Anda di halaman 1dari 11

Makalah Al Islam Dan Kemuhammadiyahan AIK 4

Dosen Pengampu Bpk. Dede Asikin Noer, S. Ag

Pertemuan 13

Dakwah Bil Hal Dalam Pengobatan

Disusun oleh

 Fernando Dony Marantika (17.0602.0015)


 Muhamad Hafid Naufal Majid (17.0602.0016)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2019
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayat, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Dakwah Bil Hal Dalam Pengobatan ini.

Makalah ini kami susun sebaik mungkin dan dengan bantuan berbagai pihak sehingga
kami dapat menyelesaikannya. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terhadap
pembaca.

Magelang, 17 April 2019

Penyusun
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakan....................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................
C. Tujuan................................................................................................................

BAB II

PEMBAHASAN

1. Setiap Muslim Adalah Da’i..............................................................................


2. Profesi Bidang Farmasi Adalah Dakwah..........................................................
3. Ayat Dan Hadis Yang Relevan Dengan Dakwah Bil Hal.................................

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan........................................................................................................

Daftar Pustaka....................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dakwah merupakan kewajiban unut Islam, lebih-lebih mereka yang telah
memiliki pengetahuan agama Islam, menurut batas kemampuan masing-masing.
Dakwah adalah upaya menyampaikan ajaran agama Islam oleh seseorang/kelompok
orang kepada seseorang atau sekelompok orang agar mereka meyakini/memahami
dan mengamalkan ajaran Islam dengan benar. Jadi dalam dakwah yang menjadi
tujuan adalah perubahan keyakinan, pengetahuan dan perilaku sasaran dakwah yang
sesuai dengan ajaran
Merujuk kepada apa yang dilakukan Rasulullah, upaya penyampaian ajaran
Islam (dakwah) dapat dilakukan dengan 3 .(tiga) pendekatan, yaitu lisan, tulisan dan
perbuatan. Bahkan perilaku beliau pun merupakan dakwah. Pendekatan Lisan (bil-
Lisan) adalah upaya dakwah yang mengutamakan pada kemampuan lisan. Pendekatan
Tulisan (bil-risalah) adalah dakwah yang dilakukan dengan melalui tulisan baik
berupa buku, brosur, maupun media elektronik. Sedang pendekatan perbuatan
(dakwah bil-hal) yakni kegiatan dakwah yang mengutamakan kernarnpuan kreativitas
perilaku da'i secara luas atau yang dikenal dengan action apprœzch atau perbuatan
nyata. Misal menyantuni fakir-miskin, menciptakan lapangan pekerjaan, memberikan
ketrampilan dan sebagainya.
Selma ini dakwah lebih banyak dilakukan dengan pendekatan lisan yang lebih
banyak menyentuh aspek kognisi. Dakwah lisan yang banyak dilakukan lebih
mementingkan tampilan lahir yang berkesan murah meriah dan tidak pernah
dipikirkan apa tindak lanjutnya. Untuk era reformasi seperti sekarang ini perlu
dipikirkan format dakwah yang berkesinambungan dan terukur
Dakwah bil-hal dalam hal ini sama sekali bukan tandingan dakwah billisan. Tetapi
justeru antara satu dengan yang Iain Saling melengkapi, karena tidak ada satu
aktivitas atau amal senyata apapun yang tidak membutuhkan campur tangan lisan dan
bahkan banyak masalah dakwah yang pemecahannya membutuhkan dua pendekatan
tersebut.
Sejalan dengan perubahan sosial di era reformasi yang sedang langsung, di
mana terkadang ucapan Lisan tidak lebih sekedar lipstick hiasan bibir yang tidak ada
bukti nyatanya, maka dalam rangka mengiringi proses reformasi dakwah harus
dilakukan dengan contoh teladan yang baik. Hal ini perlu agar dakwah memiliki
Peran yang berarti supaya tidak hanya melalui lisan yang lebih menyentuh aspek
kognitif dan kurang mendalam, tetapi diikuti juga dengan amal nyata yang
menekankan pada sikap perilaku afektif. Artinya agar seruan-seruan dakwah mela]ui
lisan juga diimbangi dengan amal nyata yang dapat dilihat secara empiris yang
mampu menggerakkan kesadaran sasaran dakwah. Untuk itu perlu dipikirkan
bagaimana format dakwah bil-hal yang dapat menjawab persoalan tersebut
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dakwak Bil Hal
2. Contoh Ayat Dan Hadis Yang Relevan Dengan Dakwah Bil Hal
3. Dakwah Bil Hal Dalam Farmasi
C. Tujuan
1. Menjelaskan Dakwah Bil Hal
2. Menjelaskan Dakwah Bil Hal Dalam Farmasi
3. Memberi Contoh Ayat dan Hadis yang Relevan Dengan Dakwah Bil Hal
D. Manfaat
Manfaat penyusunan makalah ini yaitu agar dapat menambah dan memperluas
wawasan penyusun dan pembaca mengenai Dakwah Bil Hal Dalam Pengobatan
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Dakwah Bil Hal


Ditinjau dari etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab,
yaitu da’a-yad’u-da’watan, artinya mengajak, menyeru, memanggil. Menurut
M.Natsir dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada
perorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi Islam tentang pandangan dan
tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputi al-amar bi al-ma’ruf an-nahyu
an al-munkar dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan
membimbing pengalamannya dalam perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan
bernegara.
Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan, bahwa dakwah adalah
mengajak manusia secara terbuka kepada Islam serta mengajak kepada yang makruf
dan mencegah dari yang munkar. Sedangkan Dakwah bil hal adalah bentuk ajakan
kepada Islam dalam bentuk amal, kerja nyata, baik yang sifatnya seperti mendirikan
lembaga pendidikan Islam, kerja bakti, mendirikan bangunan keagamaan,
penyantunan masyarakat secara ekonomis, kesehatan atau bahkan acra-acra hiburan
keagamaan
Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap
kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i [pelaku dakwah], mad’u [mitra
dakwah], maddah [materi dakwah], wasilah [media dakwah], thariqah [metode], dan
atsar [efek dakwah].
a. Da’i [pelaku dakwah]
Da‟i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan,
maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat
organisasi/lembaga. Nasarudin Lathief mendefinisikan bahwa dai adalah
muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok
bagi tugas ulama. Ahli dakwah adalah wa’ad, mubaligh mustama’in [juru
penerang] yang menyeru, mengajak, memberi pengajaran, dan pelajaran
agama islam.

b. Mad’u [penerima dakwah]


Mad‟u, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia
penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik
manusia yang beragama Islam maupun tidak; atau dengan kata lain, manusia
secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah
bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam; sedangkan
kepada orang-orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan
meningkatkan kualitas iman, Islam, dan ihsan. Muhammad Abdul membagi
mad’u menjadi tiga golongan, yaitu:
1) Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir
secara kritis, dan cepat menangkap persoalan.
2) Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir
secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap
pengertian-pengertian yang tinggi.
3) Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka
senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja, dan
tidak mampu membahasnya secara mendalam.

c. Maddah [Materi] Dakwah


Maddah dakwah yang dimaksud adalah isi pesan atau materi yang
disampaikan da’i kepada mad’u. Sumber materi dakwah ini adalah Al-
Qur‟an dan Hadist (sebagai sumber rujukan utama) dan sejarah Islam. Dalam
hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam
itu sendiri yang dapat dikelompokkan dalam garis besar akidah (keimanan),
syari‟ah dan akhlak.
Aspek ajaran Islam tentang akidah pada intinya mengandung keyakinan
terhadap ke-Esaan Allah dan hari akherat. Tauhid sebagai bagian mendasar
dari iman, dalam kehidupan nyata akan mengiplementasikan pembebasan
manusia dari bentuk perbudakan dan penyembahan selain terhadap Allah.
Hukum atau syari‟at merupakan cerminan suatu ummat, dan syari‟at
akan menjadi kekuatan peradaban ummat itu sendiri. Materi dakwah yang
bersifat syari‟ah sangat luas dan bersifat universal, yang menjelaskan hakhak
muslim dan non muslim, bahkan menyangkut seluruh aspek yang ada dibumi.
Materi dakwah tentang akhlak diarahkan untuk penyempurnaan dan
menentukan baik dan buruknya perbuatan dengan standar ukur normanorma
Islam. Luasnya cakupan kajian akhlak ini sama luasnya dengan prilaku
manusia itu sendiri. Ketiga unsur materi menjadi pijakan sebagai bahan dalam
menyampaikan pesan-pesan dakwah, serta dapat dikembangkan lebih luas dan
rinci menurut kemampuan reinterpretasi masing-masing pelaku dakwah.

d. Wasillah [Media] Dakwah


Wasilah [media] dakwah adalah alat yang digunakan untuk
menyampaikan materi dakwah [ajaran Islam] kepada mad’u. Untuk
menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan
berbagai wasilah. Hamzah Ya‟qub membagi wasilah dakwah menjadi
lima macam, yaitu: lisan, tulisan,lukisan, audiovisual, dan akhlak.
1) Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan
lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk
pidato,ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.
2) Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat
kabar, surat-menyurat [korespon-densi], spanduk, dan sebagainya.
3) Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan
sebagainya.
4) Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indra
pendengaran, penglihatan atau kedua-duanya, seperti televisi, film
slide, OHP, Internet, dan sebagainya.
5) Akhlak, yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang
mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan
didengarkan oleh mad’u.

e. Thariqah [Metode] Dakwah


Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian
“Suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk
mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia”.
Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk
menyampaikan ajaran materi dakwah Islam. Dalam menyampaikan suatu
pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, karena suatu pesan
walaupun baik, tetapi disampaikan lewat metode yang tidak benar, maka pesan
itu bisa saja ditolak oleh si penerima pesan

f. Atsar [Efek] Dakwah


Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi.
Artinya, jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da‟i dengan materi dakwah,
wasilah, dan thariqah tertentu, maka akan timbul respons dan efek [atsar] pada
mad’u [penerima dakwah].
Atsar [efek] sering disebut dengan feed back [umpan balik] dari proses
dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da‟i.
Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka
selesailah dakwah. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan
langkah-langkah dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis atsar dakwah, maka
kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan
dakwah akan terulang kembali.
Sebaliknya, dengan menganalisis atsar dakwah secara cermat dan
tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera diketahui untuk diadakan
penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya [corrective action].
Demikian juga strategi dakwah termasuk di dalam penentuan unsur-unsur
dakwah yang dianggap baik dapat ditingkatkan.

Dakwah Bil Hal merupakan kegiatan-kegiatan dakwah yang diarahkan


untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup umat, baik rohani
maupun jasmani. Dakwah bil hal adalah bentuk ajakan kepada Islam dalam
bentuk amal, kerja nyata, baik yang sifatnya seperti mendirikan lembaga
pendidikan Islam, kerja bakti, mendirikan bangunan keagamaan, penyantunan
masyarakat secara ekonomis, kesehatan atau bahkan acara-acara hiburan
keagamaan. Metode Dakwah Bil Hal adalah metode pemberdayaan
masyarakat, yaitu dakwah dengan upaya untuk membangun daya, dengan cara
mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya dengan dilandasi proses
kemandirian. Dakwah Bil Hal merupakan aktivitas dakwah Islam yang
dilakukan dengan tindakan nyata atau amal nyata terhadap kebutuhan
penerima dakwah, sehingga tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh penerima dakwah. Misalnya dakwah dengan membangun
rumah sakit untuk keperluan masyarakat sekitar yang membutuhkan
keberadaan rumah sakit.
Dari beberapa pengertian di atas metode dakwah bil hal adalah cara-
cara yang dilakukan seorang Da‟i dalam upaya melakukan tindakkan nyata
kepada Mad‟unya untuk kesejahteraan jasmani dan rohani.

2. Contoh Ayat Dan Hadis Yang Relevan Dengan Dakwah Bil Hal
Firmanr Allah SWT mengenai dakwah bil al tercamtum dalam surah an-Nisa:
75:
‫اء َو ْال ِو ْلدا َ ِن الهذِينَ يقَ ُو ُلونَ َر‬
ِ ‫س‬َ ‫الن‬
ِ ‫عفََ ينَ ِمنَ ال ِر َجا ِل َو‬ ِ ََ‫ْتض‬ ْ ‫سبيِ ِل هالل ََِّ َو ْال ُمس‬
َ ِ ‫َو َما لكُ ََ ْم لَََ تقُاَت ِل ُونَ في‬
‫يرا‬
ً ‫َص‬
ِ ‫نَُكَ ن‬ ْ َ‫هبنَا أ ْخََ ِرجْ نا َ ِم ْن َه ِذ ِه ْالقَ ْريةََِ ال هظا ِل ِم أهََْ لهََُ ا َواجْ عل ََْ لَنَا ِم ْن لَدنُ َْكَ َو ِليًّا َواجْ عَ ْل لنَا َ ِم ْن لد‬

“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang
yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa:
"Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya
dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi
Engkau!."

Sabda Rasulullah dalam sebuah hadits (Imam Muslim dan Abu Daud):
ِ‫هس عَ ْن ُمؤْ ِم ٍن ُك ْرب َةًَ ِم ْن ُك َرب‬ َ ‫يََ ِه َوسَلهم َ َم ْن ن َف‬ْ ‫ص لهى هاللََُّ عَل‬ َ ََّ ِ ‫سو ُل هالل‬ ُ ‫عَ ْن أبَي ِ ُه َر ْي َرةَ قا َ َل َقا َل َر‬
َ ‫الدن َْيا‬ ُّ ‫ي هس َر هاللََُّ عَ َل ْي ِه فِي‬ َ ‫ي هس َر عَ َلى ُمعْس ٍِر‬ َ ‫هس هاللََُّ عَ ْنهُ ُك ْربَ ًة ِم ْن ُك َربِ يَ ْو ِم ا ْل ِقيَا َم ِة َو َم ْن‬ َ ‫الدن َْيَا ن َف‬
ُّ
ُ‫عب َْ ِد َما َكانَ ا ْلع َ ْبد‬
َ ‫ال َْ ِخ َرةِ َو هاللََُّ في ِ عَ ْو ِن ا ْل‬ْ ‫الدن َْيَا َو‬
ُّ ‫ست َرََ ه ُ هاللََُّ فِي‬ َ ‫س ِل ًما‬ ْ ‫ال َْ ِخ َرةِ َو َم ْن سَت َرََ ُم‬ ْ ‫َو‬
‫ الحديث }رواه‬،‫في ِ عَ ْو ِن أخََِ ي ِه‬
(‫مسلم وأبو داود وغيرهما‬

"Dari Abi Hurairah berkata: Bersabda Rasulullah SAW.: Siapa melepaskan seorang
Mu’min dari problem dunia, maka Allah akan melepaskannya daripada kesusahan
pada hari kiamat; Siapa yang memudahkan kesulitan saudaranya, maka Allah akan
memudahkan baginya kehidupan di dunia dan di akhirat; Siapa yang menutupi aib
seorang muslim niscaya Allah menutupinya di dunia dan di akhirat, Allah selalu
menolong seorang hamba yang selalu menolong saudaranya"

3. Dakwah Bil Hal Dalam Farmasi


Jika dipahami secara mendalam dan dikaitkan dengan kondisi sekarang, bakat
bawaan seseorang yang didukung dengan situasi lingkungan dan dikembangkan
maka akan berubah menjadi kemampuan profesional. Jika dihubungkan dengan
dakwah bil-hal maka masing-masing muslim hendaknya berdakwah menurut
kemampuan dan prof esi mereka. Seperti dikatakan Muhammad Abu
Zahroh, sebagai contoh, seorang dokter berdakwah dengan keahliannya
(Zahroh, 129) dalam masalah pengobatan medis. Dalam ayat lain masih banyak yang
memberi kontribusi pelaksanaan dakwah bil-hal. Di samping ayat al-Qur'an dalam
hadits Rasulullah banyak yang memberikan dasar bagi dakwah bil-hal seperti hadits
di bawah ini :
ِ ‫يََ ِه َوسَلهم َ عَلىَ ا ِل َْ َْ ْس َل ِم َشيْئاً إ‬ ْ ‫صلهى هاللََُّ عَل‬ َ ََّ ِ ‫سو ُل هالل‬ ُ ‫عَ ْن ُموسَى ْب ِن أنَ ََ ٍس عَ ْن أبَي ِ ِه قا َ َل َما‬
ُ ‫سئِ َل َر‬
‫أسََ ِل ُموا فإ َ ه ِن‬ ْ ‫قوََ ِم ِه ف َقا َ َل يا َ َق ْو ِم‬ ْ ‫ه َل أعََْ َطاه ُ قا َ َل ف َجََ ا َءه ُ َر ُج ٌل فأَعََْ َطاه ُ غَنمًََ ا بيَ َْنَ َجب َل‬
ْ َ‫يََ ِن َف َر َج َع إ ِلى‬
{‫ُم َح همد ًا ي ْعَُ ِطي عَ َطا ًء لَََ يَ ْخشَى ا ْلفا َ َق َة }رواه مسلم‬
Dari Musa bin Anas, dari ayahnya (Anas r.a.) berkata: “Tidak pernah
Rasulullah SAW. dimintai sesuatu melainkan pasti ia memberikannya. Sungguh telah
datang seorang peminta kepadanya, maka diberinya kambing yang berada di antara
dua bukit, hingga ia kembali kepada kaumnya dan mengajak kaumnya: Hai kaumku
segeralah kamu masuk Islam, karena Muhammad memberi seperti pemberian orang
yang sama sekali tidak kuatir habis atau menjadi miskin”. (HR Muslim No. 2312)
Dari hadits di atas terlihat betapa gerakan dakwah Rasul mengembangkan isu
antara kelas masyarakat kuat dan masyarakat lemah, antara kaya dan miskin (yang
kaya membantu yang miskin) (Fakih 1987, 10). Itulah sebabnya mengapa pertanyaan
evaluatif pada sebuah ayat al-Qur'an tentang orang yang mendustakan agama simbol
yang diurai justru orang yang tidak mempunyai kepedulian sosial – “orang yang
mengabaikan anak yatim dan orang miskin”,(Al Qur’an Surah Al Ma’un Depag, 487)
sebagai satu contoh persoalan kehidupan sosial yang ada. Karena itu pula Rasulullah
selalu memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh seseorang sesuai dengan masalah
yang dihadapi oleh umatnya sekalipun masalah materi, dalam hal ini banyak hadits
memberikan petunjuk untuk melakukan dakwah bil-hal. Misalnya sebuah hadits yang
menyatakan, "Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah".
Maksud hadits di atas adalah orang yang memberi bantuan kepada orang lebih
baik dari pada menerima bantuan, ini dapat dipahami pemberian dapat berupa
materiil (bantuan materi maupun non materi yang berupa gagasan/ pemikiran)
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dakwah Bil Hal merupakan kegiatan-kegiatan dakwah yang diarahkan untuk


meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup umat, baik rohani maupun jasmani.
Dakwah bil hal adalah bentuk ajakan kepada Islam dalam bentuk amal, kerja nyata, baik yang
sifatnya seperti mendirikan lembaga pendidikan Islam, kerja bakti, mendirikan bangunan
keagamaan, penyantunan masyarakat secara ekonomis, kesehatan atau bahkan acara-acara
hiburan keagamaan. Akar normatif konsep dakwah bil hal cukup kuat tergambar dalam al-
Quran dan Hadis yang harus diinterpretasikan dalam pemikiran-pemikiran yang dapat
dipahami secara akademis keilmuan dan praktis empiris

Daftar Pustaka

 Junaidi. 2018. Inplomentasi Dakwah Bil Hal Dewan Pengurus Cabang Partai
Keadilan Sejahtera Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung. Skripsi.
Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung
 Swisyanto. 2002. Dakwah Bil Hal (Suatu Upaya MenumbuhkanKesadaran Dan
Mengembangkan Kemampuan Jamaah). Jurdal Aplikasi Ilmu Ilmu Agama. Vol 3.
(182-192)..
 Sakir Akmad. 2015. Dakwah Bil Hal Prospek Dan Tantangan Dai. Jurnal Ilmu
Dakwah. IAIN Antasari. Vol 14 (27).

Anda mungkin juga menyukai