Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN KOMUNITAS I

KONSEP PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA, SISTEM PELAYANAN


KESEHATAN DAN KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH

Dosen Pembimbing : Ns. Jumaini, M.Kep.,Sp.Kep J

Disusun oleh :
Nama : Firliany Triamanda
NIM : 1711113767
Kelas : A 2017 3

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
PEMBAHASAN

A. Konsep Pembangunan Kesehatan di Indonesia


1. Definisi Kesehatan

Secara umum, pengertian kesehatan yaitu suatu kondisi atau keadaan secara umum
seseorang dari segi semua aspek. Dalam pengertian kesehatan ini dimaksudkan yaitu tingkat
keefisienan dari fungsional dengan atau tanpa metabolisme dari suatu organisme dan juga
termasuk manusia.

Pengertian kesehatan juga diungkapkan oleh WHO yang mana pengertian kesehatan
merupakan sesuatu yang tidak hanya dimaksudkan sebagai suatu kelemahan atau ketiadaan
suatu penyakit melainkan juga merupakan keadaan mental dan fisik serta juga kesejahteraan
sosial. WHO juga menyatakan bahwa kesehatan bukan tujuan dari hidup melainkan sumber
daya untuk hidup sehari-hari. Selain itu, kesehatan dikatakan juga sebagai suatu konsep
yang positif dan terfokus pada kemampuan fisik dan juga sumberdaya sosial.

Kesehatan menurut Kemenkes yang tertulis dalam UU No. 23 tahun 1992 merupakan
keadaan normal dan sejahtera anggota tubuh, sosial dan jiwa pada seseorang untuk dapat
melakukan aktifitas tanpa gangguan yang berarti dimana ada kesinambungan antara
kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang termasuk dalam melakukan interaksi dengan
lingkungan.

2. Pembangunan Dalam Kesehatan di Indonesia

Pembangunan kesehatan adalah investasi utama bagi pembangunan sumber daya


manusia Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya adalah upaya untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, serta kemampuan setiap orang untuk dapat berperilaku
hidup yang sehat untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu perencanaan pembangunan kesehatan yang
sistematis, terarah, terpadu dan menyeluruh, serta dibutuhkan keterlibatan berbagai sektor
dan seluruh komponen bangsa dalam pelaksanaannya.

Salah satu upaya optimalisasi serta akselerasi hasil kerja dan kontribusi berbagai sektor
dalam pelaksanaan program pembangunan kesehatan maka diselenggarakan forum
komunikasi dan informasi antara stakeholders berbagai lintas sektor yang melibatkan lebih
kurang 1.787 peserta baik di tingkat Pusat maupun Daerah, yaitu Rapat Kerja Kesehatan
Nasional (Rakerkesnas) tahun 2017 yang mengusung tema Integrasi Pusat dan Daerah
dalam Pelaksanaan Pendekatan Keluarga untuk Mewujudkan Indonesia Sehat yang
dilaksanakan mulai 26 Februari 2017 s.d 1 Maret 2017 di Jakarta.

Rakerkesnas 2017 yang merupakan media komunikasi dan interaksi antara pusat dan
daerah dalam mensinergikan pelaksanaan pembangunan kesehatan, rencananya akan dibuka
oleh Bapak Presiden Joko Widodo pada 28 Februari 2017 mendatang. Adapun rangkaian
kegiatan Rakerkesnas 2017 adalah sebagai berikut:

Pra Rakerkesnas (26-27 Februari 2017)

Kegiatan yang dihadiri para peserta yang berasal dari Pusat dan Daerah ini pada hari
pertama akan diawali dengan pembahasan mengenai kebijakan kesehatan, evaluasi program
pembangunan kesehatan, peluang dan tantangan di bidang kesehatan, yang dihadiri oleh
Menteri Kesehatan RI bersama seluruh jajaran pimpinan tinggi madya di lingkungan
Kementerian Kesehatan RI. Pada kesempatan tersebut, dilakukan juga penandatanganan
kontrak kinerja dekonsentrasi oleh para Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

Pada hari kedua pelaksanaan, Menkes akan membuka pameran serta akan dilakukan
beberapa penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian Kesehatan dengan dunia
usaha dan mitra strategis, perwakilan perhimpunan dan Pemerintah Daerah terkait
implementasi program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS).

Rakerkesnas (28 Februari s.d 1 Maret 2017)

Rakerkesnas 2017 ditandai dengan pembukaan resmi oleh Presiden Joko Widodo yang
akan dilanjutkan dengan peluncuran program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) dan
Pencanangan Pembangunan 124 Puskesmas di Perbatasan.

Kegiatan selanjutnya adalah paparan dari para narasumber yang berasal dari lintas
sektor, beberapa materi diantaranya mengenai:

1) Lintas sektor untuk mewujudkan Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS) oleh


Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;

2) Pendekatan Keluarga sebagai pilar pembangunan kesehatan oleh Kementerian


Kesehatan;

3) Kebijakan Anggaran Kesehatan oleh Kementerian Keuangan;

4) Implementasi SPM Bidang Kesehatan oleh Kementeriam Dalam Negeri;


5) Pembangunan Rumah Desa yang Sehat oleh Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi;

6) Sinergitas dalam Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan oleh Badan Pengawas
Obat dan Makanan;

7) Sinergitas dalam Pelayanan KB di Fasilitas Kesehatan oleh Badan Kependudukan dan


Keluarga Berencana Nasional;

8) Jaminan Kesehatan Nasional dalam Peningkatan Pelayanan Kesehatan oleh Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) bidang Kesehatan.

Sementara itu, kegiatan Rakerkesnas 2017 akan diakhiri dengan dialog interaktif,
pembacaan rekomendasi hasil Rakerkesnas 2017, serta foto bersama antara para peserta
dengan Menteri Kesehatan dan jajaran pimpinan tinggi madya di lingkungan Kementerian
Kesehatan.

GERMAS Melalui Pendekatan Keluarga Wujudkan Indonesia Sehat

Pada intinya, pembangunan kesehatan yang semula bersifat kuratif dan rehabilitatif kini
lebih diarahkan pada upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Untuk itu,
diperlukan upaya penguatan tiga pilar pembangunan kesehatan yaitu: Paradigma Sehat,
Penguatan Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional. Utamanya pada pilar
pertama paradigma sehat diimplementasikan melalui dua pendekatan, yaitu:

1) Pendekatan Keluarga dimana aktivitas kegiatannya sepenuhnya dilakukan oleh jajaran


kesehatan khususnya ditingkat Puskesmas dan

2) Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang mana kegiatannya tidak hanya
dilakukan oleh jajaran kesehatan saja, namun juga lintas sektor.

Kegiatan GERMAS Hidup sehat difokuskan pada tiga kegiatan:

1) melakukan aktivitas fisik,

2) mengonsumsi sayur dan buah,

3) memeriksa kesehatan secara rutin.

Pelaksanaan GERMAS harus dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat, lintas


kementerian dan lintas sektor baik pemerintah pusat dan daerah, swasta, dunia usaha,
organisasi kemasyarakatan, serta masyarakat, untuk bersama-sama berkontribusi
mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih sehat.

Paradigma Sehat

Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembanguan kesehatan yang
memandang masalah kesehatan saling terkait dan mempengaruhi banyak faktor yang
bersifat lintas sektoral dengan upaya yang lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan,
serta perlindungan kesehatan, tidak hanya pada upaya penyembuhan penyakit atau
pemulihan kesehatan.

3. Arah Pembangunan Kesehatan


Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional
pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus diselengarakan secara
bermutu, adil dan merata dengan memberikan pelayanan khusus kepada penduduk miskin,
anak-anak, dan para lanjut usia yang terlantar, baik di perkotaan mapun di pedesaan,
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi pembangunan
profesionalisme, desentralisasi dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat dengan
memperhatikan berbagai tantangan yang ada saat ini. Upaya pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan masyarakat dilaksanakan melalui program peningkatan perilaku hidup sehat,
pemeliharaan lingkungan sehat, pelayanan kesehatan dan didukung oleh sistem
pengamatan, Informasi dan manajemen yang handal.
Pengadaan dan peningkatan prasarana dan sarana kesehatan terus dilanjutkan.
Tenaga yang mempunyai sikap nasional, etis dan profesional, juga memiliki semangat
pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan negara, berdisiplin, kreatif, berilmu dan
terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika profesi. Meningkatkan mutu
sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan
paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan
pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan
sampai lanjut usia.
Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui
pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana dalam
bidang medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
Mengembangkan sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja bagi seluruh
tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan, keamanan, dan keselamatan kerja yang
memadai, yang pengelolaannya melibatkan pemerintah, perusahaan dan pekerja.
Membangun ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan penyelamatan dan
pemberdayaann terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan korban bencana
serta mencegah timbulnya gizi buruk dan turunnya kualitas generasi muda.
Membangun apresiasi terhadap penduduk lanjut usia dan veteran untuk menjaga
harkat martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya. Meningkatkan kepedulian
terhadap penyandang cacat, fakir miskin dan anak-anak terlantar, serta kelompok rentan
sosial melalui penyediaan lapangan kerja yang seluas-luasnya dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian
kelahiran, memperkecil angka kematian, peningkatan kualitas program keluarga berencana.
Memberantas secara sistematis perdagangan dan penyalahgunaan narkotik dan obat-obatan
terlarang dengan memberikan sanksi yang seberat-beratnya kepada produsen, pengedar dan
pemakai

Akses masyarakat terhadap


yankes yang berkualitas telah
mulai mantap

Kuratif – Rehabilitatif Visi Presiden


JKN (2015 – 2019)
(Jaminan Kesehatan Nasional

Promotif - Preventif

Visi Presiden (2015 – 2019) : Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong.

4. Tujuan Pembangunan Kesehatan


Tujuan dengan adanya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia
yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik
Indonesia. Adapun tujuan utama dari pembangunan kesehatan yaitu :
1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang
kesehatan. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.

2. Peningkatan status gizi masyarakat.

3. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).

4. Pengembangan keluarga sehat sejahtera

Adapun tujuan dalam Rencana Strategis Kementrian Kesehatan 201 – 2019, yaitu :

Tujuan Kemenkes 1 : Meningkatnya status kesehatan masyarakat

 Menurunnya angka kematian ibu per 100.000 kelahiran


 Menurunnya angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup
 Menurunnya BBLR
 Meningkatnya persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Tujuan Kemenkes 2 : Meningkatnya Responsiveness dan Perlindungan Masyarakat
Terhadap Risiko Sosial dan Finansial di Bidang Kesehatan
 Meningkatnya jumlah penduduk yang mempunyai jaminan terhadap pelayanan
kesehatan yang komprehensif dan bermutu
 Meningkatnya indeks responsiveness terhadap pelayanan kesehatan

5. Sasaran Kebijakan Pembangunan Kesehatan

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan pada


memperhatikan kebijakan umum dikelompokan sebagai sasaran kebijakan pembangunan
antara lain:

1 Peningkatan kerjasama lintas sektor

Untuk optimalisasi hasil pembangunan berwawasan kesehatan, kerjasama lintas sektor


merupakan hal yang utama dan karena itu perlu digalang serta dimantapkan secara seksama.
Sosialisasi masalah-masalah kesehatan pada sektor lain perlu dilakukan secara intensif dan
berkala. Kerjasama lintas sektor harus mencakup pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian serta melandaskan dengan seksama pada dasar-dasar pembangunan kesehatan.

2 Peningkatan perilaku, pemberdayaan masyarakat dan kemitraan swasta


Masyarakat dan swata perlu berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.
Dalam kaitan ini perilaku hidup masyarakat sejak usia dini perlu ditingkatkan melalui
berbagai kegiatan penyuluhan dan pendidikan kesehatan, sehingga menjadi bagian dari
norma hidup dan budaya masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran dan
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Peran masyarakat dalam pembangunan
kesehatan terutama melalui penerapan konsep pembangunan kesehatan masyarakat tetap
didorong bahkan dikembangkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan serta
keseimbangan upaya kesehatan.

3 Peningkatan kesehatan lingkungan

Kesehatan lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan


yang sehat, yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang membahayakan
kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Upaya ini perlu untuk meningkatkan mutu
lingkungan hidup dan meningkatkan kemauan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat
dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan berwawasan kesehatan.

Kesehatan lingkungan pemukiman, tempat kerja dan tempat-tempat umum serta tempat
periwisata ditingkatkan melalui penyediaan serta pengawasan mutu air yang memenuhi
persyaratan terutama perpipaan, penerbitan tempat pembuangan sampah, penyediaan sarana
pembangunan limbah serta berbagai sarana sanitasi lingkungan lainnya. Kualitas air, udara
dan tanah ditingkatkan untuk menjamin hidup sehat dan produktif sehingga masyarakat
terhindar dari keadaan yang dapat menimbulkan bahaya kesehatan. Untuk itu diprlukan
peningkatan dan perbaikan berbagai peraturan perundang-undangan, pendidikan
lingkungan sehat sejak dini usia muda serta pembakuan standar lingkungan.

4 Peningkatan upaya kesehatan

Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan


berkesinambungan, melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pennyembuhan penyakit dan pemuluhan kesehatan serta upaya khusus melalui pelayanan
kemanusiaan dan darurat atau kritis. Selanjutnya, pemerataan dan peningkatan mutu
pelayanan kesehatan perlu terus –menerus diupayakan.

Dalam rangka mempertahankan status kesehatan masyarakat selama kritis ekonomi,


upaya kesehatan diproriataskan untuk mengatasi dampak kritis disamping tetap
mempertahankan peningkatan pembangunan kesehatan. Perhatikan khusus dalam
mengatasi dapak kritis diberikan kepada kelompok berisiko dari keluarga-keluarga miskin
agar derajat kesehatan tidak memburuk dan tetap hidup produktif. Pemerintah berttanggung
jawab terhadap biaya pelayanan kesehatan untuk penduduk miskin.

Setelah melewati krisis ekonomi, status kesehatan masyarakat diusahakan ditigkatkan


melalui pencegahan dan panganguran mordibitas, mortalitas, dan kecacatan dalam
masyarakat terutama pada bayi, anak balita, dan wanita hamil, melahirkan dan masa nifas,
melalui upaya peningkatan (promosi) hidup sehat, pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular serta pengobatan penyakit dan rehabilitas. Prioritas utama diberikan kepada
penaggulangan penyakit menular dan wabah yang cenderung meningkat.

Perhatian yang lebih besar diberikan untuk mewujudkan produktifitas kerja yang tinggi,
melalui berbagai upaya pelayanan kesehatan kerja termasuk perbaikan gizi dan kebugaran
jasmani tenaga kerja serta upaya kesehatan lain yang menyangkut kesehatan lingkungan
kerja dan lingkungan pemukiman terutama bagi penduduk yang tinggal di daerah yang
kumuh.

5 Peningkatan sumber daya kesehatan

Pengembangan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya pembangunan


kesehatan dan diarahkan untuk menciptakan tenaga kesehatan yang ahli dan terampil sesuai
pengembangan ilmu dan teknologi, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
serta berpegang teguh pada pengabdian bangsa dan negara dari etika profesi. Pengembangan
tenaga kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan atau daya guna tenaga dan
penyediaan jumlah serta mutu tenaga kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang
mampu melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam parencanaan tenaga kesehatan perlu
diutamakan penentu kebutuhan tenaga di kabupaten dan kota juga keperluan tenaga
berbagai negara di luar negeri dalam rangka globalisasi. Pengembangan karier tenaga
kesehatan mesyarakat dan pemerintah perlu ditingkatkan dengan terarah dan seksama serta
diserasikan secara bertahap.

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JK PM) yakni cara pelayanan kesehatan
melelui penyebaran secara praupaya dikembangkan terus untuk menjamin tersekenggaranya
pemeliharaan kesehatan yang lebih merata dan bermutu dengan harga yang terkendali.
JKPM diselenggarakan sebagai upaya bersama antar masyarakat, swasta dan pemerintah
untuk memenuhi kebutuhan biaya pelayanan kesehatan yang terus meningkat. Tarif
pelayanan kesehatan perlu disesuaikan atas dasar nilai jasa dan barang yang diterima oleh
anggota masyarakat yang memperoleh pelayanan. Masyarakat yang tidak mampu akan
dibantu melalui system JKPM yang disubsidi oleh pemerintah. Bersamaan dengan itu
dikembangkan pula asuransi kesehatan sebagai pelengkap/pendamping JKPM.
Pengembangan asuransi kesehatan berada dibawah pembinaan pemerintah dan asosialisasi
perasuransian. Secara bertahap puskesmas dan rumahsakit milik pemewrintah akan
dikelolah secara swadana.

6. Peningkatan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan.

Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan perlu makin ditingkatkan terutama


melalui peningkatan secara strategis dalam kerjasama antara sektor kesehatan dan sektor
lain yang yang terkait, dan antara berbagai program kesehatan serta antara para pelaku
dalam pembangunan kesehatan sendiri. Manajemen upaya kesehatan yang terdiri dari
perencanaan, pengerakan pelaksanaan, pengendalian, dan penilaian diselenggarakan secara
sistematik untuk menjamin upaya kesehatan yang terpaduh dan menyeluruh. Manajemen
tersebut didukung oleh sistem informasi ynag handal guna menghasilkan pengambilan
kepetusan dan dan cara kerja yang efisien. Sistem informasi tersebut dikembangkan secara
komprehensif diberbagai tingkat administrasi kesehatan sebagai bagian dari pengembangan
administrasi mder. Organisasi Departemen Kesehatan perlu disesuaikan kembali dengan
fungsi-fungsi: regulasi, perencanaan nasional, pembinaan dan pengawasan.

Desentralisasi atas dasr prinsip otonomi yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung
jawab dipercepat melalui pelimpahan tanggung jawab pengelolaaan upaya kesehatan
kepada daerah Dinas Kesehatan ditingkatkan terus kemampuan manajemennya sehingga
dapat melaksanakan secara lebih bertanggung jawab dalam perencanaan, pembiayaan dan
pelalsaan upaya kesehatan. Peningkatan kemampuan manajemen tersebut dilakukan melalui
rangkaian pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan pembangunan kesehatan yang ada.
Upaya tersebut pula didukung oleh tersedianya pembiayaan kesehatan yang memadai.
Untuk itu perlu diupayakan peningkatan pendanaan kesehatan yang baik berasal dari
anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional maupun dari anggaran Pendapatan dan
BelanjaDaerah.

7. Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan teknologi Kesehatan.

Penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan akan terus dikembangkan secara


terarah dan bertahap dalam rangka menunjang upaya kesehatan, utamanya untuk
mendukung perumusan kebijaksanaan, membantu memecahkan masalah kesehatan dan
mengatasi kendala dalam pelaksanaan program kesehatan. Penelitian dan pengembangan
kesehatan akan terus dikembangkan melalui jaringan kemitraan dan didesentralisasikan
sehingga menjadi bagian pentig dari pembangunan kesehatan daerah.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didorong untuk meningkatkan


pelayanan kesehatan, gizi, pendayagunaan obat dan pengembangan obat asli Indonesia,
pemberatasan penyakit dan perbaikan lingkungan. Penelitian yang berkaitan dengan
ekonomi kesehatan dikembangkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan pembiayaan
kesehatan dari pemerintah dan swasta. Setra meningkatkan kontribusi pemerintah dalam
pembiayaan kesehatan yang terbatas. Penelitian bidang sosial budaya dan perilaku sehat
dilakukan untuk mengembangkan gaya hidup sehat dan mengurangi masalah kesehatan
masyarakat yang ada.

8. Peningkatan Lingkungan Sosial Budaya.

Selain berpengaruh positif, globalisasi juga menimbulkan perubahan lingkungan sosial


dan budaya masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap pembangunan kesehatan.
Untuk itu sangat diperlukan peningkatan ketahanan sosial dan budaya masyarakat melalui
peningkatan sosioekonomi masyarakat, sehingga dapat mengambil manfaat yang sebesar-
besarnya dan sekaligus meminimalkan dampak negatif dari globalisasi.

6. Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan


Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa, yang berarti
memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan,
kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan adalah
tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk
terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia,
pemerintah dan swasta bersama-sama.
Dasar-dasar pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah sebagai berikut:
 Semua warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal agar dapat bekerja
dan hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
 Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan mempertinggi
derajat kesehatan rakyat.
 Penyelenggaraan upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan dilakukan secara serasi dan
seimbang oleh pemerintah dan masyarakat.
Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dari kehidupan
seseorang. Kesehatan sebagai hak asasi telah menjadi kebutuhan mendasar dan tentunya
menjadi kewajiban negara dalam upaya pemenuhannya. Kesehatan juga komponen
pembangunan yang memiliki nilai “investatif”, hal ini dikarenakan berbicara tentang
kesehatan maka akan membicarakan juga tentang ketersediaan tenaga siap pakai dalam hal
ini Sumber Daya Manusia yang sehat dan produktif tentunya. Pembangunan kesehatan
adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya
seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.
Prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk
masyarakat miskin, mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas haknya
selama ini. Untuk itu, sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan perlu dipertajam
dengan jalan antara lain:
 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak berkaitan dengan
penduduk miskin. Misalnya program pemberantasan penyakit menular, pelayanan
kesehatan ibu dan anak, serta peningkatan gizi masyarakat.
 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak melayani penduduk
miskin, yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, ruang rawat inap kelas III di rumah
sakit. Untuk itu, subsidi bantuan biaya operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk
menghindari praktik eksploitasi dan ‘pemalakan’ pasien miskin atas nama biaya perawatan.
 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu masyarakat
miskin mengatasi masalah kesehatannya. Contohnya adalah pengadaan alat kedokteran
canggih, program kesehatan olahraga dan lain sebagainya.
 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang jarang
dimanfaatkan oleh masyarakat miskin, misalnya pembangunan rumah sakit-rumah sakit
stroke

7. Misi Pembangunan Kesehatan


1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
2. Berbagai sektor pembangunan harus memasukkan pertimbangan kesehatan dalam semua
kebijakan pembangunan-nya: Program pembangunan yang tidak berkontribusi positif
terhadap kesehatan, apalagi yang berdampak negatif terhadap kesehatan, seyogyanya tidak
diselenggarakan.
3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
4. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap individu, masyarakat, pemerintah dan
swasta: Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan
masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang dapat
dicapai
5. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
6. Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dilakukan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat .
7. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya.
8. Tugas utama sektor kesehatan adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan segenap
warganya. Oleh karena itu upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah yang bersifat
promotif-preventif yang didukung oleh upaya kuratif-rehabilitatif. Selain itu upaya
penyehatan lingkungan juga harus diprioritaskan.

8. Strategi dan Program Pembangunan Kesehatan di Indonesia


a. Strategi
4 strategi utama pembangunan kesehatan di Indonesia, yaitu :
1. Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan
Semua kebijakan pembangunan nasional yang sedang dan atau akan
diselenggarakan harus berwawasan kesehatan, setidak-tidaknya harus memberikan
kontribusi positif terhadap pembentukan lingkungan dan perilaku sehat. Sedangkan
pembangunan kesehatan harus dapat mendorong pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan, terutama melalui upaya promotif-preventif yang didukung oleh upaya kuratif-
rehabilitatif.
2. Profesionalisme
Pelayanan kesehatan yang bermutu perlu didukung oleh penerapan pelbagai
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penerapan nilai-nilai moral dan etika.
Untuk itu akan ditetapkan standar kompetensi bagi tenaga kesehatan, pelatihan berdasar
kompetensi, akreditasi dan legislasi serta kegiatan peningkatan kuatitas lainnya
3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)
Untuk memantapkan kemandirian masyarakat dalam hidup sehat perlu digalang
peranserta masyarakat yang seluas-luasnya termasuk dalam pembiayaan. JPKM pada
dasarnya merupakan penataan sistem pembiayaan kesehatan yang mempunyai peranan
yang besar pula untuk mempercepat pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.
4. Desentralisasi
Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan, penyelenggaraan berbagai upaya
kesehatan harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik masing-masing daerah. Untuk
itu wewenang yang lebih besar didele-gasikan kepada daerah untuk mengatur sistem
pemerintahan dan. rumah tangga sendiri, termasuk di bidang kesehatan.

Adapun strategi pembangunan kesehatan berdasarkan Rencana Strategis Kemenkes 2015


– 2019, yaitu :
1. Meningkatkan kesehatan masyarakat
2. Meningkatkan pengendalian penyakit
3. Meningkatkan akses dan mutu fasilitas kesehatan
4. Meningkatkan jumlah, jenis, kualitas dan pemerataan tenaga kesehatan
5. Meningkatkan kemandirian, akses dan mutu sediaan farmasi dan alkes
6. Meningkatkan sinergitas antar kementerian / lembaga pusat dan daerah
7. Meningkatkan daya guna kemitraan dalam dan luar negeri
8. Meningkatkan integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauan – evaluasi
9. Meningkatkan koodinasi dan efektifitas penelitian dan pengembangan kesehatan
10. Meningkatkan tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih
11. Meningkatkan kompetensi dan kinerja aparatur kemenkes
12. Meningkatkan sistem informasi kesehatan terintegrasi

b. Program Pembangunan Kesehatan


Program-program pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokok-
pokok program yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan
sektor lain yang terkait dengan dukungan masyarakat, sebagai berikut :
1. Program Pokok Kesehatan
a. Pokok-pokok program pembangunan kesehatan, adalah:
1) Pokok Program Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat
2) Program Peningkatan Perilaku Sehat
3) Program Anti Tembakau, Alkohol dan Madat
4) Program Pencegahan Kecelakaan
5) Program Pembinaan Kesehatan Jiwa Masyarakat
6) Program Kesehatan Olah Raga dan Kebugaran Jasmani
b. Pokok Program Lingkunan Sehat, yaitu:
1) Program Wilayah/Kawasan Sehat
2) Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
3) Program Higiene dan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
4) Program Pemukiman, Perumahan dan Bangunan Sehat
5) Program Program Penyehatan Air
c. Pokok Program Upaya Kesehatan:
1) Program Pemberantasan Penyakit Menular dan Imunisasi
2) Program Pencegahan Penyakit tidak Menular
3) Program Penyembuhan Penyakit dan Pemulihan Kesehatan
4) Program Pelayanan Kesehatan Penunjang
5) Program Pembinaan dan Pengembangan Pengobatan Tradisional
6) Program Kesehatan Reproduksi
7) Program Perbaikan Gizi
8) Program Kesehatan Mata
9) Program Pengembangan Survailans Epidemilogi
10) Program Penanggulangan Bencana dan Bantuan Kemanusiaan
d. Pokok Program Sumber Daya Kesehatan:
1) Program Perencanaan, Pendayagunaan serta Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan
2) Program Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat
3) Program Pengembangan Sarana dan Perbekalan Kesehatan
e. Pokok Program Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya
1) Program Pengamanan Bahaya Penyalahgunaan dan Kesalahgunaan
Obat, Narkotika, Psikotrapika, Zat Aditif lain dan Bahan Berbahaya
lainnya
2) Program Pengamanan dan Pengawasan Makanan dan Bahan
Tambahan Makanan (BTM).
3) Program Pengawasan Obat, Obat Tradisional, Kosmetika dan Alat
Kesehatan
4) Program Penggunaan Obat Rasional
5) Program Obat Esensial
6) Program Pembinaan dan Pengembangan Obat Asli Indonesia
7) Program Pembinaan dan Pengembangan Industri Farmasi
f. Pokok Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan:
1) Program Pengembangan Kebijakan Kesehatan Program
2) Program Pengembangan Manajemen Pembangunan Kesehatan
3) Program Pengembangan Hukum Kesehatan
4) Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
g. Pokok Program Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kesehatan
1) Program Penelitian dan pengembangan Peningkatan Perilaku dan
Pemberdayaan Masyarakat
2) Program Penelitian dan pengembangan Peningkatan Lingkungan
Sehat
3) Program Penelitian dan pengembangan Peningkatan Upaya
Kesehatan
4) Program Penelitian dan pengembangan Peningkatan Sumber Daya
Kesehatan
5) Program Penelitian dan pengembangan Kebijakan dan Manajemen
Pembangunan Kesehatan
6) Program Penelitian dan pengembangan Ilmu-Ilmu Dasar dan
Terapan Bidang Kesehatan

2. Program Kesehatan Unggulan


Menyadari keterbatasan sumber daya yang tersedia serta disesuaikan
dengan prioritas masalah kesehatan yang ditemukan dalam masyarakat dan
kecendrungannya pada masa mendatang, maka untuk meningkatkan
percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat yang dinilai penting
untuk mendukung keberhasilan program pembangunan nasional, ditetapkan
10 program kesehatan, sebagai berikut:
a. Program Pencegahan Penyakit Menular termasuk Imunisasi
b. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
c. Program Pencegahan Kecelakaan & Rudapaksa, termasuk
Keselamatan lalulintas
d. Program Kesehatan Keluarga, Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana
e. Program Peningkatan Perilaku Hidup Sehat
f. Program Pengawasan Obat Bahan Berbahaya Makanan & Minuman
g. Program Lingkungan Pemukiman, Air dan Udara Sehat
h. Program Perbaikan Gizi
i. Program Anti Tembakau, Alkohol dan Madat
j. Program Kebijaksanaan Kesehatan. Pembiayaan Kesehatan &
Hukum Kesehatan.

9. Ciri-ciri Masyarakat yang Sehat


a. peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
b. mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya peningkatan, pencegahan,
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
c. peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang
dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu
lingkungan hidup
d. peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status sosial ekonomi
masyarakat
e. penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit

10. Indikator yang Berhubungan dengan Kesehatan Masyarakat


Menurut WHO beberapa indikator dari masyarakat sehat adalah :
a. Keadaan yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat, meliputi :
1. Indikator komprehensif- angka kematian kasar menurun
a) Rasio angka mortalitas proporsial rendah
b) Umur harapan hidup meningkat
2. Indikator spesifik- angka kematian ibu dan anak menurun
a) Angka kematian karena penyakit menular menurun
b) Angka kelahiran menurun
b. Indikator pelayanan kesehatan
1. Rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk seimbang
2. Distribusi tenaga kesehatan merata
3. Informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di rumah sakit, fasilitas kesehatan lain,
dsb.
4. Informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehtan diantaranya rumah sakit,
puskesmas, rumah bersalin, dsb.

11. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah di Indonesia


a. Faktor lingkungan
1. Kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi kesehatan (masalah-
masalah kesehatan).
2. Kurangnya sebagian besar rasa tanggung jawab masyarakat dalam bidang kesehatan.
b. Faktor perilaku dan gaya hidup masyarakat Indonesia
1. Masih banyak insiden atau kebiasaan masyarakat yang selalu merugikan dan
membahayakan kesehatan mereka.
2. Adat istiadat yang kurang atau bahkan tidak menunjang kesehatan.
c. Faktor social ekonomi
1. tingkat pendidikan masyarakat di Indonesia sebagian besar masih rendah.
2. Kurangnya kesadaran dalam pemeliharaan kesehatan. Budaya sadar sehat
belum merata ke sebagian penduduk Indonesia.
3. Tingkat social ekonomi dalam hal ini penghasilan juga masih rendah dan
memprihatinkan.
d. Faktor pelayanan kesehatan
1. Cakupan pelayanan kesehatan belum menyeluruh dimana ada sebagian propinsi
di indonsia yang belum mendapat pelayanan kesehatan maksimal dan belum merata.
2. Upaya pelayanan kesehatan sebagian masih beriorientasi pada upaya kuratif.
3. Sarana dan prasarana belum dapat menunjang pelayanan kesehatan.

12. Peran Serta Masyarakat dalam Bidang Kesehatan

Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana individu,
keluarga maupun masyarakat umum ikut seta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri,
keluarga, ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya. Peran serta masyarakat dalam
bidang kesehatan dapat dibedakan menjadi:

1. Peran Serta Masyarakat sebagai suatu Kebijakan


Penganut paham ini berpendapat bahwa peran serta masyarakat merupakan suatu
kebijaksanaan yang tepat dan baik untuk dilaksanakan. Paham ini dilandasi oleh suatu
pemahaman bahwa masyarakat yang potensial dikorbankan atau terkorbankan oleh suatu
proyek pembangunan memiliki hak untuk dikonsultasikan (right to be consulted).

2. Peran Serta Masyarakat sebagai Strategi

Penganut paham ini mendalilkan bahwa peran serta masyarakat merupakan strategi
untuk mendapatkan dukungan masyarakt (public support). Pendapat ini didasarkan kepada
suatu paham bahwa bila masyarakat merasa memiliki akses terhadap pengambilan
keputusan dan kepedulian masyarakat kepada pada tiap tingkatan pengambilan keputusan
didokumentasikan dengan baik, maka keputusan tersebut akan memiliki kredibilitas.

3. Peran Serta Masyarakat sebagai Alat Komunikasi

Peran serta masyarakat didayagunakan sebagai alat untuk mendapatkan masukan


berupa informasi dalam proses pengambilan keputusan. Persepsi ini dilandasi oleh suatu
pemikiran bahwa pemerintah dirancang untuk melayani masyarakat, sehingga pandangan
dan preferensi dari masyarakat tersebut adalah masukan yang bernilai guna mewujudkan
keputusan yang responsif.

4. Peran Serta Masyarakat sebagai Alat Penyelesaian Sengketa

Dalam konteks ini peran serta masyarakat didayagunakan sebagai suatu cara untuk
mengurangi atau meredakan konflik melalui usaha pencapaian konsensus dari pendapat-
pendapat yang ada. Asumsi yang melandasi persepsi ini adalah bertukar pikiran dan
pandangan dapat menigkatkan pengertian dan toleransi serta mengurangi rasa
ketidakpercayaan (misstrust) dan kerancuan (biasess).

5. Peran Serta Masyarakat sebagai Terapi

Menurut persepsi ini, peran serta masyarakat dilakukan sebagai upaya untuk
“mengobati” masalah-masalah psikologis masyarakat seperti halnya perasaan ketidak
berdayaan (sense of powerlessness), tidak percaya diri dan perasaan bahwa diri mereka
bukan komponen penting dalam masyarakat.
B. Sistem Pelayanan Kesehatan dan Kebijakan Era Otonomi Daerah
1. Sistem Pelayanan Kesehatan
Pelaksanaan otonomi daerah yang luas di seluruh wilayah Indonesia mulai dilakukan
setelah keluarnya undang-undang No. 22 tahun 1999 yang kemudian diubah dengan UU
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah membawa angin baru bagi pemerintahan
di Indonesia dari sentralistik menjadi desentralisasi. Pada UU ini memberikan perluasan
wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur sektor sistem kesehatan di daerah.
Dalam prosesnya, pemerintah daerah sangat tergantung pada beberapa faktor, yaitu
dukungan pembiayaan, kerjasama lintas sektor, dan lainnya dalam menyukseskan sistem
pelayanan kesehatan didaerahnya.
Sistem pelayanan kesehatan yang ada di daerah saat ini terdiri dari beberapa rumah
sakit daerah, puskesmas dan beberapa puskesmas pembantu. Tercatat jumlah Puskesmas
seluruh Indonesia sebanyak 7.237 unit, Puskesmas Pembantu 21.267 unit, Puskesmas
keliling 6.392 unit. Sementara untuk rumah sakit sebanyak 1.215 unit (420 milik
pemerintah; 605 milik swasta; 78 milik BUMN; 112 milik TNI/POLRI).

Adapun empat urusan kesehatan yang diserahkan kepada daerah:


1. Upaya Kesehatan:
a. Pengelolaan UKP Daerah Kab/Kota dan rujukan tingkat Daerah Kab/Kota
b. Pengelolaan UKM Daerah Kab/Kota dan rujukan tingkat Daerah Kab/Kota
c. Penerbitan izin RS Kelas C dan D dan fasilitas kesehatan tingkat daerah
2. Sumberdaya Manusia Kesehatan:
a. Penerbitan izin praktik dan izin kerja tenaga kesehatan b. Perencanaan dan pengembangan
SDM kesehatan untuk UKM dan UKP daerah
3. Sediaan farmasi, alkes dan makanan minuman
a. Penerbitan izin apotek, toko obat, toko alat kesehatan dan optikal
b. Penerbitan izin usaha mikro obat tradisional (UMOT)
c. Penerbitan sertifikat produksi alat kesehatan kelas 1 (satu) tertentu dan PKRT kelas 1
(satu) tertentu perusahaan rumah tangga
d. Penerbitan izin produksi makanan dan minuman pada industry rumah tangga e. Pengawan
post market produk makanan minuman industri rumah tangga
4. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan melalui tokoh kabupaten/kota, kelompok
masyarakat, organisasi swadaya masyarakat dan dunia usaha tingkat kabupaten/kota.
2. Kebijakan Era Otonomi Daerah
Pemberlakuan otonomi daerah mulai diterapkan melalui UU Nomor 22 tahun 1999, dan
pelaksaanaannya baru dimulai tahun 2001. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau
wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk
kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan
pengaturan perimbangan keuangan termasuk pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang
sesuai dengan tradisi adat istiadat daerah lingkungannya. Pelaksanaan otonomi daerah
diterapkan di Indonesia guna mendorong ekonomi daerah dan meningkatkan peran
masyarakat. Asas otonomi daerah meliputi desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
pembantuan. Adanya otonomi daerah memberi ruang bagi pemerintah daerah untuk
mengurus sendiri pemerintahannya. Tujuan Desentralisasi tersebut di bidang kesehatan
adalah mewujudkan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang berlandaskan
prakarsa dan aspirasi masyarakat dengan cara memberdayakan, menghimpun, dan
mengoptimalkan potensi daerah untuk kepentingan daerah dan prioritas Nasional dalam
mencapai Indonesia Sehat.

A. Pelayanan Dasar Kesehatan di Era Otonomi Daerah


Puskemas adalah ujung tombak pelayanan kesehatan dasar yang disediakan oleh
pemerintah. Puskesmas, bersama unit penunjangnya, seperti posyandu, pustu, pusling, dan
polindes, sangat penting peranannya karena merupakan pelayanan kesehatan utama yang
dapat menyebar sampai ke masyarakat tingkat desa dan biayanya relatif dapat dijangkau
oleh kantong masyarakat miskin.
 Pelayanan Puskesmas
Sebagai pusat pelayanan kesehatan dasar di tingkat kecamatan, umumnya setiap
puskesmas mempunyai seorang dokter yang merangkap sebagai kepala puskesmas. Namun
tugas administrasi seorang kepala puskesmas acapkali menyita waktu pelayanannya bagi
masyarakat. Akibatnya, penanganan pasien lebih banyak diserahkan kepada tenaga perawat
dan bidan. Di beberapa puskemas juga ditemukan bahwa dokter kepala puskesmas dan
tenaga medis lainnya memberikan pelayanan pasien pribadi pada jam kerja puskesmas.
Pasien yang ingin mendapat pelayanan dan obat yang lebih baik umumnya memilih berobat
ke dokter kepala puskesmas meskipun harus membayar dengan biaya lebih tinggi. Hal ini
sebenarnya bertentangan dengan fungsi puskesmas, yaitu sebagai tempat alternatif berobat
bagi masyarakat miskin untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik.

C. Sistem Kesehatan Nasional


Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan masih menghadapi berbagai masalah
yang belum sepenuhnya dapat diatasi sehingga diperlukan pemantapan dan percepatan
melalui Sistem Kesehatan Nasional (SKN) sebagai pengelolaan kesehatan yang disertai
berbagai terobosan penting, antara lain program pengembangan Desa Siaga, Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), upaya pelayanan kesehatan
tradisional, alternatif dan komplementer sebagai terobosan pemantapan dan percepatan
peningkatan pemeliharaan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, Jaminan
Kesehatan Semesta, dan program lainnya.
Sistem Kesehatan Nasional adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh
semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pengelolaan kesehatan
adalah proses atau cara mencapai tujuan pembangunan kesehatan melalui pengelolaan
upaya kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber
daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, makanan, manajemen, informasi
dan regulasi kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat.

 Tujuan SKN
SKN bertujuan untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan oleh semua komponen
bangsa, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat termasuk badan hukum,
badan usaha, maupun lembaga swasta secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna,
sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi -tingginya.
 Kegunaan SKN
SKN merupakan dokumen kebijakan pengelolaan kesehatan sebagai acuan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, dengan demikian SKN dapat digunakan sebagai
pedoman dalam pengelolaan kesehatan, baik oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan atau
masyarakat termasuk badan hukum, badan usaha, maupun lembaga swasta.
DAFTAR PUSTAKA

Herminofa, I. (2018, Desember 09). Sistem Pelayanan Kesehatan & Kebijakan Otonomi
Daerah. Diambil kembali dari https://www.scribd.com/presentation/395295399/2-
Sistem-Pelayanan-Kesehatan-Kebijakan-Era-Otonomi-Daerah
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015, Maret 31). Diambil kembali dari
http://binfar.depkes.go.id/v2/wp-content/uploads/2015/04/PAPARAN-ROREN-
RENSTRA.pdf.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017, Februari 27). Rakerkesnas 2017: Integrasi
Seluruh Komponen Bangsa Mewujudkan Indonesia Sehat. Diambil kembali dari
http://www.depkes.go.id/article/view/17022700006/rakerkesnas-2017-integrasi-
seluruh-komponen-bangsa-mewujudkan-indonesia-sehat.html.
Kurniawan, A. (2010). KEBIJAKAN DAN ISU KESEHATAN DALAM KONTEKS OTONOMI
DAERAH. Aceh: Universitas Syiah Kuala.
Sulastomo. (2000 ). Manajemen Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Syafrudin, SKM. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media.
Taher, A. (2016). Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Widagdo, W. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Keluarga dan
Komunitas. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai