PENDAHULUAN
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia merupakan suatu
keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur
neonatal (bayi umur <28 hari) adalah prematuritas disertai berat lahir
rendah (29,2 persen), asfiksia lahir (27 persen), tetanus neonatorum (9,5
dan sepsis (2,2 persen). Dari data ini menunjukkan bahwa asfiksia lahir
Menurut data Rumah Sakit Seluruh Indonesia data pasien rawat inap
prosentase yaitu RDS dan asfiksia neonatorum sebesar 72,2 % pada bulan
Desember 2012, pada bulan Januari 2013 sebesar 81,5 % dan 85,7 % pada
bulan Februari 2013. Begitu pula data pasien rawat inap Ruang
bahkan kematian.
1.2 Tujuan
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi
secara spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat
(Hidayat, 2005).
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan
1998)
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000)
otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital
Jadi dapat disimpulkan Asfiksia neonatorum adalah keadan bayi baru lahir
yang tidak dapat bernapas secara spontan dengan ditandai adanya hipoksemia
PH).
2.2 Etiologi
neonatorum ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau segera
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan
g. Trauma
a. Kekurangan O2.
panggul.
waktunya.
f) Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
uteri.
1) Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
eklamsi.
2) Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan
tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir
dan janin.
4) Faktor neonates
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu,
2.3 Patofisiologi
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut
dapat brnapas kembali secara teratur maka bayi mengalami asfiksia ringan.
terjadi pada asfiksia sedang - berat, tekanan darah bayi juga mulai menurun
dan bayi akan terlihat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah
denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus
menurun. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat
terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa
pada kehidupan bayi selanjutnya. Pada saat ini, Bayi sekarang tidak bereaksi
spontan.
persalinan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi
reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia.
2.4 Klasifikasi Asfiksia Neonatorum
tindakan istimewa.
jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis,
3) Asfiksia Berat
jantung kurang dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan
henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10
menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum,
Klinis 0 1 2
Keterangan :
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5,
bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5
untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila
1) Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100
b. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
c. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
c. Hipoksia
2) USG kepala
kondisi hemolitik.
baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan
membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru
2) Memulai pernapasan :
1) Tindakan umum
a) Pengawasan suhu
b) Pembersihan jalan nafas
c) Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
2) Tindakan khusus
a) Asfiksia berat
melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika
tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini
b) Asfiksia sedang
menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah
jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru
ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke
2.9 Pengkajian
a. Sirkulasi
1) Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan
maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
b. Eliminasi
c. Makanan/ cairan
yang memanjang)
e. Pernafasan
f. Keamanan
1) Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan
antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama
punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala
tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Auskultasi suara nafas Pernapasan bising, ronki dan mengi
keperawatan, bersihan jalan nafas sebelum dan sesudah menunjukkan tertahannya secret.
Dengan kriteria hasil : Beritahu keluarga tentang Membantu memberikan informasi yang
v. Tidak ada suara nafas tambahan pasien, status perbedaan status oksigen sebelum dan
keperawatan diharapkan pola nafas Auskultasi jalan nafas Bunyi nafas menurun/tak ada bila jalan
menjadi efektif untuk mengetahui adanya nafas obstruksi sekunder. Ronki dan
batas normal
3. Kerusakan pertukaran gas b.d Kaji bunyi paru, frekuensi Penurunan bunyi nafas dapat
ketidakseimbangan perfusi ventilasi nafas, kedalaman nafas menunjukkan atelektasis. Ronki, mengi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan dan produksi sputum menunjukkan akumulasi secret/
penurunan ventilasi/menurunnya
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Pakai sarung tangan steril Mencegah penyebaran infeksi/
keperawatan diharapkan risiko cidera Lakukan pengkajian fisik Untuk mengetahui apakah ada kelainan
c. Mendeskripsikan teknik pertolongan tanda dan gejala infeksi juga dengan penanganan yang benar.
pemberi pelayanan
sesuai indikasi
(imunoglobulin hepatitis
mengandung antigen
permukaan hepatitis B
a. Temperatur badan dalam batas normal akan mempengaruhi proses regulasi ataupun
dalam status kesehatan anggota kesulitan situasi pada apa yang terjadi dan berkeinginan untuk
b. Kestabilan prioritas. dalam pemberian informasi, harapan dan tidak berguna. Keikutsertaan
c. Mempunyai rencana darurat. pemecahan masalah dan dalam perawatan akan meningkatkan
d. Mengatur ulang cara perawatan. perawatan pasien sesuai perasaan kontrol dan harga diri.