Anda di halaman 1dari 4

Keadaan Transisi

Seringkali suatu reaksi elementer antara dua zat berlangsung dengan cara sederhana
yang melibatkan tabrakan dua partikel untuk membentuk suatu spesi (jenis partikel)
teraktifkan yang berlangsung menimbulkan produk-poroduk reaksi itu.

Perhatikan mekanisme untuk reaksi elementer umum:

AB + AB → A2 + B2

Gambar 1.

Tidak semua tabrakan antara dua molekl pereaksi AB akan mengakibatkan suatu reaksi
kimia, meskipun mlekul itu memiliki perlengkpan tertentu yang diperlukan agar reaksi itu
terjadi, antara lain energi tinggi dan suatu kecendrungan alamiah agar bereaksi. Dalam
gambar 14 (a) misalnya tabrakan antara molekul-molekul AB tak membuahkan hasil,
bilamana molekul itu salah sikap pada saat tabrakan, karena bagian B bertemu dengan bagian
B. Dalam (b), meskipun molekul-molekul itu telah betul sikapnya, merek tidak cukup
berenergi waktu bertabrakan agar terjadi reaksi. Bila dalam kasus (a) maupun (b), molekul –
molekul itu semata-mata berbalik tanpa perubahan. Dalam (c) molekul-molekuakanl yang
bertabrakan bersikap betul dan mempunyai cukup energi agar reaksi terjadi, disebut keadaan
transisi atau kompleks teraktifkan. Inilah keadaan yang ada pada saat terjadinya suatu
tabrakan yang secara potensial effisien.

Untuk reaksi kebalikan yang di paparkan dalam gambar 14 A2 + B2 → AB + AB


molekul-molekul yang bereaksi , A2 dan B2 juga harus bersikap dengan betul dan memiliki
energi yan diperlukan, untuk memutuskan ikatan-ikatan tertentu yang ada, dan untuk
membentuk ikatan yang baru. Keadaan transisi untukreaksi elementer ini juga yang di
gambarkan pada 14 c. Pada prinsipnya, tak peduli apakah berawalkan molekul-molekul AB
tau molekul A2 dan B2, kompleks transisi itu dapat berdisosiasi membentuk molekul-molekul
baru (terjadi reaksi), atau dapat berdisosiasi untuk membentuk kembali molekul-molekul
aslinya(tak terjadi reaksi). Contoh khas reaksi yang diduga berlangsung lewat keadaan
transisi siklik ( melingkar), yang strukturnya menyerupai gambar 14c, dalam mana keempat
pusat atom bertabrakan, adalah sebagai berikut :

2Ibr → I2 + Br2

HCl + Br2 → HBr + BrCl


Gambar diatas mekanisme reaksi untuk 2AB  A2 + B2. Dalam (a), molekul yang bertabrakan tidak
bersikap dengan betul, dan dalam (b), mereka bertabrakan dengan energi yang tidak cukup untuk
melangsungkan reaksi. Dalam (c), molekul-molekul yang bereaksi cocok sikapnya dan cukup
energinya untuk membentuk kompleks teraktifkan atau keadaan transisi.

Untuk reaksi antara dua molekul Ibr, keadaan transisi siklik dilukiskan sebagai struktur
tengah dalam bagan reaksi sebagai berikut:

Garis putus mnunjukkan bahwa keadaan transisi siklik empat atom, ikatan-ikatan I-Br
terputus sebagian dan ikatan I-I serta Br-Br terbentuk sebagian.

Kebanyakan reaksi erlementer antara molekul-molekul tidak berlangsung lewat


keadaan transisi siklik semacam itu yang melibatkan tabrakan serempak dari empat pusat
atom. Misalnya, masing-masing reaksi berikut barangkali hanya melibatkan tabrakan antara
dua pusat atom:
Keadaan trasnsisi untuk reaksi-reaksi ini (dalam tanda kurung siku) semuanya melibatkan
setengah putusnya ikatan lama dan setengah terbentuknya suatu ikatan baru, sepertinya
dinyatakan oleh garis-garis putus. Tabrakan yang relatif antara molekul-molekul H2dan O2
yang menghasilkan radikal H dan HO2.

H2 + O2 [ H----H----O O] H + HO2

Seharusnya juga berlangsung dengan jalan yang serupa; dalam keadaan transisi, ikata H-H
terputus sebagian, sedangkan ikatan H-O terbentuk sebagian.

Reaksi-reaksi dalam mana produk terbentuk dalam satu tahap reaksi erlementer
tidaklah dibatasi pada molekul dan radikal anorganik. Banyak reaksi senyawa organik
berlangsung dalam cara ini. Reaksi antara ion hidroksida dan metil bromida, CH3Br,
merupakan suatu contoh, yang arahnya secara bagan ditunjukkan dalam gambar berikut:

Mekanisme untuk reaksi HO- + CH3Br CH3OH + Br-. Dalam keadaan transisi, ikatan C-O setengah
terbentuk, ikatan C-Br setengah terputus. Pada titik ini, baik gugus Br maupun gugus OH mengemban
sebagian (masing-masing kurang lebih ½) dari muatan negatif satuannya. Perhatikan sudut-sudut
ikatan antara atom-atom yang terikat pada karbon dalam keadaan transisi, pertentangkan sudut-sudut
ini dengan sudut-sudut dalam pereaksi maupun produk organiknya.

Dalam banyak hal, produk akhir dari suatu reaksi tidak hasilkan oleh satu tabrakan
efektif yang sederhana, melainkan oleh sederetan tabrakan efektif yang melibatkan sederetan
tahap reaksi elementer. Misalnya, perhatikan lagi reaksi molekul-molekul H2 dan O2 yang
menghasilkan radikal H dan HO2.

H2 + O2 H + HO2

Produk-produk ini, H dan HO2, bersikap sebagai pereaksi untuk reaksi-reaksi berikutnya:

H2 + HO2 H2O + OH

Dalam ketiga reaksi elementer ini, (1), (4), dan (6), radikal H, HO2, dan OH merupakan
produk-produk awal yang tak diisolasi. Malahan mereka bereaksi lebih lanjut untuk
menghasilkan produk akhir reaksi, molekul H2O. Zat-zat yang bertindak demikian disebut
zat-antara reaksi. Zat-antara reaksi sering kali dapat dideteksi secara eksperimen, dan dalam
beberapa kasus, zat-antara ini dapat diisolasi. Umumnya mereka hanya berada sekejap,
meskipun untuk reaksi-reaksi tertentu dan pada kondisi tertentu, mereka dapat diisolasi dan
ditentukan cirinya. Sebaliknya, suatu keadaan transisi tak dapat diisolasi. Strukturnya
hanyalah disimpulkan dari pengandaian-pengandaian mengenai mekanisme reaksi yang
mungkin.

Persyaratan Termodinamik untuk Reaksi


Untuk terjadinya reaksi secara spontan, energi bebas produk harus lebih rendah
daripada energi bebas reaktan, yakni _G harus negatif. Reaksi dapat saja berlangsung melalui
jalan lain, tapi tentu saja hanya jika energi bebas ditambahkan. Seperti halnya air di atas
permukaan bumi, air hanya mengalir ke bawah dan tidak pernah mengalir ke atas (meskipun
air dapat dibawa ke atas atau menggunakan pompa), molekul-molekul mencari energi
potensial yang paling rendah mungkin. Energi bebas terbuat dari dua komponen yaitu entalpi
H dan entropi S.
Kuantitas tersebut dihubungkan dengan persamaan:
_G = _H – T_S
Perubahan entalpi dalam suatu reaksi terutama adalah perbedaan energi ikat (meliputi
energi resonansi, tegangan, dan solvasi) antara reaktan dengan produk. Perubahan
entalpi dapat dihitung dengan menjumlahkan semua energi ikatan yang putus, kemudian
dikurangi dengan jumlah energi semua ikatan yang terbentuk, dan ditambahkan dengan
perubahan energi resonansi, tegangan, atau energi solvasi. Perubahan entropi

Anda mungkin juga menyukai