Disusun oleh :
Nama : Firliany Triamanda
NIM : 1711113767
Kelas : A 2017 3
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
PEMBAHASAN
Secara umum, pengertian kesehatan yaitu suatu kondisi atau keadaan secara umum
seseorang dari segi semua aspek. Dalam pengertian kesehatan ini dimaksudkan yaitu tingkat
keefisienan dari fungsional dengan atau tanpa metabolisme dari suatu organisme dan juga
termasuk manusia.
Pengertian kesehatan juga diungkapkan oleh WHO yang mana pengertian kesehatan
merupakan sesuatu yang tidak hanya dimaksudkan sebagai suatu kelemahan atau ketiadaan
suatu penyakit melainkan juga merupakan keadaan mental dan fisik serta juga kesejahteraan
sosial. WHO juga menyatakan bahwa kesehatan bukan tujuan dari hidup melainkan sumber
daya untuk hidup sehari-hari. Selain itu, kesehatan dikatakan juga sebagai suatu konsep
yang positif dan terfokus pada kemampuan fisik dan juga sumberdaya sosial.
Kesehatan menurut Kemenkes yang tertulis dalam UU No. 23 tahun 1992 merupakan
keadaan normal dan sejahtera anggota tubuh, sosial dan jiwa pada seseorang untuk dapat
melakukan aktifitas tanpa gangguan yang berarti dimana ada kesinambungan antara
kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang termasuk dalam melakukan interaksi dengan
lingkungan.
Salah satu upaya optimalisasi serta akselerasi hasil kerja dan kontribusi berbagai sektor
dalam pelaksanaan program pembangunan kesehatan maka diselenggarakan forum
komunikasi dan informasi antara stakeholders berbagai lintas sektor yang melibatkan lebih
kurang 1.787 peserta baik di tingkat Pusat maupun Daerah, yaitu Rapat Kerja Kesehatan
Nasional (Rakerkesnas) tahun 2017 yang mengusung tema Integrasi Pusat dan Daerah
dalam Pelaksanaan Pendekatan Keluarga untuk Mewujudkan Indonesia Sehat yang
dilaksanakan mulai 26 Februari 2017 s.d 1 Maret 2017 di Jakarta.
Rakerkesnas 2017 yang merupakan media komunikasi dan interaksi antara pusat dan
daerah dalam mensinergikan pelaksanaan pembangunan kesehatan, rencananya akan dibuka
oleh Bapak Presiden Joko Widodo pada 28 Februari 2017 mendatang. Adapun rangkaian
kegiatan Rakerkesnas 2017 adalah sebagai berikut:
Kegiatan yang dihadiri para peserta yang berasal dari Pusat dan Daerah ini pada hari
pertama akan diawali dengan pembahasan mengenai kebijakan kesehatan, evaluasi program
pembangunan kesehatan, peluang dan tantangan di bidang kesehatan, yang dihadiri oleh
Menteri Kesehatan RI bersama seluruh jajaran pimpinan tinggi madya di lingkungan
Kementerian Kesehatan RI. Pada kesempatan tersebut, dilakukan juga penandatanganan
kontrak kinerja dekonsentrasi oleh para Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Pada hari kedua pelaksanaan, Menkes akan membuka pameran serta akan dilakukan
beberapa penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian Kesehatan dengan dunia
usaha dan mitra strategis, perwakilan perhimpunan dan Pemerintah Daerah terkait
implementasi program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS).
Rakerkesnas 2017 ditandai dengan pembukaan resmi oleh Presiden Joko Widodo yang
akan dilanjutkan dengan peluncuran program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) dan
Pencanangan Pembangunan 124 Puskesmas di Perbatasan.
Kegiatan selanjutnya adalah paparan dari para narasumber yang berasal dari lintas
sektor, beberapa materi diantaranya mengenai:
6) Sinergitas dalam Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan oleh Badan Pengawas
Obat dan Makanan;
Sementara itu, kegiatan Rakerkesnas 2017 akan diakhiri dengan dialog interaktif,
pembacaan rekomendasi hasil Rakerkesnas 2017, serta foto bersama antara para peserta
dengan Menteri Kesehatan dan jajaran pimpinan tinggi madya di lingkungan Kementerian
Kesehatan.
Pada intinya, pembangunan kesehatan yang semula bersifat kuratif dan rehabilitatif kini
lebih diarahkan pada upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Untuk itu,
diperlukan upaya penguatan tiga pilar pembangunan kesehatan yaitu: Paradigma Sehat,
Penguatan Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional. Utamanya pada pilar
pertama paradigma sehat diimplementasikan melalui dua pendekatan, yaitu:
2) Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang mana kegiatannya tidak hanya
dilakukan oleh jajaran kesehatan saja, namun juga lintas sektor.
Paradigma Sehat
Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembanguan kesehatan yang
memandang masalah kesehatan saling terkait dan mempengaruhi banyak faktor yang
bersifat lintas sektoral dengan upaya yang lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan,
serta perlindungan kesehatan, tidak hanya pada upaya penyembuhan penyakit atau
pemulihan kesehatan.
Promotif - Preventif
Visi Presiden (2015 – 2019) : Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong.
Adapun tujuan dalam Rencana Strategis Kementrian Kesehatan 201 – 2019, yaitu :
Kesehatan lingkungan pemukiman, tempat kerja dan tempat-tempat umum serta tempat
periwisata ditingkatkan melalui penyediaan serta pengawasan mutu air yang memenuhi
persyaratan terutama perpipaan, penerbitan tempat pembuangan sampah, penyediaan sarana
pembangunan limbah serta berbagai sarana sanitasi lingkungan lainnya. Kualitas air, udara
dan tanah ditingkatkan untuk menjamin hidup sehat dan produktif sehingga masyarakat
terhindar dari keadaan yang dapat menimbulkan bahaya kesehatan. Untuk itu diprlukan
peningkatan dan perbaikan berbagai peraturan perundang-undangan, pendidikan
lingkungan sehat sejak dini usia muda serta pembakuan standar lingkungan.
Perhatian yang lebih besar diberikan untuk mewujudkan produktifitas kerja yang tinggi,
melalui berbagai upaya pelayanan kesehatan kerja termasuk perbaikan gizi dan kebugaran
jasmani tenaga kerja serta upaya kesehatan lain yang menyangkut kesehatan lingkungan
kerja dan lingkungan pemukiman terutama bagi penduduk yang tinggal di daerah yang
kumuh.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JK PM) yakni cara pelayanan kesehatan
melelui penyebaran secara praupaya dikembangkan terus untuk menjamin tersekenggaranya
pemeliharaan kesehatan yang lebih merata dan bermutu dengan harga yang terkendali.
JKPM diselenggarakan sebagai upaya bersama antar masyarakat, swasta dan pemerintah
untuk memenuhi kebutuhan biaya pelayanan kesehatan yang terus meningkat. Tarif
pelayanan kesehatan perlu disesuaikan atas dasar nilai jasa dan barang yang diterima oleh
anggota masyarakat yang memperoleh pelayanan. Masyarakat yang tidak mampu akan
dibantu melalui system JKPM yang disubsidi oleh pemerintah. Bersamaan dengan itu
dikembangkan pula asuransi kesehatan sebagai pelengkap/pendamping JKPM.
Pengembangan asuransi kesehatan berada dibawah pembinaan pemerintah dan asosialisasi
perasuransian. Secara bertahap puskesmas dan rumahsakit milik pemewrintah akan
dikelolah secara swadana.
Desentralisasi atas dasr prinsip otonomi yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung
jawab dipercepat melalui pelimpahan tanggung jawab pengelolaaan upaya kesehatan
kepada daerah Dinas Kesehatan ditingkatkan terus kemampuan manajemennya sehingga
dapat melaksanakan secara lebih bertanggung jawab dalam perencanaan, pembiayaan dan
pelalsaan upaya kesehatan. Peningkatan kemampuan manajemen tersebut dilakukan melalui
rangkaian pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan pembangunan kesehatan yang ada.
Upaya tersebut pula didukung oleh tersedianya pembiayaan kesehatan yang memadai.
Untuk itu perlu diupayakan peningkatan pendanaan kesehatan yang baik berasal dari
anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional maupun dari anggaran Pendapatan dan
BelanjaDaerah.
Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana individu,
keluarga maupun masyarakat umum ikut seta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri,
keluarga, ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya. Peran serta masyarakat dalam
bidang kesehatan dapat dibedakan menjadi:
Penganut paham ini mendalilkan bahwa peran serta masyarakat merupakan strategi
untuk mendapatkan dukungan masyarakt (public support). Pendapat ini didasarkan kepada
suatu paham bahwa bila masyarakat merasa memiliki akses terhadap pengambilan
keputusan dan kepedulian masyarakat kepada pada tiap tingkatan pengambilan keputusan
didokumentasikan dengan baik, maka keputusan tersebut akan memiliki kredibilitas.
Dalam konteks ini peran serta masyarakat didayagunakan sebagai suatu cara untuk
mengurangi atau meredakan konflik melalui usaha pencapaian konsensus dari pendapat-
pendapat yang ada. Asumsi yang melandasi persepsi ini adalah bertukar pikiran dan
pandangan dapat menigkatkan pengertian dan toleransi serta mengurangi rasa
ketidakpercayaan (misstrust) dan kerancuan (biasess).
Menurut persepsi ini, peran serta masyarakat dilakukan sebagai upaya untuk
“mengobati” masalah-masalah psikologis masyarakat seperti halnya perasaan ketidak
berdayaan (sense of powerlessness), tidak percaya diri dan perasaan bahwa diri mereka
bukan komponen penting dalam masyarakat.
B. Sistem Pelayanan Kesehatan dan Kebijakan Era Otonomi Daerah
1. Sistem Pelayanan Kesehatan
Pelaksanaan otonomi daerah yang luas di seluruh wilayah Indonesia mulai dilakukan
setelah keluarnya undang-undang No. 22 tahun 1999 yang kemudian diubah dengan UU
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah membawa angin baru bagi pemerintahan
di Indonesia dari sentralistik menjadi desentralisasi. Pada UU ini memberikan perluasan
wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur sektor sistem kesehatan di daerah.
Dalam prosesnya, pemerintah daerah sangat tergantung pada beberapa faktor, yaitu
dukungan pembiayaan, kerjasama lintas sektor, dan lainnya dalam menyukseskan sistem
pelayanan kesehatan didaerahnya.
Sistem pelayanan kesehatan yang ada di daerah saat ini terdiri dari beberapa rumah
sakit daerah, puskesmas dan beberapa puskesmas pembantu. Tercatat jumlah Puskesmas
seluruh Indonesia sebanyak 7.237 unit, Puskesmas Pembantu 21.267 unit, Puskesmas
keliling 6.392 unit. Sementara untuk rumah sakit sebanyak 1.215 unit (420 milik
pemerintah; 605 milik swasta; 78 milik BUMN; 112 milik TNI/POLRI).
Tujuan SKN
SKN bertujuan untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan oleh semua komponen
bangsa, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat termasuk badan hukum,
badan usaha, maupun lembaga swasta secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna,
sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi -tingginya.
Kegunaan SKN
SKN merupakan dokumen kebijakan pengelolaan kesehatan sebagai acuan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, dengan demikian SKN dapat digunakan sebagai
pedoman dalam pengelolaan kesehatan, baik oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan atau
masyarakat termasuk badan hukum, badan usaha, maupun lembaga swasta.
DAFTAR PUSTAKA
Herminofa, I. (2018, Desember 09). Sistem Pelayanan Kesehatan & Kebijakan Otonomi
Daerah. Diambil kembali dari https://www.scribd.com/presentation/395295399/2-
Sistem-Pelayanan-Kesehatan-Kebijakan-Era-Otonomi-Daerah
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015, Maret 31). Diambil kembali dari
http://binfar.depkes.go.id/v2/wp-content/uploads/2015/04/PAPARAN-ROREN-
RENSTRA.pdf.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017, Februari 27). Rakerkesnas 2017: Integrasi
Seluruh Komponen Bangsa Mewujudkan Indonesia Sehat. Diambil kembali dari
http://www.depkes.go.id/article/view/17022700006/rakerkesnas-2017-integrasi-
seluruh-komponen-bangsa-mewujudkan-indonesia-sehat.html.
Kurniawan, A. (2010). KEBIJAKAN DAN ISU KESEHATAN DALAM KONTEKS OTONOMI
DAERAH. Aceh: Universitas Syiah Kuala.
Sulastomo. (2000 ). Manajemen Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Syafrudin, SKM. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media.
Taher, A. (2016). Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Widagdo, W. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Keluarga dan
Komunitas. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.