Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pelanggaran hak asasi manusia (HAM)saat ini memang meningkat secara cepat,
baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Pelanggaran-pelanggaran
tersebut seharusnya mendapatkan perhatian lebih, harus ada lembaga-lembaga yang
dapat menampung kasus pelanggaran ham tersebut. Upaya perlindungan Ham
ditekankan pada berbagai tindakan pencegahaan terhadap terjadinya pelanggaran
Ham.
Perlindungan ham terutama melalui pembentukan instrument hukum dan
kelembagaan Ham. Juga dapat melalui berbagai factor yang berkaitan dengan upaya
pencegahan pelanggaran ham yang dilakukan individu, masyarakat maupun Negara.
Menurut Sosiolog Lukman Soetrisno, indicator suatu pembangunan telah
menjalankan hak-hak asasi manusia apabila telah menunjukan indicator-indikator,
sebagai berikut.
1. Dalam bidang Politik berupa kemauan masyarakat untuk mengakui pluralism
pendapat dan kepentingan masyarakat.
2. Dalam bidang social berupa perlakuan yang sama oleh hukum antara wong cilik
dan priyayi dan toleransi dalam masyarakat terhadap perbedaan atau latar belakang
agama dan ras warga Negara indonnesia.
3. Dalam bidang ekonomi dalam bentuk tidak adanya system ekonomi yang berlaku.
Apabila ketiga indicator tersebut dipakai secara baik oleh kita, maka Indonesia akan
cenderung membaik. Akan tetapi, pelaksanaan pembangunan di Indonesia dewasa ini
dalam bidang politik, ekonomi dan social belum menampakan perubahan yang
signifikan.

1.2.Rumusan Masalah
Konsep penyelesaian ham berat dapat dilakukan juga melalui komisi kebenaran
dan rekonsiliasi/KKR. Konsep penyelesaian tersebut diambil apabila kasus
penyelesaian masalah HAM berat masa lampau tersebut telah melalui penyelidikan
secara mendalam oleh Komnas HAM tidak Prospektif dan akan banyak mengalami
banyak kendala bila diselesaikan melalui jalur pengadilan.
Upaya-upaya untuk menyelesaikan masalah HAM berat dimasa lampau
diharapkan dapat berjalan dengan baik, sehingga tujuan perlindungan HAM dapat
tercapai dan dapat mencegah terjadinya / terulangnya pelanggaran serupa dimasa
yang akan dating. Dengan penegakan hukum dan keadilan, maka perlindungan hak
asasi manusia warga Negara Indonesia dapat tercapai cita-cita Negara hukum dan
demokratis (democratische rechtsstaat) atau Negara demokrasiyang berdasar atas
hukum (constitutional democracy).

1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai dari penulisan Karya Tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hakekat dan pengertian HAM
2. Mengetahui dasar-dasar hukum yang mengatur HAM di Indonesia
3. Upaya perwujudan Perlindungan Hak Asasi Manusia di Indonesia
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini kami dapat pembelajaraan tentang HAM yang ada di
Indonesia, dan kami dapat mengetahui ternyata masih lemahnya penegak hukum di
Indonesia, membuat kita prihatin, contohnya saja banyak pejabat yang melakukan
pelanggaran hukum sulit dijamah oleh hukum sementara pelanggaran itu dilakukan
oleh masyarakat kecil hukum itu mulai menampakan exsistensinya.

1.5. Sistematika Karya Tulis Ilmisah


Adapun sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut :
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Perumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
4. Manfaat Penelitian
5. Sistematika Penulisan Makalah
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian HAM
2.2. Undang-Undang yang mengatur tentang perlindungan HAM
2.3. Upaya Perwujudan Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)
2.4. Penegak HAM oleh Lembaga-lembaga Perlindungan Hak Asasi Manusia
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian HAM
Hak asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam
kandungan. HAM berlaku secara universal. Dasar-dasar HAM tertuang dalam
deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of Independence of USA) dan
tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal
28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1
Dalam teori perjanjian bernegara, adanya Pactum Unionis dan Pactum
Subjectionis. Pactum Unionis adalah perjanjian antara individu-individu atau
kelompok-kelompok masyarakat membentuik suatu negara, sedangkan pactum
unionis adalah perjanjian antara warga negara dengan penguasa yang dipiliah di
antara warga negara tersebut (Pactum Unionis). Thomas Hobbes mengakui adanya
Pactum Subjectionis saja. John Lock mengakui adanya Pactum Unionis dan Pactum
Subjectionis dan JJ Roessaeu mengakui adanya Pactum Unionis. Ke-tiga paham ini
berpenbdapat demikian. Namun pada intinya teori perjanjian ini meng-amanahkan
adanya perlindungan Hak Asasi Warga Negara yang harus dijamin oleh penguasa,
bentuk jaminan itu mustilah tertuang dalam konstitusi (Perjanjian Bernegara).
Dalam kaitannya dengan itu, HAM adalah hak fundamental yang tak dapat
dicabut yang mana karena ia adalah seorang manusia. , misal, dalam Deklarasi
Kemerdekaan Amerika atau Deklarasi Perancis. HAM yang dirujuk sekarang adalah
seperangkat hak yang dikembangkan oleh PBB sejak berakhirnya perang dunia II
yang tidak mengenal berbagai batasan-batasan kenegaraan. Sebagai konsekuensinya,
negara-negara tidak bisa berkelit untuk tidak melindungi HAM yang bukan warga
negaranya. Dengan kata lain, selama menyangkut persoalan HAM setiap negara,
tanpa kecuali, pada tataran tertentu memiliki tanggung jawab, utamanya terkait
pemenuhan HAM pribadi-pribadi yang ada di dalam jurisdiksinya, termasuk orang
asing sekalipun. Oleh karenanya, pada tataran tertentu, akan menjadi sangat salah
untuk mengidentikan atau menyamakan antara HAM dengan hak-hak yang dimiliki
warga negara. HAM dimiliki oleh siapa saja, sepanjang ia bisa disebut sebagai
manusia.
Alasan di atas pula yang menyebabkan HAM bagian integral dari kajian dalam
disiplin ilmu hukum internasional. Oleh karenannya bukan sesuatu yang kontroversial
bila komunitas internasional memiliki kepedulian serius dan nyata terhadap isu HAM
di tingkat domestik. Malahan, peran komunitas internasional sangat pokok dalam
perlindungan HAM karena sifat dan watak HAM itu sendiri yang merupakan
mekanisme pertahanan dan perlindungan individu terhadap kekuasaan negara yang
sangat rentan untuk disalahgunakan, sebagaimana telah sering dibuktikan sejarah
umat manusia sendiri. Contoh pelanggaran HAM:
1. Penindasan dan merampas hak rakyat dan oposisi dengan sewenang-
wenang.
2. Menghambat dan membatasi kebebasan pers, pendapat dan berkumpul
bagi hak rakyat dan oposisi.
3. Hukum (aturan dan/atau UU) diperlakukan tidak adil dan tidak
manusiawi.
4. Manipulatif dan membuat aturan pemilu sesuai dengan keinginan
penguasa dan partai tiran/otoriter tanpa diikut/dihadir rakyat dan oposisi.
5. Penegak hukum dan/atau petugas keamanan melakukan
kekerasan/anarkis terhadap rakyat dan oposisi di manapun.
2.2. Undang-Undang yang mengatur tentang perlindungan HAM
Dalam perjalanan sejarah kenegaraan Indonesia, pelaksanaan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia telah mengalami kemajuan. Setelah pemerintah
soeharto dibentuk Komnas Ham, walaupun pelaksanaan belum semaksimal saat ini.
Berdasarkan pada tujuan Negara sebagai terkandung dalam pembukuan UUD
1945 tersebut, pada alineal IV pemukaan UUD 1945 disebutkan, bahwa Negara
Indonesia menjamin dan melindungi hak-hak asasi manusia pada warganya, terutama
kaitannya dengan kesejahteraan hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah, antara
lain berkaitan dengan hak-hak asasi dibidang politik, ekonomi, social, kebudayaan,
pendidikan, dan agama. Rincian hak-hak asasi manusia dalam pembukaan dan pasal-
pasal UUD 1945 adalah sebagai berikut.
2.2.1. Hak asasi manusia dalam pembukaan UUD 1945
Prinsip pengakuan dan jaminan Hak asasi manusia yang terdapat dalam
pembukaan UUD 1945, berbunyi sebagai berikut.
1. Alinea Pertama
“….Kemerdekaan ialah hak segala bangsa…”
Pada alinea ini memuat pengakuan hak asasi manusia atras kebebasan/ kemerdekaan
dari segala bentuk penjajahan dan penindasan bangtsa lain.
2. Alinea Kedua
“….Mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur…”
Indonesia mengakui adanya Hak Asasi manusia dalam bidang politik.
3. Alinea Ketiga
“… Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas..”
Pada kalimat tersebut menyatakan bahwa adanya pengakuan kemerdekaan bangsa
merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
4. Alinea Keempat
“…Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia…”
Alinea keempat menjelaskan tentang pengakuan kemerdekaan nasional yang
memberikan jaminan atas kesejahteraan social, menghormati kemerdekaan bangsa
didunia serta menjamin perdamaian hidup dan kesejahteraan hidup.

2.2.2 Hak Asasi Manusia dalam Batang Tubuh Undang Undang Dasar 1945
Negara Indonesia merupakan Negara yang menjungjung tinggi HAM. Hal
tersebut terlihat dalam penyusunan UUD 1945 yang beberapa pasal menjelaskan
tentang Hak-Hak warga negaranya. Hak Asasi Manusia diatur dalam Batang Tubuh
Undang-Undang tahun 1945 antara lain sebagai berikut.
a. Pasal 27
Pasal ini menerangkan bahwa Negara menjamin persamaan didalam Hukum,
Pemerintahan, dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
b. Pasal 28
Pasal ini menjamin kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pendapat
atau pikiran secara lisan maupun tulisan serta HAM.
c. Pasal 29
Pasal ini menjamin kebebasan atau kemerdekaan setiap warga Negara Indonesia
untuk memeluk agama dan kepercayaan masing-masing.
d. Pasal 30
Pasal ini menjelaskan tentang keikut sertaan dalam usaha pembelaan Negara
e. Pasal 31
Pasal ini menerangkan jaminan setiap warga Negara untuk mendapatkan pengajaran
atau pendidikan yang layak.
f. Pasal 32
Pasal ini menerangkan jaminan tentang perlindungan budaya.
g. Pasal 33
Pasal ini menjamin kebebasan setiap warga negaranya dalam bidang ekonomi, yakni
hak-hak warga Negara dalam aktivitas perekonomian.
h. Pasal 34
i. Setiap pakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara Indonesia.
Pasal-Pasal tersebut dengan jelas menyatakan dan menjelaskan tentang Hak-Hak yang
diterima oleh detiap warga Negara.

2.2.3 Hak Asasi Manusia berdasarkan Amandemen UUD 1945


Amandemen Undang-undang tahun 1945 menjelaskan secara terperinci tentang
hak asasi manusia. Hal ini tercantum khusus dalam Bab XA. Setiap pasalnya
menjelaskan Hak-hak yang dimiliki oleh setiap warga Negara.

1. Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.

2. Pasal 28B
1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

3. Pasal 28C
1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia.
2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.

4. Pasal 28D
1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil
dan layak dalam hubungan kerja.

3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam


pemerintahan.
4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraannya.

5. Pasal 28E
1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal diwilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
2) Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya.
3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.

6. Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

7. Pasal 28G
1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi.
2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.

8. Pasal 28H
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
medapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.

2) Setiap orang mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh


kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.

9. Pasal 28 I
1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
2) Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa
pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.
3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
5) Untuk menegakan dan melindungi hak assi manusia sesuai dengan prinsip negara
hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan
dituangkan dalam peraturan perundangan-undangan.

10. Pasal 28J


1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai
agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

2.2.4. Undang Undang No. 39 Tahun 1999


Selain terurai dalam pasal-pasal UUD 1945, dasar hokum yang berkaitan
dengan HAM, antara lain UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM, MPR tap tentang
komnas HAM, dan UU No.26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM. dalamUU
No.39/1999 tentang HAM yang menyangkut perlindungan HAM, terdapat 11 bab,
106 pasal, berikut ini.
1. Bab I : ketentuan umum
2. Bab II : asas-asas dasar ( pasal 2 s/d 8 )
3. Bab III : HAM dan kebebasan dasar manusia ( pasal 9 s/d 66 )
4. Bab IV : kewajiban dasar manusia (pasal 67 s/d 70 )
5. Bab V : kewajiban dan tanggung jawab pemerintah ( pasal 71 s/d 72 )
6. Bab VI : pembatasan dan larangan ( pasal 73 s/d 74 )
7. Bab VII : komisi nasioanal HAM ( pasal 75 s/d 99 )
8. Bab VIII : partisipasi masyarakat ( pasal 100 s/d 103 )
9. Bab IX : pengadilan HAM ( pasal 104 )
10. Bab X : ketentuan peralihan ( pasal 105 )
11. Bab XI : ketentuan penutup ( pasal 106 )
Dalam UU No. 39 tahun 1999 tersebut mengatur tentang HAM menjelaskan
tentang perlindungan HAM setiap manusia, si antaranya berikut ini:
1. Dalam penjelasan pasal 18 di sebutkan bahwa yang di maksud dengan “ perlindungan
“ adalah termasuk pembelaan HAM.
2. Kewajiban dasar manusia untuk tunduk pada hukum Negara, ikut dalam pembelaan
Negara, menghormati hak asasi orang lain, dan tunduk pada pembatasn yang di
tetepkan undang-undang ( pasal 67,68,69 dan 70 ).
3. Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati selaras dengan perkembangan
zaman dan peradaban.
4. Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab Negara, terutama pemerintah.
5. Untuk menegakan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip Negara
hokum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
6. Partisipasi masyarakat (perorangan, kelompok, organisasi politik, lembaga
pemasyarakat lainnya).
7. Pengadilan ham di bentuk di lingkungan peradilan umum untuk mengadili
pelanggaran HAM berat, seperti pembunuhan sewenang-wenang atau diluar putusan
pengadilan, penyiksaan, penghilangan orang secara paksa, perbudakan, atau
diskriminasiyang dilakukan secara istimewa(pasal104)

2.2.5. Tap MPR No. XVII/MPR/1998


TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998 ten tang Hak Asasi Manusia menugaskan kepada
Lembaga-lembaga Tinggi Negara dan seluruh aparatur Pemerintah untuk menghormati,
menegakkan, dan menyebarluaskan pemahaman mengenai hak asasi manusia kepada
seluruh masyarakat serta segera meratifikasi berbagai instrumen Pcrserikatan Bangsa-
Bangsa tentang Hak Asasi Manusia sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Untuk melaksanakan amanat TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak
Asasi Manusia tersebut, telah dibentuk Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia. Pembentukan Undang-undang tersebut merupakan
perwujudan tanggung jawab bangsa Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-
Bangsa dalam mengemban tanggung jawab moral dan hukum untuk menjunjung
tinggi dan melaksanakan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang ditetapkan
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa serta berbagai instrumen lainnya mengenai hak
asasi manusia yang disahkan oleh negara Republik Indonesia.
Pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia dalam TAP MPR Nomor
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia merupakan cerminan adanya peningkatan
pelaksanaan penghormatan, perlindungan, atau penegakan hak asasi manusia, yang
selama ini masih jauh dari memuaskan.
Dengan demikian hak asasi manusia yang telah tercantum dalam Undang-Undang
Dasar 1945, Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia, TAP MPR Nomor
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, dan Undang-undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia harus dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung
jawab sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam batas-batas,
rambu-rambu, dan asas-asas hukum internasional yang diakui seluruh bangsa, yang
menetapkan antara lain :
1. untuk melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan martabat
manusia, diperlukan pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia, karena
tanpa hal tersebut manusia akan kehilangan sifat dan martabatnya, sehingga
dapat mendorong manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya (homo
homini lupus);
2. karena manusia merupakan makhluk sosial, maka hak asasi manusia
yang lain sehingga kebebasan atau hak asasi manusia bukanlah tanpa batas;
3. hak asasi manusia tidak boleh dilenyapkan oleh siapapun dan dalam
keadaan apapun;
4. setiap hak asasi manusia mengandung kewajiban untuk menghormati
hak asasi manusia orang lain sehingga dalam hak asasi manusia terdapat
kewajiban dasar;
5. hak asasi manusia harus benar-benar dihormati, dilindungi, dan
ditegakkan, untuk itu Pemerintah, aparatur negara, pejabat publik lainnya,
mempunyai kewajiban dain tanggung jawab menjamin terselenggaranya
penghormatan, perlindungan, dan penegakan hak asasi manusia.
Bertitik tolak dari pendekatan perkembangan hukum baik yang dilihat dari sisi
kepentingan nasional maupun dari sisi kepentingan hubungan antar bangsa, dan
berdasarkan kondisi yang mendesak untuk menyelesaikan masalah yang diduga
merupakan pelanggaran hak asasi manusia antara lain yang terjadi di wilayah Timor
timur, berdasarkan Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 dan Pasal 104
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, maka perlu
ditetapkan Peraturan Pemerintan Pengganti Undang-undang tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia ini merupakan peraturan perundang-undang yang bersifat regulatif dan
represif, sehingga di satu sisi dapat melindungi hak asasi manusia baik perorangan
maupun masyarakat dan di sisi lain dapat memberikan penegakan, kepastian,
keadilan, dan perasaan aman baik perorangan maupun masyarakat terhadap tindakan
pelanggaran atas hak asasi manusia.
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :
1. ada dugaan telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia yang berat di
berbagai tempat yang seringkali cenderung berupa tindakan yang bersifat
serperti pembunuhan massal (genocide), pembunuhan sewenang-wenang atau
di luar putusan pengadilan (arbitrary/extra judicial killing), penyiksaan,
penghilangan orang secara paksa, atau yang dilakukan secara sistematis
(systematic discrimination), yang menimbulkan kerugian baik materiil
maupun imateriil serta mengakibatkan perasaan tidak aman baik terhadap
perorangan maupun masyarakat;
2. kondisi sebagaimana dimaksud dalam angka 1 mempunyai dampak
sangat luas baik nasional maupun internasional, antara lain mengakibatkan
menurunnya kepercayaan terhadap Pemerintah Republik Indonesia akibat
banyaknya pelanggaran terhadap hak asasi manusia, yang perlu segera diatasi;
3. tuntutan sebagian reformasi baik yang bersifat nasional maupun
internasional yang sangat mengganggu jalannya pemerintahan sehingga harus
segera diatasi dan diciptakan suasana kondusif berupa ketertiban, ketentraman,
dan keamanan harus memperhatikan prinsip-prinsip hak asasi manusia yang
diakui oleh bangsa yang beradab.
Adapun materil yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
ini meliputi kedudukan dan tempat kedudukan, lingkup kewenangan Pengadilan Hak
Asasi Manusia, penyelidikan, penuntutan, dan pemeriksaan perkara, serta perihal
Pembentukan Pengadilan Hak Asasi Manusia untuk pertama kali.

2.3. Upaya Perwujudan Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)


Dewasa ini hak asasi manusia tidak lagi dipandang sekadar sebagai perwujudan faham
individualisme dan liberalisme. Hak asasi manusia lebih dipahami secara humanistis sebagai
hak-hak yang inheren dengan harkat dan martabat kemanusiaan, apapun latar belakang ras,
etnik, agama, warna kulit, jenis kelamin dan pekerjaannya. Dewasa ini pula banyak kalangan
yang berasumsi negatif terhadap pemerintah dalam menegakkan HAM. Sangat perlu
diketahui bahwa pemerintah Indonesia sudah sangat serius dalam menegakkan HAM. Hal ini
dapat kita lihat dari upaya pemerintah sebagai berikut;
1. Indonesia menyambut baik kerja sama internasional dalam upaya menegakkan HAM di
seluruh dunia atau di setiap negara dan Indonesia sangat merespons terhadap pelanggaran
HAM internasional hal ini dapat dibuktikan dengan kecaman Presiden atas beberapa agresi
militer di beberapa daerah akhir-akhir ini contoh; Irak, Afghanistan, dan baru-baru ini
Indonesia juga memaksa PBB untuk bertindak tegas kepada Israel yang telah menginvasi
Palestina dan menimbulkan banyak korban sipil, wanita dan anak-anak.
2. Komitmen Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan penegakan HAM, antara lain telah
ditunjukkan dalam prioritas pembangunan Nasional tahun 2000-2004 (Propenas) dengan
pembentukan kelembagaan yang berkaitan dengan HAM. Dalam hal kelembagaan telah
dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dengan kepres nomor 50 tahun 1993, serta
pembentukan Komisi Anti Kekerasan terhadap perempuan
3. Pengeluaran Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia , Undang-
undang nomor 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM, serta masih banyak UU yang lain
yang belum tersebutkan menyangkut penegakan hak asasi manusia.
Hal-hal yang harus di perhatikan pemerintah antara lain :
1. Pendekatan keamanan yang terjadi di era Orde Baru dengan mengedepankan upaya
represif tidak boleh terulang kembali. Untuk itu, supremasi hukum dan demokrasi
harus ditegakkan.
2. Pendekatan hukum dan pendekatan dialogis harus dikemukakan dalam rangka
melibatkan partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Para
pejabat penegak hukum harus memenuhi kewajiban dengan memberikan pelayanan
yang baik dan adil kepada masyarakat, memberikan perlindungan kepada setiap orang
dari perbuatan melawan hukum, dan menghindari tindakan kekerasan yang melawan
hukum dalam rangka menegakkan hukum.
3. Sentralisasi kekuasaan yang terjadi selama ini perlu dibatasi. Desentralisasi melalui
otonomi daerah dengan penyerahan berbagai kewenangan dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah perlu dilanjutkan. Otonomi daerah sebagai jawaban untuk
mengatasi ketidakadilan tidak boleh berhenti, melainkan harus ditindaklanjuti dan
dilakukan pembenahan atas kekurangan yang selama ini masih terjadi.
4. Reformasi aparat pemerintah dengan merubah paradigma penguasa menjadi pelayan
masyarakat dengan cara melakukan reformasi struktural, infromental, dan kultural
mutlak dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk
mencegah terjadinya berbagai bentuk pelanggaran HAM oleh pemerintah. Kemudian,
perlu juga dilakukan penyelesaian terhadap berbagai konflik horizontal dan konflik
vertikal di tanah air yang telah melahirkan berbagai tindak kekerasan yang melanggar
HAM dengan cara menyelesaikan akar permasalahan secara terencana, adil, dan
menyeluruh.
5. Kaum perempuan berhak untuk menikmati dan mendapatkan perlindungan yang sama
di semua bidang. Anak-anak sebagai generasi muda penerus bangsa harus
mendapatkan manfaat dari semua jaminan HAM yang tersedia bagi orang dewasa.
Anak-anak harus diperlakukan dengan cara yang memajukan martabat dan harga
dirinya, yang memudahkan mereka berinteraksi dalam masyarakat. Anak-anak harus
mendapatkan perlindungan hukum dalam rangka menumbuhkan suasana fisik dan
psikologis yang memungkinkan mereka berkembang secara normal dan baik. Untuk
itu perlu dibuat aturan hukum yang memberikan perlindungan hak asasi anak.
6. Perlu adanya social control (pengawasan dari masyarakat) dan pengawasan yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga politik terhadap setiap upaya penegakan HAM yang
dilakukan oleh pemerintah. Diperlukan pula sikap proaktif DPR untuk turut serta
dalam upaya perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan HAM sesuai yang
ditetapkan dalam Tap MPR No. XVII/MPR/1998.
7. Dalam bidang penyebarluasan prinsip-prinsip dan nilai-nilai HAM, perlu
diintensifkan pemanfaatan jalur pendidikan dan pelatihan dengan, antara lain,
pemuatan HAM dalam kurikulum pendidikan umum, dalam pelatihan pegawai dan
aparat penegak hukum, dan pada pelatihan kalangan profesi hukum.

Pelanggaran HAM tidak saja dapat dilakukan oleh negara (pemerintah), tetapi
juga oleh suatu kelompok, golongan, ataupun individu terhadap kelompok, golongan,
atau individu lainnya. Selama ini perhatian lebih banyak difokuskan pada pelanggaran
HAM yang dilakukan oleh negara, sedangkan pelanggaran HAM oleh warga sipil
mungkin jauh lebih banyak, tetapi kurang mendapatkan perhatian. Oleh sebab itu
perlu ada kebijakan tegas yang mampu menjamin dihormatinya HAM di Indonesia.
Hal ini perlu dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara.
2. Menegakkan hukum secara adil, konsekuen, dan tidak diskriminatif.
3. Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan dalam
masyarakat agar mampu saling memahami dan menghormati keyakinan dan pendapat
masing-masing.
4. Memperkuat dan melakukan konsolidasi demokrasi.
Pengakuan dan jaminan atas hak asasi manusia secara tegas dicantumkan dalam
pembukuan UUD 1945, pasal-pasal dalam batang tubuh UUD 1945, serta peraturan
perundang-undangansebagai instrument Ham Nasional di Indonesia. Oleh sebab itu,
kita sebagai warga Negara Indonesia yang patuh dan taat terhadap hokum yang
berlaku harus menghargai dan menjungjung tinggi upaya-upaya penegakan HAM.
Upaya-upaya penegakan HAM yang telah dilakukan oleh pemerintah, lembaga-
lembaga Negara yang berwenang dan segenap warga masyarakat wajib kita dukung
dan kita hargai.
Bentuk-bentuk penghargaan terhadap upaya penegakan Ham dapat kita lakukan
dalam kehidupan sehari-hari, seperti dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
1. Dilingkungan keluarga:
a. Membiasakan diri hidup rukun dengan anggota keluarga
b. Menghormati tindakan orangtua dalam melindungi anak-anak
c. Menghormati tindakan orangtua dalam mendidik anak-anak
d. Menghargai dan menghormati sikap dan tindakan orang tua dalam membina
kehidupan keluarga yang sehat dan sebagainya.
2. Dilingkungan sekolah:
a. Mematuhi dan menghargai tata tertib yang dibuat oleh sekolah.
b. Menghargai upaya bapak ibu guru dalam membina dan mendidik siswa disekolah.
c. Mendukung kehidupan yang demokratis disekolah.
d. Mendukung kebiasaan hidup bersahabat, ruku dan saling menghargai
e. Menghargai dan menghormati waktu belajar dan sebagainya.
3. Dilingkungan masyarakat:
a. Menghargai dan mendukung kehidupan yang demokratis
b. Menghargai sikap yang berciri kekeluargaan dan bersatuan
c. Turut serta dalam membina kehidupan yang harmonis
d. Turut derta menjaga kehidupan y67ang tertib, aman, dan damai.
e. Turut serta dalam membantu tegaknya keadilan dan kebhenmara.
f. Bersikap jujura dalam pergaulan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan
sebagainya.

2.4. Penegak HAM oleh Lembaga-lembaga Perlindungan Hak Asasi Manusia

Pembentukan lembaga penegakan hak asasi manusia merupakan tindak lanjut dari
kebijakan penegakan HAM di Indonesia. Berikut lembaga-lembaga penegakan HAM
di Indonesia.

2.4.1. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)


Komnas HAM pertama kali dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50
tahun 1993 tanggal 7 Juni 1993 atas rekomendasi Lokakarya I Hak Asasi Manusia
yang diselenggarakan oleh Departemen Luar Negeri RI dengan sponsor Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB).
Berdasarkan UU No.39 tahun 1999, lembaga tersebut telah dikuatkan kedudukan
dan fungsinya sebagai lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan
lembaga negara lainnya dan berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian,
penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia. Komisi Penyelidik
Pelanggaran (KPP) HAM dapat dibentuk oleh Komnas HAM untuk kasus-kasus
tertentu.
Keberadaan Komnas HAM diatur dalam Pasal 75 sampai dengan Pasal 99 UU No.
39 tahun 1999. Pembentukan Komnas HAM bertujuan untuk:
a. meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna mengembangkan
pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan memampukannya berpartisipasi dalam
berbagai bidang kehidupan;
b. mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi
manusia sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
2.4.2. Pengadilan HAM
Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 26 tahun 2000.
Sebagai pengadilan khusus, pengadilan HAM berada di bawah lingkup peradilan
umum dan berkedudukan di tingkat kabupaten/kota. Pengadilan HAM dibentuk
khusus untuk mengadili pelanggaran HAM berat. Kejahatan genosida dan kejahatan
terhadap kemanusiaan (Pasal 7) merupakan contoh pelanggaran HAM berat.
Setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis,
kelompok agama disebut kejahatan genosida (Pasal 6). Hal tersebut dilakukan dengan
cara:
a. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah adanya kelahiran di dalam
kelompok,
b. membunuh anggota kelompok,
c. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya,
d. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap
anggota-anggota kelompok, dan
e. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke
kelompok lain.
Bentuk-bentuk penegakan HAM tersebut juga meliputi lembaga-lembaga:
a. Pengadilan ad hoc HAM, yaitu pengadilan khusus untuk kasus-kasus HAM yang
terjadi sebelum diberlakukannya Undang-Undang No. 2A tahun 2000.
b. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, yaitu lembaga yang bertugas
mencari kejelasan kasus HAM di luar pengadilan.
2.4.3. Pendekatan dalam upaya penegakan HAM
Pada umumnya, upaya penegakan HAM dilakukan dengan dua pendekatan
sekaligus, yaitu pencegahan dan penindakan. Upaya untuk menciptakan kondisi yang
semakin kondusif bagi penghormatan HAM disebut dengan pencegahan, dilakukan
melalui berbagai cara persuasif. Adapun upaya untuk menangani kasus pelanggaran
HAM berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku disebut penindakan.

a. Penegakan melalui pencegahan


Penegakan HAM melalui pencegahan, antara lain, dilakukan dalam bentuk upaya-
upaya berikut.
1. Penciptaan perundang-undangan dan pembentukan lembaga peradilan
HAM.
2. Penciptaan lembaga-lembaga pemantau dan pengawas pelaksanaan
HAM. Lembaga ini bisa merupakan lembaga negara yang bersifat independen
(misalnya, Komnas HAM) maupun lembaga-lembaga yang dibentuk atas
inisiatif masyarakat (berbagai organisasi nonpemerintah/LSM yang bergerak
dalam bidang pemantauan HAM).
3. Pelaksanaan pendidikan HAM kepada masyarakat melalui pendidikan
dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam hal ini, media massa cetak
maupun elektronik serta organisasi nonpemerintah/LSM yang bergerak dalam
penyadaran masyarakat memiliki peran yang amat besar.
4. Penciptaan perundang-undangan HAM yang semakin lengkap,
termasuk di dalamnya ratifikasi berbagai instrumen HAM internasional.
b. Pendekatan melalui penindakan
Penegakan HAM melalui penindakan dilakukan dalam bentuk upaya-upaya berikut.
1. Penyelesaian perkara melalui perdamaian, negosiasi, mediasi,
konsiliasi, dan penilaian ahli. Komnas HAM bertugas dan berwenang
melakukan proses ini.
2. Pelayanan, konsultasi, pendampingan, dan advokasi bagi masyarakat
yang menghadapi kasus HAM. Dalam hal ini, lembaga-lembaga bantuan
hukum serta organisasi nonpemerintah yang bergerak di bidang advokasi
masyarakat memainkan peran penting.
3. Investigasi, yaitu pencarian data, informasi, dan fakta yang berkaitan
dengan peristiwa dalam masyarakat yang patut diduga merupakan pelanggaran
HAM. Investigasi ini merupakan tugas Komnas HAM. Namun, pada
umumnya LSM HAM maupun media massa juga melakukannya secara
independen.
4. Penyelesaian perkara pelanggaran HAM berat melalui proses peradilan
di pengadilan HAM.
5. Penerimaan pengaduan dari korban pelanggaran HAM. Dalam hal ini
Komnas HAM, lembaga-lembaga bantuan hukum, dan LSM HAM memiliki
peran penting.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang
perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.
HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam sudah
lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat dijumpai dalam
sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Qur’an dan Hadits yang merupakan sumber
ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat Islam.
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-
undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam
pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui
hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang
pengadilan HAM.

3.2 Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan
HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga
HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan
sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.
Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi
antara HAM kita dengan HAM orang lain.Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah
hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai
suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi.Sedangkan hakikat
Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi
manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan
dengan kepentingan umum.Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab
bersama antara individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun
Militer), dan negara.
DAFTAR PUSTAKA

H.S.Sunardi, Asy. 2004. Pengetahuan social kewarganegaraan


Kelas VII. Solo: Tiga serangkai
Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Jogjakarta: Paradigma.
Nizarli,Riza.-.Penegak hokum dalam rangka perlindungan HAM perempuan dan
anak yang menjadi korban trafficking. Jurnal.
Dimas Prasetya: Upaya Perlindungan Hak Asasi Manusia. Ciptamedia.

Anda mungkin juga menyukai