Anda di halaman 1dari 14

PORTOFOLIO KEGAWATDARURATAN

HIFEMA OS EC TRAUMA OCULI

Oleh :
dr. Lia Diana

Internsip RSUD Munyang Kute Redelong


Bener Meriah
2017
PORTOFOLIO KASUS KEGAWATDARURATAN
Topik : Hyphema ec Trauma Akut
Tanggal (kasus) : 08 Februari 2017 Presenter : dr.Lia Diana
Tanggal Presentasi : 2017 Pendamping : dr. Evi Syahrinawati
Tempat Presentasi :
Ruang Aula RSUD Munyang Kute Redelong, Bener Meriah
Obyektif Presentasi :
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
 Deskripsi : Ny.N usia 22 tahun, datang dengan keluhan pandangan sebelah kiri kabur
dan nyeri setelah terkena hempasan tutup botol sprite.
 Tujuan : Mempelajari cara mendiagnosis secara akurat serta memberikan tatalaksana
yang tepat pada pasien yang mengalami hifema.
Bahan Bahasan :  Tinjauan  Riset  Kasus  Audit
Pustaka
Cara Membahas :  Diskusi  Presentasi dan  Email  Pos
Diskusi
Data Pasien : • Nama : Ny.N • No RM :
• Umur : 22 tahun 20.06.64
• Alamat : Desa Bale
• Tgl MRS: 08
Februari2017 pukul
11.39

Nama RS : Telp : - Terdaftar Sejak :


RSUD Munyang Kute 08 Februari 2017
Redelong Bener Meriah
Data Utama Untuk Bahan Diskusi :
SUBYEKTIF (ANAMNESIS)
a. Keluhan Utama
Mata kiri nyeri dan pandangan kabur setelah terkena tutup botol sprite.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Mata terasa nyeri dan pandangan kabur.
Dialami sekitar setengah jam yang lalu.
Keadaan umum Cukup.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
-
d. Riwayat Penyakit Keluarga
-
e. Riwayat Pengobatan
-

PRIMARY SURVEY (pukul 12.30-12.45)


 Airway
 Look : sumbatan mulut (-)
 Listen : snoring (-), gurgling (-), stridor (-)
 Breathing
 RR : 20 x/menit
 Inspeksi : gerak dada simetris, retraksi dada (-), thoraks simetris kanan dan kiri.
 Palpasi : fremitus suara baik
 Perkusi : sonor pada kedua paru
 Auskultasi : suara pernaasan : vesikuler
o Suara Tambahan ,
o rhonki : -/-
o Whezing : -/-

 Circulation
 TD : 120/70 mmHg
 Nadi : 88 x/menit, reguler
 Warna kulit : sianosis (-), pucat (-)
 Capillary Refill Time < 2 detik
 Akral hangat di kedua tangan dan kaki
 Disability
 GCS : e4 v5 m6
 Reaksi pupil +/+, pupil isokor 3 mm/3 mm

 Exposure
 Suhu axilla : 360C
 Tampak luka di ujung alis mata kiri dan mata kiri merah

DIAGNOSIS SEMENTARA
Trauma okuli sinistra

RENCANA PENANGANAN
Diagnosa : -OS trauma oculi non perforans dengan hifemfa
-Abrasi palpebra
Pemeriksaan laboratorium : DL,GDA.
Terapi :Instruksi Sp.M
• Bed rest total semi fowler
• Ivfd RL 20 tpm
• Inj. Kalnex 3 x 250 mg
• Bralifex plus ed 6 x gtt 1 OS
• Cendo tropin ed 3 x 1 gtt OS
• Cefixime 2 x 1
• Asam mefenamat 3 x 1

SECONDARY SURVEY

Keadaan Umum : cukup


Kesadaran : GCS 4-5-6, pupil isokor 3 / 3 mm, reflex pupil + / +

 Tanda vital :
 TD : 120/70 mmHg
 N : 88 x / menit, reguler
 RR : 20 x / menit
 T : 36 oC
 Kepala dan Leher :
o Kepala : tampak luka di ujung alis mata kiri
o Mata : status oftalmikus
 Thoraks :
o Inspeksi : pergerakan dada simetris (+)
o Palpasi : vokal fremitus baik
o Perkusi : sonor di kedua lapang paru
o Auskultasi :
 Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallops (-)
 Pulmo : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
 Abdomen :
o Inspeksi : tampak datar
o Auskultasi : bising usus (+)
o Palpasi : soefl, nyeri tekan epigastrium (-)
o Perkusi : timpani di semua regio

 Ekstremitas :
o Tangan : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT < 2 detik
o Kaki : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT < 2 detik

STATUS OPHTALMICUS

PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA OCULI DEXTRA

Visus 6/20 6/6


Posisi Ortoforia Ortoforia

Palpebra Superior Edema (+), Hematom (-) Dalam batas normal

Palpebra Inferior Dalam batas normal Dalam batas normal

Conj. Tars. Superior Hiperemis(+), sekret (-) Dalam batas normal

Conj. Tars. Inferior Hiperemis (+), secret (-) Dalam batas normal

Conj. Bulbi Hiperemis(+) Dalam batas normal

Injeksi konjungtiva (+) Injeksi siliar (-)

Injeksi siliar (-) Injeksi konjungtiva (-)

sekret(-) sekret(-)

Cornea Jernih Jernih

COA Hifema (+) ½ COA Sedang

Pupil Sulit dinilai Bulat, Ø 2-3 mm, RC (+)

Iris Coklat, regular Coklat, regular

Lensa Sulit dinilai Jernih

Corpus Vitreum Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan

Fundus Oculi
Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan

Gambar
PLANNING

DIAGNOSIS : Hifema OS ec Trauma Oculi


ANJURAN :
- Posisi semiflower selama 5 hari
- - jaga kebersihan mata
- - Memakai obat secara teratur
-

-
TERAPI :
• Bed rest total semi fowler
• Ivfd RL 20 tpm
• Inj. Kalnex 3 x 250 mg
• Cendo tropin ed 3 x gtt 1 OS
• Bralifex plus ed 6 x gtt 1 OS
• Cefixime 2 x 1
• Asam mefenamat 3 x 1

tanggal 08 / 02 /2017 09 / 05 /2017


Perawatan H-1 H-2
di
ruangan
Subjectife Nyeri (+) Nyeri ( )
Pandangan kabur (+) Pandangan kabur ( )
Objectif TD : 110/60 mmHg TD : 100/60 mmHg

N: 84 x / menit, reguler N: 80 x / menit, reguler

RR: 20 x / menit RR: 20 x / menit

T: 36,4 oC T: 37 oC

Visus : Visus : 6/7,5


Palpebra : abrasi Palpebra : abrasi
Conjungtiva : ci + pci Conjungtiva : ci + pci
Cornea : jernih Cornea : jernih
c.o.a : hyphema c.o.a : hyphema
iris : iris :
pupil : round pupil : round
lensa : lensa :
tio : tio :
Planning • Bed rest total semi fowler • Bed rest total semi fowler
• Ivfd RL 20 tpm • Ivfd RL 20 tpm
• Inj. Kalnex 3 x 250 mg • Inj. Kalnex 3 x 250 mg
• Bralifex plus ed 6 x gtt 1 OS • Bralifex plus ed 6 x gtt 1 OS
• Cendo tropin ed 3 x gtt 1 OS • Cendo tropin ed 3 x gtt 1 OS
• Cefixime 2 x 1 • Cefixime 2 x 1
• Asam mefenamat 3 x 1 • Asam mefenamat 3 x 1

Hasil Pembelajaran :
1. Why
 Kasus trauma oculi merupakan salah satu kaus ocular emergencies yang
memerlukan penanganan yang tepat
 Penanganan yang kurang tepat dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang
dapat menyebabkan kebutaan.
2. What
 Kasus hifema
3. Who
 Sasaran diskusi : para tenaga medis, khususnya dokter umum jaga IGD
4. Where
 Kasus ini dapat ditemukan dimana saja, rumah sakit bahkan puskesmas
5. When
 Semakin cepat terdiagnosis, maka dapat diberikan penanganan yang tepat
6. How
 Mengetahui penanganan awal pada trauma oculi.
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO

SUBYEKTIF (ANAMNESIS)
Ny.N usia 22 tahun, datang dengan keluhan pandangan sebelah kiri kabur dan nyeri setelah
terkena hempasan tutup botol sprite sekitar setengah jam yang lalu.

Pada pasien ini didapati hyphema karena traumatik dari tutup botol sprite, dimana hifema
traumatik merupakan jenis yang tersering, yang merupakan hifema akibat terjadinya trauma
pada bola mata. Trauma yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh benda tumpul, misalnya
bola, batu, projektil, mainan anak-anak, pelor mainan, paint ball, maupun tinju.1 Trauma
tumpul yang menghantam bagian depan mata misalnya, mengakibatkan terjadinya perubahan
bola mata berupa kompresi diameter anteroposterior serta ekspansi bidang ekuatorial.
Perubahan ini mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intraokular secara transien
yang mengakibatkan terjadinay penekanan pada struktur pembuluh darah di uvea (iris dan
badan silier). Pembuluh darah yang mengalami gaya regang dan tekan ini akan mengalami
ruptur dan melepaskan isinya ke bilik mata depan (camera oculi anterior).2

Trauma merupaka penyebab tersering dari hifema. Oleh karena itu hifema sering terutama
pada pasien yang berusia muda. Trauma tumpul pada kornea atau limbus dapat menimbulkan
tekanan yang sangat tinggi, dan dalam waktu yang singkat di dalam bola mata terjadi
penyebaran tekanan ke cairan badan kaca dan jaringan sklera yang tidak elastis sehingga
terjadi perenggangan-perenggangan dan robekan pada kornea, sklera sudut iridokornea,
badan siliar yang dapat menimbulkan perdarahan. Perdarahan sekunder dapat terjadi oleh
karena resorbsi dari pembekuan darah terjadi cepat, sehingga pembuluh darah tidak mendapat
waktu yang cukup untuk meregenerasi kembali, dan menimbulkan perdarahan lagi.2,10

Perdarahan dapat terjadi segera setelah trauma yang disebut perdarahan primer atau
perdarahan terjadi 5-7 hari setelah trauma yang disebut perdarahan sekunder. Hifema
sekunder biasanya terjadi akibat gangguan mekanisme pembekuan atau penyembuhan luka
sehingga mempunyai prognosis yang lebih buruk.
OBYEKTIF (PEMERIKSAAN FISIK)
Pada pemeriksaan status oftalmikus

PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA OCULI DEXTRA

Visus 6/20 6/6

Posisi Ortoforia Ortoforia

Palpebra Superior Edema (+), Hematom (-) Dalam batas normal

Palpebra Inferior Dalam batas normal Dalam batas normal

Conj. Tars.
Hiperemis(+), sekret (-) Dalam batas normal
Superior

Conj. Tars. Inferior Hiperemis (+), secret (-) Dalam batas normal

Conj. Bulbi Dalam batas normal


Hiperemis(+)
Injeksi siliar (-)
Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi konjungtiva
Injeksi siliar (-)
(-)
sekret(-)
sekret(-)

Cornea Jernih Jernih

COA Hifema (+) ½ COA Sedang

Pupil Sulit dinilai Bulat, Ø 2-3 mm,


RC (+)

Iris Coklat, regular Coklat, regular

Lensa Sulit dinilai Jernih

Tidak dilakukan
Corpus Vitreum Tidak dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan

Fundus Oculi Tidak dilakukan


Tidak dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan
Gambar

DIAGNOSIS
Untuk mengetahui kelainan yang ditimbulkan perlu diadakan pemeriksaan yang cermat,
terdiri atas anamnesis dan pemeriksaan.
.
Pada umumnya pasien mengeluhkan penurunan tajam penglihatan, sakit kepala, fotofobia,
serta menjelaskan riwayat trauma atau percideraan pada mata. Percideraan yang dikeluhkan
umumnya diakibatkan oleh benda tumpul5. Tnad ayna gdapat ditemukan adalah keberadaan
darah yang dapat terlihat melalui kornea. Keberadaan hifema perlu ditentukan derajatnya
(berdasarkan klasifikasinya) serta warna hifema yang terbentuk. Pada komunitas khusus
(seperti kaum Hispanik maupun orang kulit hitam ras Afro-Amerika perlu dieksplorasi
mengenai anemia sel sabit sebab hifema pada seorang dengan sel sabit dapat menunjukkan
perburukan yang cepat akibat ertirosit sabit mengoklusi trabekula dengan lebih efektif dan
menyebabkan peningkatan tekanan intraokular yang lebih berbahaya dan akut.

Klasifikasi hifema berdasarkan severitasnya adalah sebagai berikut5:

Grade Keberadaan darah di Kamera


Okuli Anterior (COA)

1 Kurang dari 1/3

2 1/3 sampai ½

3 Lebih dari ½

4 Total (Penuh)
a.k.a blackball / 8-ball
hyphema

Tabel 1 – Klasifikasi hifema berdasarkan derajat keparahannya


Gambar 2 – Klasifikasi hifema secara skematis (Sumber: drhem.com)

Pada umumnya yang perlu diwaspadai dalam menemukan kasus hifema adalah
komplikasi yang sesungguhnya jauh lebih berbahaya dibandingkan keberadaan darah di
kamera okuli anterior itu sendiri. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah:

1. Peningkatan tekanan intraokular secara akut, yakni suatu gluakoma traumatik


2. Atrofi optik, terutama akibat glaukoma traumatik
3. Perdarahan ulang atau perdarahan sekunder (2o hemorrhage)
4. Sinekia posterior
5. Sinekia anterior, terutama pada kondisi hifema yang lebih dari sembilan hari
6. Corneal blood staining, yakni adanya deposisi dari hemoglobin dan hemosiderin pada
stroma kornea akibat keberadaan darah hifema total yang umumnya disertai dengan
peningkatan tekanan intraokular. Corneal blood staining dapat menghilang, namun
memerlukan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun lamanya.
7. Glaukoma kronik
PENANGANAN
Penatalaksanaan hifema sangat bergantung kepada derajat hifema, komplikasi yang terjadi,
serta respons pasien terhadap pengobatan. Demikian pula hal-hal inilah yang menjadi
parameter dalam menentukan apakah pasien perlu dirawat atau hanya berobat jalan saja.
Untuk kasus ringan, penatalaksanaan dapat meliputi terapi konservatif, seperti:

1. Membatasi aktivitas pasien


2. Melakukan penutupan mata dengan eye patch atau eye cover
3. Melakukan elevasi kepala 30-45o. Adapun maksud dari elevasi kepala adalah untuk
membuat darah mengumpul di bagian inferior dari COA dan tidak menghalangi tajam
penglihatan. Posisi ini juga mempermudah dalam evaluasi harian COA tentang
resorpsi hifema sehingga dapat menunjukkan kemajuan pengobatan. Selain itu posisi
ini merupakan posisi optimal dalam mencegah kontak sel-sel darah merah dengan
korena dan trabekula Fontana.
4. Memberikan sedasi, terutama pada pasien pediatri yang hiperaktif. Hal ini juga sesuai
dengan poin pertama.
5. Pemberian analgesik, apabila dirasakan nyeri yang ringan dapat diberikan
asetaminofen, atau nyeri yang cukup berat dapat diberikan kodein. Hindair
penggunaan aspirin dan obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS, NSAID) sebab dapat
menimbulkan perdarahan dan berisiko menyebabkan perdarahan sekunder.
6. Pemantauan berkala (setiap hari) tentang tajam penglihatan, tekanan intraokular, serta
regresi hifema.

Untuk mencegah perdarahan seknder, dapat diberikan asam aminokaproat / ACA yang
merupakan agen anti-plasmin. Plasmin merupakan enzim yang melisiskan bekauan darah
sehingga dapat mengakibatkan perdarahan ulang. Asam aminokaproat yang pertama kali
diteliti menggunakan dosis 100 mg/kg dan diberikan setiap 4 jam (dengan maksimal 30 g
setiap hari) melalui oral. Agen ini diberikan selama 5 hari dan terbukti secara klinis sangat
menurunkan kejadian perdarahan sekunder, dibandingkan dengan pemberian plasebo.
Penelitian lanjutan menunjukkan bahwa asam aminokaproat 50 mg/kg juga sama efektifnya
dengan pemberian 100 mg/kg. Pemberian asam aminokaproat terutama diindikasi pada
hifema dengan kurang dari 75% COA sebab pada kondisi yang lebih dari ini mencegah lisis
dari bekuan darah dianggap tidak efektif dalam mencegah terjadinya perdarahan sekunder.
Penelitian lanjutan juga menunjukkan pemberian asam aminokaproat secara topikal
juga sama efektifnya, sehingga apabila tersedia agen topikal, agen ini lebih dianjurkan
diberikan secara topikal. Steroid juga terbukti dapat menunjukkan risiko perdarahan
sekunder.4

Pasien diindikasikan rawat inap jika:

1. Pasien mengalami hifema derajat Ii atau lebih, sebab berpotensi terjadinya perdarahan
sekunder
2. Merupakan sickle cell trait
3. Terjadi trauma tembus okuli
4. Pasien yang tidak patuh terhadap pengobatan
5. Pasien yang memiliki riwayat glaukoma

Dalam pasien rawat, perlu dilakukan pemantauan secar a intensif seperti tajam
penglihatan, tekanan intraokular, serta resolusi hifema. Selain itu perlu pula diamati apakah
terdapat indikasi bedah pada pasien.

Pasien akan menjalani bedah apabila terdapat:

1. Corneal blood staining


2. Riwayat sickle cell trait, dengan tekanan intraokular di atas 24 mmHg lebih dari 24
jam
3. Hifema dengan derajat lebih dari 50% COA selama 9 hari atau lebih. Hal ini perlu
dilakukan pembedahan agar tidak terjadi sinekia anterior, meskipun sudah
mendapatkan terapi medik secara maksimal
4. Hifema total, dengan tekanan intraokular lebih dari 50 mmHg selama 4 hari atau lebih
meskipun sudah mendapatkan terapi medik secara maksimal
5. Hifema total atau hifema dengan derajat >75% COA, dengan tekanan intraokular
lebih dari 25 mmHg selama lebih dari 6 hari meskipun sudah mendapatkan terapi
medik secara maksimal

Anda mungkin juga menyukai