Trauma Mata
Trauma Mata
Oleh :
dr. Lia Diana
Circulation
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit, reguler
Warna kulit : sianosis (-), pucat (-)
Capillary Refill Time < 2 detik
Akral hangat di kedua tangan dan kaki
Disability
GCS : e4 v5 m6
Reaksi pupil +/+, pupil isokor 3 mm/3 mm
Exposure
Suhu axilla : 360C
Tampak luka di ujung alis mata kiri dan mata kiri merah
DIAGNOSIS SEMENTARA
Trauma okuli sinistra
RENCANA PENANGANAN
Diagnosa : -OS trauma oculi non perforans dengan hifemfa
-Abrasi palpebra
Pemeriksaan laboratorium : DL,GDA.
Terapi :Instruksi Sp.M
• Bed rest total semi fowler
• Ivfd RL 20 tpm
• Inj. Kalnex 3 x 250 mg
• Bralifex plus ed 6 x gtt 1 OS
• Cendo tropin ed 3 x 1 gtt OS
• Cefixime 2 x 1
• Asam mefenamat 3 x 1
SECONDARY SURVEY
Tanda vital :
TD : 120/70 mmHg
N : 88 x / menit, reguler
RR : 20 x / menit
T : 36 oC
Kepala dan Leher :
o Kepala : tampak luka di ujung alis mata kiri
o Mata : status oftalmikus
Thoraks :
o Inspeksi : pergerakan dada simetris (+)
o Palpasi : vokal fremitus baik
o Perkusi : sonor di kedua lapang paru
o Auskultasi :
Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallops (-)
Pulmo : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen :
o Inspeksi : tampak datar
o Auskultasi : bising usus (+)
o Palpasi : soefl, nyeri tekan epigastrium (-)
o Perkusi : timpani di semua regio
Ekstremitas :
o Tangan : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT < 2 detik
o Kaki : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT < 2 detik
STATUS OPHTALMICUS
Conj. Tars. Inferior Hiperemis (+), secret (-) Dalam batas normal
sekret(-) sekret(-)
Fundus Oculi
Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
Gambar
PLANNING
-
TERAPI :
• Bed rest total semi fowler
• Ivfd RL 20 tpm
• Inj. Kalnex 3 x 250 mg
• Cendo tropin ed 3 x gtt 1 OS
• Bralifex plus ed 6 x gtt 1 OS
• Cefixime 2 x 1
• Asam mefenamat 3 x 1
T: 36,4 oC T: 37 oC
Hasil Pembelajaran :
1. Why
Kasus trauma oculi merupakan salah satu kaus ocular emergencies yang
memerlukan penanganan yang tepat
Penanganan yang kurang tepat dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang
dapat menyebabkan kebutaan.
2. What
Kasus hifema
3. Who
Sasaran diskusi : para tenaga medis, khususnya dokter umum jaga IGD
4. Where
Kasus ini dapat ditemukan dimana saja, rumah sakit bahkan puskesmas
5. When
Semakin cepat terdiagnosis, maka dapat diberikan penanganan yang tepat
6. How
Mengetahui penanganan awal pada trauma oculi.
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO
SUBYEKTIF (ANAMNESIS)
Ny.N usia 22 tahun, datang dengan keluhan pandangan sebelah kiri kabur dan nyeri setelah
terkena hempasan tutup botol sprite sekitar setengah jam yang lalu.
Pada pasien ini didapati hyphema karena traumatik dari tutup botol sprite, dimana hifema
traumatik merupakan jenis yang tersering, yang merupakan hifema akibat terjadinya trauma
pada bola mata. Trauma yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh benda tumpul, misalnya
bola, batu, projektil, mainan anak-anak, pelor mainan, paint ball, maupun tinju.1 Trauma
tumpul yang menghantam bagian depan mata misalnya, mengakibatkan terjadinya perubahan
bola mata berupa kompresi diameter anteroposterior serta ekspansi bidang ekuatorial.
Perubahan ini mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intraokular secara transien
yang mengakibatkan terjadinay penekanan pada struktur pembuluh darah di uvea (iris dan
badan silier). Pembuluh darah yang mengalami gaya regang dan tekan ini akan mengalami
ruptur dan melepaskan isinya ke bilik mata depan (camera oculi anterior).2
Trauma merupaka penyebab tersering dari hifema. Oleh karena itu hifema sering terutama
pada pasien yang berusia muda. Trauma tumpul pada kornea atau limbus dapat menimbulkan
tekanan yang sangat tinggi, dan dalam waktu yang singkat di dalam bola mata terjadi
penyebaran tekanan ke cairan badan kaca dan jaringan sklera yang tidak elastis sehingga
terjadi perenggangan-perenggangan dan robekan pada kornea, sklera sudut iridokornea,
badan siliar yang dapat menimbulkan perdarahan. Perdarahan sekunder dapat terjadi oleh
karena resorbsi dari pembekuan darah terjadi cepat, sehingga pembuluh darah tidak mendapat
waktu yang cukup untuk meregenerasi kembali, dan menimbulkan perdarahan lagi.2,10
Perdarahan dapat terjadi segera setelah trauma yang disebut perdarahan primer atau
perdarahan terjadi 5-7 hari setelah trauma yang disebut perdarahan sekunder. Hifema
sekunder biasanya terjadi akibat gangguan mekanisme pembekuan atau penyembuhan luka
sehingga mempunyai prognosis yang lebih buruk.
OBYEKTIF (PEMERIKSAAN FISIK)
Pada pemeriksaan status oftalmikus
Conj. Tars.
Hiperemis(+), sekret (-) Dalam batas normal
Superior
Conj. Tars. Inferior Hiperemis (+), secret (-) Dalam batas normal
Tidak dilakukan
Corpus Vitreum Tidak dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan
DIAGNOSIS
Untuk mengetahui kelainan yang ditimbulkan perlu diadakan pemeriksaan yang cermat,
terdiri atas anamnesis dan pemeriksaan.
.
Pada umumnya pasien mengeluhkan penurunan tajam penglihatan, sakit kepala, fotofobia,
serta menjelaskan riwayat trauma atau percideraan pada mata. Percideraan yang dikeluhkan
umumnya diakibatkan oleh benda tumpul5. Tnad ayna gdapat ditemukan adalah keberadaan
darah yang dapat terlihat melalui kornea. Keberadaan hifema perlu ditentukan derajatnya
(berdasarkan klasifikasinya) serta warna hifema yang terbentuk. Pada komunitas khusus
(seperti kaum Hispanik maupun orang kulit hitam ras Afro-Amerika perlu dieksplorasi
mengenai anemia sel sabit sebab hifema pada seorang dengan sel sabit dapat menunjukkan
perburukan yang cepat akibat ertirosit sabit mengoklusi trabekula dengan lebih efektif dan
menyebabkan peningkatan tekanan intraokular yang lebih berbahaya dan akut.
2 1/3 sampai ½
3 Lebih dari ½
4 Total (Penuh)
a.k.a blackball / 8-ball
hyphema
Pada umumnya yang perlu diwaspadai dalam menemukan kasus hifema adalah
komplikasi yang sesungguhnya jauh lebih berbahaya dibandingkan keberadaan darah di
kamera okuli anterior itu sendiri. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah:
Untuk mencegah perdarahan seknder, dapat diberikan asam aminokaproat / ACA yang
merupakan agen anti-plasmin. Plasmin merupakan enzim yang melisiskan bekauan darah
sehingga dapat mengakibatkan perdarahan ulang. Asam aminokaproat yang pertama kali
diteliti menggunakan dosis 100 mg/kg dan diberikan setiap 4 jam (dengan maksimal 30 g
setiap hari) melalui oral. Agen ini diberikan selama 5 hari dan terbukti secara klinis sangat
menurunkan kejadian perdarahan sekunder, dibandingkan dengan pemberian plasebo.
Penelitian lanjutan menunjukkan bahwa asam aminokaproat 50 mg/kg juga sama efektifnya
dengan pemberian 100 mg/kg. Pemberian asam aminokaproat terutama diindikasi pada
hifema dengan kurang dari 75% COA sebab pada kondisi yang lebih dari ini mencegah lisis
dari bekuan darah dianggap tidak efektif dalam mencegah terjadinya perdarahan sekunder.
Penelitian lanjutan juga menunjukkan pemberian asam aminokaproat secara topikal
juga sama efektifnya, sehingga apabila tersedia agen topikal, agen ini lebih dianjurkan
diberikan secara topikal. Steroid juga terbukti dapat menunjukkan risiko perdarahan
sekunder.4
1. Pasien mengalami hifema derajat Ii atau lebih, sebab berpotensi terjadinya perdarahan
sekunder
2. Merupakan sickle cell trait
3. Terjadi trauma tembus okuli
4. Pasien yang tidak patuh terhadap pengobatan
5. Pasien yang memiliki riwayat glaukoma
Dalam pasien rawat, perlu dilakukan pemantauan secar a intensif seperti tajam
penglihatan, tekanan intraokular, serta resolusi hifema. Selain itu perlu pula diamati apakah
terdapat indikasi bedah pada pasien.