Anda di halaman 1dari 22

Laporan Pendahuluan

DIARE

NAMA: RITA ANDRAYANI


NIM : PPN 12076

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL


BANDUNG, OKTOBER & 2012
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE

a. Definisi
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, kadang-kadang disertai
dengan darah atau lendir (Maryunani, 2010).
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. WHO pada tahun
1984 mendefinisikan diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari
semalam (24 jam) (Widoyono, 2011).
Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan (mencret) dan
merupakan gejala dari penyakit-penyakit lain (
Drs. Tan Hoan Tjay dan Drs. Kirana Rahardja. (2007). Obat-obat Penting
Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya Edisi ke-6 Lengkap Dengan
Obat-Obat Terbaru. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/ tanpa darah dan
/atau lendir dalam tinja (Mansjoer & dkk, 2000).
b. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya (Maryunani, 2010):
a. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral
Infeksi saluran pernapasan yang merupakan utama diare pada anak,
meliputi:
1. Golongan Bakteri: Salmonella sp, Shigella sp, Staphylococcus
aureus, vibrio cholera, bacillus cereus, escherichia coli
2. Golongan virus: Adenovirus, Astrovirus, Calicivirus, Astrovirus,
Minirotavirus
3. Golongan parasit: Balantidium coli, Capillaria philippinesis,
Candida, Strongyloides stercotalis
b) Infeksi parenteral
Infeksi di luar saluran pencernaan makanan seperti otitis media akut
(OMA), bronkopneumonia, tonsilitis, ensefalitis. Keadaan ini terutama
pada bayi dan anak berusia di bawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi (gangguan absorbsi)
Seperti gangguan absorbsi karbohidrat (pada bayi dan anak yang tersering
adalah intoleransi laktosa) malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan seperti alergi makanan, makanan basi dan beracun.
d. Faktor psikologis seperti rasa takut dan cemas.

Berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan beberapa jenis diare yaitu (Tjay dan

Rahardja, 2007) yaitu:

a. Diare akibat virus misalnya influenza perut dan travellers diarrhoea yang
disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus melekat pada sel-sel
mukosa usus yang menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan
sekresi air dan elektrolit memegang peranan.

b. Diare bakterial invasif (bersifat menyerbu) agak sering terjadi, tetapi mulai
berkurang berhubung semakin meningkatkan derajat higiene masyarakat.

c. Diare parasiter akibat protozoa seperti entamoeba histolytica dan Giardia


lamblia, yang terutama terjadi di daerah (sub) tropis. Yang pertama membentuk
enterotoksin pula.

d. Akibat penyakit, misalnya colitis ulcerosa, p. Crohn, Irritable Bowel Syndrome


(IBS), kanker colon dan infeksi –HIV. Juga akibat gangguan-gangguan seperti
alergi terhadap makanan/minuman, protein susu sapi dan gluten (coeliakie)
serta intoleransi untuk laktosa karena defisiensi enzim laktase.

e. Akibat obat, yaitu digoksin, kinidin, garam-Mg dan litium, sorbitol, beta-
blockers, perintang-ACE, reserpin, sitostatika dan antibiotika berspektrum luas
(ampisilin, amoksisilin, sefalosporin, klindamisin, tetrasiklin)

f. Akibat keracunan makanan sering terjadi, misalnya pada waktu perhelatan


anak-anak sekolah atau karyawan perusahaan dan biasanya disertai pula dengan
muntah-muntah.
c. Patofisiologi

Infeksi Malabsorbsi Makanan

Kuman masuk dan Tekanan osmotik Toksin tidak dapat


berkembang dalam usus diabsorbsi

Pergeseran air dan Hiperperistalik


Toksin dalam dinding usus
elektrolit ke rongga usus
halus
Kemampuan absorbsi menurun
Isi rongga usus
Hipersekresi air dan
elektrolit usus

DIARE
DIARE

BAB sering dengan


Inflamasi Saluran
konsistensi encer
Pencernaan

Kulit di sekitar anus Cairan yang keluar Agen pirogemic Mual dan muntah
lecet dan iritasi banyak

Kemerahan dan Dehidrasi Masuk ke usus halus Anoreksi


gatal
Kekurangan volume Merangsang hipotalamus Nutrisi kurang dari
Resiko kerusakan cairan kebutuhan
integritas kulit Suhu tubuh

Hipertermi
d. Tanda dan gejala
Beberapa tanda dan gejala diare antara lain (Widoyono, 2011):
1. Gejala umum
a) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare
b) Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut
c) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare
d) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis,
bahkan gelisah
2. Gejala spesifik
a) Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan
berbau amis.
b) Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah

e. Penatalaksanaan
Prinsip (Mansjoer & dkk, 2000):
1. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk menggoreksi kekurangan cairan
dan elektrolit secara cepat (terapi dehidrasi) kemudian menganti cairan
yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan).
2. Makanan harus diteruskan bahkan ditinggalkan selama diare untuk
menghindarkan efek buruk pada status gizi.
3. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada
manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare
dengan panas, kecuali pada:
- Disentri, bila tidak berespon pikiran kemungkinan amoebiasis
- Suspek kolera dengan dehidrasi berat
- Diare persisten
4. Obat-obat anti diare meliputi antimotilitas (misal: loperamid, difenoksilat,
kodein, opium) adsorben (misal: norit, kaolin, attapulgit). Antimuntah
termasuk prometazin dan klorpromazin. Tidak satupun obat-obat ini
terbukti mempunyai efek yang nyata untuk diare akut dan beberapa
malahan mempunyai efek yang membahayakan. Obat-obat ini tidak boleh
diberikan pada anak < 5 tahun.
Penatalaksanaan penderita diare antara lain dengan (Maryunani, 2010):
1) Anamnesis
Kepada penderita atau keluarganya perlu ditanyakan mengenai riwayat
perjalanan penyakit, antara lain:
a) Lamanya sakit/diare.sudah berapa jam, hari
b) Frekuensi (berapa kali sehari)
c) Banyaknya/volumenya (berapa banyak setiap kali BAB, misalnya
berapa ml/popok penuh)
d) Warnanya (biasa, kuning, berlendir, berdarah, seperti air cucian beras)
e) Baunya (amis,busuk)
f) Buang air kecil (banyaknya, warnanya, kapan terakhir buang air kecil)
g) Ada tidaknya batuk, panas, pilek, dan kejang (sebelum, selama, atau
setelah diare)
h) Jenis, bentuk dan banyaknya makanan dan minuman sebelum dan
sesudah sakit
i) Adakah penderita diare disekitar rumah
j) Berat badan sebelum sakit (bila diketahui)
2) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Auskultasi
3) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan tinja
Spesimen tinja perlu diperiksa untuk mengetahui sel darah putih dan
darah. Pulasan Gram, dan biakan dilakukan apabila diare merupakan
gejala utama. Jika melena atau darah di dalam tinja telah diuraikan
atau diamati oleh klinisi, maka proktoskopi, sigmoidoskopi, atau
kolonoskopi sering merupakan indikasi.
Diagnosis Fisik Evaluasi Diagnosis dan Fungsi di Bangsal. Jannice L.
Willms, Henry Schneiderman, Paula S. Algranati. (2003). Jakarta:
EGC.
Selain itu pemeriksaan tinja seperto makroskopis dan mikroskopis, pH
dan kadar gula jika diduga ada intolerandi gula (sugar intolerance),
biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi
terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
b) Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na,
K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang)
c) Pemeriksaan faal ginjal
Kadar ureum dan kreatinin
Tanda diare : Kadar Ureum dan Creatinin meningkat
d) Pemeriksaan elektrolit
Kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor dalam serum
Tanda diare: Hiponatremi, Hipernatremi, Hipokalemi

4) Pengobatan Yang sesuai:


Prinsip pengobatan diare, meliputi
a) Terapi cairan
b) Dietetik (cara pemberian makanan)
c) Terapi suportif
d) Edukasi
Tujuan Pengobatan:
a) Mencegah dehidrasi
b) Mengatasi dehidrasi yang telah ada
c) Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama
dan setelah diare
d) Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare,
dengan memberikan suplemen zinc

f. Kemungkinan data fokus:


A) Wawancara
1) Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-
11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap
infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insiden penyakit
pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus terjadi karena infeksi usus
asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak
menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh
terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya.
2) Keluhan Utama
BAB lebih dari 3x
3) Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kal, waktu
pengeluaran: 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari (diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis)
4) Riwayat penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakaian antibiotik atau
kortikosterois jangka panjang (peubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA
campak.
5) Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan
buah dan susu. Kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat
rentan, cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan
dan sanitasi makanan, kebiasaan cuci tangan dan berat badan.
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare
7) Riawayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpangan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal

8) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


a) Pertumbuhan
1) Pertumbuhan
a) Kenaikan BB karena umur 1-3 tahun berkisar antara
1.5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8
cm) pertahun
b) Kenaikan lingkar kepala : 12 cm ditahun pertama dan
2 cm ditahun kedua dan seterusnya
c) Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu, geraham
pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14-16
buah
d) Erupsi gigi: geraham perama menusul gigi taring
2) Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund
Freud
a) Fase anak:
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido,
memulai menunjukkan keakuannya, cinta diri
sendiri/egositik, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas
utamanya adalah latihan kebersihan, perkembangan
bicara dan bahasa (meniru dan mengulang kata
sederhana, hubungan interpersonal bermain).

Tahap perkembangan Psikososial menurut Erik Erikson

a) Autonomy vs Shame and doundt


Perkembangan keterampilan motorik dan bahasa
dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan
yang ia peroleh Dario kemampuannya untuk mandiri
(tak tergantung). Melalui dorongan orangtua untuk
makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orangtua terlalu
over protektif nenuntut harapan yang terlalu tinggi maka
anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga
halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang
pada diri anak
b) Gerakan kasar dan halus, bicara, bahasa dan kecerdasan,
bergaul dan mandiri:
Umur 2-3 tahun:
1) Berdiri dengan satu kaki tanpa berpengangan
sedikitpun 2 hitungan (GK)
2) Meniru membuat garis lurus (GH)
3) Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata
(BBK)
4) Melepas pakaian sendiri (BM)

B) Pemeriksaan fisik (head to toe)


a) Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
c) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada
anak umur 1 tahun lebih
d) Mata : cekung, kering, sangat cekung
e) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan
haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
h) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah
perianal.
i) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400
ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami
stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap
tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa,
dan kemudian menerima.

C) Pemeriksaan diagnostik
1) Laboratorium
a) Feses kultur: bakteri, virus, parasit, candida
b) Serum elektrolit: hiponatremia, hipernatremi, hipokalemi
c) AGD: Asidosis metabolik (Ph menurun, pO2 meningkat, HCO3
menurun)
d) Faal ginjal: UC meningkat (GGA)
2) Radiologi: mungkin ditemukan bronchopemoni

D) Terapi
Rehidrasi
1. jenis cairan
1) Cara rehidrasi oral
a) Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa)
seperti orali, pedyalit setiap kali diare.
b) Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
2) Cara parenteral
a) Cairan I : RL dan NS
b) Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1 + KCL

D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL

c) HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus pada


diare usia > 3 bulan.
2. Jalan pemberian
1) Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
2) Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadaran
menurun)
3. Jumlah Cairan ; tergantung pada :
1) Defisit ( derajat dehidrasi)
2) Kehilangan sesaat (concurrent less)
3) Rumatan (maintenance)
4. Jadwal / kecepatan cairan
1) Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat
badanya kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :
a) BB (kg) x 50 cc
b) BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
2) Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
+ 50 cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt.

g. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
keperawatan
1. Ds: Etiologi/infeksi, Kekurangan volume
Keluarga mengatakan anak
malabsorbsi, cair
sudah BAB 5 x / hari
makanan,
dengan karakteristik cair
psikologis
Do:
a. Anak tampak lemas
Diare
b. Mata tampak cekung
c. CRT ≥ 3 detik
d. Membrane mukosa BAB sering
kering dengan
e. Kulit kering konsistensi cair

Cairan banyak
keluar

Dehidrasi

2. Ds: Etiologi/infeksi, Nutrisi kurang dari


Keluarga mengatakan anak
malabsorbsi, kebutuhan
tidak nafsu makan
makanan,
Do:
a. psikologis
Porsi makan tidak habis
Diare
b.
BB turun 30%
Inflamasi saluran
c.
percernaan
Anak tampak lemas

Mual dan
muntah

Anoreksia
3. Ds: Etiologi/infeksi, Hypertermi
Keluarga mengatakan anak
malabsorbsi,
rewel
makanan,
Do:
a. Suhu lebih dari 38oC psikologis
b. Cengeng
Diare

Agen pirogenic

Merangsang
hipothalamus

Peningkatan
suhu tubuh

4. DS: Etiologi/infeksi, Resiko kerusakan


Keluarga mengatakan di
malabsorbsi, integritas kulit
rumah selalu menggunakan
makanan,
pampers
psikologis
Do:
a. disekitar bokong dan
Diare
anus tampak kemerahan
b. Anak menggunakan
BAB sering
pampers dengan
c. Anak tampak merintih konsistensi encer
kesakitan pada saat
dibersihkan di sekitar
Kulit disekitar
anus dan bokong
d. BAB ≥ 6x/hari anus lecet dan
iritasi

Kemerahan dan
gatal
Kerusakan
integritas kulit

h. Daftar Diagnosa Keperawatan


a) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare
b) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
kemampuan usus dalam mengabsorbsi makanan, penurunan
mengabsorbsi makanan ditandai dengan porsi makan tidak habis, anak
tampak lemas.
c) hipertermi berhubungan dnegan inflmasi saluran pencernaan
d) Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
pemakaian pampers yang terlalu lama ditandai dengan anak
menggunakan pampers disekitar anus tampak kemerahan, anak tampak
merintih kesakitan pada saat dibersihkan disekitar anus, BAB 5x/hari
pegeluaran feses secara terus menerus.
i. Rencana Asuhan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
1. Kekurangan volume Tujuan Umum: a. Observasi TTV a. Mengetahui perubahan keadaan
cairan berhubungan Setelah dilakukan klien
b. Observasi tanda-tanda
b. Mengetahui tingkat keparahan
dengan diare tindakan keperawatan
dehidrasi
rehidrasi
Ds: selama 24 jam, c. Ukur intake output cairan
c. Mengetahui keseimbangan
Keluarga
masalah volume
d. Anjurkan keluarga untuk cairan
mengatakan anak
cairan dapat teratasi d. Meningkatkan input cairan dan
memberikan minuman yang
sudah BAB 5 x /
Tujuan Khusus: mengimbangi output cairan yang
banyak
hari dengan
Setelah dilakukan telah dikeluarkan lewat BAB
karakteristik cair
tindakan selama 2 jam yang sering
e. Kolaborasi dengan dokter
Do: masalah teratasi
dalam pemberian therapi e. Membantu meningkatkan
a. Anak tampak
dengan f. Kolaborasi dengan tim gizi
masukan cairan
lemas
Kriteria evaluasi: dalam pemberian cairan f. Mengurangi keparahan dehidrasi
b. Mata tampak
a. CRT ≤ 3 detik rendah sodium
cekung
b. Membran mukosa
c. CRT ≥ 3 detik
d. Membrane lembab
c. Kulit lembab
mukosa kering
e. Kulit kering
2. Nutrisi kurang dari Tujuan Umum: a. Kaji pola nutrisi anak dan a. Mengetahui pola nutrisi anak
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan perubahan yang terjadi apakah terjadi perubahan/tidak
b. Timbang BB anak setiap hari b. Mengetahui BB apakah terjadi
berhubungan dengan tindakan keperawatan
dengan timbangan yang sama perubahan/tidak
penurunan selama 1x24 jam,
c. Kaji faktor penyebab c. Mengetahui penyebab terjadinya
kemampuan usus anak tidak mengalami
gangguan pemenuhan nutrisi gangguan pemenuhan nutrisi dan
dalam mengabsorbsi penurunan BB d. Lakukan pemeriksaan fisik
untuk menentukan diet klien
makanan, penurunan Tujuan Khusus: abdoment d. Mengetahui bising usus,
e. Berikan diet dalam kondisi
mengabsorbsi Setelah dilakukan kembung/tidak, nyeri tekan/tidak
hangat dan porsi kecil tapi e. Menjaga intake makanan tetap
makanan ditandai tindakan keperawatan
sering adekuat
dengan porsi makan selama 24 jam
f. Kolaborasi dengan tim gizi f. Klien diharapkan mendapat gizi
tidak habis, anak masalah teratasi
dalam pemenuhan diet klien yang tepat sesuai dengan yang
tampak lemas. dengan
dihadapi anak
Kriteria evaluasi:
Ds:
Keluarga a. Porsi makan
mengatakan anak habis
b. Anak tidak lemas
tidak nafsu makan
c. BB meningkat
Do:
a.
Porsi makan tidak
habis
b.
BB turun
c.
Anak tampak lemas
3. Gangguan Tujuan Umum: a. Observasi TTV dan a. Mengetahui perubahan kondisi
termoregulasi Setelah dilakukan keadaan umum anak anak
b. Berikan kompres hangat b. Kompres hangat memberikan
(hipertermi) tindakan keperawatan
efek vasodilatasi pembuluh
berhubungan dnegan selama 1x24 jam,
darah sehingga dapat
inflmasi saluran suhu anak normal
meningkatkan pengeluaran
pencernaan Tujuan Khusus:
panas tubuh melalui pori-pori
Ds: Setelah dilakukan
c. Mengganti cairan yang hilang
Keluarga c. Anjurkan anak minum
tindakan keperawatan
mengatakan anak yang banyak sesuai
selama 2 jam masalah
rewel dengan kebutuhan
teratasi dengan
d. Kolaborasi dalam d. Antipiretik adalah golongan obat
Do: Kriteria evaluasi:
pemberian obat untuk menurunkan suhu tubuh
a. Suhu lebih dari
a. Suhu anak normal
antipiretik
38oC
antara 36-37oC
b. Cengeng
b. Tidak cengeng

4. Resiko terjadinya Tujuan Umum: a. Ganti pamper, jika a. Menghindari terjadinya iritasi
kerusakan integritas Setelah dilakukan pampers sudah basah pada kulit
b. Bersihkan daerah bokong b. Menciptakan suasana bersih di
kulit berhubungan tindakan keperawatan
dengan pemakaian selama 2x24 jam, setiap habis buang air daerah bokong agar terhindar
pampers yang terlalu tidak terjadi besar dari infeksi
c. Beri salep bila terjadi c. Mengatasi iritasi yang terjadi
lama ditandai kerusakan integritas
d. Adanya tanda-tanda infeksi
iritasi pada kulit
dengan anak kulit selama dalam
d. Observasi tanda-tanda membutuhkan penanganan lebih
menggunakan perawatan
infeksi pada sekitar lanjut
pampers disekitar Tujuan Khusus:
bokong
anus tampak Setelah dilakukan
e. Kolaborasi dalam
kemerahan, anak tindakan keperawatan
e. Mengatasi iritasi
pemberian terapi
tampak merintih selama 24 jam
antifungi sesuai indikasi
kesakitan pada saat masalah teratasi
dibersihkan disekitar dengan
anus, BAB 5x/hari Kriteria evaluasi:
pegeluaran feses Daerah sekitar
secara terus bokong tidak ada
menerus. tanda-tanda infeksi
DS:
Keluarga
mengatakan di
rumah selalu
menggunakan
pampers

Do:
a. disekitar bokong
dan anus tampak
kemerahan
b. Anak
menggunakan
pampers
c. Anak tampak
merintih
kesakitan pada
saat dibersihkan
di sekitar anus
dan bokong
d. BAB ≥ 6x/hari
DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, A. (2010). Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Jakarta: TIM.

Mansjoer. (2000). Kapita selekta kedokteran. Edisi 2. Jakarta: Media Aesculapius

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh kembang anak. EGC. Jakarta.

Widoyono. (2011). Penyakit tropis epidemiologi, penularan, pencegahan, dan


pemberantasan. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai