Diare
Diare
DIARE
a. Definisi
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, kadang-kadang disertai
dengan darah atau lendir (Maryunani, 2010).
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. WHO pada tahun
1984 mendefinisikan diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari
semalam (24 jam) (Widoyono, 2011).
Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan (mencret) dan
merupakan gejala dari penyakit-penyakit lain (
Drs. Tan Hoan Tjay dan Drs. Kirana Rahardja. (2007). Obat-obat Penting
Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya Edisi ke-6 Lengkap Dengan
Obat-Obat Terbaru. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/ tanpa darah dan
/atau lendir dalam tinja (Mansjoer & dkk, 2000).
b. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya (Maryunani, 2010):
a. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral
Infeksi saluran pernapasan yang merupakan utama diare pada anak,
meliputi:
1. Golongan Bakteri: Salmonella sp, Shigella sp, Staphylococcus
aureus, vibrio cholera, bacillus cereus, escherichia coli
2. Golongan virus: Adenovirus, Astrovirus, Calicivirus, Astrovirus,
Minirotavirus
3. Golongan parasit: Balantidium coli, Capillaria philippinesis,
Candida, Strongyloides stercotalis
b) Infeksi parenteral
Infeksi di luar saluran pencernaan makanan seperti otitis media akut
(OMA), bronkopneumonia, tonsilitis, ensefalitis. Keadaan ini terutama
pada bayi dan anak berusia di bawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi (gangguan absorbsi)
Seperti gangguan absorbsi karbohidrat (pada bayi dan anak yang tersering
adalah intoleransi laktosa) malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan seperti alergi makanan, makanan basi dan beracun.
d. Faktor psikologis seperti rasa takut dan cemas.
Berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan beberapa jenis diare yaitu (Tjay dan
a. Diare akibat virus misalnya influenza perut dan travellers diarrhoea yang
disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus melekat pada sel-sel
mukosa usus yang menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan
sekresi air dan elektrolit memegang peranan.
b. Diare bakterial invasif (bersifat menyerbu) agak sering terjadi, tetapi mulai
berkurang berhubung semakin meningkatkan derajat higiene masyarakat.
e. Akibat obat, yaitu digoksin, kinidin, garam-Mg dan litium, sorbitol, beta-
blockers, perintang-ACE, reserpin, sitostatika dan antibiotika berspektrum luas
(ampisilin, amoksisilin, sefalosporin, klindamisin, tetrasiklin)
DIARE
DIARE
Kulit di sekitar anus Cairan yang keluar Agen pirogemic Mual dan muntah
lecet dan iritasi banyak
Hipertermi
d. Tanda dan gejala
Beberapa tanda dan gejala diare antara lain (Widoyono, 2011):
1. Gejala umum
a) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare
b) Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut
c) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare
d) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis,
bahkan gelisah
2. Gejala spesifik
a) Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan
berbau amis.
b) Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah
e. Penatalaksanaan
Prinsip (Mansjoer & dkk, 2000):
1. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk menggoreksi kekurangan cairan
dan elektrolit secara cepat (terapi dehidrasi) kemudian menganti cairan
yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan).
2. Makanan harus diteruskan bahkan ditinggalkan selama diare untuk
menghindarkan efek buruk pada status gizi.
3. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada
manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare
dengan panas, kecuali pada:
- Disentri, bila tidak berespon pikiran kemungkinan amoebiasis
- Suspek kolera dengan dehidrasi berat
- Diare persisten
4. Obat-obat anti diare meliputi antimotilitas (misal: loperamid, difenoksilat,
kodein, opium) adsorben (misal: norit, kaolin, attapulgit). Antimuntah
termasuk prometazin dan klorpromazin. Tidak satupun obat-obat ini
terbukti mempunyai efek yang nyata untuk diare akut dan beberapa
malahan mempunyai efek yang membahayakan. Obat-obat ini tidak boleh
diberikan pada anak < 5 tahun.
Penatalaksanaan penderita diare antara lain dengan (Maryunani, 2010):
1) Anamnesis
Kepada penderita atau keluarganya perlu ditanyakan mengenai riwayat
perjalanan penyakit, antara lain:
a) Lamanya sakit/diare.sudah berapa jam, hari
b) Frekuensi (berapa kali sehari)
c) Banyaknya/volumenya (berapa banyak setiap kali BAB, misalnya
berapa ml/popok penuh)
d) Warnanya (biasa, kuning, berlendir, berdarah, seperti air cucian beras)
e) Baunya (amis,busuk)
f) Buang air kecil (banyaknya, warnanya, kapan terakhir buang air kecil)
g) Ada tidaknya batuk, panas, pilek, dan kejang (sebelum, selama, atau
setelah diare)
h) Jenis, bentuk dan banyaknya makanan dan minuman sebelum dan
sesudah sakit
i) Adakah penderita diare disekitar rumah
j) Berat badan sebelum sakit (bila diketahui)
2) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Auskultasi
3) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan tinja
Spesimen tinja perlu diperiksa untuk mengetahui sel darah putih dan
darah. Pulasan Gram, dan biakan dilakukan apabila diare merupakan
gejala utama. Jika melena atau darah di dalam tinja telah diuraikan
atau diamati oleh klinisi, maka proktoskopi, sigmoidoskopi, atau
kolonoskopi sering merupakan indikasi.
Diagnosis Fisik Evaluasi Diagnosis dan Fungsi di Bangsal. Jannice L.
Willms, Henry Schneiderman, Paula S. Algranati. (2003). Jakarta:
EGC.
Selain itu pemeriksaan tinja seperto makroskopis dan mikroskopis, pH
dan kadar gula jika diduga ada intolerandi gula (sugar intolerance),
biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi
terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
b) Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na,
K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang)
c) Pemeriksaan faal ginjal
Kadar ureum dan kreatinin
Tanda diare : Kadar Ureum dan Creatinin meningkat
d) Pemeriksaan elektrolit
Kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor dalam serum
Tanda diare: Hiponatremi, Hipernatremi, Hipokalemi
C) Pemeriksaan diagnostik
1) Laboratorium
a) Feses kultur: bakteri, virus, parasit, candida
b) Serum elektrolit: hiponatremia, hipernatremi, hipokalemi
c) AGD: Asidosis metabolik (Ph menurun, pO2 meningkat, HCO3
menurun)
d) Faal ginjal: UC meningkat (GGA)
2) Radiologi: mungkin ditemukan bronchopemoni
D) Terapi
Rehidrasi
1. jenis cairan
1) Cara rehidrasi oral
a) Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa)
seperti orali, pedyalit setiap kali diare.
b) Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
2) Cara parenteral
a) Cairan I : RL dan NS
b) Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
g. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
keperawatan
1. Ds: Etiologi/infeksi, Kekurangan volume
Keluarga mengatakan anak
malabsorbsi, cair
sudah BAB 5 x / hari
makanan,
dengan karakteristik cair
psikologis
Do:
a. Anak tampak lemas
Diare
b. Mata tampak cekung
c. CRT ≥ 3 detik
d. Membrane mukosa BAB sering
kering dengan
e. Kulit kering konsistensi cair
Cairan banyak
keluar
Dehidrasi
Mual dan
muntah
Anoreksia
3. Ds: Etiologi/infeksi, Hypertermi
Keluarga mengatakan anak
malabsorbsi,
rewel
makanan,
Do:
a. Suhu lebih dari 38oC psikologis
b. Cengeng
Diare
Agen pirogenic
Merangsang
hipothalamus
Peningkatan
suhu tubuh
Kemerahan dan
gatal
Kerusakan
integritas kulit
4. Resiko terjadinya Tujuan Umum: a. Ganti pamper, jika a. Menghindari terjadinya iritasi
kerusakan integritas Setelah dilakukan pampers sudah basah pada kulit
b. Bersihkan daerah bokong b. Menciptakan suasana bersih di
kulit berhubungan tindakan keperawatan
dengan pemakaian selama 2x24 jam, setiap habis buang air daerah bokong agar terhindar
pampers yang terlalu tidak terjadi besar dari infeksi
c. Beri salep bila terjadi c. Mengatasi iritasi yang terjadi
lama ditandai kerusakan integritas
d. Adanya tanda-tanda infeksi
iritasi pada kulit
dengan anak kulit selama dalam
d. Observasi tanda-tanda membutuhkan penanganan lebih
menggunakan perawatan
infeksi pada sekitar lanjut
pampers disekitar Tujuan Khusus:
bokong
anus tampak Setelah dilakukan
e. Kolaborasi dalam
kemerahan, anak tindakan keperawatan
e. Mengatasi iritasi
pemberian terapi
tampak merintih selama 24 jam
antifungi sesuai indikasi
kesakitan pada saat masalah teratasi
dibersihkan disekitar dengan
anus, BAB 5x/hari Kriteria evaluasi:
pegeluaran feses Daerah sekitar
secara terus bokong tidak ada
menerus. tanda-tanda infeksi
DS:
Keluarga
mengatakan di
rumah selalu
menggunakan
pampers
Do:
a. disekitar bokong
dan anus tampak
kemerahan
b. Anak
menggunakan
pampers
c. Anak tampak
merintih
kesakitan pada
saat dibersihkan
di sekitar anus
dan bokong
d. BAB ≥ 6x/hari
DAFTAR PUSTAKA