yang potensial
karena nilai produksinya yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan meningkatnya
permintaan ekspor ke luar negeri. Rawai vertikal merupakan salah satu alat penangkap ikan
layur di Palabuhanratu. Pengembangan metode dan teknologi dalam unit penangkapan rawai
vertikal ini sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil tangkapan, salah satunya adalah
dengan modifikasi mata pancing. Biasanya mata pancing yang digunakan nelayan rawai
vertikal adalah mata pancing tunggal. Selain mata pancing tunggal terdapat juga berbagai
jenis mata pancing, salah satunya adalah mata pancing ganda yang dipasang berangkai
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil tangkapan rawai yang menggunakan
mata pancing tunggal dengan rawai yang menggunakan mata pancing ganda yang dipasang
berangkai.
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental fishing. Digunakan dua jenis rawai
sebagai perlakuan yaitu rawai yang menggunakan mata pancing tunggal dan rawai yang
menggunakan mata pancing ganda yang dipasang berangkai. Kedua rawai tersebut terdiri dari
10 tali cabang yang diujungnya terdapat mata pancing. Mata pancing yang digunakan adalah
mata pancing nomor 9 untuk mata pancing tunggal dan nomor 9 dan nomor 12 untuk mata
pancing ganda. Kedua jenis rawai dioperasikan bersamaan selama kurang lebih 30 menit.
Data yang diperoleh berupa jumlah hasil tangkapan, jenis hasil tangkapan yang didapat, berat
tubuh, panjang tubuh dan posisi ikan tertangkap pada mata pancing ganda.
Berdasarkan hasil uji peringkat bertanda Wilcoxon didapatkan perbedaan yang nyata
antara hasil tangkapan rawai yang menggunakan mata pancing tunggal dan rawai yang
menggunakan mata pancing ganda. Rawai yang menggunakan mata pancing ganda
menghasilkan hasil tangkapan yang lebih banyak dibandingkan rawai yang menggunakan
mata pancing tunggal.
Oleh :
REGI FIJ I ANGGAWANGSA
C54104040
Skr ipsi
sebagai salah satu sya rat untuk memper oleh gelar
Sar ja na Per ikana n pada
Depar tema n Pema nfa atan Sumber daya Per ikanan
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini berjudul Pengar uh Per bedaan Penggunaan Bentuk Mata Pancing
Ter hadap Hasil Tangkapa n Layur (Trichiurus sp.) di Pala buha nr a tu.
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk membandingkan hasil tangkapan
layur antara rawai vertikal yang menggunakan mata pancing tunggal dengan rawai
vertikal yang menggunakan mata pancing ganda yang dipasang berangkai. Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan teknologi
penangkapan ikan khususnya pada perikanan layur kepada nelayan di Palabuhanratu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan penulisan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Penulis
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Pengar uh Per bedaa n Penggunaa n Bentuk Ma ta Pancing ter hada p Hasil
Tangkapan Layur (Trichiurus sp.) di Palabuha nr a tu sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih banyak kepada :
1) Prof. Dr. Ir. Bambang Murdiyanto, M. Sc. selaku dosen pembimbing atas segala
saran dan bimbingan yang diberikan;
2) Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M. Sc., Dr. Eko Sri Wiyono, S. Pi., M. Si., Ir.
Ronny Irawan Wahyu, M. Phil. dan Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M. Si.
selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran;
3) Bapak Wahyu beserta keluarga, Bapak Pepen beserta keluarga dan Bapak Syarif
atas bantuan dan kerjasama nya;
4) Keluargaku atas semangat dan doanya;
5) Debby Sofianila Sari Natsir atas spirit dan dukungan moril nya;
6) Teman-teman PSP 43, 42, 40, 39, 38… khususnya angkatan 41 (Gomeh, Ando,
Mario, Poetra, Romie, Midi, Yol, Ebod, Jeanny, Imam, Eko, Widi, Rulli, Bebek,
Awan, Renna, Via, Natha, Singgih, De2n, Habas, Ajer, Bert, Komet, Sange,
Dody, Rani, Ne2y, Resa, Meler, Ana, Aris, Jali, Rony, Eva, Fifi, Winda, Boy,
Oplet, Pi2t, Pras, Goen, Dina, Opick, Ti2n, Deco, Dimas, Suji, Boyo, Andi,
Ahdiar, Galih, Riki, Aldie dan Deni) atas kebersamaannya selama ini;
7) Teman-teman Endeavour atas semangat dan dukungan yang diberikan; dan
8) Semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Halaman
12.1 La ta r Belakang
Layur (Trichiurus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan yang
potensial. Dalam beberapa tahun terakhir layur menjadi salah satu komoditas
perikanan yang penting. Nilai produksi layur semakin bertambah dari tahun-ketahun,
hal ini disebabkan semakin meningkatnya permintaan ekspor layur ke beberapa
negara Asia seperti Korea, Jepang, China, Hongkong dan Taiwan.
Ikan layur merupakan jenis ikan demersal dan terdapat hampir di seluruh
perairan pantai di Indonesia. Salah satu sentra produksi layur di Indonesia adalah di
Palabuhanratu, hal ini dapat dilihat dari nilai produksinya yang mencapai 222,6 ton
pada tahun 2006 (PPN Palabuhanratu, 2006) dan dalam beberapa tahun terakhir
terjadi peningkatan jumlah produksinya.
Alat tangkap yang biasa digunakan untuk menangkap layur antara lain pancing,
gillnet, payang dan bagan. Umumnya, nelayan Palabuhanratu menggunakan pancing
ulur atau pancing rawai untuk menangkap layur. Pancing ulur adalah
pancing/handline yang menggunakan satu mata pancing sedangkan pancing rawai
menggunakan lebih dari satu mata pancing yang dipasang dengan tali cabang (branch
line) baik vertikal maupun horizontal.
Pengembangan metode dan teknologi sangat diperlukan untuk menunjang
keberhasilan dalam operasi penangkapan ikan layur. Salah satunya adalah dengan
memodifikasi mata pancing. Mata pancing (hook) merupakan bagian yang sangat
vital dalam proses penangkapan ikan layur, karena ikan layur akan terkait pada mata
pancing tersebut. Pada umumnya mata pancing yang digunakan nelayan pancing ulur
maupun pancing rawai di Palabuhanratu hanya bermata pancing tunggal (single hook)
dan pada kenyataannya tingkat keberhasilannya masih kurang optimal karena sering
kali umpan sudah tergigit atau termakan tetapi ikan tidak terkait pada mata pancing.
Selain pancing dengan satu mata pancing, terdapat pula yang menggunakan dua atau
lebih mata pancing yang dipasang berangkai. Pancing ulur dengan menggunakan dua
mata pancing (double hook) yang dipasang berangkai sudah banyak digunakan
12.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk :
1) Memperkenalkan konstruksi pancing rawai layur dengan mata pancing ganda
(double hook) yang dipasang berangkai pada nelayan Palabuhanratu.
2) Membandingkan hasil tangkapan layur pada pancing rawai dengan menggunakan
mata pancing tunggal (single hook) dan rawai dengan menggunakan mata pancing
ganda (double hook) yang dipasang berangkai di perairan teluk Palabuhanratu.
12.3 Manfaat
Manfaat dilaksanakannya penelitian ini antara lain memberikan informasi
tentang perbandingan hasil tangkapan layur pada pancing rawai antara rawai yang
menggunakan satu mata pancing (single hook) dan rawai yang menggunakan dua
mata pancing (double hook) yang dipasang berangkai serta memberikan alternatif
mengenai konstruksi alat tangkap kepada nelayan di Palabuhanratu.
Phyllum : Vertebrata
Class : Pisces
Subclass : Teleostei
Ordo : Percomorphii
Subordo : Scombroidae
Famili : Trichiuridae
Genus : Trichiurus
Spesies : Trichiurus sp.
Menurut Fischer diacu Sarry (1999 ), ikan layur berada pada kedalaman kurang
lebih 100 meter, namun dapat pula dijumpai pada perairan yang lebih dangkal hingga
memasuki daerah estuaria bahkan di peraran yang sangat dangkal sekalipun.
Populasi layur banyak terdapat di perairan pantai yang dangkal dan dekat dengan
muara – muara sungai. Sedangkan menurut Matsuda, et al, (1975 ) layur dapat
ditemukan di perairan pantai yang dalam dengan dasar berlumpur.
Ikan layur memangsa hewan-hewan laut yang berukuran kecil seperti udang-
udang kecil, cumi-cumi, ikan-ikan kecil, larva ikan dan lain sebagainya. Oleh karena
itu ikan layur sering tertangkap pada alat tangkap bagan.
Ikan layur terdapat sepanjang tahun di Palabuhanratu. Musim penangkapan ikan
layur di Palabuhanratu terjadi satu kali dalam satu tahun, yaitu antara Oktober –
Januari yang puncaknya terjadi bulan November dan terendah pada bulan Mei.
Kelimpahan tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan bulan Januari yang bertepatan
dengan awal dari musim barat. Ikan layur tidak seperti ikan-ikan pelagis yang pada
saat musim barat kelimpahannya menurun, sebaliknya justru mengalami peningkatan
kelimpahan. Hal ini disebabkan ikan layur cenderung hidup di dasar perairan dan
tidak terlalu terpengaruh oleh kedaan di permukaan (Sasmita, 1995).
Konstruksi dari rawai vertikal yang biasa digunakan untuk menangkap ikan
layur di Palabuhanratu yaitu terdiri dari beberapa bagian. Pertama yaitu tali pancing
yang terdiri dari tali utama (main line) dan tali cabang (branch line). Tali pancing
yang digunakan terbuat dari bahan nylon monofilament bernomor 1000 dengan
2.2.3 Nelayan
Nelayan yang mengoperasikan pancing rawai dengan menggunakan perahu
congkreng sebanyak 1 - 4 orang per unit penangkapan. Satu orang bertugas
mengemudikan kapal sekaligus pemancing dan yang lainnya sebagai pemancing dan
mempersiapkan keperluan sebelum setting, seperti memasang umpan. Dalam sekali
setting satu orang nelayan dapat mengoperasikan beberapa pancing sekaligus
tergantung dari kemahiran masing-masing nelayan.
3.2 Perala ta n
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Satu unit rawai layur vertikal dengan 10 mata pancing tunggal (single hook);
2) Satu unit rawai layur vertikal dengan 10 mata pancing ganda (double hook);
3) Timbangan kue dengan skala terkecil 10 gram;
4) Meteran dengan skala terkecil 1 cm;
5) Data sheet;
6) Alat tulis; dan
7) Kamera digital.
3.4.3 Pengumpulan da ta
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
1) Jenis layur (meleu atau bedog)
2) Berat ikan layur (gram)
3) Panjang ikan layur (cm)
4) Posisi layur tertangkap pada mata pancing ganda, apakah terkait pada mata
pancing utama, pada mata pancing tambahan atau pada keduanya.
Keterangan :
Yij = Nilai hasil tangkapan layur pada perlakuan ke-i
µ = Nilai tengah populasi
ôi = Pengaruh perlakuan ke-i
åij = Galat percobaan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
dimana : - i = 1,2 yaitu perlakuan 1 untuk rawai layur yang menggunakan mata
pancing tunggal dan perlakuan 2 untuk rawai layur dengan mata
pancing ganda.
- j = 1,2,3,…,30 yaitu ulangan atau jumlah setting.
Asumsi :
ôi = perlakuan bersifat tetap
åij ~ N (0,ó2) artinya galat percobaan timbul secara acak menyebar bebas normal
dengan nilai tengah 0 dan ragam ó2
Dimana :
(Y..) 2
FK =
n. p
JKT = Y..2 – FK
(Y..)2
JKP = - FK
n
JKS = JKT – JKP
JKP
KTP =
dBP
JKS
KTS =
dBS
KTP
Fhitung =
KTS
2KTS
BNT = tá/2, dBS
n
Hipotesis yang diuji dalam uji BNT :
H0 : ô1 = ô2 artinya kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap percobaan.
H1 : ô1 ô2artinya kedua perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap percobaan.
Dasar penggunaan uji BNT yaitu :
Bila 1- 2 > BNT maka tolak H0 yang berarti kedua perlakuan memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap percobaan.
Bila 1- 2 < BNT maka gagal tolak H0 yang berarti kedua perlakuan tidak
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap percobaan.
14000
12000
Jumlah Produksi (ton)
10000
8000
6000
4000
2000
0
2002 2003 2004 2005 2006
Tahun
50
40
30
20
10
0
2002 2003 2004 2005 2006
Tah u n
70
60
J umla h Pr oduksi (ton)
50
40
30
20
10
Bulan
4.3.3 Nelaya n
Nelayan merupakan salah satu mata pencaharian yang penting di wilayah
Palabuhanratu karena jumlahnya yang besar sebagai mata pencaharian mayoritas
masyarakat Palabuhanratu dan potensi sumberdaya laut yang melimpah. Pada tahun
2006 terdapat lebih dari 3700 orang yang berprofesi sebagai nelayan yang beroperasi
di PPN Palabuhanratu dan setengahnya merupakan nelayan payang (PPN
Palabuhanratu, 2006).
2500
2000
J umlah Nelayan
1500
1000
500
0
Pancing Payang B ag an R amp us Trammel Gill Net Lo ng line Purs e To nd a
Ulur Net S eine
Alat Tangkap
Gambar 10. Grafik Jumlah Nelayan Per Alat Tangkap Di PPN Palabuhanratu
Tahun 2006
250
200
J umla h Unit
150
100
50
0
Pancing Payang Bagan Rampus Trammel Gill Net Longline P ancing Rawai P urse Tonda
Ulur Net Layur Seine
Alat Tangkap
Jumlah
1 254 86 37 377 12 75 3 41 55 186 563
RTP
Jumlah
2 301 166 44 511 17 136 4 53 77 287 789
Kapal
Meleu
63%
Pada rawai yang menggunakan mata pancing tunggal ikan hasil tangkapan yang
didapat adalah ikan layur jenis meleu sebanyak 24 ekor, layur jenis bedog sebanyak 6
ekor, ikan geulang ruyu sebanyak 4 ekor dan ikan buntal sebanyak 1 ekor.
Bun t a l
3% Be do g
Geulan g ruy u
17%
11%
M eleu
69%
Sedangkan pada rawai dengan mata pancing ganda hasil tangkapan yang
didapatkan sebanyak 59 ekor yang terdiri dari layur jenis meleu sebanyak 35 ekor,
layur jenis bedog sebanyak 16 ekor, ikan geulang ruyu 7 ekor dan ikan buntal 1 ekor.
Meleu
59%
16
14
12
10
Fr ekuensi
8
6
4
2
0
60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95-99
Selan g Kelas (cm)
18
16
14
12
F r ekuensi
10
8
6
4
2
0
60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95-99
S e l a n g Ke l a s (cm )
15
Fr eku ensi
10
0
300-428 429-557 558-686 687-815 816-944 945-1073 1074-1202
25
20
F r ekuensi (ekor )
15
10
0
30 0-4 28 4 29 -5 57 5 58 -68 6 6 87 -815 816-94 4 9 45 -107 3 10 74 -120 2
S e l a n g Ke l a s (gr a m )
Kail No.12
64%
Gambar 19. Grafik Perbandingan Hasil Tangkapan Pada Rawai Dengan Mata
Pancing Ganda Berdasarkan Posisi Ikan Terkait
Jumlah ikan layur jenis meleu yang tertangkap pada ketiga bagian mata pancing
ganda lebih banyak dari jenis bedog dengan perbandingan yang cukup jauh. Jumlah
layur meleu yang tertangkap pada mata pancing utama sebanyak 7 ekor, pada mata
pancing tambahan sebanyak 21 ekor dan pada kedua mata pancing sebanyak 7 ekor.
Sedangkan jumlah layur jenis bedog yang tertangkap pada mata pancing tunggal
25
20
J umlah Ter tangkap (ek or)
15
Meleu
Bedog
10
0
No. 9 No. 12 No. 9 dan No.12
Bagian Mata Pancing Ganda
Panjang tubuh ikan layur yang didapatkan pada mata pancing utama berada
pada kisaran 70 – 83 cm dan terbanyak berada pada selang 75 – 79 cm sebanyak 4
ekor. Pada mata pancing tambahan yang menggunakan mata pancing nomor 12
didapatkan sebaran panjang tubuh layur yang tertangkap pada kisaran 60 – 92 cm dan
mayoritas berada pada selang 70 -74 cm dan 80 – 84 cm. Sedangkan yang tertangkap
pada kedua mata pancing berada pada kisaran 72 – 93 cm dan terbanyak pada selang
kelas 80 – 84 cm dan 90 – 94 cm masing – masing sebanyak 3 ekor.
12
10
Fr ekuensi (ekor )
8
No.9
6 No.12
0
60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95-99
Selang Kelas (cm)
Berat tubuh ikan layur yang didapatkan pada mata pancing utama berada pada
kisaran 330 -620 gram dan terbanyak berada pada selang 429 – 557 gram sebanyak 4
ekor. Pada mata pancing tambahan yang menggunakan mata pancing nomor 12
didapatkan sebaran berat tubuh layur yang tertangkap pada kisaran 300 – 1200 gram
dan mayoritas berada pada selang 429 -557 gram yaitu sebanyak 15 ekor. Sedangkan
yang tertangkap pada kedua mata pancing berada pada kisaran 350 – 920 gram dan
terbanyak terdapat pada selang kelas 300 – 428 gram sebanyak 4 ekor.
14
12
Fr ekuensi (ekor )
10 No.9
No.12
8
No.9 dan No.12
0
300-428 429-557 558-686 687-815 816-944 945-1073 1074-1202
Karena data tidak menyebar normal analisis yang digunakan yaitu analisis non-
parametrik dengan uji peringkat bertanda Wilcoxon. Hasil yang diperoleh melalui uji
peringkat bertanda Wilcoxon didapatkan nilai W+ sebesar 57.5 lebih kecil dari nilai
W sebesar 152 pada 30 kali ulangan/pasangan dan taraf nyata 0.05 (nilai kritis bagi
uji pangkat bertanda Wilcoxon) sehingga hipotesis H0 dapat ditolak. Oleh karena itu
terdapat perbedaan yang nyata antara rawai dengan mata pancing ganda dan rawai
dengan mata pancing tunggal. Rawai dengan mata pancing ganda memberikan hasil
tangkapan yang lebih baik dibandingkan rawai dengan mata pancing tunggal.
7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang didapatkan dapat disimpulkan :
1) Sebaran panjang tubuh layur hasil tangkapan rawai dengan mata pancing tunggal
dengan jumlah terbanyak terdapat pada selang 80 – 84 cm yaitu sebanyak 15
ekor, sedangkan pada rawai dengan mata pancing ganda berada pada selang 80 -
84 cm sebanyak 16 ekor. Sebaran berat tubuh layur hasil tangkapan rawai dengan
mata pancing tunggal dengan jumlah terbanyak terdapat pada selang 459 - 587
gram dengan jumlah 11 ekor, sedangkan pada rawai dengan mata pancing ganda
berada pada selang 429 - 567 gram sebanyak 22 ekor.
2) Rawai dengan mata pancing ganda menghasilkan hasil tangkapan yang lebih
banyak daripada rawai dengan mata pancing tunggal.
7.2 Sara n
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh penggunaan mata
pancing ganda terhadap hasil tangkapan pada musim dan tempat yang berbeda. Perlu
juga dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan mata pancing ganda
pada alat tangkap lain seperti pancing layur dan rawai layur horizontal.
Matsuda, H. Araga and T. Yoshina. 1975. Coastal Fishes of Southern Japan. Tokai
University Press. Shuijuku, Tokyo, Japan.
Okada, Yaichiro. 1966. Fishes of Japan. Tokyo : Uni Shoten Co., Ltd.
Saanin, R. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Vol I dan II. Bandung :
Bina Cipta.
Sarry, R. 1999. Studi tentang Komposisi Hasil Tangkapan Rawai Layur pada Siang
dan Malam Hari di Perairan Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]
(tidak dipublikasikan). Bogor : Program Sarjana. Program Studi Ilmu Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Sulaiman, Wahid. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS Contoh Kasus dan
Pemecahannya. Yogyakarta : Andi.
Von Brandt, A. 2005. Fish Catching Methods of the World. Fourth Edition. England :
Back Well Publishing Ltd.
Yudistira, Yusan. 2007. Pengaruh Penggunaan Alat Bantu Cahaya (Stick Light) Pada
Rawai Vertikal Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Layur di Palabuhanratu,
Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Program
Sarjana. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Lokasi
Penelitian
Ma ta pa ncing ganda
1. Pemasangan unpan
2. Ika n Buntal
Rawai I Rawai II
N 30 30
Mean 1.0000 1.7000
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 1.31306 1.46570
Most Extreme Absolute .267 .284
Differences
Positive .267 .284
Negative -.223 -.183
Kolmogorov-Smirnov Z 1.461 1.553
Asymp. Sig. (2-tailed) .028 .016
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Hipotesis :
H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Data bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Karena nilai Asymp. Sig Rawai I (0.028) dan Rawai II (0.016) < taraf signifikan
(0.05) maka H0 ditolak; artinya data hasil tangkapan baik rawai yang menggunakan
mata pancing tunggal dan rawai yang menggunakan mata pancing ganda tidak
berdistribusi normal.
Hipotesis :
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara hasil tangkapan rawai yang menggunakan mata
pancing tunggal dengan rawai yang menggunakan mata pancing ganda.
H1 : Terdapat perbedaan yang nyata antara hasil tangkapan rawai yang menggunakan mata
pancing tunggal dengan rawai yang menggunakan mata pancing ganda.
Karena nilai W+ (57.5) < nilai W (152) untuk 30 kali ulangan dan taraf nyata
95% maka Hipotesis 0 ditolak. Terdapat perbedaan yang nyata antara hasil
tangkapan layur rawai yang menggunakan mata pancing tunggal dan rawai yang
menggunakan mata pancing ganda.
Ra wai I Ra wai II
Berat Berat
Panjang Panjang Posisi
Ula ngan J enis (gram J enis (gram
(cm) (cm) Ter ka it
) )
1 Geulang ruyu 550 72 Bedog 500 70 II
Bedog 600 72 II
2 Bedog 700 80 II
3 Bedog 480 65 II
Bedog 530 70 II
4 Bedog 620 70 I
5 Bedog 500 70 II
6 Meleu 750 90 Bedog 800 80 I & II
Meleu 550 80 Bedog 850 84 II
Bedog 550 75 Meleu 500 75 II
Meleu 500 72 Bedog 350 62 II
Meleu 400 60 II
Geulang
850 82 I & II
ruyu
Geulang
7 Bedog 650 82 700 80 II
ruyu
Meleu 500 75
Bedog 1000 85
8 Meleu 550 90 Bedog 550 73 I & II
9 Bedog 850 82 Meleu 500 72 II
Meleu 470 78 I
10 Meleu 630 83 Meleu 400 82 II
Meleu 400 75 Meleu 330 73 I
Meleu 500 85 II
Bedog 970 93 I & II
Meleu 450 78 I
11 Bedog 700 85 Bedog 400 64 II
Meleu 430 80 Meleu 500 83 I & II
Meleu 380 73 II
Meleu 380 73 II
Meleu 370 73 I
12 Geulang ruyu 870 85
Geulang
13 Meleu 550 87 900 82 I & II
ruyu
14 Meleu 570 82 II
Geulang
550 75 I & II
ruyu
15 Bedog 1100 95 Buntal 1300 60 II
Meleu 1200 92 II
Geulang
16 350 65 I & II
ruyu
Meleu 420 75 I
17 Meleu 300 70 II
18 Geulang ruyu 400 60 Bedog 400 87 II
19 Geulang ruyu 520 67 Geulang 720 80 I