Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENELITIAN

RISET INTERPRETASI TEORITIC ARSITEKTUR, KRITERIA, DAN ELEMEN


MASJID AGUNG BAITURRAHIM LHOKSUKON ACEH, ACEH UTARA

Disajikan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Arsitektur Islami yang diampu
oleh:

Hendra Aiyub, ST., MT

DISUSUN OLEH:

 RAIHAN MUFIDA (170160002)


 SYAFRINA ALDHA ZAIN (170160008)
 LIZA MARDINI (170160017)
 NURDIANSYAH PUTRA (170160034)
 ABDUL RAHMAN (170160035)
 ABDUL FATA (170160085)

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang


Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta
pengetahuan sehingga laporan hasil riset Mata Kuliah Arsitektur Islami mengenai Penelitian
Interpretasi Teroritik Arsitektur, Karakter dan Elemen Masjid Agung Baiturrahim
Lhoksukon, Aceh ini bisa selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hendra Aiyub, ST.,MT selaku dosen pembimbing
Mata Kuliah ini yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami mendapatkan
banyak tambahan pengetahuan khususnya dalam Arsitektur Masjid.

Kami berharap agar laporan ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan rekan-
rekan mahasiswa pada khususnya dan para pembaca umumnya tentang Arsitektur Islami
menganai Interpretasi, karakter dan elemen Masjid Agung Baiturrahim Lhoksukon Aceh.

Mudah-mudahan laporan sederhana yang telah berhasil kami susun ini bisa dengan
mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami meminta maaf
bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Serta tak lupa kami
juga berharap adanya masukan serta kritikan yang membangun dari Anda demi terciptanya
makalah yang lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Lhokseumawe, 29 September 2019

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………… 4

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….. 4

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………. 6

1.3 Tujuan Masalah …...……………………………………………...………… 6

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………..... 7

2.1 Metode Penelitian …………..……………………………………………….

2.2 Deskripsi dan Sejarah Arsitektur Masjid ………………………………….

` 2.3 Kriteria dan Elemen Masjid ………………………………………………...

2.4 Interpretasi Teoritik Arsitektur Masjid ……………………………………..

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………….

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………

LAMPIRAN ……………………………………………………………………………

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masjid pertama yang didirikan oleh Nabi Muhammad SAW adalah Masjid Quba,
pada tahun pertama Hijriah (622 M). Masjid Quba dibangun oleh Nabi, bergotong royong
bersama orang yang menganut agama Islam pertama. Masjid Quba tersebut, dibangun dari
pelapah daun kurma serta batu-batu gurun. Mihrab yang jadi tanda arah kiblat dibuat dari
batu bara. Masjid tersebut mempunyai ruang persegi empat dengan dinding di sekelilingnya.
Sebelah Utara dibuat serambi untuk shalat, bertiang pohon kurma, beratap datar terbuat dari
pelepah dan daun kurma bercampur tanah liat. Begitu pula, terdapat serambi disekeliling
dinding masjid, ditengah-tengah lapangan terbuka dalam masjid ada sebuah sumur tempat
mengambil wudlu. Masjid Quba ini adalah contoh bentuk masjid-masjid yang didirikan pada
zaman Nabi Muhammad SAW.

Kemudian Masjidil Haram juga penting kedudukannya dalam Islam karena ditengah-
tengahnya terletak Ka`bah yang menjadi kiblat shalat umat Islam seluruh dunia dan tawaf
dalam ibadah haji. Dahulu, luas lapangan masjid ini sampai ke Ka`bah hanya beberapa meter.
Sekarang sudah menjadi demikian luasnya sehingga dapat memuat ratusan ribu manusia yang
melakukan shalat.

Kesimpulan yang didapat dengan contoh dua masjid bersejarah ini, dalam dunia Islam
ialah bahwa perbaikan dan pembaharuan masjid dapat mengubah arsitekturnya. Sehingga
arsitektur dari sebuah masjid dapat berubah dalam perjalanan sejarahnya. Apabila arsitektur
dari sebuah masjid dapat berubah tentulah arsitektur dari masjid yang dibangun dalam ruang
dan waktu berbeda akan dapat berbeda-beda pula. Misalnya masjid yang ada di Tiongkok
menjadi pusat kerohanian (ibadat), kegiatan sosial (tempat pertemuan, perayaan Islam),
sekolah, pengadilan, konferensi. Arsitektur, kepegawaian, dan aktivitas masjid ini mengalami
pengaruh Budisma. Pembagian ruang selain tempat ibadat, ada juga tempat kuliah, tidur,
konferensi, pengurus masjid, kamar mandi, dan kamar mayat. Kemudian, masjid di
Washington dipengaruhi oleh arsitektur bangunan blok Amerika tanpa gubah-gubah, dan
mempunyai sebuah menara. Bagian dalamnya dibangun ruangan-ruangan untuk madrasah,
perpustakaan, dan taman baca, serta dibangun juga tempat kerjasama kebudayaan Timur dan
Barat.

4
Apabila dilihat diantara hasil seni bangunan Islam, yang sangat menonjol adalah
masjid-masjid kuno yang berada di Indonesia. Yaitu, mempunyai kekhasan corak atau bentuk
bila dibandingkan dengan corak masjid-masjid di negeri lain. Kekhasan corak seni bangunan
masjid itu mungkin disebabkan faktor keuniversalan yang terkandung dalam pengertian
masjid menurut hadits dan tidak adanya aturan yang dicantumkan dalam ayat-ayat Al Qur`an
bagaimana seharusnya membuat bangunan masjid, kecuali arahnya yang disebut kiblat.
Dengan demikian, dalam dunia Islam kalangan arsitek dan masyarakat muslim mempunyai
kebebasan untuk berkreasi membuat bangunan masjid. Sejumlah masjid yang
memperlihatkan kekhasan arsitek masjid-masjid kuno adalah Masjid Agung Demak, Masjid
Agung Banten, dan sebagainya.

Tetapi, berbeda dengan Masjid Agung Baiturrahim yang berada di kota Lhoksukon
yang mempunyai arsitektur yang unik. Yaitu masjid ini memliki konsep yang berasal dan
bergaya Timur Tengah yang tidak banyak masjid di sekeliling nya memiliki gaya yang sama.
Masjid ini mempunyai history yang panjang dari tahap pembangunannya sampai jadi seperti
sekarang. Desain interior masjid ini yang banyak dipenuhi ukiran dan kaligrafi yang dibuat
langsung oleh masyarakat di sekitar masjid. Dari arah depan masjid ini memliki gerbang
masuk yang megah dan dipenuhi ukiran-ukiran yang membuat kesan masjid menjadi sangat
menarik. Kemudian gerbang utama dibuat dengan rancangan yang sangat bagus, keseluruhan
areal masjid yang dibalut dengan teralis besi, gerbang utama ini juga dibalut dengan
campuran beberapa warna dan dinominasi oleh ornament dan ukiran-ukiran dan relief-relief.

Bentuk masjid ini dibangun dengan gaya modern, dengan khas budaya Timur Tengah
yang sangat kental dengan dibalut dengan menggunakan warna yang hampir keseluruhan
bangunannya. Selain memakai warna putih, terdapat juga warna biru yang digunakan untuk
bagian kubah dengan corak sedikit warna kuning keemasan. Dibagian atas terdapat 1 kubah
utama yang berukuran besar yang dikelilingi 4 kubah dengan dikelilingi 4 kubah dengan
ukuran yang lebih kecil yang mengelilingi kubah utama. Bentuk kubah masjid ini berbentuk
bulat dengan memiliki ornamen yang unik di bagian puncak kubahnya. Kubah ini
difungsikan sebagai tempat peletakan pengeras suara.

Kemudian, Masjid Agung Baiturrahim Lhoksukon ini tidak hanya unik dari
bentuknya saja yang memang banyak peminat atau para wisatawan berkunjung. Tetapi, untuk
bagian isi atau rangkaian kegiatan pun selalu dilaksanakan. Misalnya, dalam kegiatan
keagamaan, seperti kegiatan kajian yang rutin dilaksanakan setiap malam dengan tema yang

5
berbeda-beda tiap harinya, kegiatan social dan kegiatan belajar mengajar untuk anak usia dini
atau PAUD karena Masjis ini memiliki sekolah yang terletak tepat di belakang area Masjid
Baiturrahim ini. Rangkaian kegiatan tersebut seperti kegiatan sholat 5 waktu dan sholat hari
raya memang pasti dilaksanakan, masjid ini juga melaksanakan beberapa kegiatan dalam
waktu-waktu tertentu seperti kegiatan manasik haji, sunnatan masal dan sebagainya.

Jemaah yang dating akan merasakan sensasi yang berbedadan luar biasa dikarenakan
keunikan dari masjid ini, menurut narasumber banyak juga warga ataupun masyarakat yang
sengaja dating untuk meliput bagian arsitektur masjid ini dan meliput berbagai rangkaian
kegiatan Masjid Agung Baiturrahim Lhoksukon seperti dalam rangkaian sholat tarawih dan
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di masjid ini. Sehingga, menjadikan Masjid Agung
Baiturrahim Lhoksukon ini menarik untuk dijadikan sebagai objek penelitian dan ditulis
dalam karya ilmiah dengah judul Interpretasi Arsitektur, Kriteria dan Elemen Masjid Agung
Baiturrahim Lhosukon Aceh, Kabupaten Aceh Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan lebih jauh tentang Masjid Agung
Baiturrahim Lhoksukon. Hal yang diteliti mencakup Interpretasi Arsitektur, Kriteria dan
Elemen di Masjid Agung Baiturrahim Lhoksukon Aceh, Aceh Utara. Bertitik tolak dari latar
belakang di atas maka permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah awal pembangunan Masjid Agung Baiturrahmim lhoksukon?

2. Apa saja elemen-elemen dan kriteria yang terdapat di Masjid Agung Baiturrahim
Lhoksukon?

3. Penjelasan tentang interpretasi mengenai arsitektur di dalam bangunan Masjid Agung


Baiturrahim Lhoksukon!

1.3 Tujuan Penelitian

Dari penelitian tentang Masjid Agung Baiturrahim Lhoksukon, ada dua tujuan
penelitian yang diharapkan penulis, yaitu:

1. Memperoleh informasi lengkap mengenai sejarah Masjid Agung Baiturrahim di Kota


Lhoksukon,

2. Memperoleh deskripsi lengkap mengenai rangkaian aktivitas Masjid Agung Baiturrahim di


Kota Lhoksukon.
6
BAB II

PEMBAHASAN

2.2 Deskripsi dan Sejarah Arsitektur Masjid Agung Baiturrahim Lhoksukon, Aceh

2.2.1 Sejarah Pembangunan Masjid Agung Baiturrahim Lhoksukon – Aceh Utara

Masjid Baiturrahim dijadikan sebagai Masjid Agung untuk daerah Kota Pusat
Lhoksukon, Aceh Utara. Kecamatan Meunasah Asan Ab, Kota Lhoksukon Kabupaten Aceh
Utara, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Pembangunan masjid tersebut berawal dari
kesepakatan masyarakat dalam musyawarah yang di hadiri mantan bupati aceh utara (tahun
70-an), Abdullah yakop. Pembangunan desain awal dengan 4 pondasi tiang dasar utama yang
menopang bangunan masjid dengan luas 5.450m2, serta luas area 8.900 m2. Bentuk Masjid
ini dibangun dengan gaya modern, dengan khas budaya Timur Tengah yang di balut dengan
warna putih pada keseluruhan bangunannya. Kemudian balutan warna biru dipakai untuk
bagian kubah dengan sedikit corak warna kuning ke-emasan. Rencana untuk pembangunan
masjid ini sebenarnya sudah digulirkan sejak tahun 1968. Kemudian pencarian lokasi yang
strategis untuk sebuah Masjid Agung dilakukan dan akhirnya mengambil tempat di lokasi
Sekolah Rakyat (SDN 3 Lhoksukon), yang kemudian di tukar giling dengan tanah lain pada
tahun 1972. (Gambar 1:Masjid Agung Baiturrahim).

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Pada tahun yang sama (1972), pembangunan Masjid Agung Baiturrahim mulai
dilakukan. Dipimpin oleh Tengku H. Ibrahim Bin H. Ya’qub, bersama dengan para tokoh
masyarakat lain seperti tengku Ismail bin Dayah, Abu Sulaiman, Tengku Kasem Usman, dan

7
lain sebagainya. Bupati Aceh Utara untuk periode 1973 hingga 1978, Abdullah Yakob juga
turut mendukung dan mengulurkan tangan kepada pembangunan masjid tersebut. Peletakan
batu pertama untuk menandai dimulainya pembangunan Masjid Agung Baiturrahim
dilakukan oleh Bupati Aceh dan disaksikan oleh beberapa ulama tersohor di Lhoksukon.
Pembangunan Masjid Agung Baiturrahim ini memakan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar
7 tahun pembangunan. Bangunan masjidnya baru selesai dan diresmikan pada tahun 1980.

Pada awalnya, Masjid Baiturrahim belum dijadikan sebagai Masjid Agung Kota
Lhoksukon., Namun dengan perubahan status Lhoksukon yang menjadi sebuah Kota
Kabupaten, akhirnya pada tahun 2007 berubah sebagai Masjid Agung di berikan kepada
Masjid Baiturrahim ini. Tahapan pembangunan yang masih dilakukan pada tahun 2017
kemarin adalah perluasan halaman dan juga pembebasan lahan.

2.2.2 Renovasi Masjid Agung Baiturrahim Lhoksukon – Aceh Utara

Masjid Agung Baiturrahim Lhoksukon mengalami beberapa renovasi, dan renovasi


terakhir dilakukan pada tahun 2004 lalu, pada saat Lhoksukon sebagai Ibukota Aceh Utara
dan Pemekaran Kota Lhoksumawe pada tahun 2001. Renovasi tersebut dilakukan pada saat
Aceh Utara dipimpin oleh Bupati Ir. H. Tarmizi A Karim, M.Sc. Renovasi mulai dilakukan
pada bulan Agustus 2004 dengan dana bantuan dari APBD dan Swadaya masyarkat setempat.
(Gambar 2:Ukiran ).

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Bentuk bangunan masjid ini dirancang sedemikian rupa dengan arsitektur khas Timur
Tengah. masjid ini memiliki jumlah tiang penyangga yang tidak biasa, yaitu memiliki 6 tiang
penyangga struktur atapnya. Dibagian atas terdapat 1 kubah induk berukuran paling besar,
kemudian dikelilingi 4 kubah dengan ukuran lebih kecil yang mengelilingi kubah induknya.

8
Kemudian gerbang utama dibuat dengan rancangan yang sangat bagus, dengan teralis
besi yang membatasi keseluruhan areal masjid nya. Pada bagian dalam masjid dibalut dengan
campuran beberapa warna dan didominasi oleh ornamen-ornamen dari relief tembaga. 2
menara juga turut dibangun dibagian atas bangunan utama masjidnya. Menara tersebut
berdenah bulat dengan ornamen unik dibagian puncaknya. Menara ini difungsikan sebagai
tempat peletakan pengeras suara. Jika masuk ke dalam masjid, kita akan disuguhi tempat
ibadah yang begitu bersih dengan berbagai hiasan dan ornamen yang membalut hampir
keseluruhan tembok bangunannya. Mihrab dibaut seperti ruangan, dengan satu mimbar kayu
denga ukiran yan unik. Bagian lantainya dibalut dengan karpet sajadah, sedangkan
lapisannya merupakan keramik.

2.1.3 Tiga Fungsi Masjid Baiturrahim Lhoksukon, Aceh Utara

Masjid Agung Baiturrahim di Lhoksukon memiliki fungsi umum yang sesuai dengan
hadis Imam Muslim terkait dengan fungsi masjid, di antaranya adalah: ``Sesungguhnya
(masjid-masjid) ini hanyalah untuk (tempat) dzikrullah, salat, dan qira’ah Alquran`` (Shahih
Muslim, kitab al-Thaharah/2, bab Wujub Gasl al-Baul wa Ghairihi/30, no. hadis 100, 1998:

Hadis di atas menjelaskan 3 fungsi masjid, yaitu masjid sebagai pusat kontemplasi,
pusat ritual, dan pusat kajian. Pertama, masjid dikatakan sebagai pusat kontemplasi, karena
berfungsi sebagai tempat dzikrullah atau zikir. Masjid berarti “tempat sujud”. Dalam syariat
Islam ditegaskan bahwa seluruh permukaan bumi, pada intinya, adalah masjid, yakni
tempat untuk bersujud. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW,”Bumi ini telah
disediakan bagi kita sebagai tempat bersujud (masjid) dan kondisinya bersih.” (HR
Muslim). Sebagai tempat bersujud, masjid juga berfungsi sebagai tempat berzikir untuk
menyucikan hati, menenteramkan jiwa, dan mengkhusyukan nurani, sehingga seseorang
bisa bersikap santun dan rendah hati. Dengan metode zikir, kesombongan dan keangkuhan
seseorang diharapkan bisa luruh. Seseorang pun lalu bisa berintrospeksi terhadap
kesalahan dan dosa diri sendiri tanpa harus mencari-cari kesalahan orang lain, atau
berusaha mencari kambing hitam.

9
Kedua, masjid sebagai pusat ritual, karena berfungsi sebagai tempat salat. Pada
awalnya, Alquran menjadikan “salat di masjid” dan `”salat berjamaah” adalah dua hal yang
berbeda, tetapi para ulama muslim menjadikan keduanya saling terkait, dan mendapat
dukungan dari hadis (misalnya, Shahih Al-Bukhari, kitab al-Adzan/10, bab Fadhl Shalah al-
Jama‘ah/30, no. hadis 647, 2002: 163). Artinya salat di masjid adalah anjuran salat
berjamaah. Jamaah adalah simbol kebersamaan menuju persatuan. Jadi, masjid adalah pusat
ritual yang berimplikasi sosial, yaitu mempersatukan umat. Di luar masjid, umat bisa
berbeda, tapi saat di dalamnya harus bersama. Jangan masjid dijadikan sumber perpecahan
umat (Q.S. 9: 107), sehingga pembatasan pemanfaatan masjid untuk golongan tertentu saja,
adalah tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai Alquran.

Ketiga, masjid dapat disebut sebagai pusat kajian, karena masjid adalah tempat
qira’ah Alquran atau dapat diartikan membaca Alquran. Didalam Alquran terdapat teks,
makna dan sejrah. Teks untuk dibaca, makna untuk dipahami dan sejarah untuk dikaji.
Penggabungan dari membaca, memahami dan mengkaji inilah yang disebut dengan qiraah

10
Alquran. Qira’ah Alquran mencakup segala bentuk kajian keilmuan, baik berhubungan secara
langsung atau tidak dengan Alquran.

Akhirnya, berdasarkan interpretasi terhadap hadis Shahih Muslim di atas, dapat


disimpulkan bahwa masjid Agung Baiturrahim berfungsi sebagai pusat segala aktivitas
dzikrullah, media pemersatu umat, dan pusat kajian keilmuan.

2.3 Elemen-Elemen Arsitektur Masjid Agung Baiturrahim

2.3.1 Fokus pada interior

Fokus pada interior secara umum adalah elemen yang menarik perhatian karena lebih
dramatik daripada elemen lainnya.fokus poin pada interior tidak harus dengan menggunakan
penerapan warna yang berbeda ,tetapi juga bisa menggunakan elemen kecil seperti furnitur,
lampu, karya seni, bahkan karpet dan keramik.

( Gambar : 1.1 Interior ) ( Gambar : 1.2 Eksterior )

(Sumber : Dokumntasi Pribadi)

11
2.3.1 Mozaik

Mozaik merupakan gambar atau lukisan yang dibuat menggunakan material atau
menggunakan bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja di buat dan ditempel pada media
datar dengan menggunakan lem. Berbagai kepingan itu bisa terbuat dari berbagai bahan
seperti keramik, kaca, daun, ataupun kayu.

Pada zaman sekarang mozaik dapat dibentuk dari potongan-potongan kertas, batu
kecil-kecil, bahkan sudah ada aplikasi yang mempermudah untuk membuat sebuah mozaik.

2.3.3 Pola geometri

Secara umum Pola geometris adalah suatu objek, bentuk, Gambar, dan lainnya yang
berulang dengan cara tertentu dalam kumpulan data atau bentuk-bentuk geometris.

Desain geometri dalam seni islam kerapkali di bentuk dari perpaduan pengulangan
bentuk persegi dan lingkaran, yang saling menjalin dan
meliputi,sebagaimana arabasque (dengan kerapkali memadukan kedua pola itu), menjadi
bentuk pola yang rumit dan kompleks, termasuk sebuah luasnya ragam mosaik.

12
 Simetri

Simetri dalam Arsitektur adalah

 Ukiran

 Relief kaligrafi

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali di dalam Al-Qur’an. Dari segi
bahasa, kata tersebut diambil dari akar sajada-sujud, yang berate patuh, taat, serta tunduk
dengan rasa hormat dan takzim. Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi,
yang kemudian dinamai sujud oleh syariaat. Itulah sebabnya mengapa bangunan yang
dikhususkan untuk melaksanakan shlalat dinamakan masjid, yang artinya ‘’tempat bersujud’’.
Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempat sholat kaum Muslim.
Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, hakikat masjid adalah
tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah semata.

Dengan kata lain, masjid adalah tempat ibadah dan pendidikan dalam pengertiaannya
yang luas. Sebagai manusia yang berkeseniman kita bukan hanya mengamati keindahan
ornament dari segi arsitektur masjid tetapi kita juga harus mengetahui fungsi masjid sebagai
sarana beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu’wataala serta selalu
memakmurkan masjid, baik masjid kecil di desa-desa atau masjid agung di perkotaan.

14

Anda mungkin juga menyukai