Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Giant cell tumor (GCT) pada tulang merupakan tumor muskuloskeletal yang jarang

terjadi dan biasanya berbentuk jinak1,2., walaupun demikian 5–10% pasien dapat berubah menjadi ganas.

Perubahan tumor dari jinak menjadi ganas ini umumnya disebabkan dari perubahan maligna sekunder

setelah radioterapi. TGC diidentifikasikan sebagai suatu komponen histologis dari adanya reaksi

tubuh akibat rangsangan benda asing, materi kristalin (seperti monosodium urat), agen penyebab

infeksi (bakteri dan jamur), ketidakseimbangan hormonal (hiperparathyroidisme), dan neoplasma

, namun penyebabnya belum dapat ditentukan 7 . Menurut pendapat yang baru, TGC berasal dari

unsur selular sumsum tulang, dimana sel raksasanya merupakan fusi dari sel mononuklear.8

Lokasi yang tepat dari TGC masih menjadi kontroversi, dan menurut beberapa ahli lesi

tumor muncul di metafisis dari tulang skeletal yang matur dan meluas ke epifisis.1,9 Enam puluh

persen dari tumor ini terjadi pada tulang panjang, dan hampir seluruhnya terletak pada ujung

tulang di persendian. Umumnya tumor ini terjadi pada proksimal tibia, distal femur, distal radius,

dan proksimal humerus.1,3,5.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Tumor giant cell (TGC) tulang merupakan sebuah lesi yang bersifat jinak tetapi secara local

dapat bersifat agresif dan destruktif yang ditandai dengan adanya vaskularisasi yang banyak pada

jaringan penyambung termasuk proliferasi sel-sel mononuklear pada stroma dan banyaknya sel

datia yang tersebar serupa osteoklas.1,2

TGC dapat juga terjadi multisentrik/ lebih dari satu dan biasanya bersifat agresif secara

klinis.10d Pada beberapa kasus TGC terjadi di metafisis skeletal tulang yang belum matur dan

sering meluas ke diafisis daripada ke epifisis karena adanya lempeng epifisis yang bertindak

sebagai barrier terhadap pertumbuhan tumor.3

B. Epidemiologi Dan Insiden

a. Epidemiologi

TGC lebih banyak dijumpai di Asia Tenggara dibandingkan negara Barat. Insidens TGC di

Asia Tenggara besarnya 20% dibandingkan di negara Barat sebesar 4-5%. Insidens tertinggi

ditemukan pada dekade ke tiga dengan 70% terjadi pada usia antara 20-40 tahun. Tumor ini

sering terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan perbandingan 2:1.


Gambar 1. Distribuasi GCT sesuai dengan umur.

b. Insiden

2.Distribusi GCT sesuaidengan jenis kelamin.

Jenis tumor tulang primer memiliki bentuk jinak dan ganas.Bentuk (non-kanker) jinak yang

paling umum.Tumor sel raksasa tulang biasanya mempengaruhi kaki (biasanya dekat lutut) atau

tulang lengan orangdewasa muda dan setengah baya.Mereka tidak sering menyebar ke tempat

yang jauh, tetapi cenderung untuk kembali di mana mereka mulai setelah operasi (inidisebut

kekambuhan lokal).Hal ini dapat terjadi beberapa kali.Dengankekambuhan masing-masing,

tumor menjadi lebih mungkin untuk menyebar ke bagian lain dari tubuh.Jarang, Giant Cell

Tumor menyebar ke bagian lain daritubuh tanpa terlebih dahulu berulang secara lokal.Hal ini

terjadi dalam bentuk (kanker) ganas dari tumor


C. Etiologi

Penyebab Tumor Giant Cell tidak diketahui. Tumor terjadi secara spontan. TGC tidak

disebabkan oleh trauma, faktor lingkungan, atau diet, maupun genetik

Dalam kasus yang jarang terjadi, tumor dapat dikaitkan dengan aktivitas kelenjar paratiroid

yang terlalu aktif atau suatu kondisi yang dikenal sebagai hiperparatiroidisme.2

D. ANATOMI
Sistem rangka dapat dibagi menjadi dua bagian menurut fungsinya, yaitu pertama kerangka

aksial yang terdiri dari tulang kepala (cranium atau tulang tengkorak), leher (tulang hyoid dan

vertebra), dan tulang rusuk, tulang dada, tulang belakang dan sakrum. Kedua kerangka

appendikular yang terdiri dari tulang limbs,termasuk tulang bahu dan tulang pubis.17

Kerangka terdiri dari tulang rawan dan tulang.Tulang rawan adalah bentuk dari jaringan ikat

yang membentuk bagian dari kerangka dimana lebih fleksibel.Tulang adalah organ vital yang

berfungsi untuk alat gerak pasif, proteksi alat dalamtubuh, permukaan tubuh, metabolisme

kalsium dan mineral dan organ hemopoetik.Tulang juga merupakan jaringan ikat yang dinamis

yang selalu diperbarui melalui proses remodeling yang terdiri dari proses resorpsi formasi.

Dengan proses resorpsi, bagian tulang yang tua dan rusak akan dibersihkan dan diganti oleh

tulang yang baru melalui proses formasi. Proses resorpsi dan formasi selalu berpasangan. Dalam

keadaan normal, massa tulang yang diresoprsi akan sama dengan massa tulang yang diformasi,

sehingga terjadi keseimbangan. Pada pasien osteoporosis, proses lebihaktif dibandingkan

formasi, sehingga terjadi defisit massa tulang dan tulangmenjadi semakin tipis dan

perforasi.12,13,17)
Kebanyakan tulang mulai keluar sebagai tulang rawan.Tubuh kemudian meletakkan kalsium

turun ke tulang rawan untuk membentuk tulang. Setelah tulang terbentuk, tulang rawan beberapa

mungkin tetap berada di ujungnya untuk bertindak sebagai bantalan antara tulang. Tulang rawan

ini, bersama dengan ligamen dan beberapa jaringan lain terhubung untuk membentuk tulang

sendi. Pada orang dewasa, tulang rawan terutama ditemukan pada akhir beberapa tulang sebagai

bagian dari sendi.Hal ini juga terlihat di tempat di dada di mana tulang rusuk memenuhi sternum

(tulang dada) dan di bagian wajah. Trakea (tenggorokan), laring(kotak suara), dan bagian luar

telinga adalah struktur lain yang mengandung tulangrawan.4

Dalam beberapa tulang sumsum hanya jaringan lemak.Sumsum di tulang lainnya adalah

campuran dari sel-sel lemak dan darah pembentuk sel. Darah pembentuk sel menghasilkan sel

darah merah, sel darah putih, dan platelet darah.Sel-sel lain dalam sumsum termasuk sel-sel

plasma, fibroblas, dan sel-sel retikulo endotelial.Sel dari salah satu jaringan dapat berkembang

menjadi kanker.(4).
Gambar 3 . Anatomi Tulang Panjang.

Pada Giant Cell Tumor sebagian besar terjadi ditulang panjang, misalnya tibia proksimal,

distal femur, radius distal, dan humerus bagian proksimal.

E. PATOFISIOLOGI
Giant cell tumor pada tulang terjadi secara spontan.Mereka tidak diketahui apakah terkait

dengan trauma, faktor lingkungan, atau diet. Pada kasus-kasus yang jarang, mereka mungkin

berhubungan dengan hiperparatiroidisme.9

Dalam Beberapa penelitian pembentukan GCT ada beberapa faktor yang menetukan, pertama

yaitu adanya perubahan siklin, dimana siklin memainkan peran penting dalam mengatur

perjalanan membagi sel melalui pos pemeriksaan penting dalam siklus sel. Karena perubahan
dari beberapa siklin, terutama siklin D1, telah terlibat dalam perkembangan neoplasma, para

peneliti memeriksa 32 kasus GCT pada tulang panjang untuk amplifikasi gen siklin D1 dan

overekspresi protein menggunakan diferensial polymerase chain reaction dan imunohistokimia,

masing-masing.11.

Kedua, adanya evaluasi Immunohistokimia yang terkait dengan ekspresimicrophtalmia yang

merupakan faktor transkripsi dalam lesi giant cell.Microphtalmia terkait dengan faktor

transkripsi (Mitf), anggota subfamili heliks-loop-helix faktor transkripsi, biasanya dinyatakan

dalam oesteoklas mononuklear dan multinuklear, terlibat dalam differensiasi terminal oesteoklas.

Disfungsi aktivitas oesteoklas yang menghasilkan ekspresi Mitf yang abnormal serta telah

terlibat oesteoporosis. Sejumlah sel giant lainnya dari berbagai jenis termasuk oesteoklas seperti

sel-sel giant terlihat dalam berbagai tumor, secara tradisional dianggap berasal monosit, terlihat

dalam berbagai tulang dan lesi extraosseus11

Ketiga adalah sel stroma.Sel stroma Fibroblastlike, yang selalu hadir sebagai komponen dari

tumor sel raksasa pada tulang (GCT), dapat diamati dikedua sampel in vivo dan kultur.

Meskipun mereka diasumsikan untuk memicu proses kanker di GCT, histogenesis sel stroma

GCT adalah kurang diketahui.Hal ini diketahui bahwa sel batang mesenchymal (MSC) dapat

berkembang ke oesteoblas.Bukti telah disajikan bahwa sel-sel stroma GCT juga dapat

mengembangkan oesteoblas.Sebuah koneksi antara MSC dan sel stroma GCT dicari dengan

menggunakan 2 pendekatan laboratorium yang berbeda.11


F. DIAGNOSIS
Untuk menetapkan diagnosis tumor tulang diperlukan beberapa hal, yaitu :

a. Anamnesis

Anamnesis penting artinya untuk mengetahui riwayat kelainan atau trauma sebelumnya.Perlu

pula ditanyakan riwayat keluarga apakah ada yang menderita penyakit yang sejenis misalnya

diafisial yang bersifat herediter. Beberapa hal yang perlu di perhatikan anamnesis adalah:

1. Umur : Umur penderita sangat penting untuk diketahui karena banyak tumor tulang

yang mempunyai kekhasan dalam umur terjadinya, misalnya giant cell tumor jarang

ditemukan dibawah umur 20 tahun.

2. Lama dan perkembangan (progresifitas) tumor : tumor jinak biasanya berkembang

secara perlahan dan apabila terjadi perkembangan yang cepat dalamwaktu singkat

atau suatu tumor yang jinak tiba-tiba menjadi besar maka perludicurigai adanya

keganasan.

3. Nyeri : nyeri merupakan keluhan utama pada tumor ganas. adanya nyerimenunjukkan

tanda ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke jaringansekitarnya, perdarahan

atau degenerasi.

4. Pembengkakan : kadang-kadang penderita mengeluhkan adanya suatu pembengkakan

dimana pembengkakan ini bisa timbul secara perlahan-lahan dalam jangka waktu

yang lama dan bisa juga secara tiba-tiba.10

b. Gambaran Klinis

Gejala utama yang ditemukan berupa nyeri serta pembengkakan terutama pada lutut dan

mungkin ditemukan efusi sendi serta gangguan gerakan pada sendi.Mungkin juga penderita
datang berobat dengan gejala-gejala fraktur (10%). Dapat juga terjadi pembesaran massa secara

lambat. Lebih dari tiga per empat pasientercatat mengalami pembengkakan pada lokasi tumor.

Keluhan lain yang jarangterjadi adalah kelemahan, keterbatasan gerak sendi dan fraktur

patologis.9

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan massa yang keras dan nyeriditemukan pada lebih

dari 80% pasien. Disuse Atrophy , efusi pada persendian atauhangat pada lokasi tumor.

Pada GCT dibagi menjadi beberapa grade atau staging :

Stage I :

- Benign latent dari giant cell tumor.


- Tidak ada aktivitas agrasif lokal.

Stage II :

- Benign active giant cell tumor.


- Pada pencitraan terlihat gambaran alterasi struktur tulang cortical.

Stage III :

- Tumor lokal agresif.


- Pada pencitraan terlihat gambaran lesi litik mengelilingi medula dan korteks tulang
- Tumor dapat melewati korteks dan penetrasi ke jaringan lunak.18

-
Gambar 4.gambaran klinis GCT.
c. Gambaran Radiologi

1. Foto Polos

Pemeriksaan radiologi merupakan salah satu pemeriksaan yang pentingdalam menegakkan

diagnosis pada GCT. Gambaran Radiologi yang biasadidapatkan pada GCT adalah :

- Tampak daerah radiolusen pada ujung tulang dengan batas yang tidak tegas.

- Ada zona transisi antara tulang normal dan patologik, biasanya kurang dari 1 cm.

- Lesi biasanya ekstentrik, bersifat ekspansif sehingga korteks menjadi tipis.10

- Sebagian besar tumor sel raksasa terjadi pada tulang, dan hampir semua berada di akhir

artikular tulang.

Gambar 5.Gambaran Giant Cell Tumor pada Humerus

2. CT-Scan

Pemeriksaan CT-scan meningkatkan deteksi adanya fraktur kortikal yangmenipis, patologis,

reaksi periosteal, menetukan lokasi secara akurat, massa softtissue. CT juga membantu

mengkonfirmasi adanya mineralisasi di GCT, meskipun pembentukan kalus yang berhubungan

dengan penyembuhan fraktur patologis dapat dilihat.14


Gambar 6. CT scan perut menunjukkan massa berkembangyang muncul dari salah satu tulang rusuk kiri.

Temuan histologis menunjukkan bahwa massa adalah tumor sel raksasa.

Gambar 7 .CT scan tumor sel raksasaulna distal potongan koronal.Temuanradiografi menunjukkan lesi

subarticular diperluas.
3. MRI

Pemeriksaan MRI ini dapat membantu menentukan tingkat destruksi tumor,serta dapat

diindikasi bila tumor telah mengikis korteks dan memungkinkan penentuan apakah ada struktur

neurovaskular yang terlibat, dan juga membantumengevaluasi penetrasi di subkondrial.11

Gambar T1 pada tumor sel raksasa dapat menunjukkan karakteristik sinyalintensitas

heterogen atau homogen. Intensitas sinyal biasanya rendah atau menengah, tetapi daerah

intensitas sinyal tinggi, yang disebabkan oleh perdarahan.6

Gambar T2 memperlihatkan, heterogen rendah ke intensitas sinyal menengah yangterlihat di

daerah padat tumor (lihat gambar di bawah). Hemosiderin terdeteksi dilebih dari 63% tumor sel

raksasa, dan kehadirannya mungkin adalah hasil dariextravasated sel darah merah ditambah

dengan fungsi fagositik dari sel-sel tumor.6

Gambar 8.T2-potongan koronal MRI pergelangan tanganmenunjukkan tumor sel raksasa terletak di posisi

subarticular dalam radius distal.Lesi adalah heterogen dan hyperintense.

Daerah kistik yang umum dan dipandang sebagai daerah intensitas sinyal tinggi diT2-

tertimbang gambar.Cairan-cairan tingkat dapat dilihat, seperti pada gambar di bawah.Edema


Peritumoral jarang terjadi tanpa adanya fraktur. Tumor biasanyaheterogen meningkatkan dengan

pemberian intravena bahan kontras.6

Gambar 9.T2- potongan aksial MRI lututmenunjukkan beberapa cairan-cairan tingkat dalamtumor sel

raksasa dari femur distal.

d. Histopatologi
Pada pemeriksaan mikroskopis, ada banyak sel-sel giant multinuklear.Sel-sel stroma adalah

sel-sel mononuklear homogen dengan bentuk sekitar atau bulattelur, inti besar dan nukleolus

tidak jelas.Inti dari sel stroma yang identik denganinti dalm sel-sel giant, sebuah fitur yang

membedakan tumor sel raksasa dari lesilain yang juga mengandung sel-sel raksasa. Fitur lain

dari tumor sel raksasa adalah bahwa sel-sel giant mungkin berisi sel inti yang berukuran sangat

besar. Dalam beberapa tumor, sel-sel giant dapat dipandang melanda inti lebih besar dari

stroma.15

Campuran dari empat komponen dapat dibedakan:

- spindled berbentuk bulat dan sel mononuklear,

- osteoklastik tipe raksasa sel dan pembuluh darah kecil.8


Gambar 10 .GCTB menampilkan tiga komponen penting, yaitu, sel-sel raksasaberinti, sel stroma dan fokus
besar perdarahan (H & E x 100). B. Banyak sel raksasaberinti banyak menghirup darah pada sebuah teluk
hemoragik dalam GCTB (H & E x100). C. Kecil aneurysmally melebar kapal dengan bidang perdarahan dan
tersebarsel-sel raksasa berinti banyak sekitar dalam GCTB (H & E x 100). D. Merah seldicerna oleh sel-sel
raksasa dalam GCTB (H & E x 400). E. Interaksi antaraperdarahan dan sel raksasa (H & E x 400). F.
aspirasi jarum halus sitologi dari GCTBa.Berinti raksasa sel dengan menelan sel darah merah.Juga mencatat
beberapa selraksasa berinti tunggal (monosit) (H & E x 400).

Sel-sel berbentuk gelendong mononuklear dianggap sebagai neoplastik pada hasil dari

mikroskop elektron dan kultur sel. Asal dari jenis sel masih belum diketahui, tetapi diduga

berasal dari sel stroma primitif mesenchymal. Angka mitosis konvensional terbatas pada sel

mononuklear.Jika bentuk atipikal atau atypia nuklir kuat dicatat, keganasan sarkomatous

sekunder hampir selalu hadir.Perubahan sekunder dapat hadir seperti deposito osteoid, fokus

fibrosis, koleksi sel berbusa atau degenerasi kistik. Sekunder tulang pembentukan kista

aneurismal hadir dalam 6,5% dari kasus. Kebanyakan ini dibatasi untuk pasien yang lebih muda

(rata-rata 14 tahun) dan rendah tumor raksasa kelas histologis sel.8


Gambar 11. Campuran dari tiga komposit komponen seluler tumor: spindle tumoralsel mononuklear

berbentuk, reaktif sel mononuklear dan sel-sel bulat jenis difustersebar osteoklas raksasa. Perhatikan bahwa

mitosis secara ketat terbatas pada jenis sel yang pertama


G. DIAGNOSIS BANDING
a. Aneurysma bone cyst
Kelainan ini bukan neoplasma.Etiologinya tidak diketahui, diduga karenaadanya kelainan

vaskular yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah. Kira-kira70% lesi ini dijumpai pada

usia 5-20 tahun. Kelainan ini juga dapat ditemukan padatiap bagian dari skelet. Pada tulang

panjang biasanya terletak di daerah metafisis.10,21

Gambaran radiologinya tampak daerah yang radiolusen pada tulang yangmemberi kesan

adanya destruksi tulang.Lesi ini bersifat ekspansif, korteks menjadisangat tipis dan mengembung

keluar.Gambaran sangat mirip dengangiant cell tumor.Batas dari lesi nya tegas dan sering kali

disertai tepi skelerotik; sifat-sifat inipenting untuk membedakannya dengan giant cell tumor yang

mempunyai batas tidak tegas.10,21

Gambar 12.sebuah kista tulang aneurismal pada seoranggadis 14-tahun. Ini radiograf anteroposterior
fibulaproksimal menunjukkan lesi geografis dengan> 1 cmperluasan dari shell kortikal (panah).
b. Kondroblastoma

Kondroblastoma adalah tumor jinak di epifisis kartilago dan umumnyamuncul di tulang

panjang tubular, terjadi pada pasien 10 sampai 25 tahun.Lebih sering terjadi pada laki-

laki.Biasanya terjadi pada epifisis dari distal dan proksimal femur, proksimal tibia dan proksimal

humerus, tempat yang biasa juga terkena adalah talus, calcaneus dan patella. Biasanya pasien

datang dengan dengan sakitdidaerah yang lokasinya jelas, ada pembengkakan, sendi kaku dan

gerakan terbatas.19,20

Gambaran radiologisnya : tampak sebagai bayangan radiolusent, biasanya berbentuk bundar

dengan batas yang tegas. Kadang tampak pinggiran yangskerotik. Kalsifikasi terdapat pada kira-

kira 50%.10

Gambar 13. Chrondroblastoma pada seorang gadis 16-tahun.Sebuah radiograf anteroposterior femur distal
menunjukkan lesilitik kelas IA yang kemungkinan mengandung matriks chondroid
Gambar 14. CT aksial dari lesi yang sama mudah menunjukkan dot-sepertikasar, popcorn seperti
mineralisasi matriks chondroid.

c. Non- ossifyingFibroma ( Fibroxanthoma)

Non- ossifying Fibroma atau Fibroxanthoma adalah tumor jinak yangasimtomatik umumnya

terjadi pada anak-anak. Gambaran mikroskopik, suatufibroma nonossifying terdiri dari sel

spindle (fibrous).Sekitar 20% dari semua anak memiliki lesi ini, paling sering di tulang paha

posterior distal. Jika seorang anak beranjak dewasa, lesi cenderung menghilang.20,22

Radiografi menunjukkan lesi distal tibia metafisis dengan scallopingendosteal minimal, yang

tidak jarang pada tumor jinak laten. Namun, itumencerminkan pertumbuhan episode

sebelumnya.Margin antara lesi dan tulang disekitarnya berbeda.Tepi sklerotik yang di

definisikan dengan baik menunjukkan bahwa tumor sekarang minimal aktif. Kurangnya

mineralisasi internal yang menunjukkan bahwa lesi baik di jaringan cairan atau fibrosa.22
Gambar 20.Nonossifying fibroma dari tibia distal padaseorang gadis 9 tahun.Tepi dibatasi klasik dari
lesigeografis terlihat pada radiograf anteroposterior tibiadistal. Lesi memiliki margin sklerotik dengan
ekspansikortikal minim, membuat lesi IA kelas
H. PENATALAKSANAAN

a. Terapi bedah

Terapi yang disarankan untuk GCT jaringan lunak adalah denganmelakukan eksisi luas

sampai tepi sayatan bebas tumor.Rekurensi lokal pada GCT jaringan lunak sekitar 12% dan

kemungkinan metastasis sangat kecil.Rekurensi pada umumnya ditemukan pada kasus tepi

sayatan tidak bebas tumor. Oleh karena pada pasien ini telah dilakukan eksisi dengan tepi

sayatan bebas tumor makadiharapkan rekurensi ataupun kemungkinan metastasis pada pasien ini

dapatdihindari.2

Kuretase tumor juga umumnya dilakukan. Teknik ini meyebabkansebuah lubang di tulang

yang dapat diisi dengan graft tulang. Tulang dapat diambildari bagian lain dari tubuh pasien

sendiri (autograft) atau dari mayat ( allograft).Jika pengobatan terbatas pada kuretase, tumor bisa

kembali (kambuh) sampaidengan 45% dari waktu kuretase tersebut. Penggunaan dari semen

tulang, bukandari bone graft tingkat kekambuhannya sedikit.9

Lebih kompleks penghapusan tumor dan rekonstruksi kadang-kadangmemerlukan situasi

dimana tumor telah menyebabkan kerusakan yang berlebihanatau terulang.9

b. Terapi Non Bedah

Terapi radiasi merupakan pilihan pengobatan non operasi yang telah terbukti efektif.Namun,

hal ini dapat mengakibatkan pembentukan kanker pada sebanyak 15% dari pasien yang

menerimanya. Oleh karena itu, terapi radiasi digunakan hanya dalam kasus-kasus yang paling

sulit dimana operasi tidak dapat dilakukan dengan aman atau efektif.9
I. PROGNOSIS
Baik, meskipun dapat kambuh dan metastasis ke paru.Secara umum banyak yang tergantung

pada teknik bedah dan keahlian dalam kombinasi dengan kelashistologis tumor ini.Meskipun

metastasis paru dapat terjadi dalam kasus yang jarang, invasi angiovascular tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap prognosisnya. Angka kematian akibat tumor sel raksasa adalah

sekitar 4%.(3,8

Penting untuk melakukan follow up jangka panjang agar dapat menilai hasil terapi, karena

perubahan menjadi ganas diketahui terjadi Postoperatif, kuretase menunjukkan rongga lesi terisi

bone chips sekitar 40 tahun setelah terapi primer. Beberapa penelitian lama menyatakan bahwa

rekurensi terjadi 50% setelah kuretase. Dengan modalitas terapi yang modern angka rekurensi

sekitar 20%.Rekurensi dapat terjadi pada 2 sampai 7 tahun setelah terapi.8


BAB III

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn.M

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 9 tahun

Alamat : Jalan

Pekerjaan :-

Pendidikan terakhir : SD

RUANGAN : RAWAT JALAN

Tanggal Pemeriksaan Radiologi : 18 Mei 2019

B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Benjolan bagian lengan kiri

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien perempuan masuk rumah sakit dengan keluhan utama Benjolan dan nyeri

bagian lengan kiri.Benjolan awalnya kecil sebesar ibu jari , lama kelamaan

membesar dan terasa nyeri. Nyeri di lengan ini sudah sering dirasakan pasien, hanya

saja memberat dalam beberapa hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri yang

dirasakan muncul setiap saat dan mengganggu aktifitas . pergerakan lengan Terbatas

susah digerakkan , tidak ada demam .

Riwayat Penyakit Dahulu (-)

3. Riwayat Penyakit Keluarga (-)


C. PEMERIKSAAN FISIS

1. Keadaan Umum : Sakit Sedang

2. Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 110/80mmhg

Nadi : 89 kali / menit (kuat angkat,Irreguler)

Pernapasan : 23 kali / menit

Suhu : 37,20 C

3. Kepala

Bentuk : Normocephal

Rambut : Warna hitam

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), isokor (-/-)

Hidung : Rinorrhea (-/-)

Telinga : Otorrhea (-/-)

Mulut : Sianosis (-/-), bibir kering (-/-), lidah kotor(-/-), stomatitis (-/-)

4. Leher

KGB : Pembesaran (-)

Tiroid : Pembesaran (-)

JVP : Tidak meningkat

Massa Lain : Tidak ada


5. Thorax

a. Paru - Paru

Inspeksi : Bentuk dada kanan dan kiri simetris, retraksi dinding dada (-),

Palpasi : Krepitasi (-), vocal fremitus sama kanan dan kiri

Perkusi : Sonor (+) di kedua lapangan paru

Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronkhi (+/+), Wheezing (-/-)

b. Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi :Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra

Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : BJ S1 dan S2 murni, iregular, murmur (-), gallop (-)

c. Abdomen

Inspeksi : Perut cembung kesan normal

Auskultasi : Peristaltik (-) kesan normal, Ascites (-)

Perkusi : Tymphani (-)

Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), hepatomegaly (-)

d. Anggota Gerak

 Atas : Akral hangat, edema (-/-),

 Bawah : Akral hangat, edema (-/-),


D. Resume

Pasien perempuan masuk rumah sakit dengan keluhan Bengkak dan nyeri bagian lengan kiri.

Nyeri di lengan ini sudah sering dirasakan pasien, hanya saja memberat dalam beberapa hari

sebelum masuk rumah sakit. Nyeri yang dirasakan muncul setiap saat dan mengganggu aktifitas .

pergerakan lengan Terbatas .

Tanda-tanda vital Tekanan Darah :110/80mmhg, Nadi: 89 kali /menit (kuat

angkat,Irreguler),Pernapasan : 23 kali / menit ,Suhu: 37,20 C

Gambar 9 . Hasil foto X-Ray Humerus


- Tampak lesi ballooning yang melibatkan kortex dan medulla os humeri sinistra

- Mineralisasi tulang berkurang

- Celah sendi elbow baik

Kesan :

- Primary bone tumor sugestif GCT


BAB IV

PEMBAHASAN

Giant cell tumor (GCT) pada tulang merupakan tumor muskuloskeletal yang jarang

terjadi dan biasanya berbentuk jinak1,2., walaupun demikian 5–10% pasien dapat berubah menjadi ganas.

Perubahan tumor dari jinak menjadi ganas ini umumnya disebabkan dari perubahan maligna sekunder

setelah radioterapi. TGC diidentifikasikan sebagai suatu komponen histologis dari adanya reaksi

tubuh akibat rangsangan benda asing, materi kristalin (seperti monosodium urat), agen penyebab

infeksi (bakteri dan jamur), ketidakseimbangan hormonal (hiperparathyroidisme), dan neoplasma

, namun penyebabnya belum dapat ditentukan 7 .

Berdasarkan dari anamnesis yang didapatkan pada pasien dan keluarga pasien, gejala pada

pasien tesebut didapatkan adanya benjolan dan nyeri pada bahu kiri.Benjolan awalnya kecil

sebesar ibu jari , lama kelamaan membesar dan terasa nyeri. Nyeri di lengan ini sudah sering

dirasakan pasien. Nyeri yang dirasakan muncul setiap saat dan mengganggu aktifitas .

pergerakan lengan Terbatas / susah digerakkan , tidak ada demam . Enam puluh persen dari

tumor ini terjadi pada tulang panjang, dan hampir seluruhnya terletak pada ujung tulang di

persendian. Umumnya tumor ini terjadi pada proksimal tibia, distal femur, distal radius, dan

proksimal humerus.1,3,5.

TGC lebih banyak dijumpai di Asia Tenggara dibandingkan negara Barat. Insidens TGC di

Asia Tenggara besarnya 20% dibandingkan di negara Barat sebesar 4-5%. Insidens tertinggi
ditemukan pada dekade ke tiga dengan 70% terjadi pada usia antara 20-40 tahun. Tumor ini

sering terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan perbandingan 2:1.

Dari hasil pemeriksaan penunjang yang didapatkan untuk foto humerus yaitu

- Tampak lesi ballooning yang melibatkan kortex dan medulla os humeri sinistra

- Mineralisasi tulang berkurang

- Celah sendi elbow baik

Sesuai dengan referensinya tanda khas dari Giant Cell Tumor adalah :

- Sebagian besar tumor sel raksasa terjadi pada tulang, dan hampir semua berada di akhir

artikular tulang.

- Enam puluh persen dari tumor ini terjadi pada tulang panjang, dan hampir seluruhnya

terletak pada ujung tulang di persendian.

- Insiden terjadinya GCT ini lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria dengan

perbandingan 2:1
DAFTAR PUSTAKA

1) R G Forsyth, G De Boeck, S Bekaert, dkk. Telomere Biology in Giant CellTumour of Bone.


in : J Pathol 2008; 214. h. 555–563.
2) Kamal A F, Aminata I W, Hutagalung E U. Giant Cell Tumor Jaringan Lunak.in : Maj
Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 11, Nopember 2007. h. 404-4073.
3) Silvers A R, Peter M S, Margaret B, dkk. The Role of Imaging in the Diagnosisof Giant Cell
Tumor of the Skull Base. in : Tumor of Skull Base, August 1996. h .1392-1395.
4) American Academy of Orthopedic Surgeons. Giant Cell Tumor of Bone. June2010.
Available from URL://orthoinfo.aaos.org
5) Haque A U and Moatasim A. Giant Cell Tumor of Bone: A Neoplasm or aReactive
Condition. Int J Clin Exp Pathol ;2008 .h. 489-5016.
6) Lesley- Ann Goh. Giant Cell tumor imaging. May 25, 2011. Available from URL:
http://emedicine.medscape.com
7) Lewis V O. Giant Cell Tumor. April, 2009. Available from URL
:http://emedecine.medscape.com
8) Forsyth RG, Hogendoorn PCW. Bone: Giant cell tumor. June 2003. Availablefrom URL :
http://atlasgeneticsoncology.org
9) American Academy of Orthopedics Surgeons. Giant Cell Tumor of Bone. June2010.
Available from URL : http//orthoinfo.org
10) Ekayuda I. Radiologi Diagnostik edisi kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI;2005. h. 76-
81.11.
11) The Doctor's doctor. Giant cell tumor of bone. April 16; 2008. Available fromURL:
http:/thedoctorsdoctor.com
12) Sudoyo Aru W, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Ilmu Penyakit Dalam edisi II.Jakarta : Balai
Penerbit FKUI; 2006. h. 1096-9
13) Gunderman R. Essential Radiology 2nd Edition. New York; 2006. h. 220-221
14) Murphey M D, Nomikos G C, Flemming D, dkk. Imaging of Giant CellTumor and Giant
Cell Reparative Granuloma of Bone Radiologic PathologicCorrelation. From the Archieve of
the AFIP. September 2001, vol.21. h. 1283-1304
15) Bone Tumor. Giant Cell Tumor. Newton, Massachusetss. June 2003.Available from
URL:http//.www.bonetumor.org
16) Canale S T. Campbell's Operative Othopaedics vol.1 10th edition; 2003. h.813-817.
17) Moore L K, Dalley F A. Clinical Oriented Anatomy 5th edition; 2006 h.18-21, h.813-817.
18) Wheeless' Textbook of Orthopaedics. Giant-cell tumor of bone. March 2011.Available from
URL : http ://www.wheelessonline.com
19) Rasjad C. Ilmu Bedah Ortopedi. Ujuang Pandang. Bintang Lamumpatue ;1998. h. 357-372.
20) Stoller , W David. Magnetic Resonance Imaging in Orthopedics and SportMedicine 3rd
edition ; California 2007
21) Fletcher C, Unni K, Mertens F. Pathology and Genetics of Tumors. France :IARC ; 2002. h.
241-2
22) Joseph B. Musculoskeletal Medicine 1stedition. 2003
23) Miller T. Bone Tumors and Tumorlike Conditions. in : Radiology, Volume
24) Plancher K D. Giant Cell Tumor of the tendon shetah benign. in : Steps HelathJournal.
November 2011.
25) Giant Cell Tumor. Available from : URL://http:bonetumor.org26. Anderson. General
Approach to Lytic Bone Lesions. 2004. h. 8-17

Anda mungkin juga menyukai