Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

I. Konsep Dasar Penyakit


A. Masalah Keperawatan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

B. Pengertian
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri. Faktor
yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag
tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber
internal dan eksternal seperti: Trauma seperti penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam. (Yoedhas, 2010).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak bahagia tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri.adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa
gagal karena tidak mampu mencapai keinginansesuai ideal diri.
(Damayanti,2015)
Harga diri rendah adalah penilaian negatif individu terhadap diri
sendiri dan kemapuan diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung
(Reynaldi,2016)
Komponen konsep diri terdiri dari:
 Citra tubuh, adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dengan
tidak disadari terhadap tubuhnya
 Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya
berperilaku berdasarkan standar apreasiasi, tujuan atau nilai-nilai personal
tertentu.
 Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa sebabnya baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal
diri.
 Penampilan adalah serangkaian pada perilaku yang diharapkan oleh
lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai
kelompok sosial.
 Identitas personal adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang
bertanggungjawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan
keunikan individu.
Pengertian harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Harga diri rendah
disertai oleh evaluasi diri yang negatif, membenci diri sendiri dan menolak
diri. Harga diri rendah adalah kesadaran dimana individu mengalami atau
beresiko mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan atau diri.
Gangguan harga diri rendah akan terjadi bila kehilangan kasih sayang,
perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang
buruk.
Harga diri rendah dibedakan menjadi bagian 2 yaitu :
1. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami
evaluasi atu perasaan negative terhadap diri sendiri atau kemampuan klien
seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam
waktu lama dan terus menerus.
2. Harga diri rendah situasional adalah evaluasi atau perasaan negative
terhadap diri sendiri tu kemampuan klien sebagai respon terhadap saat ini.

Rentang Respon Konsep Diri


Respon individu terhadap konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep
diri yaitu adaptif dan maladaptif

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


diri positif rendah identitas

 Aktualisasi adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman


nyata yang sukses diterima.
 Konsep diri adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri
 Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif dengan
konsep diri maladaptif.
 Kekacauan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
 Dipersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.

C. Faktor Predisposisi dan Prespitasi


1. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang memiliki harga diri meliputi pendataan orang lain, harapan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain
dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks,
tuntutan peran kerja, harapan peran kultural.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidak
percayaan orang tua tekanan dari kelompok sebaya, perubahan dalam
stuktural sosial.
2. Faktor Presipitasi
a. Trauma seperti penganiayaan seksual
dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupannya.
b. Ketegangan peran berhubungan
dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
mengalaminya sebagai frustasi
c. Transisi Peran situasi adalah terjadi
dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui
kelahiran dan kematian
d. Transisi peran sehat sakit akibat
pergeseran dari keadaan sehat ke sakit dicetuskan oleh kehilangan
bagian tubuh, perubahan ukuran bentuk, penampilan, fungsi tubuh,
perubahan fisik berhubungan dengan tumbang normal moral dan
prosedur medis keperawatan

D. Pohon Masalah
Isolasi Sosial

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Koping tidak efektif

E. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang ditemukan pada individu harga diri rendah
(Damayanti,2014) :
1. Mengejek dan mengkritik diri sendiri.
2. Rasa bersalah dan khawatir.
3. Mengalami gejala fisik.
4. Menunda keputusan.
5. Sulit bergaul.
6. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
7. Menarik diri dari realitas.
8. Merusak diri.
9. Merusak atau melukai orang lain.
10. Perasaan tidak mampu.
11. Pandangan hidup yang pesimistis
12. Kurang memperhatikan perawatan diri.
13. Tidak berani menatap lawan bicara.
14. Lebih banyak menunduk.
15. Bicara lambat dengan suara lemah.
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah mengkritik diri
sendiri atau orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting
berlebihan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung, atau
berlebihan, perasaan takut mengenal tubuhnya ketegangan peran yang
dirasakan, pandangan hidup yang pesmis, keluhan, pandamngan hidup yang
berlebihan, penolakan terhadap kemampuan sosial, perguruan dan menjauh
diri secara sosial, pengurungan diri, menaruh diri secara sosial,
penyalahgunaan zat

F. Penatalaksanaan
1) Psikofarmaka
(1) Chlorpromazine ( CPZ ): 3 x100 mg
a) Indikasi
Untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan
tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental : waham,
halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak
mampu bekerja, hubungan sosial dam melakukan kegiatan rutin.
b) Cara kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak
khususnya sistem ekstra piramidal.
c) Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran yang
disebabkan CNS Depresi.
d) Efek samping
 Sedasi
 Gangguan otonomik (hypotensi, antikolinergik /
parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi dan
defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler
meninggi, gangguan irama jantung).
 Gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia, sindrom
parkinsontremor, bradikinesia rigiditas).
 Gangguan endokrin (amenorhoe, ginekomasti).
 Metabolik (Jaundice)
 Hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka
panjang

(2) Halloperidol ( HP ): 3 x 5 mg
a) Indikasi
Penatalasanaan psikosis kronik dan akut, gejala demensia pada
lansia, pengendalian hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada
anak-anak.
b) Cara kerja
Halloperidol merupakan derifat butirofenon yang bekerja
sebagai antipsikosis kuat dan efektif untuk fase mania, penyebab
maniak depresif, skizofrenia dan sindrom paranoid. Di samping itu
halloperidol juga mempunyai daya anti emetik yaitu dengan
menghambat sistem dopamine dan hipotalamus. Pada pemberian oral
halloperidol diserap kurang lebih 60–70%, kadar puncak dalam plasma
dicapai dalam waktu 2-6 jam dan menetap 2-4 jam. Halloperidol
ditimbun dalam hati dan ekskresi berlangsung lambat, sebagian besar
diekskresikan bersama urine dan sebagian kecil melalui empedu.
c) Kontra indikasi
Parkinsonisme, depresi endogen tanpa agitasi, penderita yang
hipersensitif terhadap halloperidol, dan keadaan koma.
d) Efek samping
Pemberian dosis tinggi terutama pada usia muda dapat terjadi
reaksi ekstapiramidal seperti hipertonia otot atau gemetar. Kadang-
kadang terjadi gangguan percernaan dan perubahan hematologik
ringan, akatsia, dystosia, takikardi, hipertensi, EKG berubah, hipotensi
ortostatik, gangguan fungsi hati, reaksi alergi, pusing, mengantuk,
depresi, oedem, retensio urine, hiperpireksia, gangguan akomodasi.
(3) Trihexypenidil ( THP ) : 3 x 2 mg
a) Indikasi
Semua bentuk parkinson (terapi penunjang), gejala ekstra
piramidal berkaitan dengan obat-obatan antipsikotik.
b) Cara kerja
Kerja obat-obat ini ditujukan untuk pemulihan keseimbangan
kedua neurotransmiter mayor secara alamiah yang terdapat di susunan
saraf pusat asetilkolin dan dopamin, ketidakseimbangan defisiensi
dopamin dan kelebihan asetilkolamin dalam korpus striatum. Reseptor
asetilkolin disekat pada sinaps untuk mengurangi efek kolinergik
berlebih.
c) Kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini atau antikolonergik lain,
glaukoma, ulkus peptik stenosis, hipertrofi prostat atau obstruksi leher
kandung kemih, anak di bawah 3 tahun, kolitis ulseratif.
d) Efek samping
Pada susunan saraf pusat seperti mengantuk, pusing,
penglihatan kabur, disorientasi, konfusi, hilang memori, kegugupan,
delirium, kelemahan, amnesia, sakit kepala. Pada kardiovaskuler
seperti hipotensi ortostatik, hipertensi, takikardi, palpitasi. Pada kulit
seperti ruam kulit, urtikaria, dermatitis lain. Pada gastrointestinal
seperti mulut kering, mual, muntah, distres epigastrik, konstipasi,
dilatasi kolon, ileus paralitik, parotitis supuratif. Pada perkemihan
seperti retensi urine, hestitansi urine, disuria, kesulitan mencapai atau
mempertahankan ereksi. Pada psikologis seperti depresi, delusu,
halusinasi, dan paranoid.

2) Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia
tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama. (Maramis,2005)
3) Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode
yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan
pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral
atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005)
4) Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan
untuk skizofrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan
klien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri
dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok
bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah
dalam hubungan kehidupan yang nyata.
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas
kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi
realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi. Dari empat jenis
therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada
individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah
therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan
aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah.

G. Komplikasi
Apabila masalah Harga Diri Rendah tidak ditangani segera, klien akan
selalu tidak percaya dan mempunyai pikiran negatif baik pada diri sendiri
maupun orang lain akibatnya klien akan cenderung menyendiri dan
mengisolasi diri dari lingkungan, aktifitas yang menurun dan sebagianya. Bila
hal ini berlanjut akan timbul Isolasi Sosial pada klien.
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Adapun data yang dikaji adalah
Data Subjektif
a) Menilai diri negatif (misal: tidak berguna, tidak tertolong).
b) Merasa malu/bersalah.
c) Merasa tidak mampu melakukan apapun.
d) Meremehkan kemampuan mengatasi masalah.
e) Merasa tidak memiliki kelebihan atua kemampuan positif.
f) Melebih-lebihkan kemampuan negatif tentang diri sendiri.
g) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
Data Objektif
a) Enggan mencoba hal baru.
b) Berjalan menduduk.
c) Postur tubuh menunduk.
d) Berbicara pelan dan lirih,
e) Menolak berinteraksi dengan orang lain.
.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah b.d koping tidak efektit

C. Perencanaan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tgl No Dx Perencanaan
Dx keperawaatan rasional
Tujuan Kreteria Evaluasi Intervensi
Gangguan TUM: 1. Klien 1.1 Membina hubungan Memudahkanam
konsep diri: Klien memiliki menunjukan saling percaya dengan dalam melakukan
harga diri konsep diri yang ekspresi wajah menggunakan prinsip pendekatan
rendah positif bersahabat, komunikasi terapeutik keperawatan
TUK: menunjukan rasa : terhadap klien.
1. Klien dapat senang, ada - Sapa klien dengan
membina kontak mata, mau ramah baik verbal
hubungan saling berjabat tangan, maupun non
percaya dengan mau verbal.
perawat menyebutkan - Perkenalkan diri
nama, mau dengan sopan.
menjawab salam, - Tanyakan nama
klien mau duduk lengkap dan nama
berdampingan panggilan yang
dengan perawat, disukai klien.
mau - Jelaskan tujuan
mengutarakan pertemuan
masalah yang - Jujur dan menepati
dihadapi janji
- Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya.
- Beri perhatian dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien.

2. Klien dapat 2. Klien 2.1 Diskusikan dengan Menentukan


mengdentifika menyebutkan: klien tentang: mekanisme
si aspek positif - Aspek positif dan - Aspek positif koping yang
dan kemampuan yang yang dimiliki dimiliki klien
kemampuan dimiliki klien klien, keluarga, dalam
yang dimiliki - Aspek positif lingkungan. menghadapi
keluarga - Kemampuan masalah.
- Aspek positif yang dimiliki
lingkungan klien klien.
2.2 Bersama klien buat
daftar tentang:
- Aspek positif
klien, keluarga,
lingkungan
- Kemampuan
yang dimiliki
klien
2.3 Beri pujian yang
realistis, hindarkan
memberi penilaian
negatif.
3. Klien dapat 3. Klien mampu 2.4 Diskusikan dengan Meningkatkan
menilai menyebutkan klien kemampuan yang rasa percaya diri
kemampuan kemampuan dapat dilaksanakan pasien
yang dimiliki yang dapat 2.5 Diskusikan
untuk dilaksanakan. kemampuan yang dapat
dilaksanakan dilanjutkan
pelaksanaanya.
4. Klien dapat 4. Klien mampu 4.1 Rencanakan bersama Meningkatkan
merencanakan membuat rencana klien aktivitas yang dapat kemampuan pola
kegiatan kegiatan harian dilakukan klien sesuai piker pasien.
sesuai dengan dengan kemampuan klien:
kemampuan - Kegiatan mandiri
yang dimiliki - Kegiatan dengan
bantuan
4.2 Tingkatkan kegiatan
sesuai kondisi klien.
4.3 Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan
yang dapat klien lakukan.
5. Klien dapat 5. Klien dapat 5.1 Anjurkan klien untuk Meningkatkan
melakukan melakukan melaksanakan kegiatan pola piker positif
kegiatan kegiatan sesuai yang telah direncanakan.
sesuai rencana jadwal yang 5.2 Pantau kegiatan yang
yang dibuat. dibuat. dilaksanakan klien.
5.3 Beri pujian atas usaha
yang dilakukan klien.
5.4 Diskusikan
kemungkinan pelaksanaan
kegiatan setelah pulang.
6. Klien dapat 6. Klien mampu 6.1 Beri pendidikan Memotivasi rasa
memanfaatka memanfaatkan kesehatan kepada percaya diri
n sistem sistem keluarga tentang cara pasien
pendukung pendukung yang merawar klien dengan
yang ada ada dikeluarga harga diri rendah.
6.2 Bantu keluarga
memberikan dukungan
selama klien dirawat.
6.3 Bantu klien
menyiapkan lingkungan
di rumah.

D. Evaluasi
Merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan yang
dilakukan secara terus menerus terhadap respon klien evaluasi adalah hasil
yang dilihat dan perkembangan persepsi klien pertumbuhan perbandingan
perilakunya dengan kepribadian yang sehat.
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP
S : respon subyektif klien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan
O : respon objektif klien terhadapa keperawatan yang dilaksanakan
A : analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masih tetap atau masuk giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respom
klien.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M & Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika


Aditama.
Dermawan,O & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Stuart dan Sundeen. (2002). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. EGC: Jakarta.
Towsend. (2005). Buku Saku diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri.
Jakarta: EGC.
Yusuf, Fitriyasari & Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai