Anda di halaman 1dari 26

TUGAS

MATAKULIAH PERENCANAAN INDUSTRI PANGAN DAN HASIL PERTANIAN

Disusun oleh:
Kelompok 2 / THP-B
ArinyWafa Ilmiyah P 161710101041
Kelvin Wijaya 161710101020
Sayyidatul Mu’ayyinah 161710101062
Arviah Nurul Qomariyah 161710101070
Feni Emiliya 161710101076

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teh merupakan salah satu produk minuman yang banyak diminati oleh masyarakat
Indonesia maupun luar negeri dikarenakan teh memiliki rasa dan aroma yang khas, selain itu
juga dipercaya mempunyai khasiat bagi kesehatan diantaranya mencegah kegemuka, kanker
dan kolesterol. Dengan berkembangnya zaman teknologi yang digunakan semakin canggih
dan banyak kita temui pada industri besar salah satunya pada pengolahan teh dengan
menghasilkan berbagai macam produk akhir seperti teh celup, teh kering dan teh dalam
kemasan sehingga menjadikan kemudahan untuk mengkonsumsinya secara praktis.
Pada umumnya, jenis teh dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama yakni teh
hitam, teh olong dan teh hijau. Teh hijau, teh putih maupun teh hitam berasal dari tanaman
yang sama, yaitu Camellia sinensis, yang membedakannya adalah cara penanganan
pascapemetikan. Kualitas daun teh yang baik adalah yang berasal dari pucuk daun atau daun
teh muda yang belum mekar (Mangan, 2003).
Industri teh merupakan salah satu industri yang pengembangannya cukup pesat sesuai
dengan prospek pasar yang selama ini ada dan terus berkembang, selain dengan
bermunculannya berbagai produsen teh lokal di Indonesia ikut andil dalam menguatkan
industry tersebut. Perkembangan teh olahan Indonesia memang berlangsung pesat, didorong
oleh meningkatnya konsumsi masyarakat Indonesia. Data Kementrian Perdagangan
menunjukkan industri pengolahan teh tumbuh dengan cepat, dengan rata-rata pertahun sebesar
36% periode 2006 sampai 2009, dapat dikatakan bahwa setiap tahun bisnis pengolahan teh
semakin menjanjikan.
Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, kegiatan berupa input, proses dan output harus
bersatu dalam suatu system industri supaya bahan baku maupun hasil yang diperoleh dapat
tersedia secara berkesinambungaa. Dari zaman nenek moyang pembuatan teh sudah dikenal
meskipun masih dengan cara tradisional. Dengan perkembangan teknologi saat ini, kegiatan
di industri perkebunan teh mulai dari penanaman, pemetikan, proses pembuatan hingga
pengemasan teh dapat dilakukan secara mekanik. Bahkan dalam promosi dan pemasaran
produk dilakukan media elektronik seperti media sosial atau siaran televisi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui tentang :
a. Neraca massa industri teh celup
b. Utilitas industri teh celup
c. Flow Sheet industri teh celup
d. Peralatan industri teh celup
BAB 2. ISI

2.1 Spesifikasi Bahan Baku


Bahan baku yang digunakan pada industri teh celup ialah daun teh. Teh adalah
minuman yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang
dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas.

Gambar 1. Daun teh


Teh telah dikenal dengan luas di Indonesia maupun di dunia sebagai minuman sehari-hari
karena rasanya yang harum dan aromanya yang khas. Teh memiliki banyak manfaat antara
lain sebagai antioksidan bagi tubuh manusia, dapat memperbaiki sel-sel yang rusak,
menghaluskam kulit, melarutkan lemak, mencegah kanker, mencegah penyakit jantung,
mengurangi kolesterol dalam tubuh dan menghilangkan lemak (Spillane, 1992). Sebagai
bahan baku utama teh yang digunakan dalam industri harus sesuai dengan Standart Nasional
Indonesia yang telah ditetapkan agar menjadi produk yang memiliki mutu yang sangat baik.
Berikut merupakan tabel syarat mutu teh kering menurut SNI 3836:2013.
Tabel 1. Syarat Mutu Teh Kering SNI 3836:2013
No. Jenis uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan air seduhan
1.1 Warna - Khas produk teh
1.2 Bau - Khas produk teh
1.3 Rasa - Khas produk teh
2 Kadar polifenol %, b/b Min. 5,2
3 Kadar air %, b/b Maks. 8,0
4 Kadar ekstrak dalam air %, b/b Min. 32
5 Kadar abu total %, b/b Maks 8,0
6 Kadar abu larut dalam air dari abu total %, b/b min. 45
7 Kadar abu tak larut dalam asam %, b/b Maks. 1,0
8 Alkalinitas abu larut dalam air (sebagai %, b/b 1-3
KOH)
9 Serat kasar Maks. 16,5
10 Cemaran logam mg/kg
10.1 Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,2
10.2 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2,0
10.3 Timah (Sn) mg/kg Maks 40,0
10.4 Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,03
11 Cemaran Arsen (As) mg/kg Maks. 1,0
12 Cemaran mikroba
12.1 Angka lempeng total koloni/g Maks. 3 x 103
12.2 Bakteri Coliform APM/g <3
12.3 Kapang koloni/g Maks. 5 x 102
Sumber : SNI 3836:2013

2.2 Spesifikasi Produk


Teh memiliki berbagai macam jenis yang saat ini berkembang menjadi beraneka
ragam. Teh dikemas dalam berbagai bentuk, diantaranya berupa teh celup, teh seduh, teh
dipres, teh stik dan teh instan. Teh celup adalah teh yang dikemas dalam kantong kecil yang
biasa dibuat dari kertas. Teh celup sangat populer karena praktis untuk membuat teh
(Danamurti, 2009). Teh celup digunakan untuk sekali pakai. Setiap sachet atau kantong teh
celup memliliki berat ±18.5 gram. Teh celup dijual dengan kemasan sachet, setiap sachet
berisi 1 kantong teh dan kemasan dus dengan setiap dus berisi 25 kantong teh.

Gambar 2. Teh celup


Teh celup yang dihasilkan dari sebuah industri harus sesuai dengan standar yang telah
ditentukan untuk memastikan bahwa teh celup yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi oleh
konsumen. Berikut merupakan tabel syarat mutu teh hitam celup menurut SNI 3753:2014.
Tabel 2. Syarat Mutu Teh Hitam Celup SNI 3753:2014.
No. Kriteria uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan air seduhan
1.1 Warna - Merah kecoklatan
1.2 Bau - Khas teh
1.3 Rasa - Khas teh
2 Kadar air %, b/b Min. 10
3 Kadar abu total %, b/b 4-8
4 Kadar abu larut dalam air terhadap abu %, b/b Min. 45
total
5 Kadar abu tak larut dalam asam %, b/b Maks 1,0
6 Kealkalian abu larut dalam air %, b/b 1,0-3,0
7 Serat kasar %, b/b Maks. 16,5
8 Ekstrak dalam air %, b/b Min. 32
9 Polifenol % Min. 9
10 Cemaran logam mg/kg
10.1 Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,2
10.2 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2,0
10.3 Timah (Sn) mg/kg Maks 40,0
10.4 Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,03
11 Cemaran Arsen (As) mg/kg Maks. 1,0
12 Cemaran mikroba
12.1 Angka lempeng total koloni/g Maks. 3 x 103
12.2 Kapang koloni/g Maks. 5 x 102
Sumber : SNI 3753:2014
2.3 Diagram Alir Input-Output

Uap air Uap air

Pelayuan CTC (Crushing,


Teh segar 0
(22 C,12-18 jam) Tearing, Curling)

Uap air

Pengeringan
o
Udara masuk 110-120 C
o Bubuk teh
udara keluar 85-90 C, 18-24
Fermentasi menit kering

Proses pengolahan teh hitam celuk meliputi pelayuan, penggilingan (CTC),


fermentasi, pengeringan. Berikut merupakan neraca massa per proses produksi teh hitam
celup. Komponen gizi pada teh diasumsikan tetap atau tidak ada yang berkurang selain air.
Tabel 3. Komponen kimia daun teh hijau segar
Bahan Komponen Gizi Jumlah (%) Gram bahan
2.500.000 g Air 22 550.000
Protein 16 400.000
Lemak 8,0 200.000
Klorofil dan pigmen 1,5 37.500
Pektin 4,0 100.000
Pati 0,5 12.500
Polifenol 30 750.000
Kafein 4 100.000
Gum dan Gula 3 75.000
Asam amino 7 175.000
Mineral (abu) 4 100.000
Total 2.500.000
Sumber : Direktorat Gizi Departemen kesehatan RI, 1996.
Perhitungan total masing-masing komponen pada 2.500.000 gram bahan
22
Air = 100 x 2.500.000 = 550.000 g
16
Protein = 100 x 2.500.000 = 400.000
8
Lemak = 100 x 2.500.000 = 200.000
1,5
Klorofil dan Pigmen = 100 x 2.500.000 = 37.500
4
Pektin = 100 x 2.500.000 = 100.000
0,5
Pati = x 2.500.000 = 12.500
100
30
Polifenol = 100 x 2.500.000 = 750.000
4
Kafein = 100 x 2.500.000 = 100.000
3
Gum dan gula = 100 x 2.500.000 = 75.000
7
Asam amino = 100 x 2.500.000 = 175.000
4
Mineral (abu) = 100 x 2.500.000 = 100.000

Neraca massa pada proses pelayuan

(B) Uap air 6% dari A

Teh segar (A) Pelayuan


0
(22 C,12-18 jam) Teh hasil pelayuan
2500.000 g (C)

Komponen masuk = komponen keluar

Teh segar 2.500.000 g = Uap air (6%) + teh hasil pelayuan (C)

Teh segar 2.500.000 g = (6% x 2.500.000 g) + teh hasil pelayuan (C)

C = 2.500.000 g – 150.000 g

C = 2.350.000 g
(B) Uap air 150.000 g

Teh segar (A) Pelayuan


0
(22 C,12-18 jam) (C) Teh hasil pelayuan
2500.000 g 2.350.000 g

-Komponen kimia daun teh setelah proses pelayuan

Komponen Masuk Komponen Keluar


Air 550.000 Air 400.000
Protein 400.000 Protein 400.000
Lemak 200.000 Lemak 200.000
Klorofil dan Klorofil dan
37.500 37.500
pigmen pigmen
Pektin 100.000 Pektin 100.000
Pati 12.500 Pati 12.500
Polifenol 750.000 Polifenol 750.000
Kafein 100.000 Kafein 100.000
Gum dan Gula 75.000 Gum dan Gula 75.000
Asam amino 175.000 Asam amino 175.000
Mineral (abu) 100.000 Mineral (abu) 100.000
Total 2.500.000
2.350.000
Neraca massa pada proses penggilingan

(D) Uap air 2% dari C

Teh layu (C) CTC (Crushing,


Tearing, Curling) Bubuk teh basah
2.350.000 g (E)

Teh layu 2.350.000 g = Uap air (2%) + Bubuk teh basah (E)

Teh layu 2.350.000 g = (2% x 2.350.000 g) + Bubuk teh basah (E)

E = 2.350.000 g – 47.000 g

E = 2.303.000 g
(D) Uap air 47.000

Teh layu (C) CTC (Crushing,


Tearing, Curling) Bubuk teh basah
2.350.000 g (E) 2.303.000g

Komponen Masuk Komponen Gram bahan


Air 400.000 Air 353.000
Protein 400.000 Protein 400.000
Lemak 200.000 Lemak 200.000
Klorofil dan pigmen 37.500 Klorofil dan pigmen 37.500
Pektin 100.000 Pektin 100.000
Pati 12.500 Pati 12.500
Polifenol 750.000 Polifenol 750.000
Kafein 100.000 Kafein 100.000
Gum dan Gula 75.000 Gum dan Gula 75.000
Asam amino 175.000 Asam amino 175.000
Mineral (abu) 100.000 Mineral (abu) 100.000
Total 2.350.000 2.303.000
Neraca massa pada proses fermentasi

(E) Bubuk teh


basah Fermentasi (F) Bubuk teh basah
2.303.000g 2.303.000g

Komponen Masuk Komponen Gram bahan


Air 353.000 Air 353.000
Protein 400.000 Protein 400.000
Lemak 200.000 Lemak 200.000
Klorofil dan pigmen 37.500 Klorofil dan pigmen 37.500
Pektin 100.000 Pektin 100.000
Pati 12.500 Pati 12.500
Polifenol 750.000 Polifenol 750.000
Kafein 100.000 Kafein 100.000
Gum dan Gula 75.000 Gum dan Gula 75.000
Asam amino 175.000 Asam amino 175.000
Mineral (abu) 100.000 Mineral (abu) 100.000
Total 2.303.000 2.303.000
(Diasumsikan pada proses fermentasi tidak ada komponen gizi yang hilang)
-Neraca massa pada proses pengeringan

(I) Uap air 5% dari (H)

Pengeringan
o
Udara masuk 110-120 C, Bubuk teh
Bubuk teh basah o
udara keluar 85-90 C, 18-24 me kering
2.303.000g (H) nit
(J)

Bubuk teh basah 2.303.000 g = Uap air (5%) + Bubuk teh kering (J)

Bubuk teh basah 2.303.000 g = (5% x 2.303.000 g) + Bubuk teh kering (J)

J = 2.303.000 g – 115.150 g

J (bubuk teh kering) = 2.187.850 g

Uap air (I) 115.150

Pengeringan
o
Udara masuk 110-120 C,
Bubuk teh basah o Bubuk teh kering
udara keluar 85-90 C, 18-24 me
2.303.000g (H) nit 2.187.850 (J)

Komponen Masuk Komponen Gram bahan


Air 353.000 Air 237.850
Protein 400.000 Protein 400.000
Lemak 200.000 Lemak 200.000
Klorofil dan pigmen 37.500 Klorofil dan pigmen 37.500
Pektin 100.000 Pektin 100.000
Pati 12.500 Pati 12.500
Polifenol 750.000 Polifenol 750.000
Kafein 100.000 Kafein 100.000
Gum dan Gula 75.000 Gum dan Gula 75.000
Asam amino 175.000 Asam amino 175.000
Mineral (abu) 100.000 Mineral (abu) 100.000
Total Keluar 2.303.000 2.187.850
237.850
Kadar air akhir produk teh kering untuk teh celeup yaitu 2.187.850 x 100% = 10,87%
2.4 Peralatan Pada Industri Pengolahan Teh Celup
Alat dan mesin digunakan untuk membantu atau meringankan beban kerja manusia. Alat
dan mesin merupakan sarana utama yang mutlak dibutuhkan dalam suatu proses produksi.
Hal tersebut dapat terjadi karena sumber daya manusia mempunyai sifat yang terbatas dalam
energi dan kemampuannya. Dengan adanya alat dan mesin, kapasitas kerja dapat ditingkatkan
sehingga target produksi dapat tercapai dan memudahkan pekerjaan yang dilakukan. Alat-alat
yang digunakan adalah:
1. Rak penampungan (sebelum proses pelayuan daun teh)
Bahan baku pembuatan teh celup adalah pucuk segar tanaman teh. Kualitas pucuk teh
ditentukan oleh kondisi fisik dan kandungan zat kimia pucuk teh. Spesifikasi bahan yang
diolah diupayakan berkualitas tinggi dengan ciri-ciri bahan dasar daun muda yang utuh, segar
dan berwarna hijau. Pucuk teh diangkut ke pabrik menggunakan truk dan penerimaan pucuk
yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu pagi dan sore. Penerimaan pertama dilakukan pada
pukul 10.30-12.30 WIB sebanyak 8 truk sedangkan penerimaan kedua pada pukul 14.30-
16.30 WIB sebanyak 8 truk. Setiba di pabrik pucuk teh ditimbang kembali. Tujuan dilakukan
penimbangan kembali di pabrik adalah
a. Mengetahui ketepatan penimbangan di kebun (cros check).
b. Mengetahui jumlah pucuk daun yang akan diisikan pada Withering Trough sesuai
dengan kapasitasnya.
c. Mengetahui produk pucuk teh yang diolah setiap hari.
Setelah dilakukan penimbangan bahan baku maka dilakukan analisa pucuk. Analisa pucuk
bertujuan untuk mengetahui prosentase keadaan pucuk dan mengidentifikasi jumlah
kerusakan pada pucuk. Keadaan pucuk diidentifikasi jumlah pucuk halus dan kasarnya. Hasil
prosentase pucuk halus dan pucuk kasar dapat digunakan untuk mengetahui prosentase
kualitas produk akhir, seperti jumlah grade pertama dan grade kedua. Selain itu, analisa pucuk
juga digunakan untuk memantau kinerja mandor. Hasil analisa pucuk tiap mandor akan
diserahkan ke bagian kebun untuk kemudian dievaluasi.

2. Monorail
Monorail adalah alat untuk mengangkut pucuk segar dari truk ke palung pelayuan
maupun untuk mengangkut pucuk layu menuju ruang penggilingan (untuk turun layu).
Monorail di ruang pelayuan dibedakan menjadi dua warna. Warna biru untuk mengangkut
pucuk segar dari truk ke palung pelayuan, sedangkan warna kuning untuk mengangkut pucuk
layu menuju ruang penggilingan.
Spesifikasi :
- Merk : Bina Teknik
- Jumlah kursi : 76 buah
- Kecepatan : 18 menit/putaran
- Kapasitas tiap kursi : 50 kg

Gambar 3 . Monorail
3. Heat Exchanger
Heat exchanger merupakan alat untuk menghasilkan udara panas yang akan digunakan
untuk menurunkan kadar air pada pucuk segar. Bahan bakar yang digunakan adalah IDO
(Internasional Diesel Oil). Prinsip kerja alat ini adalah pembakaran bahan bakar (IDO)
dengan burner yang akan menghasilkan panas yang akan mengenai plat-plat di ruang
pembakaran. Kemudian energi panas akan memanaskan udara di dalamnya. Udara panas ini
dihisap oleh kipas dan dialirkan menuju palung pelayuan.

Gambar 4 . Heat Exchanger


Heat exchanger berfungsi sebagai sumber udara panas yang diperlukan untuk proses
pelayuan. Pemakaian heat exchanger (HE) apabila selisih dw/db ≤4°C. Jika selisihnya
lebih besar dari 4 maka heat exchanger tidak digunakan. Di perusahaan ini mempunyai 2
unit mesin heat exchanger.
Tabel 4. Spesifikasi Heat Exchanger
Keterangan Spesifikasi
Pabrik pembuat Fa. TEHA Bandung Indonesia
Merk/Tipe TEHA
Tahun pembuatan 1987
Bahan bakar Solar
Jumlah 2 unit

4. Ruang pelayuan
Palung pelayuan adalah bak penampung pucuk segar yang akan dilayukan. Palung
pelayuan dilengkapi dengan beberapa komponen, yaitu :
- Leaf bed, untuk menghamparkan pucuk segar yang akan dilayukan terbuat dari wold
net dan nilon net agar udara dari bawah palung dapat menembus ke pucuk yang
dihamparkan di atasnya dan daun teh tidak jatuh ke bawah.
- Pipa pengirim (Transmission Duct), merupakan penghubung palung dengan kipas unit
angin.
- Unit kipas angin, terdiri dari elmot, kipas dan rumah kipas yang berbentuk bundar.
Fan ini berfungsi sebagai penarik udara yang kemudian dihembuskan ke palung. Fan
ini mempunyai kecepatan 1500 rpm.
- Tempat tehrmometer, merupakan tempat untuk meletakkan tehrmometer di tengah-
tengah palung pelayuan.
Whitering Through di ruang pelayuan berjumlah 46 unit. Akan tetapi yang bekerja
sejumlah 44 unit. Setiap WT mempunyai CFM (Cubic Feed per Minute) yang berbeda,
besarnya CFM berkisar antara 22.000– 28.000 CFM. Perbedaan besar CFM ini tergantung
besar daya (KW) fan setiap WT (semakin besar KW fan, maka semakin besar CFM).
Prinsip kerja alat ini adalah menurunkan kadar air pucuk segar sampai kadar air yang
ditentukan. Udara panas bercampur dengan udara segar di sekitar WT. Udara campuran ini
dihembuskan ke dalam WT dengan penghembus udara yang digerakkan oleh electromotor.
Pada proses pelayuan pucuk CTC hanya menggunakan udara segar saja.
Tabel 5. Spesifikasi Withering Trough
Merk Keterangan Spesifikasi
Fa. Teha Jumlah 10 unit
(Bandung Indonesia) Kapasitas 1800 kg
Kecepatan aliran
38000 cfm
Eletromotor
 Tegangan 220 volt
 Kuat arus 25 Ampere
 Daya 10 HP
 Putaran 950 rpm
Jumlah 4 unit
Kapasitas 1000 kg
Kecepatan aliran
24000 cfm
Sirocco Elektromotor
(India)  Tegangan 220 volt
 Kuat arus 8,2 Ampere
 Daya 5 HP
 Putaran 400 rpm

Gambar 6. Withering Trough


5. Conveyor
Konveyor berguna untuk memindahkan bubuk teh secara kontinyu dari mesin satu ke
mesin yang lain dengan jumlah bahan relatif tetap karena konveyor dilengkapi dengan
pengatur ketebalan.
Gambar 7.Conveyor
- Jumlah : 1 (satu) unit
- Kecepatan conveyor : 1,25 – 2,0 m/s
- Lebar belt : 1 ft
- Kapasitas : 25.000 – 60.000 kg/jam
- Daya : 2,2 kW
- Penggerak : Motor listrik 5 HP ( Diesel 8 PK ) + Gearbox

6. Green Leaf Shifer (GLS)


Green Leaf Shifer (GLS) berfungsi untuk memisahkan benda-benda asing dengan pucuk
layu yang siap digiling, antara lain logam, pasir atau ranting. Prinsip kerja GLS adalah
pemisahkan kotoran dari pucuk layu akibat gerakan ayakan yang maju mundur. Kotoran
terlempar dan ditampung dalam baki. Getaran terjadi karena perputaran engkol yang
digerakkan oleh electromotor. Kotoran harus dihilangkan agar tidak merusak roll CTC, karena
roll CTC cepat rusak oleh kotoran yang terbawa oleh pucuk. Dalam ayakan terdapat magnet
yang berfungsi untuk menangkap kotoran berupa logam.
Spesifikasi mesin GLS :
- Merk : Teha single Action
- Lebar : 0,9 m
- Kapasitas : 1200 kg
- Daya tampung : 200-300 kg
- Panjang : 2,5 m
- Daya : 1,1 kwh
- Tinggi :2m
Gambar 8. Green Leaf Shifer (GLS)

7. Crushing, Tearing, Curing (CTC)


Crushing, Tearing, Curing (CTC) merupakan alat yang digunakan untuk memotong
pucuk layu menjadi bagian yang ukurannya lebih kecil. Prinsip kerja alat ini adalah pucuk
layu dibawa ulir menuju vanes, pucuk layu bergerak maju. Karena di pinggir RV terdapat
resistor, maka pucuk yang bergerak maju tergencet oleh resistor. Terdapat vanes yang arahnya
berlawanan (review vanes) yang menyebabkan pucuk kembali ke belakang dan tergencet lagi
sehingga ukurannya lebih halus, dan bisa lolos celah antara end plate.

Spesifikasi rotorvane:

- Panjang : 2,63 m
- Merk : Renold
- Lebar : 1,02 m
- Kapasitas : 800 kg
- Tinggi : 2,4 m
- Diameter : 15 inch
- Sifat : tetap
- Kecepatan konveyor : 29,38 m/s ; panjang konveyor 3,06 m dan lebar 0,75m.
- Electromotor : rpm 49, daya 15 kwh, v 220/380
Gambar 9. Crushing, Tearing, Curing (CTC)
8. Continous Fermenting Unit (CFU)
Continous Fermenting Unit (CFU) adalah tempat bubuk teh basah yang sedang
difermentasi. CFU berupa tray (terdiri atas trace-trace) berjalan yang kecepatannya diatur
sehingga bubuk teh basah teroksidasi sempurna. Jumlah trace pada tray fermentasi pada CFU
adalah 468 buah. Setiap trace memiliki lebar 10 cm dan panjang 180 cm. Trace harus
berlubang agar dapat ditembus oleh udara dari bawahnya sehingga bubuk dapat terfermentasi
dengan baik. Di CFU terdapat garu dan pembalik. Kecepatan pembalik dan garu adalah 15 –
30 rpm. Prinsip kerja CFU adalah bubuk teh basah diberi kesempatan untuk bereaksi dengan
oksigen sampai terjadi oksidasi enzimatis. Bubuk basah terhampar di tray berjalan dengan
ketebalan 6 – 10 cm. Proses berakhir dan dihasilkan warna bubuk yang kecoklatan. Waktu
yang dibutuhkan sampai fermentasi selesai adalah 60 – 120 menit.
Spesifikasi CFU:
- Merk : Teha Single Oction
- Lebar : 2,1 m
- Kapasitas : 1000 kg
- Tinggi : t1: 0,5m dan t2: 2,7 m
- Jumlah : 2 unit
- Spider : 70 rpm
- Panjang : 20,4 m
- spiral : 70 rpm
Gambar 10. Continous Fermenting Unit (CFU)
9. Heat Exchanger (untuk pengeringan)
Heat exchanger biasanya digunakan sebagai alat untuk pengering pada proses
pengeringan teh. Fungsi heat exchanger pada proses pengeringan yaitu sebagai sumber panas
untuk udara yang digunakan pada proses pengeringan bubuk teh dari fermentasi dan
menguapkan air sehingga diperoleh hasil bubuk kering.
Spesifikasi :
1. Elektromotor kompor
- Daya : 2 Hp
- Tegangan : 220/380 Volt
- Kuat arus : 6,7-3,9 A
- Putaran : 1000 rpm
2. Elektromotordouble main fan
- Daya : 2 Hp
- Tegangan : 220/380 Volt
- Kuat arus : 18-20 A
- Putaran : 1000 rpm

10. Driyer Conveyor


Mesin Pengering (Dryer Conveyor) berfungsi untuk menghentikan proses fermentasi dan
untuk menurunkan kadar air dalam bubuk teh.
Tabel 6. Spesifikasi Mesin Pengering (Dryer Conveyor)
Keterangan
Spesifikasi
Pengeringan I Pengeringan II
ANDREW YULE & MARSHAL,
Pabrik pembuat
CO. LTD INDIA ENGLAND
Merk Sirocco Marshall
Tahun pembuatan 1978 1965
Kapasitas 200 kg/jam 200 kg/jam
Tahun 1989 Tahun 1990
Keterangan dimodifikasi oleh Fa. dimodifikasi oleh Fa.
TEHA TEHA
Elektromotor
 Merk INDUCTION INDUCTION
 Daya MOTOR MOTOR
 Putaran 3 HP 1 HP
 Tegangan 1400 rpm 1410 rpm
Dapur api 220/380 volt
 Merk WEISHAUPT L5Z WESHAUPT L2Z
 Daya 1,4 kw 1,4 kw
 Tegangan 220/380 volt 220/380 volt
 Bahan bakar Solar Solar

Gambar 11. Mesin Pengering (Dryer Conveyor)


11. Hopper
Alat ini adalah penampung sementara bubuk teh yang berasal dari pengeringan yang akan
disortasi. Hooper berbentuk seperti tabung besar yang bagian bawahnya berbentuk kerucut
yang berfungsi sebagai corong pengeluaran.
Spesifikasi :
- Jumlah : 4 unit
- Kapasitas : 1,2 ton
- Diameter : 1,55 m
- Tinggi : 1,92 m

Gambar 12. Hopper

12. Vibro extractor


Vibro ekstractor merupakan alat yang fungsinya sama dengan middleton, yaitu
memisahkan bubuk dari kotoran (serat atau tulang). Prinsip kerja vibrek, yaitu rol vibro akan
menggerakkan teh melewati silinder porselin yang berputar. Silinder porselin secara
elektrostatis akan menarik bagian teh yang berwarna merah, yaitu serat atau tangkai teh
(terdapat pada daun teh yang tua). Bubuk teh yang berwarna hitam akan lolos dari vibrek,
sedangkan tangkai dan serat akan tertarik oleh silinder porselin dan akan terpisah dari bubuk
teh hitam.
Spesifikasi alat :
- Merk : PJS
- Lebar : 45 inch
- Kapasitas : 400 kg
- Tinggi : 60 m
- Panjang : 14 feet

Gambar 13. Vibro Ekstractor


13. Vibro sparator
Vibro separator digunakan untuk memisahkan bubuk teh mutu III dari winnower. Prinsip
kerja alat berdasarkan berat jenis dan ukuran partikel. Bubuk teh yang tidak lolos ayakan
(mesh 24 dan mesh 30) akan keluar melalui corong pengeluaran dan ditampung dengan 2
tong. Sedangkan bubuk teh yang lolos ayakan (mesh 40) ditampung di 1 tong.
Spesifikasi
- Merk : 1200-20 MKS
- Tinggi : 1,4 m
- Kapasitas : 50 kg
- Tinggi dari tanah : 0,4 m
- Type : 180-Z
- Tinggi isian : 0,47 m
- Diameter : 1,2 m
- Sifat : tetap
- Elektromotor :
- Rpm : 1440
- Daya : 22 Kw
- Tegangan : 220 V

Gambar 14. Vibro Sparator

14. Tea bin


Tea bin berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sebelum dilakukan
pengepakan. Pada bagian dalam tea bin dilapisi dengan seng untuk mencegah terjadinya
kenaikan kadar air pada bubuk teh. Bagian dasar dari tea bin dibuat miring. Hal ini bertujuan
untuk mempermudah pengeluaran. Pemasukan bubuk teh dilakukan lewat pintu atas.
Tea bin merupakan penampung sementara bubuk teh yang akan dilakukan pengepakan
setelah dari sortasi kering. Tea bin berbentuk seperti Hooper (silinder) dengan corong
pengeluaran di bagian bawahnya yang berbentuk kerucut.
Spesifikasi :
- Jumlah : 13
- Diameter atas : 1,94 m
- Kapasitas : 2500
- Diameter pengeluaran teh : 0,40 m
- Tinggi : 2,91m

Gambar 15. Tea Bin


15. Packaging
Tea packer berfungsi untuk pengemasan dengan memasukkan bubuk teh yang berasal
dari tea bulker ke dalam tea bag dengan kepadatan merata sesuai dengan yang diinginkan.
Spesifikasi :
- Model : MSP-TB-30+label
- Bag size : 65 x 54 mm
- Tag size : 25 x 48 mm
- Total power : 1 hp/220 v
- Temperature control : 0-40°C
- Sealter heating : 4 x 300 w
- Machine speed (bag/minutes) : 300-4-
- Machine size : 800 x 1000 x 2200
- Weight : 280 kg
Gambar 16. Tea Packer (dengan tea bag)

16. Rak penyimpanan (produk teh celup)


Penyimpanan merupakan upaya pengadaan produk teh agar memudahkan dalam
pengiriman produk serta menjaga mutu produk yang telah dikemas agar tidak terjadi kenaikan
kadar air dalam proses penyimpanan karena sifat teh yang higroskopis. Tujuan pengemasan
yaitu :
a. Melindungi produk dari kerusakan
b. Memudahkan transportasi dari produsen ke konsumen
c. Efisien dalam penyimpanannya dalam gudang
d. Dapat menjadi alat promosi
Produk yang sudah dikemas dapat ditumpuk berjajar 2 pada pallet dengan 10 tumpukan
per pallet sesuai dengan standar yang disesuaikan dengan ketinggian container yang
digunakan untuk pengiriman teh. Setiap kemasan tercantum nomor chop yang sesuai urut
dengan catatan pembelian yang diperintahkan dari kantor pusat. Setiap chop terdiri atas 2
pallet dengan jenis teh sama maka untuk tiap satu chop terdiri dari 40 kemasan.
BAB 3. KESIMPULAN

Pada industri teh celup ini merupakan perusahaan modern yang memiliki peralatan
canggih dengan bahan baku pengolahan yang baik serta menghasilkan produk yang sesuai
dengan persyaratan mutu SNI. Pada pembuatan teh celup, tahapan prosesnya meliputi dari
pemetikan, pelayuan, penggilingan, fermentasi, pengeringan, penyimpanan sementara, hingga
pengepekan yang menjadi produk telah siap di pasarkan. Industri teh celup memiliki unit
penunjang untuk menjalankan proses produksinya yaitu listrik dan bahan bakar, serta dalam
industri teh celup juga memiliki hasil akhir buangan yang dapat diolah kembali seperti limbah
padat menjadi kompos dan ampas teh menjadi pakan ternak.
DAFTAR PUSTAKA

Danamurti, Roselina. 2009. Teh. Yogyakarta: Jogja Great Publisher.


Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1996. Daftar Komposisi Zat Gizi. Pangan
Indonesia.Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Mangan, Y. 2003. Cara Bijak Menaklukan Kanker. Jakarta: Agromedia.


Spillane, J. J. 1992. Komoditas Teh Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Standar Nasional Indonesia 3753:2014. 2014. Teh Hitam Celup. Jakarta: Badan Standar
Nasional.
Standar Nasional Indonesia 3836:2013. 2013. Teh Kering. Jakarta: Badan Standar Nasional.

Anda mungkin juga menyukai